SAME PAGE [KOOKV VERSION] END

By rinjanikyu

87.3K 8.5K 1.1K

Lee Naeun yang menolak pernikahan dengan Jeon Jungkook karena telah miliki seorang kekasih bernama Kim Taehyu... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4 🔞
Chapter 5
Info
Chapter 6 🔞
Chapter 7
Chapter 8 🔞
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20 (END)

Chapter 14

3.6K 437 72
By rinjanikyu

Votement ya:) biar yang baca berkah dan yang nulis bahagia.

*Awas Typo*


***

Selang dua minggu hubungan keduanya terjalin. Baik Jeon Jungkook maupun Taehyung telah sama-sama menerima bahwa keduanya memang tertarik satu sama lain. Dan dalam fase dua minggu ini mereka berusaha mendalami karakter masing-masing. Tidak jarang juga keduanya akan berakhir dengan pertengkaran. Namun itu masih bisa terkendali.

Apalagi Taehyung yang selama satu minggu ini juga disibukkan mengurus restorannya yang mulai beroperasi, sambil menunggu panggilan interview kerja, sehingga membuat intensitas pertemuan keduanya hanya bisa terjadi di malam hari.

Kadang jika sempat Jungkook akan menghabiskan waktu makan siangnya di restoran pria itu.

Nyonya Kim juga sudah mengetahui mengenai restorannya yang telah beroperasi. Hubungan Jungkook dengan Ibu Taehyung juga semakin dekat. Jungkook secara rutin menelpon wanita itu sebelum keduanya terlelap. Benar, yang Ibu Taehyung ketahui Jungkook dan putranya memang dekat, dan dia tau bahwa mereka memang sudah tinggal bersama selama beberapa hari ini, karena sang putra sendiri yang mengatakan semua itu kepadanya. Tetapi Taehyung tentu tidak menceritakan hal yang lebih dari itu, tidak juga hubungan yang sudah terjalin di antara mereka.

"Kau masak apa, hm?" kata Jungkook sambil memeluk tubuh Taehyung dari belakang.

"Dimsum goreng, kau tadi pagi ingin makan ini kan?"

Dengan senyum mengembang Jungkook mengecup pipi Taehyung gemas. Keberadaan pria menawan itu telah membuat hari Jeon Jungkook tidak suram seperti sebelumnya. Karena kini, setelah pulang bekerja akan ada seseorang yang menyambutnya di penthouse. Taehyung membuat Jungkook yang dikenal sebagai pria berhati dingin memiliki rumah untuk pulang. Sosok menawan itu lebih dari berharga bagi seorang Jeon Jungkook.

Chup!

"Berhenti mencium ku, atau dimsum mu akan gosong!"

Chup!

"Jeon Jungkook!" seru Taehyung saat dengan sengaja pria itu mengecup lehernya.

"Apa sayang? Aku di sini tidak perlu berteriak," katanya sambil menumpukan dagunya di bahu Taehyung.

Taehyung memutar mata malas, dia pun mengangkat dimsum tersebut dan menaruhnya ke atas piring. Lalu memutar tubuhnya sambil menyodorkan piring tersebut pada Jungkook.

"Bawa ke meja makan, aku masih harus menyelesaikan supnya," perintah Taehyung lembut.

"Aku akan melakukan perintah mu, sebelum itu beri aku ciuman dulu," Jungkook menyeringai di hadapan sang kekasih.

"Kalau begitu kau tidak usah makan."

"Aigoo....Taetae, kenapa kau begitu kejam?"

Pria tampan itu mendengus kecil, "Aku memang kejam, jadi pilih mau makan atau cium?"

Taehyung melakukan ini bukan tanpa alasan, karena setiap kali keduanya berciuman tidak ada satu pun dari mereka yang mau berhenti. Itu jelas berbahaya, malam ini dia tidak mau berakhir mendesah di bawah sang kekasih.

"Tentu saja makan, karena nanti setelah energiku terisi aku bisa menghabisi mu tanpa ampun."

"Jeon Jungkook!!"

Jungkook dengan cepat merebut piring itu dari Taehyung, lalu secepat kilat pergi dari sana sambil tertawa keras.

