š…š¢š«š¬š­ š‹šØšÆšž (šš¢š§š ...

By Shenshen_88

11.1K 1.4K 551

Ada satu kepercayaan dalam keluarga Zhang yang selalu dianggap takhayul oleh Zhang Qiling. Dikatakan bahwa di... More

Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22 (End)
Extra Chapter
Extra Chapter

Chapter 05

568 87 35
By Shenshen_88

Zhang Qiling tercengang.

Harusnya dia sudah tahu sejak awal, melihat dari gayanya, Wu Xie adalah tuan muda yang menyukai benda-benda bagus.

"Ayo! Sebelum si gendut menangkapku!"

Wu Xie kembali mengajak Zhang Qiling berlari. Kali ini melewati baris-baris pertokoan, rumah makan, dan kedai kopi. Kemudian mereka tiba di satu persimpangan, Wu Xie berbelok ke kiri.

"Ini tidak akan berhenti sampai pagi," dengusnya di tengah nafas terengah. Beberapa detik ia memindai sekitarnya, lalu matanya tertumbuk pada satu galeri seni. Di samping pilar-pilar penyangga kanopi, di halamannya terdapat pohon-pohon cemara setinggi dua meter dan dihiasi lampu kecil berkelap-kelip.

"Sembunyi di sana," bisiknya pada Zhang Qiling.

Lagi-lagi, Zhang Qiling mengangguk patuh.

Derap langkah beberapa orang diiringi lengkingan teriakan Pangzhi mengatasi suasana ramai jalanan.

"Sudah kubilang awasi tuan muda! Oi, sialan kalian semua!"

Dari balik pohon-pohon cemara, Wu Xie mengintip pada dua orang bodyguard yang diutus ayahnya untuk mengawal kemana pun ia pergi. Rasanya ingin tertawa menyaksikan raut wajah cemas mereka. Tapi ini bukan waktu yang tepat untuk tertawa.

"Siapa mereka?" bisik Zhang Qiling.

Wu Xie mengatur nafas sebelum menjawab, "Mereka pengawalku, dan paman gendut itu dia orang kepercayaan ayah."

Tentang Pangzhi, Zhang Qiling setidaknya sudah tahu.

"Kenapa harus melarikan diri? Mereka bukan penculik bukan?"

"Akan kujelaskan nanti," desis Wu Xie acuh tak acuh. Sekali lagi ia menyembulkan kepala, mengawasi para pengejarnya.

Sial! Bertepatan ia mengintip, salah seorang pengawal itu menoleh ke arah pohon-pohon cemara hiasan tempatnya bersembunyi.

"Ahh! Nyaris...!" Wu Xie menggeram, ia melihat raut wajah Zhang Qiling yang sulit dijelaskan.

"Salah satu dari mereka kesini," ia berbisik cemas.

Tidak boleh! Mereka tidak boleh menemukannya.

"Sembunyi seperti ini bukan jalan keluarnya. Kita harus berakting cerdas," gumam Wu Xie.

"Maksudmu?"

Wu Xie memposisikan diri, punggungnya bersandar pada kaca galeri, lantas ia menarik Zhang Qiling untuk berdiri tepat di depannya. Dengan begitu ia terlindungi. Tubuh Zhang Qiling lebih tinggi darinya, serta memiliki bahu lebar dan tegap. Meski tidak sempurna, bayangannya saja sudah cukup melindungi Wu Xie dari para pengejar. Tetapi posisi seperti ini justru semakin mencurigakan.

"Tuan, daripada kau menghabiskan waktu menunggu orang mabuk dalam bar, kenapa tidak membantuku menciptakan satu kisah cinta murahan dan menyelamatkanku dari mereka?" Wu Xie menampilkan seringai khas miliknya.

"......???..." Zhang Qiling bengong.

"Cium aku."

"Apa?!" Rasanya seperti disambar petir. Zhang Qiling menatap shock.

"Dia kemari," Wu Xie menggigit bibir, kecemasannya sudah mencapai ujung.

Tidak sabar menanti reaksi lambat pria di depannya, Wu Xie bergerak lebih dulu. Melingkarkan kedua lengan ke leher Zhang Qiling, menariknya untuk berpelukan erat. Dia bersungguh sungguh dengan gagasan berciuman, jadi ~~ ia benar-benar mencium bibir Zhang Qiling.

Meski hanya rekayasa. Tubuh keduanya mau tidak mau gemetar. Awalnya sepasang mata Zhang Qiling terbelalak. Dia benar-benar tidak siap untuk kehilangan ciuman pertamanya malam ini dengan cara yang tragis dan tidak romantis. Tetapi nyatanya ini sudah terjadi.

Perlahan dia memejamkan mata, dan meski ia tidak bisa mencium dengan benar, dia pun tidak berusaha melepaskan.

Tepat ketika itu berlangsung beberapa detik, salah satu pengawal Wu Xie menyibak pohon cemara, dan tercengang menyaksikan adegan tersebut.

