IMAMA AL-HAFIDZH

Von triilyynaa

9M 955K 167K

[SUDAH TERBIT] Tersedia di Gramedia dan TBO + part lengkap Apakah kalian pernah menemukan seorang pemuda laki... Mehr

⚠️ S P O I L E R ⚠️
01. IAH - Pacaran
02. IAH - Bertemu Seorang Pemuda
03. IAH - Kembali pulang ke Rumah
04. IAH - Imama Al-Hafidzh
05. IAH - Dijodohkan oleh sang Abi
06. IAH - Menikah
07. IAH - Malam Pernikahan
08. IAH - Rumah di dalam Hutan
09. IAH - Cerita dari Imama
10. IAH - Romantis Ala Rasulullah
11. IAH - Tentang Hisab Kelak
12. IAH - Cerita dari Alisha
13. IAH - Bertemu dengan Masa Lalu
14. IAH - Berhenti untuk Berharap
15. IAH - Dua Lelaki itu saling Kenal dekat
16. IAH - Sempurna itu cinta mereka
17. IAH - Kehilangan
18. IAH - Menyimpan Kecurigaan
19. IAH - Kewajiban Seorang Istri?
20. IAH - Tahajud Bersamamu
21. IAH - Romantis Ala Imama
22. IAH - Tiga Gadis SMA
23. IAH - Cinta atau Nafsu?
24. IAH - Kecewa dalam ketidakjujuran
25. IAH - Pengakuan sebenarnya
26. IAH - Dia adalah Raden
27. IAH - GUS DAN NING
28. IAH - Tentang Irama, Saudaranya.
29. IAH - Iqbal menjadi lebih baik
31. IAH - Uji Keimanan dari Hafizma untuk Imama
32. IAH - Cinta Mereka di Ndalem
33. IAH - Tentang Wanita Tarim
34. IAH - Iqbal putus
35. IAH - Perjanjian Hafizma dan Syarat Irama
36. IAH - Menikah Lagi
37. IAH - Rahasia yang berakibat salahpaham
38. IAH - Kerja Sama
39. IAH - Cinta sang Gadis
40. IAH - Kabar Palsu
41. IAH - Hanya Satu Wanita
42. IAH - Ngidam aneh
43. IAH - Kejadian di Pasar
44. IAH - Berita Bahagia
45. IAH - Mati sama-sama
46. IAH - Hijrahnya Ikara
47. IAH - Hidayah yang datang tiba-tiba
48. IAH - Perkelahian
49. IAH - Ima dan Ama
50. IAH - Mengingat Kembali
51. IAH - Berhati-hati untuk ke depannya
52. IAH - Ziarah ke Makam Bunda
53. IAH - Datangnya sosok Pria Asing
54. IAH - Fitnah diantara dua pihak
55. IAH - Salah paham yang kian Menjadi
56. IAH - Menyelesaikan Masalah dengan tenang
57. IAH - Sakit Demam
58. IAH - Terperangkap di Gudang
59. IAH - Kepergian Sang Nahkoda?
60. IAH - Kepulangan yang Abadi.
EXTRA PART + Pesan dan Kesan
ATHALLAH DAN HAFIZMA, PUBLISH.
IMAMA SEGERA TERBIT!
PRE-ORDER IMAMA AL-HAFIDZH

30. IAH - Pesantren Al-Hafizma

110K 14.4K 3.1K
Von triilyynaa

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Saya tidak ingin, istri saya seperti bulan, yang selalu membuat mereka semua mendongak jika menatap keindahannya. Tapi saya ingin, istri saya seperti matahari, jika menatapnya, mereka semua menunduk, karena sinar kemuliaannya."
-Imama Al-Hafidzh

¶¶¶

Saya melihat ada kejanggalan...