Kelakuan pria itu selalu saja membuat Taehyung sakit kepala.

"Ada-ada saja kelakuannya," bisik Taehyung sambil tersenyum kecil.

Jungkook menata piring di meja makan, dia pun terlihat bangga karena bisa melakukan hal kecil seperti ini.

"Tae, apalagi yang sedang kau lakukan, ayo kita makan!" seru Jungkook sambil melepaskan ikatan dasi yang sedari tadi masih membelit lehernya.

"Sebentar, aku sedang mencuci buah. Makanlah lebih dulu," balas Taehyung.

"Tidak, aku akan menunggu mu."

Taehyung menghela napas saat mendengar ucapan Jungkook barusan. Dua minggu ini dia telah mengenal pria itu lebih dalam. Mungkin Yoongi benar, Jeon Jungkook benar-benar memperlakukannya dengan sangat baik. Pria itu sangat perhatian, akan memberikan pesan di sela-sela padatnya rutinitasnya.

Menanyakan apakah dia sudah makan siang atau belum, apa yang ingin dia makan, atau bagaimana harimu. Atau saat dia menghadiahi Taehyung sebuah mobil mewah keluaran terbaru beserta black card atas namanya. Tentu saja kedua hal itu awalnya tidak bisa dia terima. Mereka sempat bertengkar gara-gara mobil baru itu, namun mau semarah apapun Taehyung, mereka tetap tidak bisa mengembalikan mobilnya kan.

Mengingat hal itu membuat Taehyung tanpa sadar tersenyum, dia kemudian membawa berbagai macam buah-buahan segar itu ke maja makan. Di sana Jungkook telah menaruh berbagai macam makanan di piringnya. Satu lagi bentuk perhatian dari Jungkook yang membuat Taehyung tersentuh.

"Ayo kita makan," ujar Taehyung sambil mendudukkan dirinya di samping Jungkook. Namun baru akan memegang sendoknya bunyi bel tiba-tiba terdengar.

"Siapa sih yang bertamu malam-malam begini. Benar-benar menganggu," gerutu Jungkook sambil mengunyah dimsumnya dengan ganas.

"Biar aku yang buka, kau makanlah."

Taehyung beranjak untuk membuka pintu, menerka siapa kah tamu yang datang berkunjung malam-malam begini.

"Tae, seharusnya kau tidak usah menerima tamu itu, biarkan saja dia di luar."

"Diam! Makanlah yang benar," ujar Taehyung kesal.

Jungkook pun mendengus merutuki siapapun yang datang berkunjung ke penthouse-nya malam-malam begini. Seingatnya tidak ada yang tau di mana dia tinggal selain, Yoongi, Nayeon, dan Ayahnya—

Fuck!

Jungkook seketika beranjak dari kursinya, untuk menyusul Taehyung ke depan pintu. Sayangnya Jungkook terlambat, dia melihat Taehyung telah membuka pintu dan tengah berhadapan dengan sosok pria paruh baya yang masih mengenakan pakaian kantornya.

"Siapa kau?"

Pertanyaan dari sosok pria di depannya ini sanggup membuat Taehyung terdiam. Selain penampilannya yang tidak biasa, raut wajah yang setara dengan Jeon Jungkook itu juga terlihat menatapnya dingin.

Ada juga tiga orang lain di belakang pria paruh baya itu, dari tampilannya dua di antara ke tiganya sepertinya adalah bodyguard dari pria ini. Jangan bilang pria ini adalah...

"Ayah, kenapa ayah berkunjung?"

Jungkook muncul entah dari mana, dan langsung menarik tubuh Taehyung ke belakang, seolah melindungi pria itu dari tatapan penuh intimidasi dari sang ayah.

"Siapa dia?" tanya Tuan Jeon sambil menatap sang anak tajam.

Jungkook terlihat mengeratkan genggaman tangannya pada Taehyung, dan tanpa ragu balas menatap sang ayah.

"Kekasihku."

Deg!

"Maksudmu jalang mu?"

Jeon Jungkook mengepalkan tangannya erat, "Bukan, dia adalah kekasihku."

PLAKK!!

