MEREKA DI SINI [TAMAT]

Agen_Intel द्वारा

209K 26.3K 2.6K

Sheina Arsilia, gadis SMA yang terpaksa tinggal sendiri di rumah pemberian sang paman. Setiap hari ia lewati... अधिक

👻MDS 01 || Pindah
👻MDS 02 || Insiden
👻 MDS 03 || Dia Yang Tak Terlihat
👻MDS 04 || Drama Di Pagi Hari
👻MDS 05 || Hai!
👻MDS 06 || Sekolah Baru
👻MDS 07 || SMA Pertiwi
👻MDS 08 || SMA Pertiwi (2)
👻MDS 09 || Kremasi
👻MDS 10 || Rahasia Ryan
👻MDS 11 || Lorong Misterius
👻MDS 12 || Ritual Pemanggilan Arwah
👻MDS 13 || Keputusan
👻MDS 14 || Keanehan
👻MDS 15 || Ritual Pemanggilan Arwah (2)
👻MDS 16 || Rencana
👻MDS 17 || Menjalankan Misi
👻MDS 18 || Tragedi
👻MDS 19 || Pembunuhan Terselubung
👻MDS 20 || Pembunuhan Terselubung (2)
👻MDS 21 || Xanthophobia
👻MDS 22 || 666
👻MDS 23 || 00.00
👻MDS 24 || Kebenaran
👻MDS 25 || Terima Kasih
👻MDS 26 || Kasus Baru
👻MDS 27 || Kehilangan
👻MDS 28 || Perempuan Itu ....
👻MDS 29 || Pengkhianat
👻MDS 30 || Gadis di Tengah Hujan
👻MDS 31 || Gadis di Tengah Hujan (2)
👻MDS 32 || Satu Rahasia
👻MDS 33 || Perjalanan Rahasia
👻MDS 34 || Menghilang
👻MDS 35 || Menghilang (2)
👻MDS 36 || Sosok Misterius
👻MDS 37 || Penyelamat
👻MDS 38 || Selamat Tinggal, Ryan!
👻MDS 39 || Reinkarnasi?
👻MDS 40 || Dejavu
👻MDS 41 || Titik Terang
EXTRA PART 1 👻
EXTRA PART 2 👻

👻MDS 42 || Akhir Perjalanan Sheina

4.1K 465 48
Agen_Intel द्वारा

Part kali ini ada lebih dari 2k kata, jadi siapin niat kalo mau baca biar ga bosen HEHEHE.

Selamat membaca

Jangan lupa vote + komen!

✧✧



"Ngga. Gue kenal Rey."

Orang ini sedang bercanda? Selama tinggal bersama Rey, sama sekali Sheina tidak pernah mendengar teman abangnya yang bernama Rangga.

Sheina mundur selangkah sebab jarak mereka terlalu dekat. Mau bagaimanapun, ia harus berhati-hati dengan orang asing, apalagi jika orangnya sok akrab.

"Dua minggu lalu, Rey pernah cerita ke gue tentang rencana buat cari ayahnya. Berdasarkan cerita dia, gue punya kesimpulan kalo ayahnya udah ninggalin dia dari kecil demi pekerjaan barunya, tapi gue ga tau itu pekerjaan apa. Bener begitu?"

Sheina terdiam sejenak, membiarkan suara bising jalanan menemani obrolan mereka. Apa yang diucapkan Rangga barusan memang benar, tapi kenapa Rey memberitahu urusan pribadinya pada orang lain? Rey yang Sheina kenal tidak mungkin membagikan masalah pribadinya, sekalipun itu teman terdekat. Ia akan memilih untuk bercerita ke Sheina saja.

Karena tak kunjung ada jawaban, Rangga merogoh saku jaket. "Biar lo percaya, gue ada bukti." Ia mengulurkan tangan memberi gawainya kepada Sheina.

Rey

Ga, lo masih inget kan gue pernah cerita ttng ayah gue?

Iya masih. Kenapa?

Gue mau jalanin rencana itu skrng aja

Lah beneran? Napa mendadak?

Mending mendadak kek gini, drpda ditunda" trs

Gue titip adek gue ke lo ya, bisa kan? Nanti gue serlok alamat rmh gue biar lo bisa ke sana dan jelasin ke adek gue. Dia pasti bisa ngerti

Ngga ke om lo aja? Klo dia ga percaya sama gw gimana?

