Redamancy [JAEYONG]

By fieanggraa

3.1K 447 180

"Yoonoh berarti sekali ya bagimu? Meski dia sudah tidak ada tapi kenapa dia tetap membuatku iri Taeyongie?" W... More

00.2 ; Jaehyun
00.3 ; Jaehyun
00.4 ; Jaehyun
00.5 ; Taeyong
00.6 ; Taeyong
00.7 ; Jaehyun
00.8 ; Jaehyun
00.9 ; Yoonoh

00.1 ; Taeyong

686 68 40
By fieanggraa

Jung Yoonoh

Satu kata untuk menggambarkan suamiku; sempurna.

Iya, dia sempurna. Sosok yang begitu penyayang dan sabar menghadapi sikapku yang terlalu bergantung kepadanya.

Semestaku, hidupku, Yoonohku.

Aku tak tau akan jadi apa aku saat ini, kalau saja 3 tahun lalu tidak bertemu dengannya, sosok tampan penggentar jiwa. Kami hanya dua orang asing yang terjebak dalam satu meja di sebuah bar malam itu, tepat 1 januari 2017.

Aku menangis dihadapannya tanpa tau malu meski aku tak mengenalnya saat itu, menangisi dunia yang begitu tidak adil pada penghuninya, dan dia dengan sabar mendengarkan meski tak mengenal orang aneh yang menangis di depannya ini. Oke, terdengar klasik. Namun, begitulah seorang Lee Taeyong dengan segala keputusasaannya menghadapi dunianya yang sekelam malam, bertopang pada kaki sendiri. Aku terkekeh miris sekarang, saat mengingat diriku 3 tahun lalu. Satu sisi berbangga hati karena rupanya lelaki menyedihkan ini dapat bertahan sampai sekarang.

Terimakasih untuk Jung Yoonoh yang selalu disisiku. Membisikkan kalimat penenang, yang sebenarnya tak lagi mempan untuk aku yang terlanjur dihancurkan. Namun, tulus hatinya mampu membuatku luluh.

Hingga pertemuan kami untuk yang kedua kalinya di bulan April, aku resmi menjatuhkan hatiku sedalam-dalamnya padanya. Aku tau ini terlalu cepat. Namun, begitulah hatiku yang lemah memang mudah jatuh cinta, hingga mudah pula untuk disakiti. Tetapi untuk mengatakannya secara langsung aku tak memiliki cukup keberanian. Aku hanya mampu memendam, dan menerka bagaimana perasaanmu padaku saat itu.

Sejak saat itu kita menjadi sering bertemu, entah sebuah ketidaksengajaan semata atau Tuhan yang memang masih berbaik hati padaku, ada saja alasan kita bertemu.

3 Juli 2017, aku ingat malam itu kau mengajakku Namsan Tower. Katamu, hitung-hitung sebagai hadiah ulang tahunku yang terlambat kamu berikan, hahaha..aku juga ingat bagaimana muka memelas dan menyesalmu karena tidak bisa merayakan ulang tahunku dua hari sebelumnya, karena kamu bilang ayah memaksamu ikut ke Amsterdam memenuhi panggilan nenek.

Malam itu aku dibuat bahagia bukan main olehmu, kamu menyatakan perasaanmu dan memintaku menjadi kekasihmu, tentu aku tak menolak. Jung Yoonoh..kamu tau rasanya?

Aku dengan kesendirianku dan dunia gelapku, tiba-tiba kamu datang membawa lentera, menarikku ke dalam dekapan hangatmu, memberikan setitik cahaya yang mampu membuatku merasa benar-benar kembali hidup.

Iya, hidupku kembali.

Semestaku, hidupku, Yoonohku.

Terimakasih, aku mencintaimu selamanya.

°°°

Seoul, 12 Februari 2022

Ngingggg..

Suara kettle air berdenging, seketika membuyarkan lamunanku. Bahkan aku lupa kalau aku sedang merebus air, saking tenggelamnya aku dalam lamunanku. Kutuang air panas itu pada dua cangkir teh di hadapanku.

Kurasakan sepasang lengan kekar yang tiba-tiba melingkar pada perutku. Aku tersenyum, tak perlu lagi menerka siapa pemilik sepasang lengan kekar itu. Yah, lagi pula memangnya siapa yang berani memelukku selain pemilikku, suamiku.  Aku menoleh kebelakang, ia tersenyum manis dan menyambutku dengan kecupan ringan pada sudut bibirku, kemudian aku juga mengecup sudut bibirnya sebagai ucapan selamat pagi.

