What should we do?

By Secrettaa

337K 32.3K 5.3K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjad... More

PROLOG
ARJUNA ARTAWIJAYA
ARIKA ANGELINA
1 | PERTEMUAN PERTAMA
2 | CEMARA
3 | PERMINTAAN ARIKA
4 | 00:00
5 | VAMPIR
6 | PECAL AYAM
7 | HUKUMAN
8 | INSIDEN DI TAMAN
9 | TAMU SPESIAL
10 | MALL
12 | TEMAN BARU
13 | BAD MOOD
14 | PAGI BAHAGIA
15 | ROOFTOP
16 | NATAYA BAGASKARA DAN DUNIANYA, ANGKASA
17 | ARJUNA VS ARION
18 | TIDAK BISA DITEBAK
19 | TETAP TEMAN
20 | I LOVE YOU
21 | SUNSET
22 | SEMUA PERLU JEDA
23 | SALAH PERASAAN
24 | PROMISE
25 | IT'S OKAY
26 | PULANG
27 | PARTY
28 | BEAUTIFUL NIGHT WITH BEAUTIFUL GIRL
29 | SHE'S COME
30 | FAMILY SECRET
31 | BACK TO SCHOOL
32 | MY LOVE
33 | LOOKING NIGHT SKY
34 | CAN WE ALWAYS TOGETHER?
35 | PEOPLE'S HAVE PAIN
36 | I'M SORRY
37 | SUNSET
38 | SELAMAT TIDUR
39 | MEET AGAIN
40 | YOU MUST STILL LIFE
SEE YOU

11 | SEKOLAH

9.6K 1.1K 202
By Secrettaa

JANGAN LUPA SENYUM DAN BAHAGIA

FOLLOW Secrettaa
INSTAGRAM @aleeeeeeeee_0019


🌻HAPPY READING🌻
_
_
_

Jika biasanya Arika akan bangun kesiangan dan masih terlelap di dalam mimpi, maka pagi ini berbeda. Gadis dengan seragam sekolah dan tatanan rambut yang diberi bando kain kuning itu tampak tersenyum ceria menatap pantulan dirinya. Padahal hari masih subuh, tetapi ia sudah menyiapkan segalanya hanya tinggal berangkat saja.

"Walaupun nggak pelgi sama Janet. Alika tetap semangat ke sekolah!"

Seperti biasa, Arika selalu berbicara random pada dirinya sendiri, tak lupa senyum manis terus terpatri di wajahnya.

Arika mengambil pisang yang malam tadi tidak sempat dimakan karena aksi ngambeknya dengan Arion. Ah, mengingat itu membuat Arika kembali kesal. Abangnya yang satu itu sangat cepat sekali berubah, membuat Arika bingung menghadapinya seperti apa.

Ditengah menikmati pisang, suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian Arika. Ia menatap orang itu dengan senyum yang masih sama.

"Yeay, Abang balik!" Arika merentangkan kedua tangan, menyambut kehadiran sosok bertubuh besar yang ternyata adalah sang ayah.

"Ini Ayah."

Arika melepaskan pelukannya sebentar, memastikan yang ia peluk adalah Artan, tapi sayang ternyata ia memang salah lihat. Arika kembali memeluk erat ayahnya. "Alika kila tadi Abang, hehe ...."

"Kamu nggak rindu sama Ayah, hm?"

"Alika lindu kok, cuma tadi Alika kila yang masuk itu Abang Altan. Soalnya 'kan Bang Altan selalu ke kamal Alika kalo balik kelja jauh. Ayah kenapa suluh Abang pelgi kelja telus sih, mana pelginya lama. Alika jadi ndak ada temennya," cerocos Arika seraya melepaskan pelukan. Menampilkan wajah sedihnya di depan sang ayah yang justru terkekeh dan mencubit pipi chubby Arika gemas.

"Biar Abang kamu mandiri. Bang Artan kerja juga buat Arika 'kan? Buat beli jajan, susu pisang sama pisang kesukaan Arika?"

Arika menatap ayahnya bingung. "Telus kalo Ayah keljanya buat siapa? Bukan buat Alika gitu?"

Darma mengajak Arika agar duduk di kasur, karena sedari tadi keduanya hanya berdiri saja. Wajah lelah yang telah berumur itu selalu menampilkan senyum. Apalagi ketika berinteraksi dengan Arika, hampir setiap detiknya ia tersenyum. Seolah beban dan rasa lelah seharian bekerja hilang begitu saja ketika melihat wajah anak perempuannya ini.

