Boboiboy Galaxy×Readers

By NaYoon06

69.5K 7K 3.6K

(Name) hanyalah seorang gadis biasa,tapi hidupnya berubah 180 derajat karena kejadian yang hebat! "Tak akan k... More

01. First Meet
02. Jealous
03. Kidnapped
04. You're our hero
05. Upside Down
06. Sneeze and Clown
07. Who are you?
08. Mistake
09. The Mission
10. I miss you
11. White
12. Fear and Truth
13. Prepare for Trouble
14. Arrogant
15. Quadrilateral
16. Mystery Letter
17. She's Gone
18. That Girl
19. One Question, Why?
21. Notice Us!
22. Disaster
23. Opened Up

20. Changed

1.5K 160 67
By NaYoon06

Di Bumi...

(Name) berdiri dihadapan semua orang. Dengan senyuman lebar dan percaya diri. Boboiboy dan yang lain merasa sangat senang dengan kedatangan (name), tapi mereka merasa menjadi sedikit aneh melihat rambutnya yang dipotong menjadi pendek.

"(Name)!" Ying langsung memeluknya. "Haiya, kenapa kau mesti pergi dari kita mah? Lain kali jangan begitu loh, gelisah aku ni!"

(Name) tertawa mendengar keluhan Ying dan membalas pelukannya. "Hehe, maaflah."

Datanglah Laksamana Tarung dan Komandan, Ying segera melepas pelukannya dan kembali keposisi awal.

"Selamat pagi semua."
"Pagi Komandan!"

"Hari ini, seperti yang kita lihat. Anggota lama kita telah kembali dari pelatihannya."

"Selama 3 tahun ini, dia dilatih langsung oleh Laksamana Tarung. Maka dari itu, untuk membuktikan apakah dia sudah berkembang atau belum, saya ingin kalian semua coba menyerang (name)."

Tentu saja ucapan Laksamana membuat mereka saling bertatapan satu sama lain. Menyerang (name) secara bersamaan? Apa Laksamana sudah gila?

"Erm... Laksamana, apa kau yakin soal itu?" Tanya Yaya, agak ragu.

"Kenape? Tak percaya ke dengan kekuatan aku? Jangan lihat book dari cover tau!" Jawab (name). Sekilas terdengar seperti ejekan bagi Yaya.

"Kalian bisa menyerangku sesuka hati. Tidak perlu ditahan! Lepaskan saja semua."

Mereka semua terdiam. Menyadari (name) begitu percaya diri jadi sedikit meyakinkan mereka.

"Mari semua, pindah kelapangan!"
___
_____
________

(Name) POV.

Boboiboy dan yang lain membuat lingkaran besar, dan sekarang posisiku berada ditengah lingkaran tersebut. Komandan dan Laksamana akan mengawasi dari pinggir lapangan. Ochobot, Aldy, Nao, bahkan Cattus juga ikut kesana, hendak menonton pertarungan tersebut.

Ngomong-ngomong, Komandan memilih untuk mengangkat Aldy dan Nao sebagai anggota TAPOPS yang baru setelah mengetahui kekuatan hebat dari kalung yang mereka punya.

"Semua! Bersedia diposisi masing-masing!!"

Aku mulai memasang posisi bertarungku, begitupun yang lain.

"MULAI!!"

Mereka semua langsung mengeluarkan kekuatan masing-masing. Aku menarik nafasku, berfokus untuk mengaktifkan instingku. Yang datang terlebih dahulu kearahku adalah Ying.

Ying berlari dengan cepat dari arah depan, bersiap untuk melayangkan tendangan. Aku melompat menghindar, disusul dengan elang bayang milik Fang yang melesat dari arah belakangku.

Aku segera menunduk, membiarkan elang tersebut menjadi menabrak Ying.

"Alamak, Ying!" -Fang.

"Adoi Fang, patutnya kau lebih berlatih mengendalikan elang kau. Dan Ying, sebagai yang paling cepat, harusnya kau serang aku dari belakang, bukan depan."

Fang dan Ying menatapku kaget, bagaimana tidak? Aku, (name) yang dulu hanya bisa berdiri diam saat diserang, kini bahkan bisa memberikan saran ditengah pertarungan.