P

Woi

Anjir langsung off

Jari Sheina berhenti menggulirkan layar ketika sampai di bagian bawah chat. Hari serta tanggalnya sama persis saat Rey juga mengirim pesan padanya. Sheina kira hanya dirinya yang diberitahu tentang hal itu, tetapi ternyata ada orang lain juga.

Rangga berdeham sambil memberi isyarat menggunakan sorotan matanya agar Sheina mengembalikan ponsel miliknya.

"Nih," ucap Sheina.

Rangga hendak menerima handphone-nya, namun tiba-tiba Sheina menarik kembali tangannya yang terulur tadi.

"Handphone gue jangan lo embat! Harganya ga sampe dua juta!" sungut Rangga tak terima.

"Dih, ngapain juga gue ambil. Gue cuma mau nanya. Lo beneran temen abang gue? Yang tadi bukan fake chat, 'kan?"

"Beneran! Kalo lo ga percaya yaudah, gue juga males ngurusin lo!" tukas Rangga semakin menaikkan nada suaranya.

Selanjutnya, lelaki yang mempunyai status sebagai seorang mahasiswa itu melangkah menjauhi halte bersamaan dengan bus yang datang. Mungkin ia masih punya urusan lain. Sedangkan Sheina terus memandangi punggung tegap milik Rangga yang semakin menjauh dan menghilang di antara orang-orang yang berjalan di trotoar.



|_-_-_-_-•|


Malam telah tiba, Sheina pun telah sampai di rumah sejak jam 3 sore. Sekarang ia sedang duduk menikmati indahnya bintang-bintang di langit malam yang tampak cerah. Ia tidak peduli dengan orang-orang atau tetangga yang berlalu-lalang dan menatapnya dengan aneh.

Ah, rasanya sudah lama sekali ia tidak melakukan hal ini karena disibukkan oleh berbagai masalah.

Ternyata udara di malam hari tidak begitu buruk. Sheina menghirup serta merasakan angin yang berembus dan menyapa dengan lembut di kulit putihnya. Wajah Sheina tampak tenang, namun tidak dengan pikirannya.

Kini di otaknya hanya terisi oleh pertanyaan 'bagaimana cara menemukan Rey'.

Ya, cuma itu.

"Kenapa gue ga bisa hidup tenang sedetik aja?" gumam Sheina di sela-sela lamunan.

"Permisi ... Mbak?" Suara seseorang mendadak menghancurkan renungan Sheina sampai gadis itu tersentak dan bersiap melempar satu sandal jepit berwarna hitam.

Si pemilik suara sontak menghindar, takut kalau gadis di hadapannya ini benar-benar melempar sandal.

"Maaf, Mbak. Saya cuma mau antar makanan ini," ungkap pria berjaket hijau muda disertai garis-garis hitam di beberapa bagian. Rupanya dia hanya tukang ojek online yang mengantarkan makanan.

Sheina dapat bernapas lega, ia menaruh kembali sandal yang sebelumnya ada di genggaman.

"Saya ga pesen, Pak," sahut Sheina dengan alis bertautan.

Pria itu mengecek nama pemesan di aplikasi. "Ini pesanan atas nama ... Alena Yelvita."






|====|








Suara jangkrik saling bersahutan dan menciptakan alunan melodi abstrak menemani malam yang sunyi di rumah gadis SMA ini.

Selepas menikmati makan malam pemberian Alena, Sheina masih duduk termangu di meja makan seolah enggan beranjak. Pemandangan di depan meja makan hanya ada kompor dan beberapa peralatan masak, tapi Sheina seperti betah berlama-lama di sana.

Menit berikutnya, tiba-tiba Sheina berdiri hingga kursi tergeser. Ia berjalan mendekati kompor. Tatapan kosongnya terarah pada sebuah pisau. Entah mengapa tangannya mengambil pisau itu tanpa ragu, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.

Matanya beralih ke ujung pisau yang tampak tajam juga berkilau akibat cahaya lampu. Kemudian beralih lagi ke pergelangan tangan kanan.

Semua orang pasti tahu kalau urat nadi berada di tangan kanan dan itu yang menjadi pusat perhatian Sheina sekarang. Jari jempol di tangan kirinya sesekali menekan pelan urat nadi, mencari tempat terbaik untuk menggoreskan pisau.

Perlahan, ia mengarahkan pisau ke pergelangan tangan hingga tercipta satu sayatan pertama. Ia sengaja melakukan hal tersebut secara lambat agar bisa merasakan sensasi baru yang belum pernah ia coba seumur hidup.