"Ckckkk.." ia segera mundur dengan kepala tersentak. Karena terkejut, ia tidak berminat memeriksa siapa sosok yang berlindung di balik punggung Zhang Qiling. Ciuman sesama pria di jalanan membuatnya cukup shock. Rupanya bukan hanya di film saja ia menemukan adegan serupa.

"Kau menemukan tuan muda?" seseorang berteriak.

"Tidak!" si pengawal menjauh dari lokasi kedua pemuda yang berciuman. Suaranya semakin pelan terbawa angin.

"Hanya sepasang kekasih gila. Ayo kita cari di tempat lain."

Wu Xie yakin pengejarnya telah pergi, ia pun segera melepaskan ciuman alakadarnya barusan, dan melepas pelukannya juga.

"Fuhhh...." Wu Xie mendesah lega. Mata cemerlangnya menatap Zhang Qiling agak malu. Dia memamerkan senyuman canggung, serta berdehem beberapa kali.

"Terima kasih. Kau sudah melakukan hal yang sangat hebat untuk membantuku."

"A--apa yang~?" Zhang Qiling tergagap.

"Tidak usah sok polos," desisan Wu Xie ringan dan meremehkan. Tetapi sikapnya itu membuat citra unik di mata Zhang Qiling. Dia melihat bahwa Wu Xie cukup liar, sangat keren dan tidak mudah ditaklukan.

"Aku?"

"Pria yang menghabiskan sebagian besar waktunya di bar dan klub malam, aku tahu kau pasti pria mata keranjang."

Zhang Qiling menelan liur, kehilangan kemampuan membalas kalimat pahit itu.

"Bagaimana jam tanganmu? Apakah rusak?" tanya Wu Xie lagi, membelokkan pembicaraan. Sebenarnya, jauh di dalam hati, ia merasa malu.

Zhang Qiling meraba saku jas dimana tadi ia memasukkan jam tangannya.

"Ya, benda ini baik-baik saja."

"Syukurlah," Wu Xie menjilat bibir.
"Itu limited edition. Bagaimana kau bisa meninggalkannya jatuh di jalan, seakan barang bagus ini hanya istri simpanan yang bisa kau ganti dengan simpanan lainnya."

Sekali lagi Zhang Qiling terdiam linglung. Mengapa mulut pemuda imut ini sangat menggigit.

Keduanya kini berdiri berdampingan, bersandar pada etalase.

"Kenapa kau dikejar-kejar?" akhirnya Zhang Qiling mengajukan pertanyaan yang sangat ingin ia tanyakan.

"Oh ayolah. Alasan sederhana. Tapi aku tidak mau kau jadi tersinggung karena rasa penasaranmu."

"Tidak apa. Katakan saja."

"Tahun ini usiaku genap tujuh belas. Aku dipaksa berangkat kuliah ke Amerika," ujar Wu Xie sebal. Alisnya berkerut untuk sesaat.

"Siapa yang memaksamu?"

"Si tua Wu Yixiong itu."

Zhang Qiling menoleh terheran-heran. Barbar sekali cara Wu Xie bicara.

"Ayahku," Wu Xie meringis, tapi tidak merasa bersalah atas ucapan kasarnya.

"Tapi mengapa?" seluruh tubuh Zhang Qiling tiba-tiba menjadi lemas.

Amerika? Dia baru saja menemukan lagi cinta pertamanya. Haruskah?

"Apa lagi? Amerika memiliki kampus yang hebat. Dia ingin aku menjadi pewaris tunggal bisnisnya dan harus mendapatkan pendidikan terbaik."

Keduanya terjebak keheningan dalam detik demi detik yang serasa panjang. Zhang Qiling tidak tahu apakah menyesal atau lega karena telah bertanya dan mengetahui alasan kejar-kejaran ini. Wajahnya perlahan menjadi muram, demikian pula wajah Wu Xie.

"Sudahlah, aku benci membicarakan ini. Sejujurnya, aku lebih senang melakukan eksperimen alih-alih belajar dan menjadi siswa terbaik. Mari kita bicarakan dirimu, apa kau pemilik bar?"

"Bar itu milik pamanku. Aku menjadi wakilnya."

"Oh, lumayan. Tapi-- sebagai seorang pria yang berpengalaman di bar, kau mencium dengan cara yang buruk."

"Hah??" Zhang Qiling tercekat oleh rasa malu. Dia tidak pernah memikirkan hal itu, bahwa usia dan pengalaman bercinta seseorang harus berbanding lurus.

"Yah, dengan sangat menyesal kukatakan, kau sama sekali tidak bisa berciuman. Berapa usiamu tahun ini?"

Glekk!

"Dua puluh tujuh," jawab Zhang Qiling kikuk.