"Mana lagi? Sini serang aku!"

"Tumpukan padu!!"

"Elemen Pasir!! Istana Pasir!!" Aku mengayunkan tanganku keatas, dan segera, sebuah istana pasir raksasa muncul dihadapanku.

Tangan Yaya jadi terhisap masuk istana tersebut, Yaya langsung panik dan berusaha menarik tangannya keluar. "Harusnya kau gunakan getaran gravitasi, bukan niat memukulku." Ujarku

"Pedang Halilintar!!"

Boboiboy membelah istana pasir aku dengan mudahnya. Sengatan halilintar dari pedang miliknya hampir saja mengenaiku kalau aku tak gesit menghindar.

Alhasil istana pasirku rubuh, dan muncul Boboiboy dengan pakaian berwarna hitam dan merah. "Fooyoo, dah ada kuasa baru??? Kalau macam tu..."

Aku pun merubah diriku menjadi elemen baru. Elemen ini kudapat saat aku sedang berlatih dengan ayah. Elemen Kayu.

"Kayu? Heh, kau meremehkan aku sangatkah?" Kata Hali.

Note: dia ngomong begitu karena itu merupakan personaliti Hali.

"Eh? A-aku tak pernah meremehkan kau pun!" Seruku, terbata. (Yep, sikap elemen kayu itu pemalu.)

"Kalau begitu, serang aku! Hiyaa!!" Hali melompat begitu cepat kearahku.

Aku menggenggam kalung yang kugunakan lalu berteriak. "Sundulan Totem!!!"

Tiba-tiba, belasan totem kayu raksasa jatuh dari langit, mereka jatuh mengarah ke Halilintar. Dia berhasil menghindari beberapa dengan kecepetan halilintar, namun saat totem terakhir, dia sedikit terlambat sehingga akhirnya dia terpental, menggelinding ria diatas tanah.

Hal tersebut membuatnya kembali menjadi Boboiboy biasa. Akupun berbuat demikian. Melihat yang lain tidak bisa menyentuhku sama sekali, Gopal jadi diam tak berkutik, bingung harus berbuat apa.

"Dei Gopal! Kau tak nak lawan aku kah?" Seruku, menantang.

"Ehh?! A-aku... aku tak nak lawanlah! Aku jadi rumput saje, hehe..."

Aku tersenyum miring, melipat tanganku didepan dada. "Betul nih tak ada yang bisa menyentuhku sedikitpun? Padahal, selama ini aku yang dianggap paling lemah dan rapuh!" Kataku. Sebelum melanjutkan, aku melirik kearah Yaya yang masih terbaring dilantai kesakitan.

"Tapi sekarang, lihatlah siapa yang jadi paling kuat." Ujarku.

Mereka sepertinya langsung merasa tertantang mendengar ucapanku. Satu persatu dari mereka bangkit berdiri, dan kembali menyerangku.

"Yak begitu! Ayo kemari kalian semua!"
___
_____
________

Pertarungan tersebut terjadi dengan sangat cepat. Hanya dalam waktu 5 menit, Boboiboy dan kawan-kawan yang lain tumbang seketika. Sementara (name) hanya duduk disebelah Yaya, yang terbaring ditanah karena kelelahan.

"Wah... padahal aku belum mengeluarkan keringat setetespun, tapi kenapa kalian sudah menyerah?" Ujarnya.

Tidak ada jawaban, mereka terlalu lemah untuk membuka mulut. Para penonton yang ada dipinggir lapangan hanya bisa menganga kaget.

"Laksamana, kau bagi dia makan apa selama 3 tahun ni?!"

"Hahaha! Kalau aku cakap makan besi, tak mungkin kau percaya."

Akhirnya, mereka semua diboyong menuju tempat pengobatan didalam kapal luar angkasa milik Komandan. Dan pastinya, aku juga yang harus menyembuhkan mereka menggunakan kekuatan aku.

Untunglah aku hanya menyisakan lebam pada mereka semua.

"Woah (name)! Kau jadi kuat sangat! Laksamana memang bestlah jadi guru bertarung!" Ujar Boboiboy.