Ternyata lumayan enak.

Senyum terukir jelas di bibir Sheina meski air mata terus membasahi pipi.

Tangannya bergemetar hebat ketika hendak membuat sayatan kedua. Namun, ia terus memaksa. Rasanya, sekarang ia sudah 100% tidak waras sampai tega melukai diri sendiri. Kalau melakukan cara ini, ia tidak perlu lagi memikirkan solusi dari semua masalah yang ada.

BRAK!!!

"Sheina!"

Pintu terbuka lebar dan seseorang masuk tanpa seizin Sheina. Ia berlari menghampiri Sheina dengan raut panik seolah tahu apa yang baru saja terjadi.

"LO UDAH GILA?!" murkanya begitu mendapati sayatan yang diciptakan di tangan kanan Sheina. Namun, gadis itu tak merespons. Bahkan air matanya malah bertambah banyak. Ia seperti tidak punya tujuan hidup sekarang.

"Ngapain lo kesini? Lo tau rumah gue darimana?" tanya Sheina diiringi isak tangisnya ketika melihat sosok pria yang bertemu dua kali di halte dan tempat praktek.

Dia Rangga.

"Nanti gue kasih tau, sekarang mending lo duduk dulu." Rangga menarik satu kursi agar Sheina bisa duduk, kemudian menenangkan diri sebelum memberitahu tujuannya datang kemari.

Selang beberapa menit setelah Sheina benar-benar tenang serta tidak menangis lagi, Rangga mulai berbicara.

"Gue tau rumah lo dari Rey. Tadi lo baca sendiri 'kan chat gue sama dia? Waktu itu sebelum menghilang, dia sempet kasih tau alamat rumahnya."

Benar juga! Sheina hampir lupa akan hal itu, padahal ia sudah membaca chat dari Rey.

"Terus, lo ke sini mau ngapain?"

"Ada yang mau gue omongin, ini tentang Rey. Tapi kayaknya besok aja gue kasih tau, soalnya sekarang lo lagi begini. Gue ga mau nambahin beban pikiran lo. Kalo gitu, gue pam—"

"Ngga! Gue gapapa. Lo bisa ngomong sekarang," sela Sheina begitu Rangga hendak berdiri. Lagipula, Sheina akan penasaran kalau tidak tahu maksud Rangga. Berarti sama saja beban pikirannya bertambah, 'kan?

"Oke kalo itu mau lo. Jadi, tadi sekitar jam 5 sore, ada satu pesan masuk di hp gue. Pesan itu dari Rey. Dia tiba-tiba share loc," papar Rangga sambil memperlihatkan bukti pada Sheina.

"Kenapa dia mendadak ngasih tau lokasinya?"

"Ga tau. Menurut gue sih, dia mungkin lagi butuh bantuan. Orang yang lagi terdesak kadang cuma berharap bisa dibantu sama orang terdekatnya. Tapi ... kenapa gue yang dipilih? Kenapa ga ke lo aja?"

Sheina berdeham. Ia tahu pasti alasannya. "Karena ... HP gue udah rusak. Bisa jadi dia kirim pesan ke gue juga."

"Yaudah, sekarang kita cari Rey aja."

Sontak Sheina terkejut. Malam-malam begini mau mencari Rey? Sudah gila?

"Udah malem, ga bisa besok aja? Lagian dia juga udah kasih tau lokasinya," tolak Sheina.

"Kalo misalnya besok dia udah ga di situ lagi gimana? Lo ga khawatir sama abang lo sendiri? Sebenernya lo niat ga nyari dia?" Rangga mencecar Sheina dengan berbagai pertanyaan sampai si gadis SMA itu terdiam, lalu menuruti perintah Rangga.

Keduanya langsung bergegas keluar rumah tanpa menyiapkan apa saja barang-barang yang perlu dibawa. Sheina juga sebenarnya bingung mau naik kendaraan apa agar sampai ke sana? Namun pertanyaannya terjawab ketika melihat mobil berwarna silver terparkir di depan rumah. Itu pasti milik Rangga.

Bermodalkan niat dan tekad, kedua insan ini berangkat menuju lokasi yang Rey berikan.



👻👻👻





Deru mesin mobil yang berjalan melewati gelapnya malam terdengar jelas. Meski jalanan tampak sepi, tapi kedua orang ini tetap memberanikan diri untuk mencari Rey.

"Gue boleh nanya?" Rangga mulai bersuara meski ia tampak ragu menanyakan hal ini.