Bunyi nyaring sebuah tamparan sukses membuat Taehyung kaget. Dia reflek memegang pipi sang kekasih yang baru saja ditampar pria yang ternyata adalah ayahnya itu.

"J-Jungkook bibirmu berdarah, Ya Tuhan, apakah sakit?"

Mengabaikan sudut bibinya yang berdenyut, dia pun tersenyum tulus pada Taehyung. "Tidak apa-apa. Taehyung kau masuk dulu ke kamar, aku harus bicara dengan ayahku. Aku janji akan baik-baik saja, oke?" ujar Jungkook sambil mengelus tangan Taehyung yang berada di pipinya.

Melihat situasi yang terasa begitu mencekik, Taehyung mau tidak mau harus mengikuti ucapan Jungkook. Karena dia benar-benar tidak tau apapun di sini.

Kenapa pria itu tega menyakiti putra sendiri seperti ini? Bukan kah mereka ayah dan anak? Kenapa?

Taehyung sungguh tidak paham dengan hubungan keduanya.

"Taehyung," panggil Jungkook lembut, "Masuk ke kamar dulu, oke?"

"Umm, kalau begitu saya permisi dulu," ucap Taehyung sedikit menunduk pada pria paruh baya yang masih betah menatap sang putra dengan pandangan dingin.


***

Jeon Jungkook duduk di hadapan pria bersetelan jas yang dikenal sebagai ayahnya itu. Tidak lupa di belakang sang ayah ada dua orang bodyguard, serta seorang pria paruh baya lain yang dikenal Jungkook sebagai asisten kepercayaan sang ayah.

"Jadi dia yang membuatmu berpikir untuk membatalkan perjodohanmu dengan Nona Jung? Dia yang membuatmu tidak datang menjemput Nona Jung senin lalu? Apa ini hal yang masuk akal?" tanya Tuan Jeon dingin.

Jungkook menatap lurus pria yang tidak pernah sekalipun menatapnya lembut itu. "Aku mencintainya—"

Prang!!

Tuan Jeon melempar pas bunga yang ada di atas meja hingga benda itu hancur berkeping-keping.

"Cinta? Aku tidak membangun Jeon Grup dengan cinta. Sudah bilang untuk berhenti menjadi sampah! Kau benar-benar tidak tau diuntung. Kenapa kau selalu saja membuat masalah!"

Jeon Jungkook hanya tersenyum miring, seolah biasa saja mendengar berbagai macam hinaan yang pria itu tujukan untuknya. Namun jika dilihat lebih jauh, kalian akan melihat bagaimana mata setajam elang itu tampak memancarkan kesedihan.

"Kenapa dia harus melahirkan anak yang tidak berguna sepertimu."

Deg!

Kedua tangan Jungkook terkepal erat saat mendengar sosok sang ibu juga ikut diseret. Dia mungkin tidak pernah mengenal ibunya secara langsung, karena wanita itu telah meninggal setelah melahirkannya. Dia juga tidak diberi kesempatan untuk memiliki kenangan manis bersama sang ibu—yang mungkin bisa digunakan sebagai alibi untuk menentang sang ayah jika pria itu mulai menjelek-jelekkan ibunya.

Tetapi meskipun tidak pernah bertemu langsung, dan tidak memiliki kenangan, Jungkook selalu merasa marah jika sang ayah mulai menyalahkan ibunya. Dia tidak terima, pria itu bisa menghinanya sebanyak apapun yang dia mau. Menyakitinya sekuat yang dia bisa. Tetapi tidak dengan membawa nama ibunya.

"Jangan selalu menggunakan namanya untuk menekan ku," bisik Jungkook tajam.

Tangan Tuan Jeon menyebrangi meja dan mencengkram kerah kemeja yang Jungkook kenakan, lalu menyeret tubuh sang putra untuk berhadapan dengannya.

"Kau sudah berani untuk membelanya di depan wajahku? Bagus, sekarang kau semakin terlihat menjijikan di mataku."

