SUGAR

Por winjo_h

91.4K 21.7K 2.6K

Banyak yang berkata, sebuah tulisan di buku romance tidak lain tercipta karena penulisnya jatuh cinta atau pa... Mais

Prolog
Malik dan kebetulan
Kencan pertama
Bintang kejora
Peluk
Minggu pertama
Hanya ingin lepas
Plus one duty
Solo
Budaya patriarki dan stigma negatif kaum feminis
Walking with you
Tapi siapa itu Mirna mu?
Inikah rasanya dipatahkan?
Potongan masa lalu
Jadilah punya ku
Ijinkan aku menyayangi mu
Should i confess?
We kissed
90% of 100%
10.000 Hours
Anak teman Ayah
Hal
Naskah yang rampung
Let's moving on
The end
Special chapter
Terima kasih

Chill

3.7K 668 144
Por winjo_h

Chill

"Kita maskeran yuk, aku bawa masker di tas, aku selalu pengen maskeran sama pasangan aku."

Ajakan Siwi membuat Malik memberikan atensi, baru kali ini ia diajak melakukan perawatan tapi kenapa dibawa di tas? Siwi mau maskeran dimana?

"Boleh. Tapi dimana maskerannya?"

"Di kosan kamu gak apa-apa?"

Bukan sekali dua kali Siwi ke kosan Malik entah sekedar mampir mengantarkan makanan untuk menyemangatinya mengerjakan laporan atau menjemputnya untuk ke suatu tempat.

Tapi kenapa kali ini telinga dan wajah Malik jadi panas saat membayangkan gadis itu bersamanya di dalam kamar untuk waktu yang tidak sebentar?

Ah, padahal hanya mau maskeran.

"Gak..apa-apa sih kak, oh iya tadi Harun nitip tali senar gitar mampir dulu ya buat beliin?"

"Oke sekalian entar aku beli cemilan juga, buat nonton Netflix."

Ada hening sejenak diantara mereka sebelum Malik membalas,

"Chillnya enggak kak?" Itu Malik yang suara.

"Katanya masih perjaka." Goda Siwi teringat awal mereka pendekatan Malik pernah mengajaknya nonton Netflix tanpa chill karena ia masih perjaka.

Mengingat itu, Siwi tidak tahan untuk menertawai polosnya Malik.

Ah tapi siapa bilang pemuda itu polos? Bohong besar. Malik bahkan membuatnya kewalahan dalam perang bibir.

"Itu kak toko buat beli senarnya, yang samping alfamart."

"Oke. Kamu beli senar aja, aku yang belanja cemilan."

Saat Malik turun membeli senar gitar, Siwi juga bergegas membeli camilan dan minuman ringan di minimarket sebelahnya, tidak terlalu banyak, secukupnya saja karena ia dan Malik sesungguhnya adalah tipe manusia yang malas mengunyah, hanya saja terlalu hampa jika menonton film dengan mulut yang menganggur tanpa rasa.

Malik selesai terlebih dahulu, namun bukannya masuk ke dalam menghampiri sang kakak gula ia memilih menunggu Siwi di luar minimarket. Lagipula Malik tidak ingin membeli apapun, Siwi juga sudah mengantri di depan kasir.

Hanya saja, pemuda itu tidak tahu ketika sang kasir menghitung belanjaan Siwi dan bertanya, "Ada tambahan lain kak?"

Siwi sejenak berpikir dan teringat kalimat Malik tadi, "Chillnya enggak kak?"

"Kondomnya satu deh Mas."

Lima hari Wi? Tinggal lima hari! Ini cara yang kamu pakai agar Malik pergi atau Malik tinggal?

Siwi juga tidak paham pada dirinya sendiri yang pasti ia sudah keluar dengan kantong plastic penuh cemilan dan Malik yang menunggunya tanpa tahu apa-apa.

"Aku yang nyetir kak."

"Okay."

Baru saja Siwi naik ke kursi penumpang tapi Malik tiba-tiba menepuk keningnya sendiri dan berdecih.

"Kenapa ada yang ketinggalan?"