"Lepas dulu, nanti tanganmu terkena air panas," kataku. Namun, sepertinya lelaki dengan wajah bantal itu tak mengindahkan ucapanku, dengan kurang ajar ia malah membubuhi bahuku dengan kecupan-kecupan kecil dan tangannya yang kini menelusup ke dalam kemeja putih kebesaran miliknya yang kukenakan dan mengusap perutku yang sedikit membuncit.

Tidak, aku bukannya rakus sampai-sampai membuncit, justru akhir-akhir ini nafsu makanku sedang berkurang, bahkan hampir tidak akan makan kalau saja suamiku itu tak membujuk dan memaksa.

"Apa baby nakal sampai-sampai kau bangun sepagi ini, hm?" tanyanya, dengan suara husky yang menggelitik pendengaranku.

Omong-omong ini memang masih pukul 6 pagi, biasanya aku bangun pukul 8. Pantas kalau suamiku bertanya begitu.

Aku terkekeh lalu menggeleng.

"Tidak, hanya saja tiba-tiba baby meminta puding semangkanya lagi. Jadi, aku memakan sisa puding semangka buatanmu lagi." Dia terkekeh mendengar pengakuanku, suara tawanya merdu mengalun di telinga.

Ya, aku sedang mengandung. Buah cintaku bersama suamiku. Dokter bilang kemarin usianya memasuki 23 minggu, untuk pertama kalinya kemarin aku melakukan USG, suamiku menangis saking terharunya melihat bayi semangkanya tumbuh dengan baik dan sehat. Begitu suamiku menyebutnya bayi semangka, karena semenjak kehamilan aku benar-benar menjadi maniak semangka, mungkin bawaan bayiku, padahal aku tidak begitu menyukai buah bulat itu sebelumnya.

Dia melepaskan pelukannya setelah menyisipkan kecupan pada pelipisku, lalu duduk di kursi meja makan, menatapku yang kini berjalan ke arahnya dengan dua cangkir teh lemon di tanganku.

"Tehmu."

"Terimakasih sayang.."

"Heum, selai kacangkan?" tanyaku, ia mengangguk semangat, kulirik matanya berbinar menatap 1 lembar roti yang sedang kuolesi selai kacang favoritnya, lucu sekali.

"Ngomong-omong..kau tidak lupakan hari ini hari apa?" aku terdiam, kujatuhkan kembali pandanganku padanya yang kini menatapku dengan tatapan sendu, bahkan roti dengan selai kacang favoritnya ia tunda makan.

Tatapan yang sama setiap kali hari itu tiba.

Aku berusaha tersenyum ke arahnya, dan mengangguk pelan. Kudengar helaan nafasnya tersendat.

"Aku temani?"

"Iya."

Kujawab singkat, sejujurnya aku tak lupa akan hari ini. Namun, pertanyaannya tadi membuat moodku sedikit menurun. Entah, aku bingung....

"Tae..." panggilnya padaku, kudengar suaranya sedikit bergetar, aku jadi merasa bersalah karena masih belum bisa menyembunyikan raut wajah murung ini tiap kali hari ini tiba.

Aku tak menjawab, hanya aku menatapnya seolah mengisyaratkan padanya untuk ia melanjutkan kalimatnya.

"Bisakah aku egois? Sekali saja aku ingin menjadi pemilik hatimu seutuhnya, apa masih belum bisa?"

Sudah kuduga...aku meremat kursi yang kududuki, menahan rasa sesak ketika kalimat menyedihkan itu terucap dari bibirnya.

Tidak, tidak sayang....kau sudah menjadi pemilik hatiku seutuhnya, hanya saja...aku masih belum bisa menerima kenyataan bahwa sosok yang sama berartinya denganmu telah pergi untuk selamanya.

Walau bagaimanapun dialah yang membuat aku bisa berada disini saat ini bersamamu-Jung Yoonoh.

Ingin ku teriakkan begitu dihadapanmu saat ini, tapi tidak bisa. Maaf atas ketidakberdayaan lidah ini yang seketika keluh untuk mengucap. Padahal hatiku teriris melihatmu seolah mengemis cinta padaku, yang pada kenyataannya saat ini hatiku hanya milikmu tanpa kau pinta, Jung Jaehyun.

"Yoonoh berarti sekali ya bagimu? Meski dia sudah tidak ada tapi kenapa dia tetap membuatku iri Taeyongie?" Dia tersenyum miris menatapku sendu. Kumohon sayang, jangan tersenyum seperti itu, kau membuatku merasakan sakit ketika senyum getir itu terbit pada pahatan tampanmu, tetapi aku masih terlalu payah untuk mematahkan kesalah pahamanmu.

Aku pun tak tau apa yang sebenarnya aku pikirkan dan aku mau.

