SAME PAGE [KOOKV VERSION] END

By rinjanikyu

94.3K 8.9K 1.1K

Lee Naeun yang menolak pernikahan dengan Jeon Jungkook karena telah miliki seorang kekasih bernama Kim Taehyu... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4 🔞
Chapter 5
Info
Chapter 6 🔞
Chapter 7
Chapter 8 🔞
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20 (END)

Chapter 17

3K 336 36
By rinjanikyu

Votement ya:) biar yang baca berkah dan yang nulis bahagia.

*Awas Typo*

***

Jeon Jungkook meletakan minumannya ke atas meja bar hingga menimbulkan bunyi nyaring. Seorang bartender yang sudah lama mengenal sang tuan muda--terlihat tersenyum kecil saat melihat kondisi pria yang sudah lima hari ini kembali rutin mengunjungi bar mereka.

"Ada apa dengan mu, Tuan Muda? Sudah cukup lama kau tidak berkunjung ke sini, namun selama 5 hari ini kau kembali datang secara rutin tetapi berwajah begitu menyeramkan sampai aku tidak berani menyapamu," ujarnya riang.

Jungkook kembali meminum alkohol miliknya, sambil menatap si penanya dengan tatapan dingin.

"Wow....oke-oke tidak masalah jika kau tidak ingin menjawab pertanyaanku. Tetapi jangan menatapku seperti itu," ringisnya sambil tertawa kecil.

Jeon Jungkook mengabaikan si bartender. Mata tajam itu kembali menerawang. Dia begitu kebingungan, bingung bagaimana cara agar hidupnya kembali seperti semula. Agar rasa kecewa itu pergi, agar rasa sesak itu menghilang. Agar perasaannya pada pria itu lenyap, bagaimana caranya? Tolong beri tahu dia.

Jungkook tidak akrab dengan situasi sulit yang membelit hatinya saat ini. Semuanya menjadi kacau, entah hatinya. Atau pun kesehariannya, bahkan saat dia bekerja Jungkook masih tidak bisa mengendalikan rasa marahnya.

Dia akan mudah terprovokasi, dan berakhir memarahi siapapun karyawannya yang berbuat kesalahan meskipun itu hanya sebuah kesalahan kecil. Jungkook sangat membenci dirinya yang seperti ini. Pria itu benar-benar telah membuat Jeon Jungkook berada dalam situasi yang tidak pernah dia alami sebelumnya.

"Brengsek," makinya pelan.

Bahkan setelah satu minggu berlalu, bayangan pria yang begitu ingin dia benci tidak juga luput dari pandangannya. Jika dia adalah Jeon Jungkook yang sebelumnya, maka jika ada orang yang sudah mengusiknya bahkan sampai menyakiti hatinya--Jungkook tidak akan tinggal diam, dia akan membalas perilaku orang tersebut tanpa ampun dengan tangannya sendiri.

Persis seperti yang dulu dia lakukan pada Taehyung, menghancurkan kehidupan pria itu hanya dalam waktu satu malam. Tetapi kini, meskipun dengan orang sama, Jeon Jungkook tidak bisa melakukan semua itu.

Jungkook kembali meminum minumannya, mengabaikan puluhan panggilan yang sedari tadi masuk ke ponselnya. Getaran ponsel itu tidak dapat bersaing dengan nyaring musik disko yang kini memenuhi setiap sudut di bar ini. Namun begitu dia menangkap ada nama lain yang kini tertera di layar ponselnya, Jungkook seketika meletakkan minumannya. Dia mengantongi ponselnya, memberikan beberapa lembar uang ke atas meja, lalu kemudian pergi dari sana yang tentunya mengundang heran dari si bartender.

Dia tidak lupa bahwa malam ini sang ayah sengaja mengundang Tuan Jung dan putrinya untuk makan malam bersama di rumah mereka. Sejak pulang dari kantor sore tadi, Nayeon terus menelponnya, namun tidak dia gubris. Dan begitu ada nama sang ayah yang terpampang dalam notifikasi ponselnya, Jungkook langsung pergi tanpa berpikir.

Jungkook lantas mendengus keras dengan kedua tangan memegang kuat erat setir kemudi. Betapa besarnya pengaruh pria paruh baya itu terhadap hidupnya, bahkan jika itu sesuatu yang tidak dia sukai sekalipun Jungkook akan menuruti perintah sang ayah tanpa berpikir. Ini benar-benar mengesalkan.