Penulisan tanda baca yang sangat berantakan, hancur lebur seperti hati saya yang tak bisa mendapatkan spek Imam dikenyataan🦋

Aaa banyak part sebelumnya yang sangat tidak pantas untuk dipublish, contohnya keromantisan Nafizh yang sangat berlebihan😭

Tolong ambil baiknya aja, ya. Karena rasanya banyak readers yang otaknya trapeling di part-part sebelumnya. Ly sangat menyesal akan hal itu🙏

Kalau kata abanh Imam,
Satu huruf yang saya tulis dan ketik akan di pertanggungjawabkan di akhirat, itu sangat bahaya🛐


Jangan lupa, sholawat dulu.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ، وَعَلَىٰ آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ۞
[Allahuma sholi ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.]

•••

Pukul 16.00 sore.

Imam dan Alisha. Mereka kini telah turun dari angkot dan memilih untuk berjalan saja untuk mencapai tujuan. Entah ingin ke mana sang suaminya, yang pasti, Alisha harus selalu ada untuk mengikuti.

Perempuan yang sedari tadi menunduk menatap langkah kaki Imam agar setara dengannya kini pun ia mendongak menatap sekitar. Sedikit terkejut saat ia baru sadar bahwa Imam membawanya ke sebuah desa yang mungkin berpenduduk banyak. Tak lama pun, ia kembali melihat ke samping yang memperlihatkan Imam begitu memakai pakaian tertutup. Lagi dan lagi di tempat ini Imam seperti menghindar dari sesuatu.

"Afizh, kita mau ke rumah yang kemarin kita datangi, ya?"

Alisha memecahkan keheningan saat sedari tadi mereka hanya diam tanpa bicara.

"Bukan," jawab Imam.

"Terus.. Mau ke mana?"

"Ke hatimu."

Tentu saja mendengar jawaban seperti itu, langsung membuat Alisha tersenyum salah tingkah di balik cadarnya.

"Apa kamu sedang tersenyum?"

Pertanyaan yang terlontar dari Imam itu langsung membuat Alisha tersentak kaget ketika mendengarnya. Bagaimana tidak? Pandangan Imam sedari tadi hanya fokus memandang ke depan, lalu bagaimana suaminya tahu, bahwa ia sedang tersenyum?

Spontan Alisha kini menghentikan langkah. Di mana membuat Imam yang masih menggenggam tangan istrinya itu pun terheran langkah Alisha berhenti. Segera saja ia menoleh ke belakang.

"Kenapa?"

Alisha menggelengkan kepala. "Afizh tau dari mana?"

"Tahu apa?"

"Bulat."

Refleks Imam terkekeh mendengar jawabannya. "Tapi saya lebih suka tempe, Na..."

"Kalau tahu?"

"Tidak."

"Kok... Kenapa?"

"Karena kamu belum memberitahu. Tadi mau tanya apa?" Imam bertanya balik.

"Oh, Afizh mau tahu?"

"Iya."

"Itu ada di kedai!" refleks Alisha kini menunjuk ke arah kedai yang tidak jauh dari mereka.

Setelah melihat apa yang Alisha tunjuk pun Imam langsung tertawa. Menurutnya apa yang sedang dibahas kali ini begitu sangat receh. "Kita lagi puasa kalau kamu lupa."

"Nggak apa-apa, Nana 'kan, cuma memberi tempe."

"Kok cuma tempe, tahunya?"

Alisha yang masih memandang ke arah lain itu pun menoleh ke sang suaminya. "Oh, Afizh juga mau tahu?"

Imam mengangguk dengan kembali terkekeh. "Iya, Na... Tadi kamu mau tanya apa?"

"Itu... Tadi kok Afizh tau, ya? Nana itu lagi senyum?"

Ini serius. Pertanyaan yang Alisha tanyakan adalah pertanyaan awal yang ingin ia tanyakan. Meski tadi harus ada sedikit perjuangan untuk melewati permasalahan perkara tempe dan tahu.

Pertanyaan itu pun akhirnya diangguki paham oleh Imam. Di mana ia pun mulai tersenyum.