"Ayah kerja buat kalian semua. Buat Arika juga, makanya Arika harus jadi anak yang baik dan pintar di sekolah, oke?"

"Oke, Ayah. Alika bakal jadi anak baik dan pintal nanti di sekolah. Alika janji ndak bakal nakal-nakal!" jawabnya dengan yakin dan penuh semangat.

Karena tidak tahan dengan tingkah menggemaskan anaknya, refleks Darma mengusap rambut Arika. Membuat sang empu sibuk merapikan kembali tatanan rambutnya seperti semula.

"Jangan diacak Yah, Alika udah lapi loh."

"Sini, Ayah sisirin." Darma mengambil sisir dari tangan Arika dan mulai menyisir rambut itu.

Arika tampak sangat menikmati momen yang bisa dibilang langka ini, ia menatap pantulan dirinya dan sang ayah di kaca. Wajah serius Darma saat menyisiri rambutnya, benar-benar membuat Arika tidak tahan untuk tak tersenyum bahagia.

"Masih jam lima, kenapa anak Ayah yang cantik dan imut ini sudah siap-siap? Nggak sabar ke sekolah ya?"

Arika mengangguk bersemangat. Memang benar sekarang masih pukul lima dan sepertinya hanya Arika yang sudah bersiap-siap untuk ke sekolah pada pukul itu. Bahkan, ia tidak terlihat mengantuk sama sekali.

"Dali semalam sebenalnya loh Yah, Alika udah ndak sabal pengen ke sekolah. Pengen cepet-cepet siang."

Darma hanya menggelengkan kepala tidak percaya saat mendengar penuturan polos dari sang anak.

"Ayah balu balik kelja jam segini?" tanya Arika memandang cermin di depannya.

Anggukan dari Darma membuat Arika spontan langsung membalik tubuhnya. "Belalti Ayah ndak ada tidul dong? Sekalang 'kan udah mau pagi lagi. Ayah gimana sih, halusnya kan keljanya ndak usah sampai begadang gitu. Nanti Ayah sakit, Alika ndak mau kalo sampai Ayah sakit kalena stles mikilin keljaan. Kalyawan Ayah juga ada banyak 'kan, kenapa ha--"

"Ternyata kamu cerewet juga kayak Bunda, ya."

"Alika 'kan anaknya, jadi sama dong!" jawab Arika percaya diri dan kembali dengan posisi duduknya.

Darma lagi-lagi terkekeh, ia masih menyisir rambut milik Arika sampai rambut itu benar-benar rapi.

"Mau Ayah ikatkan nggak, rambutnya?" tanyanya iseng, tapi justru disambut antusias oleh Arika.

Perempuan yang sudah menghabiskan dua buah pisang itu tampak mengangguk semangat. "Ayo Ayah, ikat lambut Alika bagus-bagus, kayak anak tetangga sebelah. Kalo bisa, Ayah ikatnya lebih bagus ya!"

"Siap!" jawab Darma kembali berkutat dengan sisir dan beberapa ikat rambut milik Arika.

Keduanya begitu menikmati waktu kebersamaan, menghabiskan waktu pagi dengan saling bertukar cerita dan kadang-kadang tertawa bersama.

Tidak menyadari bahwa di depan pintu sana, Arion berdiri menatap interaksi keduanya dan hanya bisa tersenyum kecut. Ia memilih kembali masuk ke dalam kamarnya dibanding harus berlama-lama menatap pemandangan itu. Awalnya, Arion hendak menghampiri Arika dan mengajaknya pergi sekolah bersama-sama, seperti yang Artan perintahkan.

Namun, sepertinya harus gagal.

Kembali pada dua orang di kamar yang sepertinya sudah selesai dengan aktivitasnya. Darma menatap hasil karyanya dengan senyum bangga.

Begitupula Arika, perempuan berpipi chubby itu semakin tersenyum lebar ketika melihat hasil ikatan ayahnya.

"Ayah hebat, bisa ikat lambut Alika!"

"Iya dong. Ayah 'kan selalu serba bisa," jawab Darma angkuh seraya merapikan rambutnya sendiri.

Melihat itu, Arika langsung tergelak. Kenapa ayahnya ini terlalu percaya diri sekali?

"Tapi Ayah ndak bisa masak kayak Bunda."

