Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]

By AnnWhiteFlo

25.5K 4.1K 3.2K

Pria dewasa itu bisa melihat sebuah vision. Masa depan. Di mana ia berperan sebagai seorang Makcomblang. Mere... More

❛Tell You from a Writer.❜
Eins : ❛Mystery Girl.❜
Zwei : ❛Her Fight.❜
Drei : ❛Interesse.❜
Vier : ❛Lem Khorea.❜
Fünf : ❛One Night.❜
Sechs : ❛Fact.❜
Sieben : ❛Dodge.❜
Acht : ❛Pursue.❜
Neun : ❛Clarity.❜
Zehn : ❛Sweet Cake.❜
Elf : ❛Bookstore.❜
Zwölf : ❛About 'Him'.❜
Dreizehn : ❛Understand it.❜
Vierzehn : ❛Visit.❜
Fünfzehn : ❛Mission.❜
Sechzehn : ❛Creed.❜
Siebzehn : ❛Reassure.❜
Achtzehn : ❛Past.❜
Neunzehn : ❛Childish.❜
Zwanzig : ❛Past Life. [pt. 2]❜
21 :: ❛Baik-baik saja.❜
22 :: ❛Detakan❜
23 :: ❛Dia juga seorang manusia.❜
24 :: ❛Buah Apel.❜
26 :: ❛Perasaan tak jelas ini.❜
27 :: ❛Cinta Murni itu.❜
28 :: ❛Dia khawatir.❜
29 :: ❛Apakah ini, rasa cemburu?❜
3O :: ❛Dia menyadari perasaan itu.❜
31 :: ❛Sedikit nasihat Untuknya.❜
32 : ❛Tentang anak murid sang Gadis.❜
33 :: ❛Memendam Perasaan itu?❜
34 :: ❛Mencurahkan Perasaan itu.❜
35 :: ❛Accept or Rejected?❜
36 :: ❛Berlawanan Arah.❜
37 :: ❛Menunggu Gadis itu.❜
38 :: ❛Bersikaplah seperti Biasa.❜
39 :: ❛Misi untuk Dia.❜
40 :: ❛Di bawah Salju.❜
41 :: ❛Di bawah Salju.❜
42 :: ❛Dia bicara, dengarkan baik-baik.❜
43 :: ❛Menenangkan diri sendiri.❜
44 :: ❛Bangunlah, Dia menunggu.❜
45 :: ❛Dia terlalu Dekat.❜
46 :: ❛Alasan Guru itu melakukannya.❜
47 :: ❛Perasaan itu, tak tergantikan.❜
48 :: ❛Permintaan maaf, diterima olehnya.❜
49 :: ❛Pertanyaan yang mengejutkan.❜
50 :: ❛Menerima Pernyataan itu.❜
51 :: ❛Pulang dan jalan bersama.❜
52 :: ❛Sore hari ketika dia menangis.❜
53 :: ❛Asrama sang surai putih.❜
54 :: ❛Untuk pertama kali.❜
55 :: ❛Masakan gadis itu.❜
56 :: ❛Tanda di leher gadis itu.❜
57 :: ❛Memanggil nama pria itu.❜
58 :: ❛Keadaan berharga.❜
꒰Extra chapter꒱ :: Kids [Two S]

25 :: ❛Rasa 'terbakar'.❜

370 67 116
By AnnWhiteFlo

“Yaa, Megumi!”

“Geh?! Gojo-sensei? Kenapa datang ke sini? Malam-malam begini?!” tanya Megumi. Menatap sang guru yang sedang melangkah masuk ke dalam kamar asramanya. Sembari membawa dua kantong putih yang entah apa isinya.

“Aku membawakanmu buah-buahan segar~ tadi kau dan Yuuji juga Nobara cuma makan pizza aja ‘kan?” kata Gojo. Meletakkan dua kantongan itu ke atas pangkuan Megumi.

“Apa ini?”

“Bukalah.” Gojo menarik kursi. Mendudukkan dirinya tepat di samping ranjang sang anak murid.