Sekarang bertambah lagi, seorang manusia yang bahkan jika dia meminta Jungkook untuk melompat--mungkin tanpa pikir panjang Jungkook akan melakukannya juga. Benar, pengaruh Kim Taehyung dalam hidupnya sudah seperti pengaruh sang ayah dalam hidupnya. Itu sangat berbahaya, dan Jungkook merasa frustasi dengan semua kenyataan itu.

***

Jungkook tiba di rumah megah yang jarang dia datangi ketika mereka semua telah berkumpul di ruang makan.

"Maaf saya terlambat," ucapnya sambil membungkuk singkat. Lalu berjalan menuju salah satu kursi yang kosong. Di depannya sudah ada sang ayah yang berusaha menampilkan senyum ramah pada tamu mereka, begitu pun dengan ibu tirinya.

Sementara Tuan Jung sendiri tadi hanya tersenyum maklum sambil mengangguk singkat ke arahnya.

Sama seperti Tuan Jung, wanita di sampingnya juga terlihat tersenyum, mungkin lebih tepatnya dia sedang tersenyum penuh kemenangan ke arahnya.

Makan malam berjalan begitu membosankan baginya, mereka hanya terus membicarakan kondisi pasar global dan sesekali mengomentari situasi politik. Sementara para wanita ini akan menimpali jika ada sesuatu yang menarik bagi mereka. Dan hanya dia yang betah dalam keterdiamanya, Jungkook hanya akan bersuara jika ada salah satu dari mereka yang meminta pendapatnya. Begitu mencekik dan membosankan.

Akhirnya makan malam pun selesai, seperti dugaannya, sang ayah meminta dia untuk mengajak wanita ini jalan-jalan di sekitar rumah mereka, sementara kedua orang tua itu beralih ke ruang tamu untuk melanjutkan perbincangannya.

"Kau akhirnya datang juga," ujar Nona Jung sambil tersenyum miring. "Setelah beberapa kesempatan kau menolak untuk menemui ku sekarang kau takluk juga, eoh?"

Jungkook hanya diam, enggan beranjak dari kursi meja makan yang seharusnya segara dia tinggalkan-- karena sang ayah menyuruhnya untuk menemani wanita ini jalan-jalan. Tetapi masa bodoh, dia benar-benar tidak ingin melakukannya. Keberadaan wanita ini justru semakin membuat suasana hatinya bertambah buruk.

"Ayo berdiri, ajak aku mengelilingi rumah ini, Tuan Muda Jeon? Kau tidak ingin ayahmu sampai menyuruhmu dua kali bukan?"

Lagi-lagi tidak ada tanggapan dari pria tampan itu, hal ini tentu membuat wanita itu heran. Dari sikapnya, sepertinya Jeon Jungkook adalah manusia yang mudah untuk diajak berdebat namun sekarang pria itu sedikit lebih diam dari biasanya.

"Ya....Jeon Jungkook? Paling tidak jika kau tidak ingin mengajakku jalan-jalan maka katakan sesuatu."

"Kau ingin aku mengatakan apa?"

"Oh, akhirnya kau bicara juga, ada apa denganmu? Aku tau kau tidak menyukai rencana mereka, tetapi bisakah kau berakting dengan lebih baik agar setidaknya kau tampak senang di depan mereka, tidak bisa?"

"Tidak bisa, aku tidak suka kebohongan. Posisiku saat ini tidak dicapai dengan berakting, jadi aku tidak sudi melakukannya," ucap Jungkook pelan.

Nona Jung kemudian tertawa kecil sambil menggeleng tidak percaya. Dia sesekali menepuk bahu pria yang lebih muda beberapa tahun darinya ini.

"Wow, Tuan Muda Jeon kau benar-benar terlihat berbeda dari apa yang kupikirkan. Sekarang katakan padaku apa yang bisa membuatmu bersikap lebih bersahabat padaku, hm?"

Jungkook pun mengalihkan pandanganya pada wanita di sampingnya. Dia lantas menatap tepat ke arah bola mata yang dihiasi softlens itu.

"Jika kau menyetujui untuk membatalkan perjodohan kita maka aku pasti akan lebih bersahabat kepadamu," ujar Jungkook penuh penekanan.

Nona Jung mengerjap, sedikit tertegun dengan perkataan pria di sampingnya--namun dengan segera dia mengganti raut wajahnya dengan senyum menantang. "Baiklah, aku akan melakukannya. Dengan syarat, jika kau berani mengatakan niatmu itu di depan kedua orang tua kita sekarang. Aku ingin lihat apa kau memiliki keberanian untuk itu?" tanyanya menantang.

"Kau berjanji akan ikut menolak perjodohan ini jika aku mengatakan hal ini depan mereka sekarang?"