Jungkook tidak gentar saat sang ayah menatapnya penuh amarah beserta kerah kemejanya yang dicengkeram semakin kuat. Dia benar-benar sudah muak dengan semua ini. Jungkook benar-benar sudah tidak tahan, tetapi dia tetap tidak bisa membalas segala pukulan yang pria itu layangkan selama ini. Karena walau bagaimana pun, jauh di dalam hatinya, sebenci apapun Jungkook pada pria ini, dia masih tetap ayahnya.

Ayah yang dia sayangi.

Ini benar-benar membuatnya tersiksa.

"Aku tetap menolak menikahi Nona Jung."

"JEON JUNGKOOK!!!"

"Jungkook...."

Taehyung terlihat muncul dari kamar dengan raut wajah khawatir, tentu saja karena ayahnya baru saja meneriakkan namanya dengan penuh amarah. Teriakan itu juga pasti di dengar Taehyung.

"Tuan Jeon kenapa anda menyakiti putra anda seperti ini? Itu jelas—"

"Taehyung masuk ke kamar!" seru Jungkook sambil mencengkram tangan sang ayah yang terasa semakin mencekik lehernya.

"Tidak, Jungkook kau juga sepertinya lupa bahwa aku juga seorang pria. Kau tidak harus melindungi ku, sebaliknya kita justru harus melindungi satu sama lain. Bukan kah kau bilang kau mencintaiku, maka biarkan akau mem—"

"Taehyung, kau tidak mengerti. Tolong masuk dulu ke kamar, oke? Aku—"

"Ah, benar...dia yang membuatmu begini kan? Haruskah aku mengingatkan di mana posisinya? Katakan Jungkook, harus kah aku menghancurkannya lebih dulu agar kau menurut."

"Jangan menyentuhnya!!" Seru Jungkook.

Taehyung tertegun saat mendengar ujaran pria paruh baya itu, pria itu bahkan berniat menyakitinya hanya untuk membuat putranya menurut? Ya Tuhan, kenapa orang-orang ini?

"Kau berani berteriak di depanku, hanya karena jalang itu?"

"Sudah kubilang dia bukan jalang. Dia adalah kekasihku, orang kucintai. Dan tidak boleh ada siapapun yang menyakitinya!" seru Jungkook kembali.

Sang ayah semakin kuat mencengkram Jungkook, dengan ayunan tangannya pria itu kembali memukul wajah sang putra hingga pemuda itu jatuh tersungkur ke belakang.

"Jungkook!" Taehyung berjalan maju untuk menjangkau tubuh Jungkook yang kini mengeluarkan darah segar dari mulutnya.

"Ya Tuhan, Jungkook k-kau..."

Taehyung terlihat berkaca-kaca melihat bagaimana keadaan pria di depannya yang terluka karena pukulan ayahnya sendiri. Dia bukan pria cengeng atau pun lemah. Tetapi Taehyung benar-benar merasa kaget dan sangat sedih. Bagaimana bisa seorang ayah tega memperlakukan putranya seperti ini?

Bukan kah pria itu ayahnya? Taehyung yang selama ini selalu diperlakukan dengan baik oleh alm ayahnya, tentu tidak bisa terima melihat perlakuan tidak masuk akal seperti ini.

"Hey, Taehyung kenapa kau menangis? Aigoo....apa kau menangis untuk ku? Tae betapa baiknya dirimu, jangan khawatir, aku masih hidup, oke?" bisik Jungkook sambil menghapus air mata di pipi Taehyung dengan senyumnya.

"Bajingan, kau bahkan masih bisa tersenyum di saat seperti ini. Jungkook kau benar-benar menyebalkan," isak Taehyung pelan.

"Menjijikan," ujar Tuan Jeon yang membuat keduanya kembali menatap pria di depan mereka itu.

"Aku akan memberimu waktu untuk meninggalkan pria itu. Dan jika sampai batas waktu yang ditentukan kau masih bersamanya. Maka, biarkan aku yang akan menyingkirkannya," desis Tuan Jeon mengancam,

"Maaf tapi kali ini aku tidak bisa menuruti perintah mu. Yang sudah terjadi padamu dengan ibuku, tidak akan kubiarkan terulang kepadaku dan Taehyung."

Deg!