"Namanya juga Laksamana Tarung, mestilah jago bertarung, hehe." Tawaku. Setelah selesai mengobati Boboiboy, aku berpindah ke Yaya, yang mana menjadi orang terakhir yang kuobati.

Kami tidak berbicara sama sekali. Atmosfir diantara kami sangat berat, dan sepertinya bisa dipotong pakai pisau. Aku dapat merasakan Yaya menatapku, tapi aku tak menghiraukan hal itu sama sekali. Sampai tiba-tiba dia membuka mulut. "(Name)..."

Aku mengangkat kepala sedikit, tidak menjawabnya.

"Apa nanti... kita boleh berbincang sebentar diluar? Berdua saja." Ucapnya. Aku masih tetap memasang pokerface dan kembali mengobati lukanya dengan acuh tak acuh.

"Oke."
____
_______
__________

Boboiboy memperhatikan (name) yang sedang asik bermain dengan Cattus dari kejauhan. Melihat senyumnya yang merekah bagaikan sebuah anugrah bagi Boboiboy.

"Dey, jangan tengok lama-lama. Nanti mata kau keluar laser." Ujar Gopal sambil menyikut Boboiboy.

"Ish, apelah. Aku tak tengok apa-apa pon."

"Mata tak bisa bohong, Boboiboy." Gopal ikut memperhatikan (name), yang kali ini sedang mengobrol dengan Papa Zola sembari menggendong Cattus.

"Makin cantik je dia nampak. Kau tak ada rencana ke nak tembak dia?" Tanya Gopal.

"Tembak?! Untuk apa aku tembak dia! Nak dia mati ke?!"

Gopal menatap Boboiboy dengan kecewa dan menepuk pepan dahinya. "Kau ni, umur dah 16, tapi otaknya macam 10 tahun." Ejek Gopal.

"Maksud aku menyatakan perasaan cintalah. Kau pikir aku tak sadar ke kalau kau ada rasa dengan dia? Mulai dari cara kau tatap dia, dan juga nada kau tiap bicara dengan dia macam orang yang sedang jatuh cinta berat."

Si topi dino menunduk, berusaha menutupi wajahnya yang memerah tomat. "Ah, aku memang payah sangat menyembunyikan perasaan."

"Dan (name) payah sangat meski hanya untuk peka tentang kau." Sambung Gopal. "Gemas tau tengok korang berdua ni. Yang satu suka, tapi yang satu tak peka. Macam drama korea, esok-esok aku bawa kamera untuk aku rekam lalu upload kat youtube. Sape tau viral."

"Merepek apa pula kau ni." Kata Boboiboy mendorong pelan tubuh Gopal.

"Eh, aku serius ni."

Boboiboy memalingkan wajahnya, perkataan Gopal ada benarnya juga. Telah lama dia memendam rasa ini, bukan sejak 2 tahun yang lalu, namun sejak dia pertama kali bertemu dengannya sewaktu taman kanak-kanak. Mungkin sudah tiba saatnya untuk menyatakan perasaan dia pada (name).

"Yelah, aku akan usaha."

"Haa macam tu lah Boboiboy! Ganbatte!"

Mereka lanjut asik berbincang, sampai tidak menyadari kalau (name) sudah menghilang dari pandangan mereka.
___
______
________

(Name) memandang orang didepannya dengan tatapan kosong. Posisi tangan terlipat dan mulut mencebir tak ingin memulai obrolan. Yaya melirik kesana-kemari sambil memainkan jarinya, bingung mencari kalimat yang pas.

"Ha, kenapa kau nak bertemu dengan aku kat sini?" Tanya (name), to the point.

"A-aku... aku nak..."

(Name) mengangkat sebelah alisnya, kemudian melepas lipatan tangannya dan menghela nafas berat. "Kalau kau nak bertemu aku hanya untuk menunjukkan kalau kau gagap, baik aku pergi je." Dia bersiap melangkahkan kaki, namun Yaya menggenggam tangannya.

"T-tunggu! Ada hal yang sangat penting yang aku ingin katakan!" Seru Yaya, menghentikan niat (name) untuk pergi.

"Ha, apa dia?"

"Aku.... m-minta maaf..." Kata Yaya dengan suara amat kecil.