“....”

“....” Gojo memasang senyuman yang tampak bodoh.

Sensei yang memilih ini?” tanya Megumi.

“Oh, bukan. Itu pilihannya [Name]. Aku cuma menemaninya dan membayar belanjaan!” jawab Gojo.

“Kenapa Miura-san mau-mau saja menemanimu pergi?”

“Entahlah~”

Megumi menatap buah-buahan itu. Ia berkata, “... Ngomong-ngomong, Sensei.”

“Hm?”

“Kau tak pernah menjengukku kalau sakit. Kenapa tiba-tiba kau datang dan membawa buah-buahan? Aku yakin ... kalau kau datang, kau hanya akan membawa makanan manis untuk dirimu sendiri ‘kan?” Megumi mengernyitkan keningnya.

“Heee, aku lagi baik hati, Megumi. Jarang ‘kan aku melakukan ini padamu?”

“Kau melakukan ini bukan untuk berduaan dengan Miura-san, ‘kan?”

“... Enggak, tuh!” Gojo memalingkan wajah dengan ekspresi cemberut.

“Mukamu jadi aneh. Apa-apaan dengan rona merah itu, ha?!”

“Ih, mukaku biasa aja.” Gojo memonyongkan bibirnya.

Sensei ... apa kau tidak bisa cari yang lain saja?” Megumi mengambil satu buah apel.

“Hm? Memangnya kenapa?”

“Miura-san terlalu sabar untukmu.” Dia memakan buah merah itu.

“... Yah, aku tidak berniat menjalin hubungan kayak gitu, sih.”

“Kau serius?”

“... Aku serius~!”

Gojo masih ragu. Ia sendiri pun tak bisa membayangkan jika dirinya mampu untuk menolak perasaan yang mulai bergejolak kala bersama sang gadis. Dia merasa 'naik-turun'. Emosinya mudah keluar dan dia lebih kekanakan setiap berduaan dengan [Name]. Oh, dia ingat, Haruto pernah bilang padanya jika tingkahnya ini mirip waktu dirinya masih SMA.

Jauh lebih kekanakan dan termakan emosi.

Ck. Ini menyusahkan. Gojo merosotkan tubuhnya.

Sensei ... bagaimana kalau Miura-san yang suka padamu?” tanya Megumi setalah menelan gigitan apel itu, kemudian memakannya lagi.

“Ah, ... aku memang terkenal, sih,” jawab Gojo bangga. Tersenyum senang. Membayangkan hal itu ... membuat sekelilingnya dipenuhi bunga mekar.

Dan Megumi menatapnya aneh.

“Wajahmu kelihatan senang banget.”

“Megumi ini ... gak mau, ya, liat aku bahagia?”

“Kau sudah bahagia dengan makanan manis, Sensei.” Megumi duduk bersila.

“Cuih.”

“Lalu? Di mana Miura-san sekarang?”

“Dia sudah pulang.” Gojo membaringkan kepalanya pada pinggir ranjang milik sang anak murid, juga meluruskan kedua lengan ke depan. Keningnya lantas mengernyit keras. Mengingat-ingat kembali saat dia dan [Name] berpisah dengan lambaian tangan setelah keluar dari toko buah-buahan.

Itu saja.

Biasanya, mereka saling bercanda dan tertawa dahulu sembari pulang bersama, tapi ... setelah Gojo berniat untuk menyatukan bibir— yang tak terjadi jika saja dia tidak mengingat batasan. Sejak itu, ada kecanggungan di antara keduanya.

Pria itu mengusap surainya agak kasar. Apa besok keadaannya juga masih sama? Canggung satu sama lain? Yah, hal itu mungkin akan terjadi. Gojo mengerucutkan bibir. Mengingat ini membuat kekesalan datang menghampirinya. Menjaga jarak dari sang gadis itu rasanya—

Ha? Aku tidak punya hubungan dengan anak itu .... Gojo memasang tampang aneh.