"Silakan," jawab Sheina tanpa membalas tatapan Rangga melalui kaca di dalam mobil. Gadis itu masih sibuk memperhatikan pemandangan di luar jendela.

"Kenapa lo milih tinggal sama Rey? Bukannya ada paman lo di kota ini? Mungkin hidup lo bakal lebih terjamin sama dia daripada Rey."

"Betul kata lo, hidup gue lebih terjamin kalo tinggal bareng paman gue. Dia punya banyak bisnis, jadi udah pasti dia kaya. Tapi gue ga butuh semua uangnya, gue cuma mau dirawat sama orang yang bener-bener sayang sama gue, dan orang itu adalah Bang Rey," urai Sheina.

Gadis berjaket cokelat muda itu beralih pandang, lalu lanjut bicara. "Tapi sekarang dia ga ada kabar. Jujur aja sih gue agak kecewa sama dia karena ambil langkah tanpa nanya pendapat gue dulu. Semua ini juga karena orang brengsek yang gue panggil 'ayah' itu."

"Maaf, gue nanya urusan pribadi lo," ucap Rangga setelah melihat ekspresi marah Sheina. Ia mengerti bagaimana rasanya ditinggal orang yang tersayang.

"Gapapa, santai aja. Oh iya, sebenernya gue dari tadi mau tanya ini. Kenapa lo mau bantuin gue? Sampe rela pergi malem-malem begini."

Rangga mengusap-usap tengkuknya. "Ya ... karena gue udah diamanahin sama Rey juga buat jaga lo. Gue bukan tipe orang yang ingkar janji."

Ckiiitt!!!

Mobil berhenti mendadak hingga bunyi remnya terdengar. Entah apa yang terjadi, tetapi Sheina berharap perjalanannya kali ini tidak ada hambatan.

"Kok berhenti?" Sheina bertanya saat Rangga melepas sabuk pengaman.

"Kita udah sampe."

Mendengar jawaban Rangga, lantas Sheina ikut keluar dari mobil dan berjalan mengiringi Rangga.

Kini di hadapan mereka terpampang sebuah gubuk tua yang sepertinya tidak ada orang. Kondisinya juga memperihatinkan, debu dimana-mana, atap berlubang, serta pintu yang sudah reyot. Langkah Sheina terhenti ketika sadar bahwa Rangga tidak ada di sampingnya.

"Rangga, lo dima—"

BUGH!







👻👻👻








"Aww." Ringisan seorang gadis mengawali pagi ini. Sepintas matanya tersorot oleh sinar matahari yang baru saja terbit. Samar-samar telinganya mendengar suara orang sedang mengobrol. Mungkinkah itu abangnya yang selama ini ia cari-cari?

Namun, ia tersadar kalau tempat ini bukanlah rumah berlantai dua pemberian sang paman. Ia juga terbangun di lantai penuh debu, bukan di kasur lembut seperti biasa.

Sekuat tenaga ia bangun walaupun darah terus mengucur dari dahi hingga jaket kesayangannya basah karena darah tersebut. Ada satu hal lagi yang lebih mengejutkan, kakinya dirantai entah oleh siapa.

"Ini dimana?" tanyanya usai berhasil mengubah posisi menjadi duduk dan menutupi dahi menggunakan tangan.

Sekarang ia dapat melihat jelas keempat orang yang berdiri tak jauh dari tempatnya. Tatapan mereka semua tertuju ke satu titik.

"Bos, dia udah sadar," ucap pria bertubuh kekar.

Orang yang dipanggil 'bos' itu mendekati Sheina yang tak berdaya karena ulahnya.

"Gimana tidurnya? Nyenyak ga? Di sini lebih enak, 'kan daripada di rumah sendirian?"

Suara itu sangat familier di telinga Sheina, ia seolah telah mendengarnya beberapa kali. Namun sayang, wajah lelaki di depannya tidak kelihatan sebab topi hitam yang dikenakan menghalangi.

"Lo ... Rangga?"

"Menurut lo?" Lelaki itu berjongkok agar Sheina bisa melihatnya lebih dekat lagi.

Ekspresi terkejut Sheina tak bisa disembunyikan tatkala mengetahui orang itu adalah Rangga—lelaki yang baru dikenalnya dan ingin membantu mencari Rey.

"Darahnya belum berhenti juga," ujar Rangga seraya menghapus darah di dahi Sheina.