Terjadi keheningan selama beberapa saat setelah dia berkata seperti itu. Kemudian perlahan terdengar tawa pelan keluar dari mulut (name). "Kau nak minta maaf pasal ape?"

Yaya membulatkan mata, mengira kalau (name) tidak menyadari perbuatan dia. "Pasal... 2 tahun yang lalu tu..."

"Oh, pasal tu."

"B-boleh kau maafkan aku? Aku merasa menyesal sangat... S-sekarang aku dah insaf tau! Aku akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik! Aku tidak akan pernah melakukan hal jahat lagi pada kau, aku tak akan membenci kau lagi. Aku berjanji!"

(Name) tersenyum miring, memutar bola matanya. "Jadi... kau dah insaf?"

Yaya mengangguk dengan mata penuh harap. "Dan kau nak aku maafkan kau?" Lanjutnya, yang dibalas anggukan lagi.

"Tapi sayang sekali, aku tak boleh memaafkanmu."

Kilauan dimata Yaya sirna seketika ketika mendengar jawaban tersebut, dia menatap (name) tak percaya. Saking kagetnya dia sampai refleks menggenggam kedua pundak (name) dan menggoyang tubuhnya perlahan.

"A-apa maksud kau?! Kau tak boleh maafkan aku? Bukankah kau cakap kau itu adalah orang yang pemaaf?!" Seru Yaya.

"Orang pemaaf juga punya batas, Yaya. Mereka tidak bodoh sampai segitunya." Ujar (name), menyingkirkan tangan Yaya dari pundaknya.

Seluruh tubuh Yaya gemetar, saking syoknya dia sampai berlutut dan memeluk kaki (name) dengan erat. "Tolonglah, maafkan aku... A-aku betul-betul dah insaf, aku tidak akan berbuat hal seperti itu lagi. Tolong, berikan aku kesempatan kedua..."

(Name) hanya menatapnya kosong. "Bangunlah, mana harga dirimu."

Yaya tersenyum sembari (name) membantunya bangkit berdiri, berharap kalau dia akan berubah pikiran. "M-maafkan aku ya...?"

"Kau fikir, aku bisa memaafkan seseorang yang telah MEMBUAT AKU BERTEMU AJAL, dan MERENGGUT KEBAHAGIAANKU dengan SEMUDAH itu?!" Suara (name) mendadak meninggi, membuat Yaya tersentak.

"Bayangkan saja!! Kau mengalami bagaimana rasanya itu kematian, kemudian dihidupkan kembali hanya untuk mengetahui kalau ibumu yang telah berkorban untukmu?!!" Nafasnya menggebu-gebu menahan emosi, dia menatap Yaya dengan tatapan penuh rasa marah.

"Dan, semua itu disebabkan oleh temanmu yang hanya memiliki rasa iri!!!"

Air menggenangi pelupuk mata Yaya, dia tidak bisa membantah, karena semua itu memanglah benar. Semua itu disebabkan oleh keegoisan dan rasa dengkinya pada (name).

"Dah, tak perlu kau habiskan waktu aku lagi hanya untuk meminta maaf seperti ini."

Dia berbalik untuk pergi, namun langkahnya terhenti. Yaya sudah tidak dapat menahan tangisnya, air matanya jatuh membasahi pipi.

"Mungkin, mungkin suatu hari... aku akan ikhlas dan memaafkanmu. Tapi untuk saat ini, biarlah aku menjalani hidup dengan tenang tanpa ada gangguan darimu. Waktu 2 tahun saja bahkan belum cukup untuk membuatku lupa tentang kejadian itu."

(Name) menoleh kearah Yaya, yang tengah menangis sambil menutupi wajahnya.

"Tak perlu khawatir. Aku masih punya hati tau."

Setelah berkata demikian, barulah dia berjalan pergi, meninggalkan Yaya menangis sendirian disana.
___
_____
_______

Kali ini (name) sedang berada didalam perpustakaan, dia duduk disalah satu kursi yang ada dan membaca sebuah buku bersampul hijau. Buku tersebut berisi seluruh hal tentang obat-obatan dan tradisi kesehatan yang pernah dilakukan di TAPOPS.