Suara batuk yang terdengar cukup keras menghampiri pendengaran Gojo. Membuat pria itu menoleh ke arah Megumi yang sedang menutup mulut menggunakan tangan kiri. Gojo menaikkan sebelah alisnya.

“Kau kenapa, Megumi?” tanya pria itu.

Sensei, apa-apaan dengan wajahmu itu, huh?” balas Megumi sembari berdeham, lalu menatap gurunya dengan tatapan tanya juga tajam.

“Wajahku baik-baik saja, sih,” jawab Gojo.

“... Bukan itu.” Megumi mengusap mukanya kasar. “Lupakan. Aku mau tidur. Sensei sebaiknya keluar dari sini lalu kerja.”

“Heee. Kau mengusirku?”

“Kau orang yang sibuk. Daripada membuang waktumu di sini untuk melihatku yang sudah baik-baik saja. Lebih baik kau pergi ‘kan?” ucap anak itu seraya menyelimuti dirinya.

“Oh, begitu.” Gojo menyunggingkan senyum, lantas berdiri seraya melambaikan tangan. “Ya, sudah. Aku pergi dulu.”

Jaa.” Megumi mengangkat satu tangannya ke atas. Membalas lambaian Gojo.

Si penutup mata melangkah keluar, menggeser pintu hingga tertutup rapat.

𔘓

Gojo berjalan menuruni anak tangga di luar bangunan asrama. Tubuh ia regangkan ke atas agar tak kaku. Angin lembut pagi hari berembus menerpa surai putih miliknya hingga agak berkibar. Dingin. Ia lantas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku mantel, lalu melanjutkan langkah. Berniat pergi ke kafe untuk sarapan pagi sebab dia terlalu malas untuk memasak.

Kakinya menginjak daun kering yang berserakan di atas jalan setapak hingga mengeluarkan suara yang cukup berisik. Sembari memikirkan menu apa saja yang akan ia pesan ketika sampai di kafe nantinya. Kopi susu hangat untuk pagi hari yang dingin ini? Yah, itu pilihan yang bagus, lalu ... bagaimana dengan dua roti isi? Itu bisa mengganjal perutnya hingga sampai saat waktu makan siang nanti.

“Hee. Aku jadi gak sabar,” kata Gojo seraya tersenyum kekanakan.

Yah, dia jadi senang hanya dengan memikirkan makanan, terlebih saat menyantap. Namun, tubuhnya masih mengerikan dan tidak berubah.

Sang surai putih mendorong pintu kafe hingga suara bel terdengar memenuhi ruangan hangat ini. Ia lantas melangkah ke arah kanan tepat pada kursi dekat jendela. Mendudukkan diri di sana seraya melihat keluar. Yah, dia jadi sering mengincar tempat yang dekat dengan pemandangan luar kafe sejak setelah dia bertemu dengan sang gadis.

“Anda ingin pesan apa?” tanya seorang pelayan.

Gojo mengalihkan pandangan, lantas memesan makanan yang sudah ia rencanakan sejak berjalan ke tempat ini.

“Ah, baik. Tunggu sebentar.” Pelayan itu membungkukkan tubuhnya, kemudian berjalan menjauh.

Gojo menopang dagu. Kembali melihat ke arah luar jendela kaca. Melayangkan tatapan malas dari balik kacamata hitam. Tidak menemukan sesuatu yang menarik dari pemandangan orang-orang yang lalu-lalang untuk pergi bekerja. Dia mengerucutkan bibirnya. Mulai bosan, hingga membaringkan wajahnya dengan malas ke atas meja.

“Ah, begitu, ya.”

Daun telinga Gojo agak bergoyang. Dia kenal pemilik suara tenang yang halus ini—meski bahasanya cukup kasar. Ia mengangkat kepala. Kedua mata fokus menatap ke arah pintu masuk kafe. Menemukan [Name] di sana. Tampak terkekeh kecil hingga kedua matanya menutup. Bersama ... seorang pria tak dikenal.

Pandangan Gojo mendingin.