"Baru saja saya dikabarkan oleh malaikat. Ia berkata kepada saya, bahwa katanya, istri saya ini sedang tersenyum. Dan jika saya melihatnya, maka berpahala-lah untuk saya."

Saat ini Alisha menundukkan kepalanya dalam. Senyumannya semakin melebar di balik cadar. "Sekarang nggak bisa lihat, kan? Nana aja lagi pakai cadar?"

"Iya. Biar orang lain itu nggak bisa lihat senyuman kamu. Cuma saya yang boleh."

Alisha terkekeh kecil mendengarnya. Di mana kini tak lama terdengar suara azan dekat mereka. Ternyata mereka sudah berada di dekat masjid.

"Alhamdulillah, Na. Udah azan asar. Yuk, kita salat dulu?"

"Ayuk!"

Dengan begitu senang hati Alisha ikut melangkah ke masjid bersama Imam. Sehingga kini mereka pun berjalan berlawanan arah untuk sama-sama mengambil wudu. Saat Imam masuk ke tempat wudu, ia tak memikirkan apapun selain berniat. Mulai melepas topi yang ia kenakan sehingga hal itu pun membuat kaget seorang Bapak yang ikut berwudu di sampingnya.

"Nak?"

Sontak Imam menoleh ke sumber suara.

Baru saja Imam menoleh, Bapak itu langsung tersentak kaget. "Maa syaa Allah. Gus!?"

Ketahuan. Imam pun hanya bisa menarik sudut bibirnya tersenyum untuk membalas hasil terkejutnya Bapak itu. Tertangkap sudah kini persembunyiannya.

•••

"Imama?"

Imam yang ingin masuk ke dalam masjid itu menoleh ke sampingnya. "Iya, Ustaz?"

"Kamu yang jadi imam, ya?"

Senyuman yang Imam tampakkan baru saja langsung memudar mendengar permintaan itu. "Aduh.. Jangan Ustaz. Lebih baik Ustaz saja..."

Ustaz itu tersenyum seraya mengelus punggung Imam. "Sudah lama kamu tidak menjadi imam di masjid ini. Apa lagi saya terkejut mendengar kabar kehilangan kamu tahun lalu. Lagi khawatirnya, tiba-tiba saja saya jadi lega saat melihat ayahmu sangat tenang waktu kamu hilang. Berarti, itu tandanya kamu akan baik-baik saja di mana pun kamu berada."

Imam kembali tersenyum. "Iyaa, Ustaz. Alhamdulillah..."

"Nah, kalau gitu... Ayo, jadi imam salat?"

Keheningan pun terjadi. Imam sedikit dilanda bingung. Apa yang harus ia lakukan? Imam pun menarik napas panjang karena tak punya pilihan lain selain mengangguk setuju.

•••

Saat takbir pertama Imam ucapkan, itu membuat seluruh para jemaah di sana langsung menunjukkan raut wajah bahagia. Karena mereka benar-benar sangat mengenali pemilik suara itu. Ya, siapa lagi jika bukan sang Imam?

Usai salat pun, banyak yang menyapa kehadiran Imam dengan penuh bersyukur. Lega sekali ketika mereka berjumpa dengan Imam setelah satu tahun ia menghilang. Sehingga selesai pertemuan itu, Imam dan Alisha izin pamit untuk melanjutkan perjalanan mereka.

Setelah beberapa langkah tak jauh dari masjid. Imam menghentikan langkahnya di sebuah tempat. Yang jelas, mereka berhenti di depan sebuah gerbang Pondok Pesantren. Melihat Imam yang hanya berhenti di situ saja, Alisha pun mengernyit bingung.

"Afizh mau masuk?"

Imam tak langsung menjawab ketika ia menoleh sekilas ke arah Alisha. "Nanti saja, Na.."

Alisha pun mengangguk ketika telah mendapat jawaban. Di mana tatapannya saat ini mulai mengamati wilayah Pondok itu. "Ini Pondok Ayah Afizh?" Alisha mencoba bertanya.

"Iya."