Kebetulan, saat itu Fang juga tengah berada diperpustakaan untuk mencari sebuah buku ketika dia menyadari keberadaan (name). Sebelum menyapa sang pujaan hati, Fang menata rambutnya dengan rapi dan memastikan pakaian yang ia pakai terpasang sempurna. Biasalah, first impression setelah sekian lama.

Kemudian dia menarik nafas dalam dan memberanikan diri untuk mendekatinya. "Hei, (name). Baca apa tu?" Tanya Fang dengan suara lembut, perpustakaan ni tak boleh bising.

"Hm? Oh, Fang!" Dia berbalik, melihat mata hijau besarnya saja sudah berhasil membuat hati Fang melayang diudara. "Saje aku baca buku obat-obatan ni." Lanjutnya.

"Aik? Kau 'kan dah ada kekuatan menyembuhkan segala penyakit, untuk apa kau baca buku ni lagi?" Tanya Fang, sambil menarik kursi yang ada disebelah (name) dan duduk disana.

"Memang betul, tapi aku 'kan tak boleh terus bergantung pada kekuatan ni. Kekuatan pon ada batasan, sebab tu lah aku nak baca soal obat-obatan." Fang manggut-manggut mengerti mendengar jawaban (name).

"Ha, kau pon sedang apa kat sini?"

"Apa lagi? Nak baca buku lah."

"Habis tu, mana buku kau? Tangan kau kosong je."

"Belum ambik lagilah, tadi tak sengaja jumpa kau, tak boleh ke datang menyapa?" Tanya Fang, memasang ekspresi (-_-).

(Name) tertawa kecil. "Hehe, bolehlah. Tak ada sape yang larang pon. Meh, aku lanjut baca dulu ye."

Dia pun lanjutkan membaca dengan khusyu. Fang memperhatikan wajah serius (name), yang ia anggap sebaagi wajah terimut yang pernah ada didunia. Tidak aman untuk jantung lelaki manapun.

Tatapan Fang berpindah kearah rambut coklat (name), yang kini telah dipotong hingga sepanjang bahu. Perlahan dia mengangkat tangan, menyisir pelan rambutnya dengan jari-jemarinya.

"Kenape kau potong rambut kau? Sayang loh, sudah panjang dan cantik sekali, malah dipotong." Ujar Fang.

(Name) menoleh kearahnya, kemudian memilin pelan rambutnya. "Aku memang sengaja ingin memotongnya." Dia terdiam sebentar, lalu tersenyum dengan lemah.

"Ibuku pernah berkata, jika kau merasa sedih, potonglah sehelai rambutmu. Hal itu akan membuatmu merasa lega."

Fang menarik kembali tangannya, merasa iba dengan gadis tersebut. Kehilangan ibunya diusia yang terbilang masih sangat muda, pasti sulit untuknya menghadapi hal tersebut. Jika ibunya betul berpesan demikian, pasti (name) merasa amat terpukul. Buktinya, dia memotong rambutnya sendiri hingga hanya sepanjang bahu. Padahal dulu, rambutnya sangat panjang hingga mencapai pinggul.

Fang melihat sekitar, lalu muncul sebuah bayangan kenangan, menunjukkan Fang yang sedang asik meledek (name) diperpustakaan. Dia pun mendapat ide dan mengusap kedua tangannya bersiap untuk melakukan hal yang licik. Ketika (name) sedang fokus membaca, Fang malah mengambil bukunya.

"Fang! Apahal kau ni?!" Seru (name), berusaha mengambil balik buku itu namun Fang lebih gesit menghindar.

"Eits! Tak dapat! Tak dapat!"

(Name) mendengus kesal dan bangkit berdiri agar bisa menggapai buku itu. "Bagi balik buku tu!!" Serunya. Dia bahkan sampai mengangkat lutut keatas kaki Fang demi merebut buku tersebut.

Alhasil, kursi yang Fang duduki terjengkang kebelakang, mmebuat mereka berdua jatuh bersama. Fang terbaring sementara (name) menindih diatasnya. Perbedaan ukuran tubuh membuat mereka terlihat seperti beruang yang tengah tertindih seekor kucing.

"Ish, tengok! Jadi jatuhkan!" Omel (name), menahan malu.