"Kalo urusan itu, emang nggak bisa." Darma menatap Arika dari atas sampai bawah. Seragam yang melekat pas di tubuh Arika, membuatnya tersenyum tipis. Antara tidak percaya dan juga takut.
"Jangan terlalu percaya sama orang baru ya. Arika nggak perlu juga terlalu banyak teman."

"Loh, kenapa Yah. Alika 'kan maunya punya banyak teman. Bial selu main dan belajal sama-sama," tanya Arika polos.

"Karena teman itu nggak selamanya bakal jadi teman. Orang yang tulus mau berteman sama kita, nggak bakal mandang kita dari keluarga apa."

Arika menganggukkan kepalanya, meski tidak sepenuhnya paham dengan ucapan sang ayah.

Sedangkan Darma kembali mengusap sayang kepala Arika. Banyak kekhawatiran yang ia pikirkan, ketika harus melepas Arika dan membiarkannya bersekolah. Salah satunya adalah ia takut kepolosan anaknya akan dimanfaatkan oleh orang-orang di luar sana.

"Alika bisa jaga dili Alika Yah. Ayah ndak perlu khawatir, mending sekalang Ayah istilahat." Seolah tahu pemikiran Ayahnya, Arika spontan berkata demikian.

"Nanti kalo ada yang jahatin anak Ayah di sekolah. Langsung bilang ya, jangan diam aja," nasehat Darma dibalas anggukan semangat oleh Arika.

"Iya Ayah. Lagian ndak akan ada yang belani jahatin Alika kok!" jawabnya yakin. "Alika 'kan juga bisa bela dili, nanti kalo ada yang macam-macam Alika tinggal pukul."

"Ya udah, Ayah keluar dulu. Masih jam setengah enam sekarang. Kamu jangan berangkat sendirian ya. Nanti Ayah yang antar," ujar Darma sebelum meninggalkan kamar putrinya.

Arika kembali menatap pantulan dirinya di kaca. "Telnyata kalo diikat gini, Alika tambah cantik."

"Alika masuk dulu ya, Yah, Bun. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Semangat sekolahnya!"

Arika langsung melambaikan tangan pada kedua orang tuanya dan bergegas masuk setelah memastikan bahwa ayah dan bundanya sudah pergi.

Arika memang diantar oleh kedua orang tuanya, katanya sih hari pertama Arika sekolah harus menjadi hari spesial. Di tengah kesibukan kedua pasangan itu, mereka tetap menyempatkan diri mengantar si bungsu ke sekolah. Tentu Arika sangat bahagia, diperlakukan spesial oleh kedua orang tuanya.

"Halo Pak Satpam!" sapa Arika seraya melambaikan tangannya pada pak satpam yang langsung membalas sapaan Arika.

"Halo, kamu anak baru ya?"

Arika mengangguk. Lalu ia teringat sesuatu, dan membongkar tasnya. Tak sampai lima menit, Arika telah menemukan yang ia cari.

"Nih, buat bapak." Arika memberikan sebuah pisang serta satu kotak susu pisang pada sang satpam.

"Beneran buat bapak, ini?"

"Benelan, bial pencelnaan bapak lancal telus. Kayak Alika, dimakan sama diminum ya, Pak. Alika mau nyali luang kepala sekolah dulu, telus mau masuk kelas dan belajal. Semangat keljanya, Pak!"

Pak satpam tampak kaget mendengar penuturan Arika yang cadel. Ia bahkan tidak bisa mengalihkan perhatian dari Arika yang sekarang tampak berjalan menjauh dari dirinya.

"Gemesin banget ya Allah. Kalo dikarungin ada yang sadar nggak ya?" monolognya.

"Ekhem! Siapa yang mau Anda karungin?"

Refleks satpam itu menoleh ke samping, menatap bingung seorang laki-laki berbaju hitam lengkap dengan kacamata hitam. Terlihat sangar dan ternyata orang itu tidak sendirian.

"Anda duluan yang saya karungin."

"Tadi bercanda doang, nggak serius saya," ujar pak satpam menampilkan cengiran. Tidak menyangka paginya harus dihadapkan dengan orang-orang bertubuh besar ini. Meski tubuhnya hampir sama dengan mereka, tapi tetap saja lebih sanggar bodyguard-bodyguard itu dibanding dirinya.

