What should we do?

By Secrettaa

344K 32.5K 5.3K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjad... More

PROLOG
ARJUNA ARTAWIJAYA
ARIKA ANGELINA
1 | PERTEMUAN PERTAMA
3 | PERMINTAAN ARIKA
4 | 00:00
5 | VAMPIR
6 | PECAL AYAM
7 | HUKUMAN
8 | INSIDEN DI TAMAN
9 | TAMU SPESIAL
10 | MALL
11 | SEKOLAH
12 | TEMAN BARU
13 | BAD MOOD
14 | PAGI BAHAGIA
15 | ROOFTOP
16 | NATAYA BAGASKARA DAN DUNIANYA, ANGKASA
17 | ARJUNA VS ARION
18 | TIDAK BISA DITEBAK
19 | TETAP TEMAN
20 | I LOVE YOU
21 | SUNSET
22 | SEMUA PERLU JEDA
23 | SALAH PERASAAN
24 | PROMISE
25 | IT'S OKAY
26 | PULANG
27 | PARTY
28 | BEAUTIFUL NIGHT WITH BEAUTIFUL GIRL
29 | SHE'S COME
30 | FAMILY SECRET
31 | BACK TO SCHOOL
32 | MY LOVE
33 | LOOKING NIGHT SKY
34 | CAN WE ALWAYS TOGETHER?
35 | PEOPLE'S HAVE PAIN
36 | I'M SORRY
37 | SUNSET
38 | SELAMAT TIDUR
39 | MEET AGAIN
40 | YOU MUST STILL LIFE
SEE YOU

2 | CEMARA

18.2K 1.7K 139
By Secrettaa

Follow wp : Secrettaa
Ig : aleeeeeeeee_0019

Jangan lupa vote+komen yaaa

🌻HAPPY READING🌻

Arjuna memarkirkan motor hitam kesayangannya di garasi besar yang terdapat beberapa buah mobil dan motor.

Sedangkan Belvan yang mengikuti sedari tadi hanya memarkirkan motornya di halaman rumah yang memang luas itu. Berjalan menghampiri Arjuna, sebelum sahabatnya melangkah masuk.

"Jun, lo kenal cewek tadi?"

Arjuna menggeleng. "Enggak. Lo cari tau, dua jam lagi gue tunggu infonya."

Arjuna langsung melangkah menuju pintu besar dengan senyum tipis yang masih setia menghiasi wajahnya serta sebelah tangan menggenggam sebuah plester. Tidak memedulikan Belvan yang masih terdiam, mencerna apa yang baru saja sahabatnya itu perintahkan.

"Gini amat hidup gue," gumam Belvan setelah mengerti dengan apa yang Arjuna tugaskan untuknya dan kembali menaiki motor kesayangannya.

Sedangkan Arjuna sudah memasuki rumah, masih dengan senyum tipis yang tidak pernah hilang.

"Assalamualaikum, Arjuna pulang."

"Waalaikumsalam, anak kesayangan Bunda udah pulang ternyata. Ganti baju dulu sana, habis itu baru ma---"

Tanpa diduga, sosok yang ia teriaki justru sudah berada di belakang tubuhnya dan tengah memeluk sayang dirinya.

"Bunda cerewet," bisik Arjuna dan dengan jahil menyomot sedikit makanan yang sang bunda buat.

"Kebiasaan, tangan kamu belum dicuci."

"Assalamualaikum, Ay--heh lepasin tangan kamu dari tubuh istri saya?!" teriak sosok yang tidak lain adalah kepala keluarga di sana. Wajahnya tampak memerah menahan marah karena melihat tingkah putranya.

"Jauh-jauh kamu!"

"Ayah apaan sih, ini 'kan Bunda Arjuna," ujar Arjuna tanpa rasa bersalah semakin mengeratkan pelukannya dan dengan iseng mencium pipi sang bunda.

Cup!

"Arjuna! Awas kamu, ya. Ayah potong uang jajan kamu baru tau ra--"

"Mas, kamu kenapa sih. Sama anak sendiri cemburu," potong perempuan bernama lengkap Arinda Desma Artawijaya itu. Menatap jengkel suaminya-Gino Artawijaya yang sekarang beralih memeluk tubuhnya seperti apa yang Arjuna lakukan beberapa saat tadi.