Tuan Jeon tertegun mendengar hal itu, sementara Taehyung terlihat memegang kuat lengan Jungkook sambil membantu pria itu untuk berdiri.

"Ayah bukan kah kau sangat membenciku? Maka kau tidak perlu repot-repot mengurusi masalah pribadiku. Karena bagimu aku hanya sampah yang tidak berguna, bukan?"

Hah? Taehyung menoleh pada Jungkook dengan mata membulat kaget.

"Aku tidak perduli padamu. Aku hanya ingin kau berguna untuk perusahaan. Sejak awal kelahiran mu hanya membawa beban, maka kau harus cukup tau diri mengenai posisimu."

Taehyung mengepalkan tangannya kuat, sorot mata penuh luka yang kini Jungkook berikan pada sang ayah membuat dia juga merasakan sakitnya.

"Tapi aku merasa sudah menjadi sangat berguna untukmu atau pun untuk perusahaan mu. Kapan aku pernah berkata tidak padamu, Ayah? Kau mencambuk ku setiap kau merasa kesal, aku akan diam tidak melawan. Kau meninggalkan aku di panti asuhan aku juga menerimanya. Tetapi di saat Jeon Wonwoo, putra kesayanganmu menolak untuk mengelola perusahaan, dan lebih memilih menjadi seorang selebriti, kau tiba-tiba memungut ku kembali, dan aku masih tetap menurutimu."

Taehyung begitu sedih saat mendengar fakta tersebut, belum lagi setitik air mata yang kini menuruni pipi Jungkook.

Jadi, ini kah sisi lain yang Yoongi maksud mengenai kehidupan Jeon Jungkook yang sebenarnya?

"Kau menyuruhku berhenti balapan, dan dance aku melakukannya tanpa bertanya. Kau menyuruhku untuk belajar di bidang ekonomi, aku juga menurutinya. Kau menyuruhku mengelola perusahaan, aku juga melakukannya tanpa membantah. Bahkan yang terbaru, saat kau menyuruhku untuk menikah dengan Lee Naeun, aku juga menerimanya." Jungkook terdiam dan mendapati sang ayah juga tampak terdiam dengan pandangan menerawang.

"Ayah, selama ini bukan kah aku selalu menuruti apapun keinginanmu. Tidak perduli meskipun aku tidak menginginkannya, tidak menyukainya. Tidak perduli meskipun itu sangat melelahkan, dan tidak perduli jika itu menyakiti diriku sendiri, aku tetap saja melakukan semua itu untuk Ayah."

Deg!

"J-Jungkook..."

Jungkook mengalihkan pandangannya, menolak untuk membalas ujaran Taehyung barusan. Sejujurkan dia tidak ingin terlihat menyedihkan seperti ini di depan Taehyung. Tetapi kali ini, Jungkook benar-benar sudah muak.

"Meskipun aku tau Ayah tidak akan pernah menyukaiku. Tidak perduli seberapa keras aku berusaha, tidak perduli seberapa banyak aku menuruti keinginanmu, aku tau Ayah tetap tidak akan pernah melihatku. Ayah akan tetap membenciku. Aku atau semua itu dengan jelas. Tetapi karena aku bodoh maka aku mau saja melakukan semua itu untukmu," tambah Jungkook dengan tawa mirisnya.

"Jika bukan karena aku menyayangimu maka untuk apa aku melakukannya? Ayah aku menyayangimu, dan berharap Ayah juga akan menyayangiku suatu hari nanti, tetapi..." lanjut Jungkook dalam hati.

"Tetapi jika di mata Ayah aku tetap saja terlihat kurang, maka sekarang aku tidak mau melakukannya lagi."

Deg!

"Saat ini, aku memiliki seseorang yang kucintai sepenuh hati, dan orang ini juga mencintaiku. Dia hadir di hidupku dan membuatku tertawa. Dia yang mempercayaiku. Dia yang mau menerima diriku yang seperti sampah ini. Dia yang hadir di hidupku dan tidak berniat untuk pergi."

Taehyung terisak pelan, namun tidak sekalipun dia melonggarkan genggaman tangannya pada Jungkook.