Alisha mendongak ke atas. Di mana ia juga melihat sebuah papan di atas gerbang pondok itu bertuliskan 'AL-HAFIZMA' dalam tulisan bahasa arab.

"Al... Hafizma."

Lirihan Alisha yang mengeja papan di atas itu pun terdengar oleh Imam. Imam pun hanya mampu tersenyum seraya mengelus puncak kepala Alisha. "Kita masuk jangan lewat sini, kita masuk lewat gerbang samping saja."

Imam menunjuk ke arah samping Pondok itu. Terlihat ada gerbang lagi di sana untuk menuju ke dalam Pondok. "Kok dari sana? Nggak dari depan aja?"

"Iya. Ini tempat umum, kita lewat tempat privat aja. Karena kita mau mampir ke Asrama dulu."

Menurut. Alisha pun memilih setuju saja apa yang ingin Imam lakukan. Tuh juga ia tak keberatan mau lewat dari depan atau samping.

"Ya udah, ayuk!"

Dengan penuh semangat, Imam dan Alisha pun kembali berjalan menuju ke samping Pondok. Setiba mereka di depan gerbang kecil itu, Imam pun memilih membukanya perlahan. Ketika gerbang telah terbuka, Alisha terkejut begitu melihat sisi berbeda dari dalam. Terlihat sebuah rumah seperti gudang di sana. Asrama katanya. Selain itu, di samping Asrama juga ada beberapa motor yang tersusun rapi.

"H, A, F, I, Z, M, A. HAFIZMA?"

Alisha mengeja tulisan logo yang terletak di atas pintu Asrama itu.

Imam tersenyum seraya kembali menatap pintu di hadapannya. Mulai menarik napas untuk mengetuk pintu. Namun belum ia ketuk, pintu terbuka begitu saja. Keluarlah sosok anak lelaki yang usianya sekitar-13 tahun itu berdiri di tengah pintu. Mungkin dia yang membuka pintunya sehingga berpas-pasan dengan ketukan Imam. Kali ini, raut wajah anak lelaki itu tampak begitu kaget. Belum berkata apa-apa, setelah menatap Imam ia langsung berlari masuk ke dalam dengan terburu-buru.

"KAKK HAFIZMAAA! ADA GUS RADENNN!"

Mampu terdengar di telinga Imam dan Alisha, bahwa itu adalah teriakan anak lelaki tadi.

Alisha mendongak menatap Imam. "Afizh, dia tadi nyebut nama Afizh, ya?"

Imam mengangguk. "Iya, Na."

Kembali kepada anak lelaki itu yang sudah berada di dalam menjumpai beberapa pemuda lelaki berusia-20 tahun ke atas itu pun langsung menoleh ke sumber suara.

"Apa, Dek?" tanya seorang pemuda berdiri tegak menatap anak lelaki yang berteriak tadi.

"Ada Gus Raden, Ustaz..." anak lelaki itu menunjuk ke pintu luar.

Terdiri dari lima pemuda itu pun menoleh ke arah yang anak lelaki itu tunjuk. Di mana di sana memperlihatkan sosok pemuda lelaki dengan wajah tenangnya itu bergandengan tangan dengan seorang perempuan bercadar di sampingnya.

"Tampar wajah gue, Bis. Kayaknya gue lagi mimpi."

Pemuda keempat menggeleng mendengar ucapan pemuda kelima. "Nggak, Zay. Kita nggak mimpi."

"Sulit dinyatakan," sahut pemuda ketiga.

"Sama kayak fiksi."

"Kalau itu bukan sulit lagi. Namun nggak akan pernah terjadi." Balas pemuda kelima kepada pemuda keempat.

Dibalik keributan ketiga pemuda itu, ada dua pemuda yang sedari tadi diam menatap satu sama lain. Tak tahu harus apa, pemuda pertama pun mulai menarik napas panjang.

"HAFIZMA!!"