"Lepas dulu Mas, aku masih masak."

"Nggak mau ... masa Arjuna aja boleh meluk kamu, terus aku enggak?" ujarnya terdengar kesal.

Keduanya tampak tidak malu sama sekali memperlihatkan kemesraan, beberapa asisten rumah tangga yang juga berada di dapur hanya dapat tersenyum melihat itu semua. Mereka sudah terbiasa dengan keromantisan majikannya, jadi ini bukan hal aneh lagi.

"Pembantu banyak, kenapa harus kamu yang masak?"

Arinda menuangkan ayam kecap buatannya pada sebuah piring dengan posisi sang suami masih memeluk erat tubuhnya. "Bosan kalo diam aja, Mas."

"Besok-besok nggak usah masak lagi ya, biar mereka aja. Nanti tangan kamu lecet, Sayang."

"Kamu berlebihan banget sih, Mas."

Gino melepaskan pelukannya, "Kan aku nikahin kamu bukan buat jadi tukang masak gini."

"Jangan mulai deh, Mas. Lagian ini cuma masak doang, akunya juga suka masak."

"Hm. Asal kamu nggak kecapekan aja. Nanti malam kita buat adik yuk, buat Arjuna," ucapnya pada Arinda yang langsung melayangkan cubitan maut.

"Mas! Nanti kedengaran mereka." Arinda menatap beberapa pekerja yang membantunya memasak tidak enak.

"Emang kenapa kalo kedengaran mereka?"

"Aku malu!"

Beralih dari kedua pasangan yang masih setia mempertontonkan keromantisan pada para pekerja di sana. Arjuna justru kini telah memasuki kamar miliknya.

Masih dengan seragam sekolah yang melekat ditubuh atletisnya, Arjuna merebahkan tubuh besarnya di kasur seraya mengeluarkan benda kecil dari kantong bajunya.

"Menarik," gumam Arjuna mengingat bagaimana perempuan dengan baju kuning yang beberapa jam lalu ia temui di lampu merah, lalu memberikannya sebuah plester lucu.

"Kamu ngejek Alika?! Ih ngeselin!"

Apalagi perkataannya yang terdengar sangat menggemaskan karena cadel, membuat Arjuna semakin tidak dapat menahan senyum.

"Shit, gue kayaknya gila gara-gara tu cewek. Tapi kenapa gue ngerasa nggak asing ya sama dia, ah ga penting."

Arjuna menenggelamkan wajahnya pada bantal, tanpa sadar luka di sudut bibirnya kembali terasa sakit dan itu membuat Arjuna bergegas bangkit. Menatap pantulan tubuhnya, lebih tepatnya wajahnya di cermin besar yang menghadap pada ranjang.

"Nata sialan," desisnya seraya bangkit dari posisi duduk, mencari kotak P3K yang biasanya selalu ada di kamar.

Setelah menemukan apa yang ia cari, Arjuna membuka seragam sekolah dan juga kaos hitamnya, lalu melempar ke sebuah keranjang yang memang disediakan untuk pakaian kotor. Ia kembali duduk di ranjang. Membuka kotak P3K dan mengambil kapas serta obat merah. Arjuna mengobati lukanya sendiri dengan bayang-bayang wajah gadis mungil yang entah kenapa terus berputar di kepala seolah memaksa Arjuna untuk terus mengingatnya.

"Anak bunda, makan dulu, yuk!"

Teriakan dari lantai bawah berhasil menghentikan kegiatan Arjuna. Ia kembali menutup kotak obat, meski faktanya ia belum selesai sepenuhnya.

"Sebentar Bun," jawab Arjuna bergegas mencari baju dan memakainya dengan cepat. Tidak lupa ia meletakkan plester lucu di atas meja dekat lampu tidur dan lagi-lagi Arjuna tersenyum tipis, mengingat bagaimana lucunya gadis itu.

"Kenapa senyum-senyum, kerasukan kamu?"

Baru saja Arjuna sampai di ruang makan, celutukan dari ayahnya berhasil membuat Arjuna kembali mendatarkan ekspresi wajahnya.

