The Cringe Island Gets Me Too...

Von DonuDonu

50.1K 8.3K 4.3K

Jake, uke hits toktok yang sombong dan sok atuh' itu, harus ngerasain jadi orang yang emosional setelah denga... Mehr

1 - Jangan remehkan doa orang yang tersakiti
2 - Ular mamba hijau
3 - Primitif, seperti pesona dunia lama
4 - Manis katanya
5 - Pak Pulu dan sebuah ajakan
6 - Nasib sang influencer
7 - Celakanya sang influencer
8 - Wasilah Sahabat
9 - Tekad Pak Pulu
10 - Manusia.. primitif?
11 - Pulau, Jake dan sejarahnya
12 - Primitif ternyata nggak seburuk itu
13 - Suami (babu) Pulu
14 - Awal Misteri Pulu
16 -Huru Hara satu waktu, dua tempat.
17 - Upacara Kepala Suku
18 - Hikmah Gigitan Hiu
19 - Awal Lembaran Baru
20 - Konfrensi Pers
21 - Dua kapal yang berbeda
22 - Misi Penyelamatan
23 - Pantau Memantau
24 - Kembali ke Kota
25 - Batu Ajaib
26 - Sosialita dan Manifestasi Mistik
27 - Kota Malam
28 - Kota Malam Pt. 2 : Jebakan Batman
29 - Masalah Obat Perangsang
30 - Gak Sengaja Kena Prank

15 - Jake dan Ego nya yang tinggi

1.5K 275 169
Von DonuDonu

Kalo kalian lupa, Jake itu sebetulnya bukan orang paling baik diluar sana.

Mungkin, didunia ini nggak ada orang yang ego-nya lebih besar dari Jake. Yah maybe Jungwon sih, yang kadang kadang lebih parah dari dia. Sunoo emang ga seberapa walaupun sama aja. Tapi ya karna itu mereka bestie-an.

Jake itu egois, sok, dan selalu ngerasa paling tinggi. Nggak gimana gimana, bukan karna apa apa, tapi ya memang sifatnya dia begitu. Salain juga kenapa kok kayaknya dewi fortuna berpihak ke kehidupan dia mulu sedari kecil. Dia hampir ga pernah ngerasain namanya susah di idupnya, kecuali setelah dia terdampar di pulau ini.

Sebetulnya kemarin, alasan kenapa Jake mendadak nangis waktu ciuman sama Pak Pulu itu karna mendadak dia ngerasa kecewa sama diri sendiri. Hampir, jijik? Dia gengsi kenapa dia sempet menikmati segala perhatian Pak Pulu kepadanya. Harga dirinya yang selalu ada di atas langit, mendadak jatuh ke tanah. Jake merasa begitu.

Kalau kalian merasa ini sebenernya nggak penting, ada benernya. Karna ego emang kadang nggak penting. Tapi nggak semua orang bisa menghilangkan ego dan watak pribadinya. Dan Jake adalah salah satunya.

"Jake, lo beneran cere sama Pak Pulu?,"

Tanya Sunoo ke Jake yang duduk dibelakang rumah sedari tadi. Cowok itu keliatan duduk diem disitu semenjak pulang dari rumah Pak Pulu, mukanya mengkerut, kelihatan pikirannya kalut.

Jake kelihatan mengerutkan alis dengan muka nggak suka, lalu menggeleng geleng,

"Gue gabisa sama dia. Gabisa. Tempat gue ga disini. Gue mau keluar dari pulau ini," Katanya sambil nggak menatap Sunoo.

Sunoo memandang Jake, alisnya turun agak murung,

"Lo bener sih," Gumamnya. Cowok itu ikutan duduk disamping Jake sambil memeluk lutut,

"Cepet atau lambat, kita harus keluar dari tempat ini," Lanjutnya.

Mereka terdiam dengan pikiran masing masing selama beberapa saat. Saling mikir, kapan mereka bisa keluar dari sini dan hidup normal lagi. Rasanya aneh, mereka udah mulai 'terbiasa' hidup disini, sedangkan dulu biasanya selalu hidup glamor di kota.

Sunoo menoleh, memperhatikan Jake yang mengusapi kukunya yang berbalut kuteks bening dari getah pohon pulau Pulu, memperhatikan gelagat cowok itu,

"Tapi lo.. Gak keliatan o.k," Ucapnya.