Sang pemuda pertama itu berteriak seraya mengangkat tangan kanannya ke atas, lalu ia turunkan ke bawah. Seperti mengisyaratkan untuk semuanya menunduk.

Tanpa menunggu beberapa detik lagi, kelima pemuda itu langsung menundukkan kepalanya ke bawah. Dan saat itu juga Imam yang masih berada di depan pintu itu pun kembali menghela napas pelan. Tak lama, ia kini mulai menggenggam erat tangan Alisha dan membawanya melangkah masuk ke dalam.

Alisha pun menurut saat Imam menarik tangannya dengan lembut. Sedikit ia berjalan di belakang Imam agar menuntunnya melangkah masuk. Tatapan Alisha yang sedari tadi menunduk, kini sedikit mendongak menatap kelima pemuda yang di depannya. Mereka semua menunduk seperti menyambut kedatangan.

Merasa penasaran, Alisha pun sedikit mendongak menatap Imam yang sudah menghentikan langkah. "Afizh, kenapa mereka semua nunduk?" tanya Alisha pelan agar mereka tak mendengar.

Imam bukannya menjawab, ia kini malah berjongkok ketika melihat kedatangan seekor kucing berwarna putih berbulu tebal itu menghampirinya dengan begitu lucu.

"Moeza...." lirih Imam dengan penuh kelembutan. Ia kini menarik sudut bibirnya tersenyum manis kala ia mulai menggendong dan mengelus penuh kasih sayang kucing itu.

Tak lama, ia kembali bangkit untuk berdiri dan mulai menatap kelima pemuda lelaki yang berbaris lurus di depannya. Mereka masih dalam menundukkan kepalanya ke bawah, sehingga hal itu pun membuat heran sang istrinya. Detik itu juga Imam kembali tersenyum seraya mulai mendekatkan wajahnya di telinga Alisha.

"Kamu mau tahu kenapa?"

Pertanyaan Imam seolah-olah menuju ke pertanyaan yang Alisha tanyakan tadi. Dengan cepat Alisha pun menjawab anggukan. "Kenapa?"

"Karena ada sang matahari, yang jika mereka menatapmu, mereka akan menunduk, karena sinar kemuliaanmu."

Merasa kagum akan bisikan Imam itu, segera saja Alisha mendongak menatap Imam yang sedikit tinggi darinya. Menatap lekat mata Imam sehingga membuat dirinya ikut tersenyum. Meski senyuman itu tak akan terlihat karena ia memakai cadar.

"Kita bermimpi?" tanya pemuda keempat itu berbisik kepada temannya. Namun sangat terdengar jelas oleh Imam.

"Kalau benar ini mimpi? Tolong siram gue pakai air panas sekarang! Gue gak mau lanjutin ini mimpi, terlalu sakit...." lanjut pemuda kelima. "Perih.. Bagai tertusuk duri...."

"Lagi mimpi, malah sempat-sempatnya ber-syair?" sahut pemuda ketiga di mana ia masih fokus menunduk.

"Daripada gue nyanyi lagu koplo ciptaan Rhoma Irama?" jawabnya tak terima.

Pemuda ketiga terkekeh. "Bagus dong, Rhoma Irama, kan penyanyi. Daripada Gus Irama?"

"Nah, kalau Gus Rama Hafizh Al-Ayyubi... Dia bukan penyanyi, melainkan peraja."

"Apa tuh?"

"Perusak dakwah remaja."

"Hmpt!" pemuda keempat menahan tawanya.

Imam yang mendengar segala ocehan mereka itu pun tak lagi bisa menahan senyumannya. Segera saja ia mengeluarkan dehaman agar menyadarkan mereka.

"Ehm. Assalamualaikum..."

Hening. Keheningan yang terjadi saat mereka semua masih diam dalam tundukan. Mencoba meyakinkan, kelima pemuda itu pun langsung mendongakkan kepalanya bersamaan. Benar-benar masih tak menyangka dengan apa yang mereka dengar.

"Waalaikumussalam..."