Wu Xie menutup mulutnya yang tiba-tiba terbuka, lantas tertawa geli.
"Dua puluh tujuh? Kau tidak terlihat setua itu. Tapi ya, kupikir kau berlagak polos malam ini. Jangan katakan tadi itu ciuman pertamamu."

Zhang Qiling menundukkan wajah, menyembunyikan rona merahnya. Haruskah ia mengatakan pada Wu Xie bahwa itu memang ciuman pertamanya. Kalau pun ia menjelaskan, ia tidak yakin anak muda itu akan percaya. Zhang Qiling memilih diam.

"Tuan," bisik Wu Xie lagi.

"Hmm?" panggilan itu terdengar tidak nyaman dari waktu ke waktu.

"Jangan panggil aku tuan," Zhang Qiling berkata pelan.

"Jadi harus memanggilmu apa?"

"Xiao ge," Zhang Qiling menatap mata Wu Xie lekat-lekat.
"Sebenarnya namaku Zhang Qiling. Kau boleh memanggilku dengan sebutan itu. Kedengarannya lebih akrab."

"Oke.." Wu Xie meliriknya, diam-diam mengagumi.

Sial, kenapa pria ini tampan sekali.
Aku jadi~~

Wu Xie berdehem serak, tenggorokannya serasa tersumbat oleh gumpalan rasa yang tidak karuan.

Ingin mabuk..

Tatapan Wu Xie tertuju pada puncak cemara yang meliuk lembut disapu angin malam, lalu pada lampu-lampu jalan yang berderet dengan bentuk indah yang sama. Lampu-lampu hias kecil di lengkung kanopi juga memberi nuansa ceria yang hangat. Wu Xie menikmati suasana ini dalam hening.

"Suasananya cukup romantis bukan? Yah, walau pun di tepi jalan dan bersembunyi seperti pencuri," ia menyeringai pada Zhang Qiling, merencanakan siasat baru.

"Lihat lampu-lampu itu, sangat indah bukan.?"

Seperti orang tolol, Zhang Qiling ikut-ikutan menatap lampu.

"Indah. Memangnya kenapa?"

Wu Xie ragu untuk sejenak, namun naluri mempermainkan yang sudah menjadi watak iseng dalam dirinya lebih kuat.

"Kau tidak ingin tahu bagaimana caranya berciuman dengan baik dan benar?"

"Hahh?" Untuk kesekian kali di malam ini, Zhang Qiling dibuat terperangah.

"Kau tidak penasaran?"

"A~aku.."

Dia mengatur detak jantungnya, sampai berhasil mengeluarkan suara.

"Bagaimana caranya??" Ia berbisik sangat perlahan.

Wu Xie tersenyum manis. Senyuman malaikat yang menghangatkan hati. Mata gelap kecoklatan berbinar di bawah kerlip lampu. Sangat sulit untuk tidak jatuh cinta pada Wu Xie.

Zhang Qiling terpana dan tidak mampu bergerak sewaktu Wu Xie mendaratkan kembali bibir lembutnya yang sehalus kaca. Awalnya hanya menyentuh, kemudian melumat dan mulai menjilat. Zhang Qiling merasa seluruh tubuhnya meleleh. Perlahan-lahan dia mengikuti dan membalas semua gerakan mencium Wu Xie.

Untuk beberapa waktu, dunia serasa berputar bagi mereka. Kerlip lampu di pohon cemara terlihat bagai gugusan bintang, dan aroma nafas masing-masing terasa manis dan sejuk di tengah belaian angin malam. Keduanya mengeratkan ciuman itu sendiri, tanpa sadar, bergerak untuk saling berpelukan, dan malam pun menjadi hangat.

Saat mereka sama-sama kehabisan udara. Secara lambat namun pasti, dan meskipun Zhang Qiling dan Wu Xie tidak ingin ~~
Pada akhirnya, ciuman itu pun harus berakhir.

Dengan mata nanar, Zhang Qiling melirik pergelangan tangan mereka. Benang merah itu menyala dengan warna merah cerah.
Berkobar~~ seperti hatinya.

Apa itu tadi???

Mereka saling bertanya pada diri masing-masing.

🏃🏃🏃

First kiss beib 😍

To be continued
Please vote and comment

Continue Reading

You'll Also Like

13.8K 981 11
siapa yang mengira bahwa Wei Wuxian adalah seorang dominan di dalam hubungannya bersama Lan Wangji? jangan salah lapak ya sayang. ini lapak XianWang...
46.2K 2.1K 7
[FOLLOW SEBELUM BACA ] -DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT FOR FEEDBACK GUYS -DON'T COPY PASTE - CERITA AKAN JAUH BERBEDA DENGAN SEBELUMNYA KARENA AKAN...
153K 15.4K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
175K 20.1K 23
Saat Harry memutuskan untuk kembali ke masa lalu sebagai hadiah atas takdir yang salah, ia memutuskan untuk memperbaiki segalanya. Ia juga berjanji u...