Tapi saat dia hendak bangun, Fang malah memeluk pinggangnya, menahan tubuhnya agar tidak pergi kemana-mana. "Fang! Lepaslah!"

"Diam dululah macam ni, aku rindu sangat dengan kau." Gumam Fang sambil menutup mata, menikmati tiap detik momen tersebut.

(Name) tak bisa melepaskan pelukan Fang dipinggangnya, akhirnya dia pasrah dan membaringkan tubuhnya diatas badan kekar Fang. Jika bersentuhan seperti ini, dia dapat mendengar jelas suara detak jantung Fang. Dadanya yang naik turun tiap dia bernafas, lekukan otot diperutnya dapat terasa jelas diwajah (name).

"Oi, suka sangat kau dalam posisi ni. Nanti aku bagi tau ayah, baru tahu!"

Fang langsung membuka matanya lebar-lebar ketika membayangkan dirinya dijadikan alien penyet oleh Laksamana Tarung, dia melepas pelukannya dan membiarkan (name) bangun berdiri. Dia mengambil kembali bukunya dari tangan Fang dan duduk ditempatnya semula.

Dia sempat melirik sedikit kearah Fang yang masih syok dilantai, kemudian tersenyum miring. "Heh, padan muka."

Mereka tidak sadar, kalau sedari tadi Boboiboy ada disalah satu rak yang dekat dengan mereka. Dia melihat semua kejadian tersebut, entah mengapa ada perasaan aneh didalam dirinya. Seakan tidak terima kalau Fang bisa sedekat itu dengan (name).
___
_____
_______

"Ha, cemburulah tu."

Jawab Gopal, lalu asik menyeruput ais coklat spesial ala Tok Abah. Boboiboy baru saja bercerita tentang kejadian diperpustakaan dan memilih untuk curhat pada Gopal.

"Cemburu? Buat apa aku cemburu? Fang 'kan hanya rindu dengan (name)."

Gopal berhenti minum, lalu menatap Boboiboy dengan tatapan cih, jinjja?

"Kau tu suka dengan (name), kalau dia dekat dengan lelaki selain diri kau, sudah mestilah kau cemburu!" Seru Gopal. "Dah aku cakap, cepatlah tuh nyatakan perasaan pada dia! (Name) itu cantik, tak hanya kau atau Fang, pasti ada banyak lelaki yang juga suka ngan dia. Kalau kau tak gerak cepat, nanti keduluan loh!"

"Apa berarti... kau pon suka dengan (name)?"

Gopal tersedak, tak menyangka Boboiboy akan bertanya seperti itu. "Menurut kau?"

Si topi dino mengusap dagunya, mepihat keatas untuk mencari jawaban yang tidak terlihat. "Uh... suka?"

"Memang betul aku suka dengan dia."

DUNIA GEMPARRRRRR AAAAAAA

Boboiboy mengedipkan matanya beberapa kali. "Kalau kau suka... kenapa kau dukung aku untuk tembak dia?"

"Heh, aku sadar dirilah. Mana ada perempuan yang nak berpacaran dengan aku ni? Yah, walaupun (name) tidak bersama aku, setidaknya aku ingin melihat dia bahagia." Ucap Gopal dengan tulus.

Ketik F untuk Gopal

"Maka tu Boboiboy. Sebagai sahabat kau, akupon juga nak kau bahagia. Kalau kalian berdua bahagia bersama, aku pun ikut turut berbahagia."

Boboiboy merasa terharu, matanya berbinar-binar menatap Gopal. "Huwee!! Gopal!! Kau lah sahabat sejati aku!!" Jerit Boboiboy sambil memeluk lengan Gopal.

"Eh! Jangan nangis kat jaket aku! Baru je dicuci kemarin!!" Teriak Gopal, hanya untuk bercandaan. Sementara Tok Abah hanya senyum sambil geleng kepala melihat persahabatan mereka berdua.
____
______
_________

Tbc? Vomment!

Continue Reading

You'll Also Like

384K 4.1K 83
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
604K 60.3K 47
Bekerja di tempat yang sama dengan keluarga biasanya sangat tidak nayaman Itulah yang terjadi pada haechan, dia menjadi idol bersama ayahnya Idol lif...
57.9K 6.1K 21
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
100K 10.9K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...