I'am The Irregular Villain Of...

By Kanade_Ren

1.1K 247 31

[ Volume 1: Arc Soul Revenge ] Sinopsis: Di dunia ini dominasi dunia meliputi yang kuat akan selalu menang da... More

Soul 0 - [Kemalangan]
Soul 1 - [Kelahiran Penjahat]
Soul 2 - [Estimasi Skill]
Soul 3 - [Beite]
Soul 4 - [Gadis bertanduk]
Soul 5 - [Pengintai]
Soul 7 - [Di antara 'Half']
Soul 8 - [Kota Damansus]
Soul 9 - [Sebelum malam dimulai]
Soul 10 - [Lord of Kijin, telah lahir!]
Soul 11 - [Kekuatan Kijin]
Soul 12 - [Dimana semua berawal]
Soul 13 - [Bolehkah sedikit serakah?!]
Soul 14 - [Tanya diri sendiri!]
Soul 15 - [Fakta Kerajaan Vascelia]
Soul 16 - [Apakah dendam itu Dosa?!]
Soul 17 - [Ini adalah keputusan masing-masing]
Soul 18 - [Perang saudara!]
Soul 19 - [Bentuk lain dari simpati]
Soul 20 - [Jati diri?!]
Soul 21 - [Demonic God, Gremory!]

Soul 6 - [Luka yang membekas]

43 9 0
By Kanade_Ren

Di malam yang gelap, ditengah hutan, dengan asap yang mengepul hingga ke langit.

Seorang pemuda dan seorang gadis kecil. Mereka memutuskan untuk makan malam bersama dengan di temani api unggun di tengah mereka.

Kenapa jadi seperti ini?

Gadis yang seharusnya sudah pergi menjauh dari sini kenapa malah datang ke tempatku? Ini semua salah daging ini!

Mau, tak mau aku harus memberinya makan, terlihat dari mulut gadis ini, ia makan dengan rakusnya. Tidak apakah jika makan seperti itu? Kau bisa tersedak jika makan tergesa-gesa seperti itu.

Apa ini perasaan yang dirasakan orang tua saat melihat anak mereka makan?

Apa namanya? Gelisah?

Mungkin itu namanya.

Cain memandangi gadis dihadapannya yang makan daging tusuk dengan lahapnya. Wajahnya yang merona dan bibirnya yang dipenuhi sisa makanan, membuat Cain penuh perasaan resah.

Tanpa melakukan apapun, daging tusuk milik Cain masih tak tersentuh. Entah melihat gadis ini membuat nafsu makannya berkurang atau memang tak ingin makan untuk saat ini.

Berusaha untuk tidak memikirkan apa yang ada di depanya ini, ia menggigit daging tusuknya, perlahan melahap daging itu dan menikmatinya sebisa mungkin. Karena dari raut wajahnya, terlihat seperti memaksakan dirinya.

Hari semakin larut, tekanan di dalam hutan semakin mencekam karena sangat gelap.

Craak. Kayu api yang semakin lama semakin mengecil.

Cain dan gadis ini duduk berhadapan satu sama lain. Gadis ini memeluk kakinya dan menatap bawah. Sedangkan Cain mengangkat dagunya dengan tangan kanannya.

"Hei, kenapa kau bisa tahu aku ada disini? Apa kau mengikutiku? " tanya Cain yang menaikan alis kirinya.

Ia tak lagi berpikir bahwa gadis ini datang padanya hanya karena makanan. Karena sedari awal Cain menyelamatkannya Cain sudah menyuruhnya untuk pulang, jadi mustahil jika itu disebut kebetulan karena aroma sebuah daging bakar.

Bukankah dia dapat pulang dan menikmati makan malam bersama keluarganya.

Gadis ini menggesekkan kedua tangannya. "M-Maafkan kau... " ekspresi sedih tersirat pada wajahnya.

Tapi, Cain yang melihat itu memasang muka masam. Ia merasa tak sanggup menangani hal ini dan menghela nafas besar dari mulut dan hidungnya, Cain membuang muka.

"Dasar... " Cain menggaruk-garuk belakang kepalanya.

"Dimana orang tuamu? Tempat tinggalmu? " Cain melanjutkan ucapannya, menatap dingin pada gadis ini.

Mungkin dengan menanyakan itu semua Cain bisa mendapatkan sebuah petunjuk akan; Apa? Dimana? dan Bagaimana? Gadis kecil bisa berada di alam liar seorang diri.

Dan tak seperti yang Cain harapkan, jawaban dari gadis ini membuat suasana semakin sunyi. Gadis ini menggelengkan kepalanya untuk menjawab semua pertanyaan Cain.

....