"Tentu saja, kau memegang janjiku, Tuan Muda Jeon," ujarnya sambil tersenyum kecil.

"Akan kulakukan," tegas Jungkook sambil berdiri. "Ikut denganku."

"Let's see......"

***

Taehyung terlihat menghela napas entah sudah yang ke berapa kalinya hari ini. Para karyawannya, hingga Park Jimin juga heran dengan sikap Taehyung selama semingguan ini. Pria itu lebih banyak diam, dan berwajah murung.

Bahkan sesekali dia terlihat menangis tanpa sadar, hingga membuat mereka semua khawatir. Namun pria tampan itu kekeh mengatakan bahwa dia baik-baik saja, dan masih enggan juga untuk bercerita pada mereka.

sungguh membingungkan.

"Ada apa denganmu? Berhenti mendengus seperti itu Taehyung," kata Jimin dengan wajah masam.

"Aku tidak apa-apa."

"Tidak apa-apa pantat mu! Berhenti menghela napas!" Jimin berseru kesal.

Taehyung menatap pria yang berstatus sebagai sepupunya itu dengan raut lelah, untung saja para pekerja di dapur ini tidak terganggu dengan seruan Jimin barusan.

"Aku menghela napas saja kau keberatan?"

"Iya, itu karena kau sangat keras kepala tidak mau cerita."

"Jimin-ah—"

"Bos, di luar ada seorang gadis cantik yang mencari mu," kata seorang pekerja Taehyung sambil mengambil pesanan dari dapur.

"Siapa?" tanya Taehyung heran.

"Dia tidak menyebutkan namanya, dia hanya berpesan ingin menemui mu, Bos."

Jimin dan Taehyung menatap satu sama lain, kemudian Taehyung memutuskan untuk beranjak dari duduknya guna menemui si tamu. Namun firasatnya mengatakan bahwa sosok ini adalah—

"Apa itu Lee Naeun? Kau bilang kau sudah putus dengannya?"

"Jimin-ah pelan kan suaramu, sudahlah kita bicara lagi nanti."

Setelah itu Taehyung benar-benar berlalu dari dapur menuju si tamu yang katanya berada di luar restoran. Begitu sampai di luar, dia tidak menemukan siapa pun di halaman restorannya, tetapi tidak lama jendela mobil di depannya terbuka dan menampilkan sesosok wanita yang tengah tersenyum ke arahnya.

Itu benar-benar Lee Naeun.

"Taehyung, bisakah kau masuk dulu sebentar ke mobilku? Ada sesuatu yang ingin kukatakan," ujar Naeun lembut.

Tanpa pikir panjang Taehyung menyetujui keinginan mantan kekasihnya itu. Dia masuk ke mobil dan duduk di kursi samping kemudi.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Taehyung lebih dulu.

Naeun tersenyum begitu lembut pada pria di sampingnya, "Lebih baik. Aku ingin mengucapkan terima kasih karena kau sudah menolongku. Jika tidak ada kau aku pasti sudah—"

Taehyung menepuk bahu Naeun lembut, berusaha memberikan ketenangan pada wanita yang terlihat kembali ketakutan
--saat mencoba mengingat kejadian seminggu lalu itu.

"Jeon Jungkook benar-benar brengsek," ucap Naeun pelan, namun Taehyung masih bisa mendengar makian tersebut, dan dia hanya tertunduk tidak tau harus bereaksi bagaimana.

Situasi ini benar-benar membuat Taehyung bingung. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa wanita di sampingnya ini hampir dilecehkan oleh dua orang yang mengaku suruhan Jungkook. Tetapi Jungkook tidak mengakuinya. Ucapannya Jungkook di depannya waktu itu terasa sangat jujur, tetapi dia juga tidak bisa melupakan fakta atas apa yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Taehyung bingung harus bagaimana dia sekarang?

Tetapi kenapa dia harus merasa bingung? Bukan kah ini yang dari dulu dia inginkan? Lepas dari jeratan seorang Jeon Jungkook. Lalu kenapa saat ini Taehyung malah merasa sedih. Dia kecewa, dia berharap Jeon Jungkook tidak melakukan hal itu, persis seperti yang pria itu sendiri katakan kepadanya, tetapi lagi-lagi kejadian itu memang nyata adanya.

Kepala Taehyung benar-benar pusing.

"Taehyung? Taehyung?"

"Iya?"

Naeun tersenyum maklum, "Kau melamun."

"Oh, maaf Naeun. Kau tadi bicara apa?"