Jake menoleh, lalu langsung mengubah posisi duduknya jadi duduk tegak,

"Enggak kok! Gue o.k!!,"

Semprotnya lalu langsung berdiri, agaknya tersinggung sedikit sama omongan Sunoo. Masa dia dikirain lagi ngegalauin Pak Pulu, kan, gamungkin!!

Jake langsung jalan duluan dari halaman belakang itu, memutar lewat samping berniat balik masuk ke dalam rumah. Tapi langkahnya langsung terhenti pas dia lihat Pak Pulu yang entah sudah dari kapan berdiri didepan rumahnya. Cowok tinggi itu memandang ke kedua matanya dari jauh,

"Jake..," Gumamnya.

Dipanggil begitu, Jake langsung memalingkan wajah. Dia buru buru balik badan jalan ke arah lain. Pokoknya, nggak ada urusan sama Pak Pulu!!

Tapi Pak Pulu langsung nyusulin Jake dan mencekal tangannya,

"Jakey, dari saya jangan menghindar,"  Cegatnya.

Tapi Jake hempasin tangannya,

"Apa sih?!," Amuknya lalu langsung jalan gitu aja.

Lagi lagi dicekal oleh Pak Pulu, tapi kemudian di hempas lagi oleh Jake. Percuma.

Memang susah kalo sama orang keras kepala.

Tapi Pak Pulu nggak menyerah. Cowok itu langsung menangkap tubuh Jake dan memeluknya dari belakang,

"Maafin saya Jake, saya salah ada apa?,"

Tanyanya sambil memeluk Jake erat erat.

Tapi Jake langsung meronta ronta lagi sambil marah marah,

"Apaan sih?! Ihh koteka lu nempel anjirr!! Ga usah pegang pegang bisa ga sih?!!,"

Ngedenger itu, Pak Pulu tarik nafas panjang, terus mejamin matanya beberapa detik di pundak Jake sebelum ngelepasin cowok itu. Memutar tubuh Jake, menatap ke kedua matanya,

"Saya minta maaf.. Kalau kamu marah soal kemarin," Ujarnya dengan wajah yang menyesal. Dia mikir, oh, jadi Jake nggak nyaman kemarin, waktu dia meluk, dan ngusapin kepalanya, atau nyium dia..

Tapi kemarin itu, Pak Pulu nggak bermaksud jelek.. Dia cuma sayang Jake, Jake kemarin kelihatan kedinginan lalu dia peluk, dan Jake kelihatan nyaman kemarin jadinya dia berani..

Mau nggak mau hatinya kerasa sakit sedikit.

"Jakey maafkan saya ya?," Pintanya. Dia gamau Jake marah begini ke dia, apalagi sampai sebut sebut cerai kayak kemarin. Karna kalo memang Jake nggak nyaman, Pak Pulu nggak akan maksa kok.

Jake masih ngelihatin Pak Pulu dengan mata sinis,

"Ok. Tapi tetep, mulai hari ini gue cerai sama lo,"

Alis Pak Pulu langsung menyatu,

"Kenapa? Kenapa Jakey? Saya paksa kamu nggak akan lagi, saya janji saya gitu lagi nggak,"

Ucapnya agak menggebu gebu karna dia nggak bisa nahan perasaan sekarang. Rasanya kaget, sedih sekaligus binggung jadi satu.

"Ck," Jake berdecak,

"Gue gapeduli ya. Pokoknya gue dari awal gamau nikah ama lo, sampe sekarang ya tetep gamau!! Gue gabisa ya ama lo, lo ama gue tuh beda!! Beda! Ngerti ga?!,"

Semprotnya dengan nada yang agak membentak. Menyakitkan.

Jantung Pak Pulu berdegup kencang, nafasnya agak memburu. Cowok itu ngelihat ke kedua mata Jake yang kelihatan tajam. Walaupun tatapan Jake memang hampir nggak pernah lembut ke dia selama ini, tapi kali ini rasanya sangat menyakitkan,

"T-tapi kamu nggak bisa begini..," Gumamnya nggak bisa menahan suara yang agak tercekat sedikit.