"Iya kak, mau beli token listrik sekalian, tadi pagi udah bunyi. Tunggu bentar ya?"

Malik berlari kecil masuk ke dalam minimarket, benar ia membeli token listrik namun lebih dari itu sebenarnya Malik—

"Mas, kondomnya sekalian."

Malik mencoba menahan rasa malunya.

Lagi pula kenapa? Membeli kondom bukan tindak kriminal, malah bagus untuk mencegah penyakit seks menular dan kelahiran yang tidak diinginkan.

Tapi lirikan dan senyum jahil kasir minimarket itu pada Malik dan mobil Siwi yang masih terparkir sempat menciutkan nyalinya, wajah Malik seketika merah padam, namun perasaan itu berubah menjadi debar saat si kasir berkata...

"Banyak amat mas? Tadi pacarnya udah beli tahu."

WAH MALIK, LAMPU HIJAU LIK!

***

Malik kira saat satu ruangan dengan Siwi dan mengetahui fakta ia juga membeli alat kontrasepsi seperti dirinya suasana kamarnya akan seketika canggung.

Ternyata tidak, mungkin karena Siwi pandai membangun mood dan menempatkan diri. Terbukti saat sampai, gadis itu langsung menyalakan AC seolah sudah hafal mati kebiasaan pemilik kamar, menyalakan laptop yang ia bawa sendiri sembari duduk bersilah di atas kasur, begitu ringan dan santai sampai Malik sendiri lupa yang tamu disini adalah Siwi bukan dirinya.

"Lik, baring sini! Aku maskerin."

"Siap kakak sayang. Bentar ya."

Si pemilik kamar bukan laki-laki kolot yang menganggap perawatan kulit = hal yang feminim, justru Malik selalu ingin merawat dirinya meski asal-asalan, sekedar memakai face wash dan sunscreen.

Maka saat volcanic mask yang kata Siwi khas Korea itu menyentuh kulitnya, ada perasaan segar dan juga nyaman, seolah lelahnya hari ini sedang diserap oleh masker wajah yang kini digunakannya.

Jangan lupakan pemandangan melihat Siwi dari jarak sedekat ini, dengan paha gadis itu yang Malik jadikan bantal dan tawanya yang jadi pengiring. Malik bertanya-tanya inikah simulasi surga?

"Jangan ketawa kak, aku aneh banget ya pakai masker gini?"

"Hahaha iya, kayak suku pulu-pulu."

"Pulu pulu pulu pulu pulu puuuuuluuuuuu, itu bahasa pulu-pulu artinya gak apa-apa, asal kak Siwi senang Malik juga seeeenaaaanggg!"

"Ngawur ah! Udah nih, sana ah kepala kamu berat!"

Malik menurut saja, ia membiarkan Siwi menggunakan maskernya sendiri sedangkan Malik sudah sibuk memasang tali senar gitar milik Harun yang putus beberapa.

Sebenarnya Malik juga turut andil dalam tragedy putusnya tali senar itu hingga ia mau tidak mau bertanggung jawab menggantinya, semua gara-gara saat Siwi berniat memutuskan kontraknya, ia memetik gitar Harun secara kasar sembari menyanyikan lagu patah hati bak orang gila.

Lalu bagaimana nanti kalau benar ditinggal? Mungkin bukan dua tali senar lagi yang putus melainkan semuanya.

Jrengggg! Jrengggg!

Malik mengatur nada, sedangkan Siwi yang baru selesai dengan maskernya menatap kagum. Ia baru tahu Malik penuh dengan talenta.

"Malik, musisi favorit lo siapa?"

Yang lebih muda terlihat berpikir sejenak.

"Kanye West? Yoo stream Donda, kak Siwi!"

"Yang bener aje lo!" Bantal milik Malik dilempar dan hampir mengenai pemuda itu.

"Ya udah deh Travis Scoot."

"Lo ngapa pada doyan mantunya Kris Jenner sih anjir?!"

Siwi menyukai segala tentang Malik tapi maaf, tidak untuk selera musiknya yang begitu utara dan selatan dengan selera Siwi.