"Nggak ada," jawabnya ketus seraya mengambil posisi duduk dan memulai makan karena perutnya sudah keroncongan minta diisi sedari tadi.

"Arjuna, kamu berantem lagi?"

Spontan Arjuna menghentikan kunyahannya. Menatap pada sang bunda dengan anggukan kecil sebagai jawaban.

"Udah ayah bilang, kalo mau tawuran itu. Jangan sampai wajah kamu kena pukul. Lecet 'kan jadinya."

"Tapi tetap tampan. Ya 'kan, Bun?" ujar Arjuna penuh percaya diri membuat Gino mendengus mendengarnya.

"Iya-iya, anak kesayangan bunda tetap tampan kok. Lain kali, nggak usah lagi ya tawuran nggak jelas gitu, bahaya," cerca Arinda seraya menambahkan lauk untuk putra tercintanya. "Paham?"

Arjuna hanya mengangguk, ia tidak berani berjanji untuk itu. Apalagi perkataan Nata tadi yang sepertinya tidak main-main.

"Anak-anak AHS selain dua sahabat kamu, pada ikut juga?" Gino yang memang tidak makan terus saja menginterogasi anaknya.

Lagi-lagi Arjuna mengangguk, "Nggak semua," jawabnya terdengar cuek.

Gino menganggukkan kepalanya paham. "Siap-siap aja besok kalian dihukum."

Arjuna tidak begitu mendengarkan penuturan ayahnya barusan, ia masih asik menikmati ayam kecap kesukaannya. Lagipula, sepertinya ia dan anak-anak AHS sudah terbiasa dengan hukuman yang tidak seberapa.

"Kamu dengerin ayah ngomong, nggak sih?!"

Gino tampaknya kesal dengan respon sang anak yang hampir setiap selesai membuat masalah selalu sama. Bahkan, terlihat tidak takut dengan hukuman.

"Dengar."

Arinda menatap kedua laki-laki berbeda usia itu dengan senyum tertahan.

Saat suaminya hendak berucap lagi, Arjuna justru lebih dulu menyela.

"Mending ayah makan, daripada berisik."

"Heh! Be--"

"Mas, Arjuna lagi makan. Jangan diganggu dulu," potong Arinda cepat setelah memberikan segelas minuman untuk anaknya dan itu berhasil membuat Gino semakin dongkol.

Tanpa memedulikan sang anak yang masih berada di sana, Gino menarik Arinda agar duduk dipangkuannya.

Membuat laki-laki yang masih terlihat awet muda itu mendapat pukulan di tangannya. Tidak terasa apa-apa sebenarnya, hanya Gino saja yang melebih-lebihkan.

"Sakit, Sayang ...." rengeknya seraya mendekatkan kepalanya pada leher mulus itu dan menghirup aroma tubuh Arinda yang selalu menjadi candu baginya.

"Arjuna ke atas dulu," ucap Arjuna yang memang sudah selesai makan.

"Makanya cari pacar dong, biar nggak panas liat keromantisan ayah sama bunda."

"Ayah pedofil," gumam Arjuna yang ternyata berhasil didengar oleh ayah dan bundanya.

"Heh, sembarangan kamu kalo bicara! Sana pergi jauh-jauh," usir Gino yang tentu saja dituruti oleh Arjuna.

"Hati-hati ya, Bun!" teriak Arjuna sebelum benar-benar menjauh dari ruang makan dan kembali berhasil membuat Gino naik pitam.

Untung saja Arinda sabar menghadapi keduanya, jika tidak. Sepertinya sudah lama ia meninggalkan rumah besar ini, tapi itu tidak mungkin, karena bagaimanapun juga Arinda sangat menyayangi keduanya.

"Sekarang aja yuk, kita buat adiknya. Setuju nggak?" celetuk Gino kembali mendapat pukulan di tangannya, disertai cubitan maut dari Arinda.

"Jangan kuat-kuat dong Mas ngomongnya. Malu kalo kedengaran mereka sama Arjuna," bisik Arinda seraya menatap beberapa laki-laki bertubuh tegap yang bekerja sebagai bodyguard.

"Jaga pandangan kalian, jangan berani-berani menatap istri saya, kalo tidak mau saya pecat," ucap Gino penuh penekanan seraya berlalu dari sana dengan Arinda yang sekarang sudah berada digendongannya.