"Bisa!," Jake maju lalu dorong pundak Pak Pulu kasar dengan jari jari lentiknya,

"Bisa lah! Lo sendiri yang bilang kalo gue mau cerai lo bakal lepasin gue. Iyakan?!," Bentaknya lalu dorong pundak cowok itu sekali lagi.

Pak Pulu terdiam. Bibirnya terkatup. Dia terus terusan memandangi kedua mata kecoklatan Jake dalam dalam. Mencari cari sedikit harapan di kedua mata itu, karna dia tau kalau mata nggak akan pernah bisa bohong. Tapi setelah beberapa lama dia menyelami mata 'istri' kesayangannya itu, dia nggak menemukan apa apa. Jake.. Kelihatannya dia serius. Pak Pulu bisa lihat kalau dia serius.

Maka cowok itu menunduk, menarik nafas panjang dan menguatkan hatinya. Lalu melangkah mundur satu langkah, menjauhi Jake. Setelahnya, sekali lagi dia menatapi kedua mata Jake dalam diam. Tapi tatapan mata cowok itu tetap terlihat sama.

Mendadak kepala suku itu mengangkat kain ditubuhnya dan melepaskan baju berwarna merah dengan bordir warna hijau itu. Baju yang selama ini dia pakai demi menyenangkan Jake. Kali ini dia sudah nggak bisa menyenangkan Jake lagi.

Setelah kain itu melewati kepalanya dan terlepas seutuhnya, cowok itu menekuk pakaian itu dalam diam. Melipatnya rapih lalu meletakkannya di tanah tepat didepan kaki Jake tanpa bicara apa apa lagi.

Pak Pulu tau kalau dia nggak bisa menarik ucapannya sendiri. Dia itu dari kecil dididik sebagai kepala suku, dari kecil dia belajar kalau semua ucapannya harus ditepati, meskipun pikirannya sudah berubah ataupun hatinya sakit. Dia tau dari awal dia nggak pernah memaksa Jake untuk bersama dia selamanya. Dia pernah bilang ke Jake kalau suatu saat Jake mau berpisah, dia pasti melepaskannya. Dan kali ini walaupun hatinya sakit, dia harus menepati janjinya pada Jake. Bagaimanapun, dia nggak bisa memaksa cowok itu, bukan karna dia tidak mencintainya, tapi justru karna dia mencintainya.

Bibirnya membentuk senyum tipis. Kedua matanya menghangat, menatapi kedua mata Jake dengan tatapan dan senyum yang tulus,

"Terimakasih, Jake. Semoga kamu bahagia selalu. Saya..-," Ucapan Pak Pulu terputus. Cowok itu menggeleng geleng sendiri,

"Sampai ketemu, Jake."

Lanjutnya kemudian. Senyuman tipis cowok itu menutup pembicaraan penuh emosi antara hubungan suami istri yang sudah berakhir ini.

Sebetulnya tadi sebelum pergi Pak Pulu mau bilang,

Saya sayang kamu, Jake.

Tapi nggak pernah dikeluarkan. Karna dia tahu dia nggak akan dapat jawaban yang dia inginkan.

Cowok itu kemudian pergi meninggalkan Jake dengan dada yang tegap, tanpa menoleh ke belakang lagi, walaupun kedua telapaknya mengepal kuat.

Ini terakhir kalinya. Dia harus kuat, melepas, dan berhenti mencintai orang yang tidak ingin dicintainya.








🏝🏝🏝







"Pak!!!!,"

"EH SUNOO— SUNOO!,"

Pak Heerman langsung latah nyebut Sunoo waktu pundaknya mendadak ditimpuk dari belakang. Iya, timpuk, bukan tepuk. Soalnya itu tadi keras banget anjir.

Begitu noleh, dia sudah disuguhi wajah mahasiswanya yang cengar cengir,

"Maaf pak! Abisnya, ini ada breaking news banget dongggg!?!,"

Pekiknya dengan nada semangat lalu loncat loncat dikit.

Dosen ganteng itu menyisir rambutnya ke belakang, benerin kacamatanya, lalu bersidekap di depan dada,

"Apa?," Tanyanya.