Serempak mereka menjawab. Meski ada beberapa yang tak terdengar karena hanya menggerakkan lidahnya saja tanpa suara.

Kembali keheningan. Mereka semua masih menatap lekat ke arah Imam dengan ekspresi tak percaya. Hanya mendapat tatapan seperti itu, Imam terkekeh kecil.

"Hanya seperti itu saja, reaksi kalian ketika bertemu dengan saya?"

Hening....

"B-benar, Gus?"

"Pantang menyerah, sebelum syahid."

Kelima pemuda itu tersentak saat mendengar kalimat yang Imam ucapkan. Sontak mereka langsung tersenyum bahagia tak menyangka. Imam yang melihat mereka ingin mendekat kepadanya, segera saja ia mendorong Alisha lembut untuk sedikit mundur. Alisha pun terdorong sebelum menyaksikan kelima pemuda itu mengerubungi Imam dan memeluknya seerat-erat mungkin.

Terdengar isak tangis di pelukan itu. Impian mereka akhirnya telah Allah kabulkan. Yaitu membawa sang gurunya kembali ke pelukan mereka.

"Gus...."

"Hm?"

"Maaf."

Imam yang sedari tadi memejamkan mata. Kini ia buka saat mendengar salah satu pemuda mengeluarkan lirihan pelan.

"Lepaskan sejenak."

Mendengar perintah dari Imam, segera saja kelima pemuda itu melepas pelukannya.

"Kenapa Gus?"

Imam terdiam sebentar, sebelum akhirnya ia memiringkan kepalanya yang terasa pegal. "Tubuh saya pegal."

Tawa mereka pun akhirnya lepas begitu saja saat mendengar ucapan parau Imam. Terlihat dari wajahnya yang seperti begitu letih.

Inilah mereka. Sang HAFIZMA. Keenam pemuda hijrah yang dikenal nan saleh juga statusnya sebagai seorang pendakwah muda. Kini mereka telah berhasil bersatu kembali.

MR. IMAMA HAFIZH AL-AYYUBI. Atau MR yang disingkat dari 'Muhammad Raden.' Kini ia dikenal dengan sebutan Gus Raden di dalam Pondok Pesantren AL-HAFIZMA. Dan saat ini, dia adalah sosok pemuda lelaki yang menjadi urutan pertama di dalam anggota HAFIZMA. Bisa disebut, jika dia adalah sang pemimpin utama dari mereka.

Tak lama, kini ada seorang pemuda lelaki yang menepuk pundak Imama. Membuat Imama pun menatap pemuda itu.

"Maaf, Ma."

Dia adalah ABHIAN ATHARISHAKA. Sikap dan kewibawaannya begitu sangat mirip dengan Imama. Selain kemiripan diantara mereka berdua, dia juga dikenal sebagai pemimpin kedua dari HAFIZMA dan menjadi tugas sang penasehat. Dia biasa dipanggil Abhi. Namun ada juga dari kalangan santri yang menyebut dirinya dengan panggilan Ustaz. Walau sikap yang selalu ia tunjukkan itu selalu dingin, namun mampu memikat para perempuan yang jatuh hati kepadanya.

"Iya, Ma. Kami minta maaf atas kesalahan yang kami lakukan dulu. Demi Allah, kami lakukan itu cuma untuk menguji keimanan kamu." Lanjut pemuda ketiga.

Dia adalah HASBI AL-MAHARAZZKA. Biasa dipanggil Hasbi. Seorang pemuda lelaki yang tak jauh berbeda dari Imama dan Abhian. Mereka semua memiliki segala karakteristik yang sama. Bisa dibilang, jika dia adalah pemimpin ketiga dari HAFIZMA. Dirinya pun telah mencapai Hafiz pada usianya yang ke-10 tahun. Selain itu, dia adalah seorang anak tunggal kaya raya. Telah yatim piatu semenjak umurnya masih sepuluh tahun. Sehingga ia dibawa ke Pondok AL-HAFIZMA dan dijadikan anak angkat oleh Kyai Hafizh. Yang berarti, dia adalah saudara Imama.