Beralih dari mereka, yang menjadi bahan pembicaraan justru tengah menebar senyum bahagia. Hampir sepanjang koridor sekolah, Arika menyapa siapa saja yang ditemuinya. Tidak peduli dengan berbagai tatapan dan bisikan itu, Arika tetaplah Arika, si penyebar senyum dan tawa bahagia. 

"Ada yang tau luang kepala sekolah, nggak?" tanya Arika pada sekelompok siswi.

"Anak baru ya lo?"

Arika mengangguk. Menatap tiga siswi itu dengan senyum lebar. "Kalian anak lama ya?"

"Nggak sopan banget sih lo sama kakak kelas."

"Duh, telinga Alika langsung timbul bunyi ngiiiiing panjang habis dengel suala kakak. Alika duluan ya, kayaknya kalian nggak tau luang kepala sekolah deh." Arika kembali melanjutkan langkahnya, mencari-cari di mana ruang kepala sekolah.

"Gemes banget sih tu cewek."

"Mirip bocil, tapi versi gedenya."

"Bocil masuk sekolah woi!"

"Apa sih, Alika udah tujuh belas tahun ya. Bilang bocil-bocil, nanti Alika ilangin giginya balu tau lasa," gerutu Arika berhasil membuat sekumpulan laki-laki itu bungkam.

"Dia marah apa gimana sih woi, gemesin banget!"

"Haha apalagi pas matanya melotot, pipinya tambah gede."

"Belisik, Alika emang gemesin! Kalian tau luang kepala sekolah, nggak?"

Salah satu dari laki-laki itupun langsung memberitahu Arika di mana letak ruang kepala sekolah.

"Lo tinggal jalan lurus, terus nanti belok kanan. Terus jalan lurus lagi, sekitar lima langkah, belok kiri. Nah, ketemu nanti," jelasnya yang sama sekali tidak dimengerti oleh Arika. Terlihat dari wajah bingung perempuan itu.

"Alika nggak paham, tapi coba aja dulu kali ya," gumamnya. "Makasih ya udah ngasih tau Alika alahnya, meskipun Alika lupa-lupa ingat."

"Mau ditemenin nggak?"

"Enggak pellu, Alika bisa sendili kok," jawabnya yakin dan bergegas pergi dari sana. Berjalan sesuai dengan ucapan laki-laki tadi, tapi saat dipersimpangan Arika seketika lupa harus berbelok ke arah mana.

Ia hanya berdiam diri di tengah jalan, seraya mengingat ucapan laki-laki tadi.

"Gue anter," ucap seseorang seraya menarik tangan Arika.

"Eh, Kak Juna sekolah di sini juga, ya?"

Arjuna terkekeh, mengacak gemas rambut Arika. Ia mengeluarkan sebuah kotak susu dari dalam tas dan memberikannya pada Arika.

"Susu pisang Alika masih ada kok, itu susu coklatnya buat Kak Juna aja."

"Lo nggak suka susu coklat?"

Arika menggeleng, ia memang kurang menyukai susu coklat dan lebih suka susu pisang. Selain itu juga susu pisang yang ia bawa dari rumah masih ada, belum Arika minum sama sekali.

"Susu Alika masih ada. Itu Kak Juna minum aja."

Arjuna tampak menganggukkan kepalanya, ia seolah merekam apa saja yang disukai dan tidak disukai gadis menggemaskan ini.

Mereka sudah sampai di depan ruangan yang tidak lain adalah ruangan yang Arika cari, ruang kepala sekolah.

Arjuna mempersilahkan Arika agar masuk ke dalam sana, tetapi gadis itu justru malah terdiam saja.

"Lo masuk aja, gue nunggu di sini."

"Alika gugup Kak."

"Perlu gue temenin?" tawar Arjuna dibalas gelengan oleh Arika.

"Alika bisa sendili kok, makasih ya Kak Juna udah ngantal Alika." Arika bergegas mengetuk pintu di depannya dan masuk setelah mendapat intrupsi dari dalam ruangan itu. Sedangkan Arjuna masih setia di tempatnya, menunggu Arika.

Sambil menunggu gadis itu keluar, Arjuna memainkan ponselnya. Ia menatap tak minat beberapa nomor tak dikenal yang mengiriminya pesan. Arjuna lebih tertarik membuka chat dari grup yang berisi kedua sahabatnya dan dirinya. 

Tiga sekawan😙

Belvan
Woi, Nik. Hobi banget lo ngubah nama grup.

Niko
Suka-suka gue.