"Ah... Dasar! Jawab saja pertanyaanku apa kau tidak punya mulut? Bukankah kau punya satu yang kau gunakan untuk memakan daging tadi!? " Cain sudah pada batasan emosinya dan akhirnya pecah juga. Berteriak marah pada gadis ini.

Walau hal ini terdengar kasar. Namun Cain sendiri tahu bahwa ini bukanlah hal yang dapat dikatakan kepada anak kecil. Dan karena inilah berhadapan dengan orang lain, apalagi anak kecil. Cain sama sekalo tak dapat beradaptasi dalam situasi ini.

Justru dengan ini, Cain berpikir mungkin akan mendapatkan jawaban abstrak dari gadis yang bahkan telah diselamatkannya. Dan wajar bagi Cain berpikir seharusnya anak kecil tak berkeliaran di tengah hutan, dengan tubuh dan keadaan lusuh seperti ini.

Karena hal ini, membuat Cain kembali memikirkan keadaannya sendiri yang dari awal menyedihkan.

Akibat aksi dari Cain ini, gadis ini menurunkan tangannya dan semakin menurunkan pandangannya. Di kepalanya terlihat tanduk panjang yang semakin menjulang saat ia menunduk, rambutnya yang putih di malam yang gelap itu, tertiup oleh angin sepoi yang lembut.

Gadis ini angkat bicara. "Tidak ada... "

Cain disana kebingungan dengan suara kecil yang tiba-tiba keluar dari bibir kecil gadis ini.

Ia pun meneruskan perkataanya yang membuat Cain kebingungan.

"Tidak ada. Keluargaku tidak ada. Semua mati. "

Cain terdiam, pupilnya menajam, dan bibirnya tergerak.

Tidak ada dan mati? Apa itu artinya hanya tinggal dirinya seorang? Seorang gadis melintasi wilayah yang suhunya bahkan melebihi -40 derajat, dengan pakaian setipis itu?!

Cain menurunkan pandangannya dan menekan dahinya, dan dari rautnya seolah tak ingin membuatnya mendengar itu semua.

Dan sekali lagi gadis itu memulai ceritanya...

***

2 tahun yang lalu. Suatu hari di Desa Klan Ogre, dimana semua ras penduduknya memiliki kriteria yang sama yaitu memiliki tanduk di atas dahi atau kepalanya.

Saat itu, semua orang-orang didesa beraktifitas seperti biasa, tersenyum, tertawa dan menikmati kehidupan...

Aku dengan lima saudaraku makan di tempat yang sama, duduk mengelilingi makanan yang disajikan Ibuku, dan Ayah yang datang dari balik pintu ikut duduk bersama kami. Sungguh hal yang membahagiakan.

Tapi, saat itu... Entah dari mana datangnya. Monster raksasa memiliki empat tangan besar, masing-masing tangannya memegang senjata yang berbeda, memiliki kepala dengan satu mata di tengah dan rambut hitamnya yang panjang.

Makhluk itu datang ke Desa kami dengan berlari dari arah luar Desa. Penduduk pun diporak-porandakan. Semua berlarian kesana-kemari, menjerit ketakutan dan saling mendorong untuk menyelamatkan diri.

Aku dan keluargaku yang keluar dari rumah sederhana kami, melihat sebuah fenomena yang tak pernah terbayangkan olehku. Saat Ayahku menatap makhluk itu ia berkata "L'egou! " yang keluar dari bibir yang berat untuk mengucap.

Tak hanya itu bahkan di belakang monster bernama L'egou ada banyak sekumpulan pasukan manusia dengan membawa bendera berlambang seperti butiran salju dengan bola-bola kecil di pinggirannya.

Pasukan manusia membawa senjata dan juga penyihir. L'egou yang menghancurkan Desa, dan ditambah pasukan itu menyerang para penduduk Desa dan membunuh dengan kejamnya.

Ayah marah dan murka melihat rasnya berakhir seperti itu dan mereka melakukan itu dengan kejam. Ayah pun murka dan membakar habis pasukan itu hingga menjadikan Desa lautan api merah.

Aku dan lima saudaraku mencoba melarikan diri. Tapi, tidak bisa, Ibu terkena serangan oleh para penyihir yang langsung menembus dadanya. 3 saudaraku terbunuh dengan cara yang sama, dan 2 saudara tertua menariku dan berlari bersamaku.

Saat itu kami pikir sudah menjauh dari sana. Tapi, ada 3 orang dengan pakaian yang berbeda dari pasukan itu menyergap kami dan menodongkan senjata mereka.