"Kalau kak Siwi gimana? Sukanya sama musisi apa?"

"Hemmm the Vamps? All I wanna be, yeah all I ever wanna be, yeah, yeah. Is somebody to you." Siwi sedikit menyanyikan lagu yang meledak di masa-masa kuliahnya itu dengan percaya diri walau mendapat tatap tidak paham dari si adik gula.

"Anjir kak, 2014 banget anjir!"

"Jadi maksud lo selera gue tua gitu?"

"Ya gak gitu. Gak nyangka aja kak Siwi suka the vamps, tahu gitu tiap malem aku gitarin sama nyanyiin lagunya buat pengantar tidur. Asik, romantis gak?"

Sayang sekali gelengan kepala Siwi membuat Malik memasang wajah cemberut yang lucu hingga membuat Siwi terbahak di tempatnya.

Namun cemberut dan tawa itu tidak berlangsung lama karena di menit berikutnya, Malik benar-benar serius memetik gitar dipangkuannya, meski suaranya tidak lantang namun baritone itu cukup memenuhi indera pendengaran Siwi hingga membawa rasa yang tidak biasa di dadanya.

"But I, I, I love it I, I, I love it Love the way she plays with my head. She lets me down Then gets me high Oh I don't know why she's just my type."

Begitu Malik menyanyikan part Bradley Simpson di lagu just my type milik the Vamps.

Ia merasa lirik itu mewakilinya, bagaimana ia menyukai jemari Siwi bermain di atas kepalanya, kadang mengusak, kadang mengusap, ia menyukai segala ritmenya.

Malik sungguh tidak punya ekspektasi apapun pada Siwi sebelumnya kecuali gadis itu punya uang untuk membayarnya, namun lambat laun Malik menyadari, perempuan seperti Siwilah tipe idealnya.

Atau memang Siwi orangnya?

"Kak, you into a kpop?"

"Not much, kenapa?"

"Listen, this is for you. Ehem—"

Jreng!

"Noona neomu yeppeo, Micheo, Replay Replay Replay..."

Seingat Malik lagu itu tentang seorang pria yang menyukai perempuan yang lebih tua darinya hingga membuatnya gila saking sukanya dan minta agar perasaannya berbalas.

Lagu yang juga tepat baginya untuk Siwi yang kini tidak melepaskan tatap.

"Kak, maskernya berapa lama baru boleh dibilas?"

"15 menit. Kenapa?"

"Aku gak sabar pengen cium kamu."



-To be continued-

"Tidak perlu ragu untuk membuat tempat ini berisik, aku hanya sudra jika sudah di atas tempat tidur bersama mu."

Disclaimer:

- Boleh diskip apalagi untuk yang belum cukup umur karena tidak mempengaruhi alur cerita SUGAR.

- Rating : 18+

Preview:

Lanjutannya aku upload di trakteer.id ku,
linknya ada di bio:

https://trakteer.id/Winjo_h

Cara bacanya:

1. Klik linknya, cari judul karya SUGAR 'The love scene' dan klik

2. Login dengan gmail atau facebook kalian dan selamat membaca

INI BERBAYAR!

(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)

Continuar a ler

Também vai Gostar

1M 3.4K 15
Ingin cerita lebih lengkapnya lagi, Silahkan klik Link di profil saya... 🙏🙏😊
106K 16.3K 14
TWITTER PLEASE DO YOUR MAGIC! Tadi siang sekitar jam tiga gue nemu cincin yang jatuh di KRL Serpong Line. Seingat gue mas-masnya agak tinggi, pakai h...
187K 31.1K 45
Pada Serena Jeno menemukan ketenangan, pada Shakila Jeno menemukan kebebasan. Kalau kata lagunya The 1975 you do make me hard, but she makes me weak...
18.8K 3.8K 17
[LENGKAP] Buku Kedua: Serendipity: Undercover Fate Kumpulan kata yang tersurat dari Dhanurendra Akasha dan Nararya Anindita dalam tiap sepucuk surat...