"Aku bertanya bagaimana keadaan Bibi," ucapnya lembut.

"Baik, Ibuku sudah lebih baik. Dia sekarang berada di Daegu, ingin tinggal di sana sementara waktu katanya."

"Syukurlah kalau begitu. Ngomong-ngomong restoran ini sudah kembali beroperasi? Apa itu karena pria itu? Taehyung apa kau sungguh menjalin hubungan dengan pria seperti Jeon Jungkook? Pria yang sudah menghancurkan mu, menghancurkan ku, dan banyak orang lainnya?"

Taehyung terlihat gelagapan saat pertanyaan itu terlontar, karena dia benar-benar bingung harus menjawab bagaimana.

"Aku—"

"Taehyung kau bisa bersama siapa pun yang kau inginkan. Bahkan jika itu seorang pria, aku merasa akan bisa mendukungmu. Tetapi Jeon Jungkook, pria itu bahkan hampir—"

Lee Naeun tertunduk dengan tangan bergetar penuh rasa takut, dan Taehyung kembali menenangkan sosok itu dengan lembut.

"Naeun tenanglah, tidak perlu takut. Kau harus tenang, jangan biarkan kejadian itu terus berputar di kepalamu. Kau harus tenang Naeun-ah."

Wanita muda itu mengangguk sambil membalas genggaman tangan Taehyung yang pada tangannya. Keduanya kembali terdiam beberapa waktu, membiarkan keheningan menyelimuti mereka yang sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sudah lebih baik?" tanya Taehyung.

"Umm, terima kasih."

Taehyung mengangguk dengan senyum tipis, dia berusaha melepaskan genggaman tangannya keduanya. Namun melihat bagaimana tangan yang lebih kecil darinya itu malah mempererat tautan tangannya keduanya, Taehyung pun mengurungkan niatnya.

"Jeon Jungkook bilang bukan dia yang menyuruh kedua orang itu untuk—"

"Dan apa kau percaya?" potong Naeun dengan wajah serius.

Taehyung tersenyum kecil sambil mengalihkan pandangannya ke depan. "Entahlah, yang paling penting kau sudah lebih baik. Mungkin akan lebih baik kalau kau tidak sering melarikan diri dari bodyguard-mu Naeun. Mereka bisa membantu menjagamu dari siapa pun yang memiliki dendam kepadamu atau pun keluargamu."

Lee Naeun kembali menampilkan senyum saat mendengar saran dari pria di sampingnya. Taehyung adalah pria yang baik, dan dia tidak salah memilih, baik dulu maupun sekarang. Bahkan ketika status mereka bukan sepasang kekasih lagi, Taehyung masih mau perduli kepadanya.

Ketika kejadian malam itu Taehyung langsung mengantarnya ke rumah sakit, dan setelah itu mengantarkannya ke rumah tanpa takut akan berhadapan dengan ibunya. Namun untung saja, saat itu ibunya sedang tidak ada di rumah.

"Taehyung aku—"

"Bagaimana hubunganmu dengan calon suamimu? Kau harus memberinya kesempatan Naeun-ah," potong Taehyung sambil tersenyum tipis.

Lee Naeun tidak memiliki pilihan lain selain balas tersenyum juga, "Iya, aku sedang berusaha, sedang berusaha," cicitnya pelan.

Taehyung menepuk bahu Naeun lembut, terlihat bangga dengan ucapan yang wanita itu lontarkan barusan. "Itu bagus, sangat bagus. Oh, iya kau mau mampir makan malam dulu?"

"Oh, aku ingin sebenarnya, tetapi aku harus segera pulang. Maaf...tetapi jika lain kali aku makan di sini tidak apa-apa kan?"

"Tentu saja, kau adalah pelanggan, datang lah kapan pun kau mau."

"Terima kasih, Taehyung.....dan maaf."

Senyum Taehyung perlahan menyurut, berganti dengan raut bingung saat mendengar kata maaf itu terucap. Untuk apa sebenarnya? Namun ketika Lee Naeun kembali nampilkan senyum, Taehyung pun membalas senyum tersebut tanpa pikir panjang.

***

"Maafkan aku, tetapi aku menolak perjodohan ini. Ayah, Paman maafkan aku." Jeon Jungkook berujar demikian sambil membungkuk 90 derajat kepada kedua orang tua mereka yang tampak terkejut.