Belvan bukan admin lagi

Niko telah mengeluarkan Belvan

Niko mengubah subjek "Tiga Sekawan😙" menjadi "Anak sultan"

Arjuna
Lo knp?

Niko
Gabut doang, Jun. Lo tau ga, tadi Belvan dimarahin sama ayahnya karena bangun telat doang. Ngakak bgt gue, Jun😂

Arjuna
Oh

Niko
Niko anjg emang🖕

Niko telah menambahkan Belvan

Niko
P maksud anda ngatain saya

Belvan
Lo kyknya prl diprksa, udh ga tertlng lg🖕🖕🖕

Niko
Nyenyenyenye

Belvan sekarang adalah admin

Belvan telah mengeluarkan Niko

Arjuna memutuskan menyimpan ponselnya, tak habis pikir dengan kelakuan dua sahabatnya itu.

"Anjing lo Van, gue dikeluarin!"

"Pembalasan, haha ...."

Seolah kenal dengan suara tersebut, Arjuna pun menoleh. Dan benar saja, ternyata dua orang yang saling mengejek itu adalah sahabatnya.

"Nungguin siapa Jun?"

"Anak baru." Bukan Arjuna yang menjawab, melainkan Belvan.

Spontan Niko menjitak kepala Belvan. "Lo Belvan, bukan Arjuna!"

"Gue cuma ngewakilin, anjing!"

"Berisik lo berdua," sahut Arjuna berhasil membungkam kedua sahabatnya. Bertepatan dengan keluarnya Arika.

Sepertinya perempuan itu telah selesai dengan urusannya. 

Niko tampak menganga tidak percaya, sedangkan Belvan yang berada di sebelahnya langsung membungkam mulut sahabatnya.

"Kemasukan lalat ntar, tambah bego lo."

"Bidadari ternyata bisa sekolah ya," celetuk Niko tak memedulikan ucapan Belvan barusan.

Niko mengulurkan tangannya, tak lupa tersenyum manis pada Arika. "Kenalin, gue Niko Aryono Restu. Orang terganteng di AHS. Sahabatnya Arjuna yang paling kalem."

"Dih, bohong banget kata-katanya. Jangan percaya, Ka."

Baru saja Arika hendak membalas uluran tangan dari Niko, Arjuna lebih dulu menepis tangan sahabatnya.

"Jangan caper."

Sedangkan Arika yang tidak paham dengan situasi sekarang, hanya tersenyum tipis. "Aku Alika, anak balu di AHS. Kalian beldua yang semalam di mall  kan, ya?"

"Iya, kita semalam udah ketemu. Cuma belum sempat kenalan aja," sahut Belvan.

"Kelas lo di mana?" tanya Arjuna mengalihkan pembicaraan dan sepenuhnya memfokuskan tatapan pada gadis yang kini semakin melebarkan senyum.

"Kata Bapaknya, sekelas sama Kak Juna! Tadi Alika celita sama Pak kepala sekolah kalo Kak Juna nemenin Alika ke luangannya," jelasnya.

"Oke, yuk kita ke kelas." Arjuna mengajak Arika agar segera pergi dari sana.

"Kak Juna di kelas banyak orangnya ya?"

Arjuna mengangguk. "Banyak."

"Wah, Alika jadi nggak sabal pengen cepat sampai. Telus main dan belajal sama meleka semua."

"Kalo ada pelajaran yang nggak lo paham, nanti tinggal tanya gue."

"Kok nanya Kak Juna, gulu 'kan ada banyak."

Keduanya tampak berjalan berdampingan dengan Niko dan Belvan mengikuti dari belakang. Sesekali keduanya tertawa, saat mendengar penuturan polos dari Arika.

"Gue kalo dikasih satu kayak Arika juga mau deh."

"Masalahnya ceweknya mau nggak sama cowok modelan kayak lo," sahut Belvan berhasil membuat Niko kesal.

"Ya maulah!"
_
_
_

LANJUT GA?

MENURUT KALIAN SOSOK AYAH ITU GIMANA?

ADA PESAN BUAT ARIKA?

PAK DARMA?

ARJUNA?

BELVAN&NIKO?

AUTHOR🐣

SEE YOU NEXT PART

Dipublikasikan:
Sel, 15 Maret 2022
20:28

Sel, 31 Januari 2023
20:30

Continue Reading

You'll Also Like

570K 44.4K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
589K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
3.4M 280K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
321K 19.2K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...