"Aku tidak akan meninggalkannya. Dan tidak akan membiarkannya meninggalkanku. Taehyung akan tetap di sisiku, dengan atau tanpa persetujuan darimu."

Mendengar ucapan tegas sang putra, Tuan Jeon berjalan ke arah pintu ke luar tanpa sepatah katapun, dia hanya menatap lurus ke depan dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.

***

"Maaf telah membuatmu melihat kekacauan ini," ujar Jungkook sambil sesekali meringis karena Taehyung sedang mengobati lukanya.

Taehyung menatap Jungkook dengan pandangan bisa kan kau diam? Namun bagi Jungkook raut penuh ancaman itu justru terlihat menggemaskan.

"Setelah ini kita bisa melanjutkan makan dimsumnya kan? Aku benar-benar sangat lapar." Kali ini Jungkook menatap Taehyung manja sambil memegangi perutnya.

Pria itu kemudian menghela napas, lalu meletakkan kapas yang sudah dia gunakan untuk membalurkan antiseptik pada sudut bibir Jungkook yang terluka. Dia paham, Jungkook mungkin tidak ingin membicarakan hal yang baru saja terjadi. Taehyung paham itu, tetapi yang membuatnya kesal bukan sikap Jungkook yang seolah biasa saja setelah peristiwa tadi, melainkan karena dia benar-benar merasa kesal kepada ayah dari pria itu.

Taehyung kemudian membingkai wajah tampan yang sedang duduk di sampingnya ini. Lalu menggerakkan wajah itu ke kiri dan ke kanan, guna memeriksa apakah ada luka lain yang dia lewatkan.

"Sayang, tidak ada luka lain selain di sudut bibir kok. Jangan Khawatir, oke?"

Jungkook berujar lembut sambil memegang kedua tangan Taehyung yang kini membingkai wajahnya. Dia kemudian membawa kedua tangan yang berhiaskan jemari lentik itu ke arah bibirnya, dan menciumnya dengan begitu lembut, sebelum kemudian menautkan kedua tangan mereka.

"Kita lanjutkan makan dulu kalau begitu." Taehyung beranjak lebih dulu dan membimbing Jungkook untuk berjalan ke arah meja makan.

"Boleh, tetapi sepertinya kau harus membantu menyuapiku," ucap Jungkook menggoda.

"Yang terluka itu wajahmu, kenapa malah tanganmu yang tiba-tiba tidak berfungsi, hah?"

"Aigo...Tae, ayolah kau tidak boleh kejam padaku. Hibur lah aku yang sedang merana ini."

Meskipun bicara seperti itu, tetapi ketika keduanya sampai di meja makan, Taehyung tetap menyuapi Jungkook seperti yang pria itu inginkan. Meskipun dia sendiri tau Jungkook hanya sedang menggodanya, tetapi Taehyung tetap melakukannya.

Senyum manis tidak lepas dari wajah tampan Jeon Jungkook, bahkan dengan sudut bibirnya yang terluka-- tidak juga menghalangi senyum tulus itu. Sesekali dia juga ikut menyuapi Taehyung yang semakin merajuk saat dia goda.

Keduanya makan dan membersihkan diri sebelum kemudian berbaring di tempat tidur dengan memeluk satu sama lain. Jeon Jungkook terlihat memeluk pinggang Taehyung erat, wajah tampannya terlihat mendekap dada Taehyung.

Sementara Taehyung tidak juga lepas mengelus rambut hitam sang kekasih yang sedang memeluk dadanya dengan manja.

"Apa yang terjadi?" bisik Taehyung bertanya. Jungkook tersenyum kecil sambil menghirup aroma yang selalu menjadi candunya itu.

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, ayahku tidak menyukaiku. Dari yang kuingat dia telah membenciku sepanjang hidupku. Mungkin karena dia memang tidak mengharapkan kehadiranku dalam hidupnya."

"Tidak mungkin, bagaimana bisa ada seorang ayah yang tidak menginginkan anaknya sendiri. Bagaimana ayahmu bisa seperti itu? Itu sangat tidak masuk akal," gerutu Taehyung kembali merasa kesal.

Senyum Jungkook semakin mengembang saat mendengar gerutuan tersebut, dia pun dengan gemas mencium leher Taehyung.