Mahasiswa itu toleh ke kanan kiri, lalu tarik tangan dosen ganteng didepannya itu dengan tidak sopannya ke tempat agak sepi karna tadi dia ada di lorong yang banyak anak anak lain,

"Saya sudah nemu, orang yang meni hensem itu, sekalian sama alamatnya," Bisiknya sambil menunjukkan layar handphone nya.

Pak Heerman agak terkejut,

"Hah?," Cowok itu langsung mengambil alih handphone mahasiswanya. Dan benar, disitu sudah ada foto diam diam paparazi bagaikan stalker seorang cowok tinggi pakai coat warna krem didepan pintu sebuah rumah, yang dari rona ronanya sih rumahnya sendiri.

Dosen ganteng itu ngelepas kacamatanya heran,

"Dapet dari mana kamu??," Tanyanya, sambil ngembaliin hp ke mahasiswanya.

Mahasiswa cowok didepannya itu cuma nyengir, lalu naruh jari di depan bibir,

"Diem diem ajalah pak.. Pokoknya..," Murid itu maju mendekat ke telinga dosennya,

"Saya dapet A ya hehehe~," Bisiknya lalu ngedipin satu mata penuh maksud.

Pak Heerman berdeham, lalu mengangguk paham. Gapenting juga dia tau itu anak dapetnya dari mana, yang penting kan dapet,

"Oke. Jangan lupa kirim ke saya. Saya ngajar dulu," Pamitnya, nepuk pundak mahasiswanya dua kali lalu langsung jalan duluan.

Seperginya dosen cakep itu, si mahasiswa langsung teriak,

"YESS!!!!!,"

Dan ketawa ketawa puas. Kalo gini ceritanya dia nanti lanjutin skripsinya sekenanya aja haha, toh nilai sudah dijamin.

Satu kata : MANTAP!









🏝🏝🏝








Pak Heerman nyipitin matanya setelah keluar dari mobilnya.

Cowok itu sekarang sudah ada di depan rumah bertingkat yang mahasiswanya bilang itu. Sekali lagi ngecek foto yang ada di hp nya, dan bener apartemen ini.

Maka cowok itu segera mengetuk pintu rumah itu dan menunggu. Galama, pintu rumah dibuka. Nampaklah seorang cowok ganteng tinggi yang sama kayak di foto mahasiswanya keluar dari rumah. Cowok itu naikin alis waktu lihat Pak Heerman,

"Mohon maaf, dengan siapa ya?," Tanyanya. Pasalnya dia nggak kenal.

Pak Heerman hampir gelagapan begitu denger pertanyaan itu. Dia baru inget, oiya, dia dateng kesini alesan apa ya? Orang tadi dateng modal nekat doang.

Bodoamat udah terlanjur nekat, sekalian trobos aja,

Batin Pak Heerman. Maka dosen ganteng itu asal nyeletuk aja,

"Dengan mas Saiful ya?, " Tanyanya.

Cowok ganteng didepannya itu menggeleng. Yaiyalah menggeleng, orang itu nama tadi Pak Heerman ngasal aja asal ada topik.

Sang Dosen masih tetep keukeuh sama aktingnya. Bikin wajah terkejut,

"Loh? Bukan mas Saiful?" Katanya, sok kaget,

"Ini bener loh tapi alamatnya. Mas Saiful, Jalan Kedukan Mantan Blok 7C, pager kuning, kan?,"

Alis pemilik rumah itu berkerut,

"Ya benar rumah saya. Tapi saya jelas bukan Saiful," Jawabnya.

Pak Heerman tersenyoem licik dalam hati. Hehe, kesempatan dapetin identitasnya nih,

"Terus, kalau bukan Saiful siapa?," Tanyanya, mancing.

"Jun,"

Yes, kepancing. Dikit lagi,

"Junet? Saiful Junetun?," Pancingnya lagi.

Cowok hensem didepannya itu mulai kelihatan jengah,

"Jun aja. Anda salah orang. Kalau nggak ada urusan lagi silahka—,"

"—Eits jangan buru buru gitu dong, Pak Jun. Saya sebetulnya tukang service, serba bisa. Tadi di order mas Saiful buat benerin AC tapi kok ya saya kena preng. Udah terlanjur disini mau nawarin, barangkali Pak Jun punya barang yang perlu di service, saya bisa kok!,"

Potong Pak Heerman langsung. Sengaja bilang gitu, biar dateng ke sini ga percuma. Udah abisin bensin masa ga dapet info apa apa.

