3 hari setelah subaru ikut menjenguk Rika..
" Duar duar, mati kao Gin dan vodka! Biar udh gepenk tambah gepenk kalian! " Terlihat Rika sedang asik bermain dengan 2 pulpen berwarna hitam dan silver, seperti rambut gin dan vodka, lalu pulpen itu ia lindas dengan mobil mainan.
Aku mengambil hp ku dan merekamnya " Lihat guys, Rika menggila kelamaan di rumah sakit, tekan 1 supaya ia cepat sembuh "
*buakh
" Gila gila, aku hanya bosan tau " Ucapnya kesal setelah memukul kepalaku.
" Hahaha.. Maaf maaf " Ucapku dengan senyum paksa.
Setelah memukulku tanpa merasa bersalah ia membanting kedua pulpen itu dengan sangat kencang, lalu merebahkan tubuhnya.
Aku melihat tatapan nya yang kosong menatap langit langit ruangan.
" Bosan? " Aku menaruh kepalaku di lipatan tangan ku di atas ranjang, sambil menatap datar Rika.
Setelah ku tanya begitu ia melirikku sebentar lalu menutup matanya dengan pergelangan tangannya.
" Menyebalkan " Gumamnya yang masih terdengar olehku
Aku mengalihkan pandangan ku ke arah berlawanan.
" Mau jalan jalan sebentar? " Tanya ku pelan.
Aku kembali melihat ke arah rika, ia tersenyum kecil lalu mengintip " Ayo " Jawabnya pelan.
- - -
Rika POV
Mendengar ajakan nya itu..
Aku mengganti baju ku, menggunakan sepatu kesayangan ku, dan kami diam diam keluar kamar lalu berlari keluar rumah sakit.
" Ikuzo!!! " Seru Conan
Aku tertawa karena akhirnya bisa berlari ke luar rumah sakit dan menghirup udara segar.
Kami sampai di sebuah taman bermain yang cukup ramai.
" Daripada kau semakin gila di rumah sakit, jadi bukan kah ini lebih baik? " Tanya nya
Aku mengangguk semangat " Tentu "
Kami berbincang banyak hal di sana sambil menikmati keramaian yang ada.
*bruk
" Huaaaaa " Seorang gadis kecil terjatuh karena tersandung batu, karena tidak ada yang menolong dan hanya melihat, akhirnya kami yang menolongnya.
" Kau tidak apa apa? " Tanya ku
Ia mengangguk sambil tersenyum dengan air mata yang masih tersisa di wajahnya.
Aku mengelap air mata itu " Lain kali hati hati ya.. "
Lalu ia kembali berlari menjauh.
*deg...
Aku terdiam membeku karena merasa hal aneh.
" Ada apa, Rika? " Tanya conan yang berada di sebelah kanan ku.
Aku tidak menjawabnya dan perlahan melirik ke berbagai arah sambil mencari apa yang membuat perasaan ku tidak enak.
Tunggu..
Aku menengok dengan cepat ke arah sebuah gedung yang cukup tinggi terlihat dari bawah.
Aku melihat ada seseorang yang sedang membidik ke arah taman tempat kami berdiri.
Karena aku menyadarinya, ia terlihat panik dan mulai bertindak gegabah.
" TIARAP " seru ku.
Beberapa orang mendengarkan ku termasuk conan, sedangkan ada beberapa yang tidak peduli dengan seruan ku.
*bruk..
Suara tubuh seseorang terjatuh terdengar beberapa saat setelah aku menyuruh semua orang tiarap.
Terlihat, tidak jauh di samping kiriku, seorang pria dewasa tertembak tepat di kepalanya, pria itu tadi sedang berjongkok karena sedang bermain dengan anak kecil.
Aku membeku karena syok melihat orang itu, bukan karena ia terbunuh di depan ku, namun karena aku menyadari sesuatu.
Conan POV
Pria itu tergeletak tak bernyawa karena sebuah tembakkan tepat di kepalanya, aku mengukur jarak tembak nya lalu menyadari sesuatu yang mungkin ini lah yang membuat rika diam membeku sambil melihat ke arah pria itu saat ini.
Aku memalingkan pandangan ku pada arah tembak " Sniper! Dia mengincar Rika! "
Karena rika yang cukup pendek, kepala rika dan posisi kepala pria itu berada di arah yang sama, dengan kepala pria itu sedikit lebih rendah dari kepala rika, jika rika tidak menunduk mungkin rika lah yang akan tertembak.
" Oi rika! Sadarlah! " Seru ku
Rika akhirnya sadar dari syok nya itu, ia menatapku sejenak seperti sedang berfikir lalu menengok ke arah sniper itu menembak.
" Sniper itu sudah pergi " Ucap ku.
Kami saling diam untuk sesaat.