"Dia selalu seperti itu, ayah dan ibuku menikah karena perjodohan. Padahal ayah sudah memiliki kekasih, mereka menjalin hubungan diam-diam dan wanita itu bahkan sudah melahirkan anak mereka."

"Kau punya kakak?"

"Iya, seorang kakak laki-laki, tetapi entah bagaimana Kakek dan Nenek tetap bisa memaksa Ayah untuk menikahi Ibuku. Tetapi sayangnya Ibuku meninggal tidak lama setelah aku lahir. Dan seminggu setelahnya Ayah menikahi kekasihnya itu, lalu membawa istri dan anak laki-laki yang dia cintai itu ke rumah kami. Itu cerita yang dikatakan pengasuhku setiap kali aku bertanya kenapa ayah selalu memukuliku."

"Dia sering memukulmu?" Taehyung bertanya sambil mendekap tubuh sang dominan dengan erat.

"Dia akan mencambuk punggungku ketika dia sedang kesal. Seolah melampiaskan rasa marahnya padaku. Di awal aku akan menangis, karena demi Tuhan itu sangat menyakitkan untuk ditahan oleh tubuhku yang saat itu baru berusia 7 tahun. Kejadian itu terus berulang, tapi lama-lama cambukan itu terasa biasa saja. Mungkin karena aku sudah mati rasa, atau karena aku sudah tidak bisa menangis lagi?" ucap Jungkook dengan pandangan menerawang.

"Tapi sayangnya hingga saat ini, bayangan kesakitan itu tetap menghantuiku. Mungkin karena cambukan itu juga masih membekas di punggungku, seperti tanda yang tidak akan pernah hilang," Jungkook berucap dengan menutup matanya.

Taehyung tertegun, jadi bekas luka-luka di punggung Jungkook--yang dulu dia lihat saat mereka pertama kalinya berhubungan sex itu berasal dari cambukan ayahnya?

Ya Tuhan....

"Aku tidak pernah bisa tidur tanpa bantuan obat, Taehyung. Tapi berkat kau, sekarang aku bisa tidur nyenyak tanpa diganggu oleh mimpi-mimpi buruk itu lagi. Sekarang kau paham kan, betapa keberadaan mu sangat penting bagiku? Kau itu cintaku, jadi jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku. Atau aku akan menjadi lebih kejam untuk membuatmu kembali kepadaku."

Taehyung bukannya takut akan perkataan Jungkook barusan, dia justru semakin mendekap tubuh Jungkook dengan erat. Berusaha mengingatkan pria itu bahwa masih ada dia di sampingnya.

"Tidurlah Jungkook, aku tidak akan pergi kemana pun," bisiknya lembut.

"Hm, dan jangan takut Taehyungie aku akan melindungi mu. Tidak akan membiarkan dia menyentuhmu. Aku pastikan itu."

"Iya, aku percaya. Aku percaya padamu. Tidur yang nyenyak Jungkook," lembut Taehyung berujar sambil mengelus kepala Jungkook di dadanya.

Tidak lama Jeon Jungkook benar-benar terlelap, jatuh ke alam mimpi dengan Taehyung yang mendekapnya erat.



.


.



.



.



TBC.

😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

Ini adalah salah satu chapter yang paling kusuka. Sebuah kisah yang hanya bisa diceritakan oleh luka.

Kalau kalian sampe sini, paling suka yang chapter mana? Terus alesannya apaan?

Komen dan vote yang banyak yaaa💜

Continue Reading

You'll Also Like

245K 25.5K 26
❝I like u like a black color, quiet but very deep❞
345K 41.1K 35
[COMPLETE] "Diantara lu semua, siapa yang mau jadi pacar gue?" - kth KookV + au [Top! Kook Bottom! V] HR: 83 #kimtaehyung (17/12/18 - 26/01/19)
505K 37.5K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
36.4K 3.8K 26
Kisah pria kim dan pria jeon dengan sedikit bumbu fantasy. Ngga ada yang wah di sini,jadi baca aja dulu hh Bot!tae Boyslove/lgbt/gay! Mpreg! 18++ Jan...