Cowok yang tingginya sama didepannya itu diem bentar. Kelihatan mikir, lalu menggeleng,

"Nggak ada sih kayaknya," Katanya. Lalu udah nampak wajah wajah mau melengos aja. Maka buru buru Pak Heerman nyerang lagi,

"—Pelanggan baru gratis loh, Pak Jun. Itung itung promosi, hehehe. Yakin nggak ada yang perlu di service? Layanan saya serba bisa pak, apa aja bisa. Dari elektronik sampe ledeng, bisa,"

Dibegitukan, cowok bernama Jun itu terdiam sebentar. Kemudian mengangguk setuju.

Membuat dosen hensem itu langsung tersenyum lebar.











✖✖✖












Di dalem, sebetulnya Pak Jun minta Pak Heerman buat nge service AC di kamarnya, tapi dari tadi sudah setengah jam ditungguin, kok ga selesai selesai ini servicenya.. Sampe Pak Jun capek sendiri nungguinnya.

"Saya ke bawah dulu sebentar, ya Pak. Kalau sudah, langsung turun saja,"

Ucap Pak Jun pamit, Pak Heerman noleh trus ngganguk, dan akhirnya pemilik rumah itu keluar kamar buat turun ke lantai satu.

"Fyuhh..,"

Pak Heerman langsung mengusap peluh di dahinya. Capek banget anjir. Dia tuh sebenernya ga bisa bisa amat service service-an gini, orang dia dosen. Bisa dikit sih, tapi yagitu, lama.

Tapi ternyata kerjaannya yang kelamaan itu berguna juga. Akhirnya dia bisa ditinggal sendirian disini. Saatnya investigasi!!

Cowok itu pelan pelan berdiri dari duduknya dan jalan jalan di sekitar kamar. Cari sesuatu lah, buat nembak si Jun tentang pertanyaan Pulau Pulu murni. Soalnya dia yakin, cowok itu nggak mungkin bakal ngasih tau dia begitu aja.

Selagi Pak Heerman muter muter di atas itu, Pak Jun nggak akan sadar kalo kamarnya lagi di ubrak abrik. Soalnya dia lagi goreng sesuatu, berhubung dia laper ini udah sore dia belom makan.

Pak Heerman ngelanjutin bereksplorasi. Buka buka laci, lemari, dan lain lain. Sampe,

"OMAIG—,"

Dosen ganteng itu nutup mulutnya sendiri biar ga berisik. Pasalnya dia hampir mekik gara gara kaget nemu foto orang orang pake koteka khas pakaian Pulu disitu.

Cowok itu tersenyum lebar, lalu menjentikkan jarinya,

"Ahaha jadi bener kata si udin. Orang ini emang tau sesuatu tentang Pulau Pulu,"

Pak Heerman mengangguk angguk puas. Dia makin yakin dengan rencananya. Niatnya dia deket deketin si Jun buat dapet informasi dari waktu ke waktu nanti, atau mungkin ngaku kalo dia dosen biar bisa kerjasama research.

Tapi semua pikiran itu langsung kepecah begitu Pak Heerman nemu satu lembar foto lagi diselipin didalem buku. Cowok itu langsung membelalakkan matanya,

"L-LOH INI KAN PAK JUN?!,"

Pekiknya gak tahan.

Pasalnya, dia lihat Pak Jun, alias pemilik rumah ini, terlihat pake koteka khas warga asli Pulu sendiri.












✖✖✖

Bonus pic : Pak Jun ganteng

Hai sayang 🤧 maaf ya lamaa, uts sporadisnya blm slesai huhu

Yuhuu siapakah Pak Jun~ 😂

Jake sama Pak Pul kesayangan kita ceree ya gezz 🤧

Lanjutannya gimana? Gatau 😂
Segini dulu, sampe ketemu ch depan, bubay~~

💞💖

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

81.6K 16.2K 176
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
61.7K 7.4K 21
Ibarat masuk isekai ala-ala series anime yang sering ia tonton. Cleaire Cornelian tercengang sendiri ketika ia memasuki dunia baru 'Cry Or Better Yet...
456K 46K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
483K 36.6K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.