Kedua kakakku melindungiku, dan menyuruhku untuk pergi. Setelah aku lari atas perintah kakakku, mereka berdua menyerang ketiga orang itu dengan api merah menyebar di seluruh area.

Tidak akan kulupakan, wajah terakhir dari keluargaku, dimana mereka tersenyum saat aku melarikan diri seorang diri. Sementara mereka mengorbankan hidup mereka demi melindungi Klan Ogre.

Aku hanya bisa berlari dengan air mata mengalir deras keluar dari kelopak mataku, dan mulutku yang tergigit membuatku tak dapat berteriak.

Setelah beberapa berlalu, dan pertempuran panjang berakhir, aku memutuskan untuk kembali ke Desa. Dan pada akhirnya Monster L'egou terbunuh, ratusan mayat bertumpukan, lautan api dan darah menjadi satu, bahkan dua dari tiga orang yang membunuh kakakku mati dengan bagian tubuh yang hilang.

Ayahku, Ibuku, seluruh saudaraku, dan seluruh penduduk Klan Ogre, semua mati kecuali aku.

Aku, satu-satunya yang masih hidup dan yang tersisa dari Klan Ogre!

....

....

"Setelah itu aku pergi kesana-kemari tanpa tahu arah yang dituju... "

Setelah gadis ini menyelesaikan ceritanya, ia termenung dengan hatinya tersayat. Nadanya terasa sangat berat saat kembali menceritakan kisah kelamnya. "Maafkan aku... " luka yang tak dapat di sembuhkan tersirat pada wajahnya.

Cain menurunkan pandangannya, mengeluarkan kalimat simpati pada cerita gadis ini. "Begitu... Maaf karena menanyakan hal yang sensitif. "

Merasa jika hal yang menimpanya sedikit mirip. Cain terdiam dengan ekspresi dingin.

Kenapa aku harus mendengar hal yang tidak perlu, sial!

Gadis ini selama dua tahun berkelana sendirian dengan pakaian lusuh seperti itu, kehilangan keluarga, tempat tinggal, dan memiliki rasa sakit yang besar hingga luka itu tak lagi bisa ditutup.

Aku bisa membayangkan wajahnya saat melihat mayat dari penduduk dan keluarganya yang mati.

Bicara tentang mayat... Gadis ini bilang jika Desanya diserang oleh makhluk bernama 'L'egou'? Yah itu bukan yang terpenting .... Lalu pasukan dengan lambang bendera butiran salju dan bola putih di sekitarnya. Tidak salah lagi itu memang lambang para bajingan itu!

Kerajaan Lujdoare! Berapa banyak nyawa yang sudah mereka renggut dengan begitu mudahnya!

Cain yang memikirkan hal itu semakin geram akan hal yang dilakukan Kerajaan Lujdoare, ia meremas tangannya sendiri dengan kuat dan menggertakan giginya.

Berpikir bahwa ia ingin sekali membalas dendam sekarang juga, tapi saat tau itu mustahil. Tangannya mulai melemas. Tahu bahwa sekarang mustahil untuk menyerang Kerajaan Lujdoare dalam keadaan yang masih lemah, jika satu lawan satu tidak masalah. Tapi, memutuskan untuk membersihkan seluruh Kerajaan Lujdoare hingga tak tersisa dan tidak mungkin bagi dirinya seorang melawan ribuan bahkan jutaan manusia.

Kemungkinannya tidaklah nol, namun aku masih memiliki banyak waktu. Jadi harus menjadi lebih kuat dan lebih kuat, hingga musuh terkuatpun dapat dikalahkan.

Walau telah mendapatkan Skill, hal ini membuatnya merasa tak boleh puas dan sombong dulu, karena itu dia tidak akan menjadi orang yang manipulatif, Cain berpikir harus menjadi orang yang semunafik mungkin, hingga tak ada yang tahu.

Ambisi ini akan terus berkobar dalam hatinya, hingga perasaan puas menenangkan ini.

Cain sudah pasti akan keputusannya. Kembali lagi pada gadis ini. Cain tak tahu apa yang harus dilakukan pada gadis ini? Memang terlihat kasihan, namun Cain tak mau berurusan selain akan kehidupannya sendiri yang sudah sangat sial.

Gadis ini menatap Cain dan angkat bicara. "a-anu! Kumohon, bisakah aku... " sebelum gadis itu menyelesaikan kalimatnya, Cain menyela seolah ia tahu apa yang akan dikatakan gadis ini padanya.

"Kutolak! "

Gadis ini kecewa, namun ia masih memohon pada Cain. "A-aku bisa membantu menyembuhkanmu! Jadi... "

"Kutolak! Lagi pula aku tidak butuh penyembuh. Tapi, untuk yang tadi terima kasih, dan anggap saja daging yang kuberikan sebagai balas budiku. Jadi jangan meminta hal lain lagi! "

Gadis ini semakin kecewa dibuat Cain, ia memasang wajah sedih yang memelas.