“Oh? Jadi, Anda mau aku 'mencoba' baju yang agak terbuka?” Suara [Name] terdengar dengan jelas.

“Ah, kau bisa lakukan itu ‘kan?” tanya lelaki bersurai coklat.

Ha? Apanya yang coba? Baju terbuka? batin Gojo, sebentar. Kenapa aku peduli?! Pria itu mendecih. Kemudian, melihat ke arah sang gadis lagi. Yang kini mulai duduk agak serong ke arah kiri hingga sedikit membelakangi Gojo.

Mata Gojo menangkap interaksi yang tampak manis di antara [Name] dengan sang lelaki. Bahkan ... sang gadis tersenyum lebar juga tertawa kecil di hadapan pria itu. Membuat Gojo tanpa sadar mengepalkan kedua tangan hingga urat-urat mengerikan muncul pada punggung tangannya.

Apa dia ... selalu tersenyum pada orang lain kayak gitu? batin Gojo. Bertanya-tanya seraya tetap melihat ke arah si gadis. Yah, dia tidak ingat hal apa pun tentang tingkah sang gadis pada orang lain. Sebab ... mereka lebih sering menghabiskan waktu berdua. Meskipun diganggu oleh Haruto.

Gojo mendecih. Ia mengalihkan atensi ke arah luar. Nafsu makannya hilang dalam sekejap. Suasana hatinya berubah begitu cepat sejak setelah kedatangan gadis itu dengan pria lain ke tempat ini. Membuatnya memilih berdiri dari tempat duduk, lalu melangkah ke arah kasir.

“Pesananku bungkus saja,” ujar Gojo tidak niat. Lalu, melangkah ke arah luar setelah makanannya siap.

Suara bel kembali berbunyi. Hingga mampu mengalihkan pandangan sang gadis yang langsung terkejut. Mengerjapkan mata. Menemukan Gojo baru saja keluar dari kafe ini.

“Gojo-san ...?” kata [Name].

“Maaf, Miura-san?” panggil sang lelaki.

“Ah, maaf. Jadi? Kapan Anda akan mengambil bajunya?” Sang gadis kembali menatap pria di depannya.

“Oh, aku ingin kekasihku mencoba gaunnya terlebih dahulu,” jawab pria itu.

“Waah~ enggak mau menunggu sampai hari pernikahan kalian?” tawar [Name] ramah.

“Tidak.” Lelaki itu terkekeh.

“Baiklah. Saya akan mencobanya semaksimal mungkin.”

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃
.  *       ˚

·    ⋆

˚ ·        ⋆

·    .  ⋆ ·

.     .         *

·         ⋆

「NOTE」

Okeh, sorry baru muncul. Sibuk banget karena tugas😭😭😭

Ann White.

Continue Reading

You'll Also Like

132K 5.8K 55
ငယ်ငယ်ကတည်းကတစ်ယောက်နှင့်တစ်ယောက်မတည့်တဲ့ကောင်လေးနှစ်ယောက်ကအလှလေးတစ်ယောက်ကိုအပြိုင်အဆိုင်လိုက်ကြရာက မိဘတွေရဲ့အတင်းအကြပ်စီစဉ်ပေးမှုကြောင့်တစ်ယောက်အပေါ...
36.4K 4.6K 30
Sebuah pernikahan telah terjalin. Masing-masing jari manis tersemat cincin yang membuktikan ikatan pernikahan. Hubungan yang terjadi didasarkan peras...
49.9K 1.4K 4
he's made you wet. that sick water style user. ~ WARNING: There is plenty of violence and emotional trauma in this book, so read on your own risk.
117K 5.7K 44
ငယ်ငယ်ကတည်းက ရင့်ကျက်ပြီး အတန်းခေါင်းဆောင်အမြဲလုပ်ရတဲ့ ကောင်လေး ကျော်နေမင်း ခြူခြာလွန်းလို့ ကျော်နေမင်းက ပိုးဟပ်ဖြူလို့ နာမည်ပေးခံရတဲ့ ကောင်မလေး နေခြ...