Terbunuhnya pria itu membuat orang orang di sana sangat panik, tetapi untungnya ada yang sigap dengan segera menelfon ambulan dan polisi.
Aku memegang tangan rika " Ayo, sebaiknya kita tidak terlibat saat kau sedang kabur dari rumah sakit " Ucapku
Rika yang masih terlihat sedikit syok itu mengangguk.
Kami akhirnya menyerahkan kasus itu kepada polisi lalu kembali ke rumah sakit.
Di kamar, Rika duduk di ranjangnya, alih alih ketakutan, ia hanya melamun sambil melihat ke luar jendela yang kini terdengar ribut dengan suara sirine polisi.
" Dia bukan sniper sembarangan.. " Ucap nya pelan dengan tetap menatap keluar jendela
" Maksudmu? " Tanya ku
" Aku sudah menyadarinya sebelum ia menembak, ia terlihat panik tetapi tembakkannya tetap lurus ke sasaran " Jelasnya.
Aku terdiam " Apa ini yang di maksud dengan pesan yang kemarin itu? " Tanya ku
" Mungkin " Jawabnya yang lalu menengok ke arah ku.
" Itu cukup masuk akal, karena kau sudah pernah terlibat sebelumnya. Tapi, kenapa bisa ia tau dimana kita? " Tanya ku
Rika memasang pose berfikir " Aoki mengetahuinya loh, kau ingat apa kata katanya di telefon yang ku rekam? "
" Bukan kah itu berarti membunuh anggota pembunuh bayaran itu? " Tanya ku
" Yep, tapi bagaimana jika ia adalah ketuanya? " Tanya nya
Aku terdiam sesaat " Hmm, para anggota organisasi itu juga tidak akan benar benar tunduk kepada organisasi hitam jika pemimpin baru mereka adalah anak dari organisasi hitam " Gumam ku
" Jadi maksudmu, Absinth adalah dalang di balik ini semua? " Tanya Subaru yang tiba tiba masuk
Rika mengangguk yakin " Jika memang ia bukan ketuanya, bukankah ia bisa memberikan informasi lalu Gin atau Vodka dan bahkan bos mereka yang memberi perintah, itu cukup masuk akal juga kan? "
" Tapi, apa kalau begitu Aoki benar benar mengetahui identitas kita? " Tanya ku
" Apa kau lupa? Ada seorang lain yang mengetahui identitas mu, edogawa conan " Rika menatapku
" Vermouth? Benar juga.. "
" Entah ia memang tau dari Absinth, atau.. Ia datang ke sini sendiri " Ucap rika lalu menunduk.
" Jangan jangan.. Salah satu teman Aoki itu?? "
Rika melirik ke arah subaru.
Subaru terdiam lalu menghela nafas.
" Jadi benar.. " Gumam rika
Rika Pov
Aku melihat ekspresi conan yang sangat syok, aku ingat ekspresi itu, saat camel tertipu dengan jodie palsu yang sebenarnya adalah Vermouth yang menyamar.
Aku meregangkan tangan ku " Huaaah.. Jika sudah begini.. Kita tidak bisa apa apa lagi, toh aku salah satu dari kalian sekarang " Ucapku dengan santai.
Conan menatapku, lalu ia tersenyum sambil menunduk.
Subaru pun terlihat tersenyum walaupun wajahnya memang biasanya tersenyum terus saat menjadi subaru.
" Subaru san, conan " Mereka menengok ke arah ku
" Apa aku harus pindah tempat tinggal? Aku benar benar tidak mau takagi niisan sampai terlibat, dan lagi kejadian seperti ini, jika terjadi lagi, ia sebagai seorang polisi tidak akan tinggal diam " Jelasku
Mereka berdua menatap satu sama lain.
" Mau tinggal bersama ku? " Tanya Subaru
Aku menengok ke arah conan " Aku sebagai tuan rumah tidak masalah sama sekali kok, aku akan memberitahu kedua orang tuaku tentang mu, mereka pasti akan senang, terutama ibuku, dia akan menganggap mu sebagai anaknya " Ucap conan yang tersenyum lebar
" Apa tidak apa apa? " Tanya ku
" Tapi, apa kau mau merubah penampilan mu? " Tanya subaru
" Supaya Takagi tidak bertanya banyak tentang mu, dan jika kalian bertemu lagi, takagi tidak akan mengenalimu, itu akan membuat ikatan kalian terputus "
Aku terdiam, rasanya aku tidak mau meninggalkannya, aku tidak mau kehilangan kasih sayangnya..
Namun...
Ini demi dirinya...
Dan orang orang di dekatnya...
" Aku siap " Ucapku yakin.
" Baiklah, aku akan memberimu waktu 2 minggu untuk bersiap. " Ucap conan
" Dan kau akan menjadi adikku, adik kudo shinichi, yang lahir dan besar di luar negri "