Ck! meskipun kau memasang wajah sedih, aku tetap tidak mau. Lagipula merepotkan!

Tak merasa bersalah sedikitpun, Cain tetap pada pendiriannya. Cain tahu apa yang diinginkan gadis ini. Mungkin gadis ini ingin Cain membawanya juga. Tapi, Cain tak butuh anggota tambahan dalam perjalanannya.

Dan membawa orang lain semakin meropotkan, selain harus melindungi dan memberi makan. Bukankah jadi terlihat seperti orang tua.

"Sudah tidurlah. "

"T-tapi! "

Cain mengacuhkannya, ia pun membaringkan tubuhnya di tanah dan menghadap sisi lain dari gadis ini. "Lalu besok pergilah, aku tidak ingin terlibat denganmu lagi. "

"Hmph! " gadis ini menggembungkan pipinya, ia kesal akan jawaban Cain yang dari tadi menolaknya tanpa tahu kalimat terakhir yang ingin ia katakan.

Gadis ini marah, cemberut dan langsung membaringkan badannya dan membelakangi punggung Cain disana.

"Aku tidak mau pergi. Aku mau ikut denganmu. Sungguh! "

Cain yang mendengar itu dalam tidurnya menghela nafas.

Ha... Gadis yang merepotkan!

Malam yang tadinya penuh akan rasa lelah, cerita duka, dan murka akan sebuah kejahatan. Berakhir menjadi malam yang penuh perasaan kesal dan geram pada dua orang yang berbeda jenis.

***

Di tempat lain, di malam yang sama.

Suara langkah kaki kuda yang berlari dengan cepat, di dalam hutan yang amat jauh, kuda itu ditunggangi oleh seseorang. Dan kuda yang berjumlah dua, dan di tunggangi oleh dua orang juga.

Namun tak salah, jika kedua orang yang menunggangi kuda adalah orang yang mengintai seorang pemuda dalam pertarungannya melawan Beite.

"Sir Lloyd, apa maksudnya tadi?! " Clavis yang mempertanyakan akan perbuatan dari Lloyd yang mungkin mustahil bagi Clavis untuk mengikuti perintahnya.

Lloyd diam. Kencangnya kuda yang berlari membawanya, angin kencang yang menutupi pendengarannya, Lloyd pun tenggelam dalam pikirannya.

Pada saat pemuda itu melawan Beite, aku tak pernah berpikir bahwa ia akan menang melawannya. Aku berpikir untuk membiarkannya menjadi makanan bagi Beite dan membereskan sisanya setelah dia mati.

Tapi, apa itu tadi? Tiba-tiba keluar sebuah sabit berwarna gelap dari tangannya. Saat anak itu menggunakan sabit itu kekuatannya tiba-tiba meningkat dan pergerakannya pun sangat cepat. Mungkinkah bagi anak yang baru beranjak remaja memiliki kekuatan yang dapat membunuh monster kuno?!

Tidak. Tidak mungkin!?

Aku berencana untuk menyelidiki tentang Kerajaan Lujdoare. Tapi, terhenti karena pertarungan melawan Beite.

Lalu apa-apaan dengan serangan Beite tadi!? Untuk seukuran manusia biasa tidak akan mampu menahan serangan ledakan sebesar itu dan berhasil dengan selamat. Tapi, dia berhasil selamat dan berakhir dengan cedera yang fatal.

Pemuda itu, sebenarnya siapa? Dia bahkan menyadari keberadaanku dan Sir Clavis yang sangat jauh darinya.

Apa aku harus membiarkannya? Apa seharusnya aku membunuhnya? Mungkinkah anak itu akan menjadi ancaman di masa depan?

Kekuatan itu.... Mengingatkanku pada Ikaruga!

"Sir Lloyd... "

"Sir Lloyd! Apa anda mendengarku! "

Terbelalak dan pikiran Lloyd pun pecah dengan cepat saat Clavis berteriak padanya.

Lloyd pun merespon dengan tersenyum. "Hmm, apa? "

Clavis yang bingung dengan reaksi Lloyd merasa cemas. "Anda baik-baik saja? "

"Iya. Tentu saja. "

Clavis memutuskan untuk tidak melanjutkan pembicaraan. Disana suasana di antara keduanya pun menjadi sunyi, dalam perjalanan mereka.

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 88.2K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
3.7M 360K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
331K 861 8
konten dewasa 🔞🔞🔞
142K 13.3K 37
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...