Tuan Jeon yang lebih dulu bereaksi dengan tiba-tiba tertawa kecil, seolah apa yang diutarakan putranya itu adalah sebuah lelucon. Sementara Nona Jung terlihat santai dengan kedua tangan di dada, menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Oh ya Tuhan, maafkan putraku. Terkadang dia memang gemar membuat lelucon seperti ini. Jungkook kau—"

"Itu bukan lelucon," potong Jungkook sambil menegakan tubuhnya. "Aku serius."

Tuan Jeon sudah hampir naik pitam tetapi beruntung ada sang istri yang kini menggenggam tangannya seolah menenangkan.

"Jeon Jungkook kau—"

"Kenapa?" potong Tuan Jung terlihat santai seperti sang putri.

"Aku tidak mencintai putri anda," jawab Jungkook lugas.

"Jeon Jungkook!" Tuan Jeon berseru yang langsung dibalas tawa kecil dari Tuan Jung.

"Tidak apa-apa Tuan Jeon, kita saat muda juga seperti itu, santai saja," katanya sambil tersenyum.

"Kupikir kedua perusahaan masih bisa melakukan kerja sama tanpa harus terikat hubungan pernikahan, benar kan?"

"Benar," angguk Tuan Jung. "Tetapi tidak ada salahnya juga kalau kerja sama yang sudah terjalin baik ini diperkuat dengan ikatan pernikahan, tidak salah bukan?" tanya balik Tuan Jung.

"Tidak salah jika kami berdua menginginkannya. Tetapi dalam kasus ini, kami berdua tidak menginginkan pernikahan itu," jawab Jungkook tegas.

"Oh, kupikir putriku menginginkan ini? Apa aku salah tangkap?" tanya Tuan Jung ke arah Nona Jung yang masih terlihat santai, dia malah mendudukkan dirinya di samping sang ayah.

Jeon Jungkook menatap wanita itu dengan pandangan tajam, berusaha mengintimidasi dan mengingatkan mengenai janji yang sudah dia katakan sebelumnya.

"Aku sebenarnya tidak keberatan untuk mencoba. Tetapi sepertinya Tuan Muda Jeon memiliki selera yang sangat tinggi, aku mungkin tidak bisa memenuhi ekspektasinya. Jadi mungkin pembatalan perjodohan ini adalah pilihan yang tepat. Toh, jika kami memang berjodoh pada akhirnya akan bersama juga kan?" katanya sambil tersenyum santai. "Biarkan saja hubungan kami mengalir seperti pada umumnya, tanpa ada embel-embel perjodohan, dan mungkin perasaan itu akan tumbuh dengan sendirinya. Benar kan Tuan Muda Jeon?"

Wanita gila, itu tidak akan terjadi, maki Jungkook dalam hati. Namun mau tidak mau Jungkook pun mengangguk dengan enggan.

"Lihat kan? Paman dan Ayah tidak perlu khawatir. Meskipun tanpa ada embel-embel perjodohan hubungan kami akan tetap baik. Bahkan aku rasa kami bisa lebih dekat karena tidak akan merasa canggung atau tidak nyaman."

Tuan Jung mengangguk sambil tertawa kecil, mengusak rambut putrinya dengan gemas sebelum kemudian tersenyum pada Tuan Jeon yang masih menatap putranya dengan wajah dingin.

"Aku tidak masalah dengan itu. Keinginan putriku yang terpenting, bagaimana dengan anda, Tuan Jeon?" tanya Tuan Jung.

Dengan kedua tangan terkepal Tuan Jeon berusaha menampilkan senyum, "Iya, tidak buruk juga."

Setitik kelegaan kini memenuhi hati Jeon Jungkook, namun begitu dia menatap sang ayah yang masih menatapnya dingin, Jungkook tau dia mungkin akan habis di tangan ayahnya sendiri.

Fuck!





.






.





.



TBC.

Vote dan komen yang banyak yaa 💞

Jangan komen lanjut atau next 😡😠

Continue Reading

You'll Also Like

489K 42K 87
Judul : 我爱你?? Genre : Romance, Fantasy, Yoai/ Gay, HND. Status : Book 1 (Tamat) & Book 2 (Tamat) Writer : @Diazoktafiqi Synopsis...
391K 37.6K 68
[COMPLETE] Kim Taehyung adalah manusia terbangsat yang pernah Jungkook kenal.
158K 13.9K 26
•JJKTH• Hidup Jungkook terlalu monoton, tidak ada yang menarik baginya selain senjata dan semacamnya. Sampai suatu ketika, dirinya menemukan seseoran...
29.5K 3.7K 30
"Kalo mau hidup, jangan suka mati-in orang" -The Seventh Soul • • • • • • A nct thriller fanfiction Happy reading!! ©lonjwinwaipe