"Aww, sakit," ringis Sheina begitu lukanya disentuh. Sekarang dia ingat bagaimana luka ini bisa tercipta.

Netra Rangga masih fokus pada luka Sheina, sesekali ia tertawa. "Gue kira nangkep lo itu susah, ternyata gampang banget. Tinggal ajak lo kesini, terus pukul lo pake kayu itu." Ekor matanya menunjuk ke satu arah, yaitu sebuah kayu yang tergeletak di sudut gubuk tua ini.

"Kenapa lo ngelakuin ini?" Sheina memaksa bertanya meski bibirnya tak sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Air mata tak dapat ditahan lagi.

Tangan kanan Rangga yang terasa hangat menyentuh wajah Sheina, kemudian menghapus jejak air mata yang bercampur darah.

"Ga ada motif tertentu sih, gue cuma gabut aja. Bingung nyari korban selanjutnya. Eh kebetulan waktu itu gue ketemu Rey di jalan, sempet ngobrol juga. Abis itu gue lakuin hal yang sama kayak sekarang," jelasnya diakhiri kekehan.

"Ma-maksudnya ... lo—"

"Gue bunuh Rey, tapi barang bawaannya gue ambil. Lumayan lah."

Sheina merasa orang itu bisa dibilang psikopat yang sesungguhnya seperti di film-film. Rasa takut pasti hinggap di benak Sheina. Ia ingin kabur, tapi sadar kalau kakinya dirantai. Maka, ia hanya terduduk pasrah.

"Kita langsung aja ke intinya." Rangga berdiri kembali, langkahnya tertuju ke meja kayu. Sheina tak dapat melihat apa yang ada di atas meja tersebut.

"Ini aja kali ya? Gue lebih suka pake cara yang pelan." Tangan Rangga mengangkat tinggi-tinggi sebuah pisau yang ujungnya tampak mengkilap.

Ia jongkok di depan Sheina lagi, memegang kuat dagu si gadis agar tak banyak bergerak. Senyum tipisnya bahkan dapat Sheina lihat dari jarak sedekat ini. Perlahan tapi pasti, mata pisau itu bergerak di leher Sheina. Darah segar mengalir keluar.

Mau memberontak bagaimanapun, ujung-ujungnya juga Sheina pasti kalah karena ada tiga orang lainnya yang membantu Rangga.

Apa ini benar-benar akhir perjalanan hidupnya? Mengapa sangat menyedihkan? Di saat terakhir pun, ia tak dapat merasakan berkumpul dengan keluarga seperti anak-anak seumurannya. Bagi Sheina, kebahagiaan hanya imajinasi semata. Sampai kapanpun takkan pernah terealisasikan.

"Good bye, Sheina. Tidur yang tenang," bisik Rangga sebelum mata Sheina tertutup sempurna akibat pisau yang ia tancapkan di leher gadis malang itu.

.
.
.
.
.

- TAMAT -

"Jangan terlalu percaya dengan orang yang berada di sekitarmu. Bisa jadi mereka lah orang yang berpengaruh untuk menghancurkan dirimu. Karena kita tahu, bayangan pun akan meninggalkan kita saat berada dalam kegelapan."

— Sheina Arsilia.

****

Beneran tamat 🙂🙏
Gantung bgt ya? Emang sengaja sih, nanti bakal ada extra part dan di sana dijelasin tujuan Rangga bunuh Sheina. Bukan cuma itu doang, penyebab meninggalnya Ryan juga ada, terus alesan Rey menghilang ada di extra part. Jadi, tunggu aja ya.

Maap nih kalo ceritanya ga jelas karena aku masih pemula, perlu belajar lebih banyak lagi. Makasih buat yang udah baca cerita absurd karangan author abal-abal ini wkwkw.

Semoga puasanya lancar! Bye 👋

Ketemu lagi di extra part!

Selasa, 12 April 2022. 13:48.

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

296K 4.1K 71
KUMPULAN CERITA DEWASA.
152K 8.4K 17
Menjadi cantik dan awet muda merupakan impian setiap wanita. Tapi, jika melewati jalan yang salah apa masih bisa di benarkan? Edi membuat istrinya te...
247K 17.2K 29
Ruang tua 12.A kelas sunyi sepi. kelas itu selalu ditempati oleh anak anak kutu buku dan kelas itu sangat dijaga oleh para guru. Hingga pada akhirnya...
9.7K 1.5K 8
[ SHORT STORY ] Semuanya bermula ketika mereka berlibur di villa itu.