Imama mengangguk dengan senyuman yang ia tampakkan. "Apa yang kalian mau uji dari saya?"

"Menguji, sekuat apa Gus Raden dalam menahan godaan perempuan." Jawab pemuda keempat.

Dia adalah ALTHAREL AMINULLAH. Masih berusia-21 tahun. Berbeda dengan ketiga pemimpin HAFIZMA yang telah berumur-22 tahun. Saat ini statusnya sebagai pengajar. Membantu mengurus Pondok dan bidang dakwah lainnya. Dia biasanya dipanggil dengan sebutan Altha. Telah Hafiz pada usianya yang ke-10 tahun.

Mendengar jawaban dari Altharel. Imama pun tersenyum. "Apakah kalian tahu? Bahwa kedatangan saya membawa perempuan yang berada di belakang saya ini ke sini.. Itu telah menjawab pertanyaan kalian."

Kelima Hafizma itu saling berpandangan satu sama lain saat tak mengerti apa yang Imama ucapkan. "Maksudnya kayak gimana ya, Gus?" pemuda kelima angkat bicara.

Dia adalah BISMA KHAY EL-BARRA. Biasa dipanggil Bisma. Umurnya sama dengan Atharel. Selain itu, dia juga memiliki sikap dingin kepada perempuan, namun berbeda ketika bersama HAFIZMA. Hobinya adalah menghibur dan membuat hal-hal aneh yang bisa membuat orang lain tertawa. Dia juga memiliki tugas yang sama, yaitu membantu mengurus Pondok dan bidang dakwah HAFIZMA.

"Maksudnya?" Imam kembali bergantian bertanya.

Hal itu pun segera saja membuat pemuda keenam berdeham. "Maksudnya itu... Apa sangkut pautnya dengan perempuan yang Gus Raden bawa?"

Dia adalah ZAYNDRA AL-KAHFISYAH. Biasa dipanggil Zayn. Hobinya menjadi pelawak, selalu menghibur di sela-sela waktu. Bisa dibilang jika dirinya lebih parah dari sang Bisma. Tugasnya sama, yaitu sebagai pengajar dan membantu aktivitas dakwah. Umurnya sama dengan Altharel dan Bisma. Dia juga dikenal dengan sang pembucin walau statusnya tidak memiliki kekasih.

Terbitlah senyuman penuh kebahagiaan dari wajah sang Imama. Di mana ia kini mulai menghela napasnya untuk bersiap ingin menjawab pertanyaan yang diberikan oleh Hafizma.

Alhamdulillah..

Maaf yaa, kalauu nggak ngefeel, dan nggak bisa buat kata-kataa yang bagus. Maklum, otak eror.

unpublish, unpubulish.. Pengennn banget 99%

NGGAK GUYS, ITU PART LAMA 🤝🏻😻

Satu kata untuk Imama?

Satu kata untuk Alisha?

Bagaimana untuk part ini?

Untuk saya?

SPAM 'Allahumma sholli ala Muhammad, wa ala ali Muhammad.'


¶¶

Ehm, mau lihat sih Moeza, gak?

09 mei, 2022

-03 juli 2022

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

5.5M 119K 52
[Cerita sudah di terbitkan.] Sam, seorang lelaki remaja yang banyak di idami kaum hawa, dengan kehidupan kelamnya. Kemudian semua itu berubah 180° se...
ALZELVIN Von Diazepam

Jugendliteratur

5.7M 314K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
643K 110K 23
[SPIN OFF A DAN Z] Sehabis hujan pasti ada pelangi, tetapi tidak dengan Citra. setelah terlepas dari rasa sakit, ia harus terikat dengan rasa sakit l...
6.5K 3.6K 24
Cerita ini menceritakan tentang seorang gadis yang mencintai dalam diam seorang lelaki di sekolahnya tanpa sengaja, dimana akhirnya ia jatuh cinta da...