"Tuan, Anda ada meeting penting s--"

"Wakilkan saja dulu, saya percayakan semuanya pada kamu, Ben. Saya sibuk mau proses buat adik buat Arjuna," jelas Gino santai seraya tersenyum penuh arti pada Beni yang merupakan tangan kanan sekaligus bodyguard-nya yang sangat ia percayai.

Sedangkan Arinda yang berada dikendongan sang suami hanya dapat menutup wajahnya menahan malu.

"Baik, Tuan." Beni tampak membungkukkan setengah badannya ketika Tuannya tersebut melewati tubuhnya. Dan ketika tubuh Gino sudah menghilang dibalik pintu kamar, saat itu juga Beni merubah raut wajahnya menjadi kesal. Beginilah nasib bawahan yang harus selalu patuh pada atasan.

"Semangat Ben, demi masa depan anak lo juga." Batinnya seraya mengusap dada sabar.

Arjuna terus menatap layar ponselnya yang tidak menunjukkan tanda-tanda Belvan akan menghubunginya. Ia sudah mengobati seluruh lukanya dan sedari dua jam yang lalu kegiatannya hanya ini saja.

Baiklah, sepertinya sahabatnya itu gagal kali ini. Arjuna merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar seraya terus berpikir siapa gerangan gadis menggemaskan yang sudah berhasil membuat jantungnya berdetak tidak karuan seperti sekarang.

Namun, lamunan Arjuna buyar ketika ponselnya bergetar. Ternyata Belvan yang meneleponnya. Tanpa banyak pikir, Arjuna langsung menggeser ikon hijau itu menunggu Belvan menjelaskan semuanya.

[Halo?]

[Hm.]
Jawab Arjuna cuek, ia merasa kesal sekarang, karena Belvan yang melewati batas yang telah ia tentukan.

[Maaf Jun gue telat ngasih infonya...]

Arjuna diam saja, menunggu Belvan selesai menjelaskan.

[Maaf juga nih, lo harus kecewa. Karena gue nggak berhasil nemuin identitas tu cewek. Tapi info yang gue dapat, dia kayaknya anak bungsu dari keluarga Darma. Cuma info itu doang, soalnya kan tadi arah pulang tu cewek ke alamat sana. Alamat rumah keluarga Darma.]

[Itu doang?]
Tanya Arjuna menahan kekesalan. Sudahlah ia menunggu lebih dari dua jam, tapi yang didapat justru tidak sesuai harapan.

[Iya itu doang. Udah gue cari kemana-mana infonya nggak dapat juga. Kayaknya emang sengaja dirahasiakan deh, Jun.]

Setelah dirasa Belvan selesai berbicara, Arjuna memutuskan panggilan sepihak. Tatapan tajamnya kembali terarah pada plester di dekat lampu tidur.

Lagi-lagi ia memikirkan siapa gadis cadel menggemaskan itu dan kenapa sangat susah sekali untuk Belvan menemukan identitasnya?

Sebenarnya dia siapa? Batin Arjuna dengan tatapan menerawang.
_
_
_

HAYOLOH SUDAH SIAP TEBAK-TEBAKKAN? TENANG YA, RINGAN KOK

SATU KATA BUAT PART INI?

BUAT ARJUNA?

AYAH GINO?

BUNDA ARINDA?

OM BENI?

BELVAN?

LANJUT GA NIH?


SPAM NEXT DI SINI👉

SEE YOU NEXT PART!

Dipublikasikan:
Kam, 17 Februari 2022
22:23

Kam, 26 Januari 2023
19:27

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 212K 45
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1.7M 238K 38
Tidak ada yang bisa menebak sifat Drystan sebenarnya. Cowok itu ... terlalu hebat berkamuflase. Drystan bisa bijaksana, galak, manja dalam satu waktu...
1.2M 90.3K 60
BOOK 1 > Remake. 𝘐𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘱𝘢𝘬⚠️ ⚠️𝘥𝘪𝘴𝘢𝘳𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘩𝘰𝘮𝘰𝘱𝘩𝘰𝘣𝘪𝘤 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵...
397K 28.2K 27
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...