Dia mengalihkan pandangannya, pada saat itu juga aku dapat melihat air matamu jatuh. Pembohong ulung, kenapa kau selalu saja berusaha terlihat kuat padahal istrimu ini sudah tau bahwa kau tidak sekuat itu. Jangan menangis sayang, minimal maki saja diriku yang tidak bisa tegas pada perasaanku sendiri.

"Jangan dipikirkan kata-kataku Yongie, aku mandi dulu. Kau juga bersiaplah, setelah itu aku akan mengantarmu ke tempat Yoonoh."

Dia berbalik tanpa memandangku lagi. Lagi-lagi aku menyakiti malaikatku..Jung Taeyong apa yang kau lakukan..

Ini sakit...sakit sekali. Aku menangis dalam diam, nyatanya bahu lebar yang kulihat bergetar tadi saat ia berbalik, mampu mengiris hatiku.

Yoonoh, katakan apa yang harus kulakukan agar adikmu tau kalau aku mencintainya? Sedangkan hatiku masih terpaut padamu.

Katakan, bagaimana caranya agar aku bisa melupakanmu sepenuhnya, meski hatiku enggan.

Tapi demi Tuhan, saat ini aku hanya mencintai suamiku, Jung Jaehyun.

Yoonoh masih dihatiku. Namun, bukan lagi sebagai sosok lelakiku yang kucintai.

.

Kugenggam erat tali pouch yang kupakai, sesak itu kembali muncul sebab keterdiamanmu yang membuatku kembali dihantam rasa bersalah.

Aku ingin membuka pembicaraan, tapi lagi-lagi lidahku keluh. Jaehyun...maaf, aku tak bermaksud membuatmu merasa bahwa aku tidak mencintaimu, aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu dengan tidak menghargai kehadiranmu, bukan begitu. Jika ada keajaiban aku ingin sekali saja kau menjadi diriku, agar kamu tau apa yang kurasakan untukmu saat ini dan selamanya tanpa harus kuucap, karena aku kepayahan melakukan itu.

"Sudah sampai, turunlah. Aku tunggu sini ya.." katanya dengan lembut, tetapi sangat disayangkan dia sama sekali tak menatap ke arahku, aku tau, saat ini untuk menatapku saja mungkin bisa menyakiti hatinya.

Aku mengangguk, meski dia tidak melihatku.

"Jaehyunie, kau tidak akan pergi menemui kakak mu lagi?" kataku hati-hati. Kulihat dia menghela napas berat, sebelum menggeleng dan menatapku dengan binar kesedihan pada kedua iris kecokelatannya.

"Belum, ketika aku siap aku berjanji akan menemuinya." Aku mengangguk mengerti, tak ingin memaksa. Aku tau bagaimana hubungan rumit keduanya di masa lalu.

Meski mereka kembar yang bahkan lahir hanya selang beberapa menit, tetapi faktanya sejak dulu mereka tak pernah sedekat itu. Bahkan rasa canggung yang begitu kental terasa ketika beberapa waktu silam kami makan bersama di satu meja yang sama, saat itu aku masih menjadi seorang istri dari Jung Yoonoh.

Sudahkah kukatan bahwa dunia memang suka sebercanda itu? bagaimana mungkin aku menikahi kedua saudara kembar? Tetapi begitulah adanya. Terasa seperti aku menikahi orang yang sama karena paras mereka benar-benar identik, yang menjadi pembeda adalah lesung di pipi, Jaehyun memilikinya, sementara Yoonoh tidak.

Tetapi, aku berani bersumpah mencintai mereka sangat berbeda rasanya. Karena kenyataannya mereka sangat bertolak belakang. Jika Yoonoh kanan maka Jaehyun kirinya, jika Yoonoh putih maka Jaehyun adalah hitamnya. Yah, begitulah..

Aku membuka seatbelt yang melingkar ditubuhku, kusempatkan diri untuk mengecup pipi suamiku sebelum aku turun dari mobil. Meski iya tak bergeming atas perlakuanku, tidak seperti biasanya.

"Jung Yoonoh, aku datang lagi..."

Tbc

Halo halo jaeyongist!🍑🌹
Ini ff jaeyong keduaku tapi yang ini bukan oneshoot, dan aku harap kalian sukaa yaaa😣

Jangan lupa divote dan komen yang banyakk!! Hehehe...biar aku semangat updatenya, karna sebenernya aku cukup insecure juga mau publish ini awalnya☹️

Semoga kalian sukaaa💜👐

🐾/fie

Continue Reading

You'll Also Like

45K 4.3K 28
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
157K 25.3K 47
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
706K 51.6K 37
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
189K 18.9K 40
Seorang ibu yang kehilangan anak semata wayang nya dan sangat rindu dengan panggilan "bunda" untuk dirinya Selengkapnya bisa kalian baca aja ya luuvv...