Summer Night.

By meinuniverse

886 136 16

Jaehye menyukai guru musiknya, Yoongi. Taehyung menyukai guru privatnya, Haran. Yoongi dan Haran adalah sepas... More

Peringatan
Penokohan
Chapter 01. Dua orang asing berciuman
03. Kesedihan yang menjadikan kami akrab
04. Kencan dengan Pacar pura-pura tapi terasa sungguhan.
05 Akhirnya Pengakuan

Chapter 02. Kesedihan yang membuat kami semakin dekat

103 29 3
By meinuniverse

💮💮💮

Summer Night

💮💮💮

Chapter 02.

.

.

.

Taehyung mengantarku sampai depan rumahku. Lelaki yang menawarkan rencana itu bernama Choi Taehyung, aku tahu dari papan nama yang dia kenakan. Sekarang aku ingat dia siapa. Taehyung adalah salah satu murid kelas dua yang populer di kalangan siswi perempuan. Dia siswa yang cukup aktif di keorganisasian. Walau dia tidak begitu aku kenal karena bukan salah satu siswa yang harus aku waspadai untuk aku kalahkan dalam setiap ujian sekolah.

"Terimakasih sudah mengantarku." Aku sedikit membungkuk mengucapkan salam perpisahan sebelum aku masuk ke gerbang rumahku. Namun, sebelah tangannya menarik tanganku.

"Hari Senin, di atap sekolah pada jam ke tiga pelajaran. Aku akan menunggumu di sana untuk berbicara." Katanya.

Aku mengangguk, sorot mata Taehyung berubah menjadi lunak. Tapi wajahku masih kusut, sembab di mataku aku yakin semakin parah. Taehyung sama sekali tidak menangis. Dia pasti sudah melihat bu Haran mencium ka Yoongi kalau dia memang mengikuti mereka diam-diam. Tapi dia tidak menangis.

"Kau mau aku temani Minggu ini?" Katanya.
Keningku berkerut, belum paham dengan ajakan kencan mendadak ini.
"Berikan padaku handphonemu." Walau heran, aku tetap memberikan handphoneku padanya. Taehyung mengetikan nomor handphone dan memberikannya padaku secara cuma-cuma. "Kalau kau butuh teman untuk melupakan mereka. Hubungi aku, kita setidaknya bisa berbagi kesedihan bersama. Jangan tanggung kesedihanmu sendirian." Ada senyuman di bibir Taehyung yang sempat mendarat di bibirku. Jujur saja itu ciuman pertamaku dan aku menyukainya walau sebenarnya tidak dengan suasananya.

Seperti yang aku tebak, ka Yoongi dan bu Haran memang melihat kami. Bahkan ketika Taehyung mencium pipiku, dia sempat berbisik di telingaku memberitahuku bahwa ka Yoongi dan bu Haran telah melihat kami lalu pergi begitu saja. Aku ingin menangis lagi, tapi Taehyung begitu pandai menenangkanku.
"Kalau Pak Yoongi memiliki perasaan padamu, dia akan datang malam ini ke rumahmu dan menanyakan tentangku."

"Aku harus katakan apa padanya?"

"Beritahu saja kalau aku pacarmu dan lihat reaksinya.."

"Ini yang dimaksud rencanamu?"

"Salah satunya, iya.."

.

"Kau tidak apa kalau aku tinggalkan sekarang?" Taehyung bertanya ketika aku melamun mengingat kejadian di taman tadi.

Tatapan Taehyung menyiratkan kekhawatiran yang janggal karena kami baru saling berinteraksi. "Aku tidak apa-apa,"

"Baiklah, aku pulang." Katanya.

Aku mengangguk, "Hati-hati, Taehyung. Sampai jumpa di sekolah.." kataku.
Taehyung agaknya terkejut begitu aku mengucapkan namanya. Aku melambai sebengar padanya dan tersenyum, "Terimakasih untuk hari ini."

Taehyung tersenyum balik, "Sampai jumpa pekan ini." Katanya. Lalu dia pergi, berjalan menjauh dari rumahku. Rambut hitamnya, punggungnya yang mengenakan tas, begitu kontras dengan langit malam ini. Ini baru pukul tujuh malam dan matahari belum menunjukkan akan tenggelam. Yang ada hanya warna senja yang cantik dan bayangan Taehyung yang berbelok di gang membuat semuanya terasa aneh.

Tapi, aku merasa bahwa tidak begitu sedih lagi seperti kemarin. Sapu tangan yang diberi Taehyung masih ada di genggamanku, aku akan mencucinya sebelum mengembalikannya.

.

Aku masuk ke dalam rumah, Ibu gelagapan dan menjauh dari jendela. Ibu mungkin sedari tadi ada di balik jendela, mengintipku. "Siapa tadi? Kenapa tidak dipersilahkan masuk?"

Mukaku merona, aku mengangkat bahu dan berjalan ke lantai atas dengan acuh. Aku tidak tahu harus menjawab apa, Taehyung bukan temanku, bukan juga pacarku, walau tadi sempat disuruh berkata begitu kalau ka Yoongi yang bertanya, bukan ibuku.

"Jaehye, jawab kalau ibu bertanya!"

Aku menoleh pada ibu yang pura-pura marah. "Dia temanku." Kataku, hanya itu yang terlintas di benakku. "Dia sibuk." Aku masuk ke dalam kamarku dan menutup pintunya. Pergi ke kamar mandi untuk mandi air hangat, aku perlu berendam untuk hilangkan stress.

.

Seperti yang Taehyung duga. Ka Yoongi ke rumahku pukul sembilan, dia sudah berganti pakaian, mungkin juga sudah mandi karena ada aroma sabun di tubuhnya ketika dia menghampiriku di ruang tengah.

"Apa sudah mendingan?" Ka Yoongi duduk di sofa yang berbeda denganku, aku sama sekali tidak meliriknya.

"Sudah. Ibu sudah membelikanku obat." Aku berbohong, Ibu tidak tahu aku sakit. Sekarang ibu ada di dapur, membuat minuman dan cemilan malam untuk kami. Sementara Ayah sedang mandi, dan aku ditinggalkan sendirian bersama ka Yoongi.

"Baguslah. Lain kali kalau tahu sakit, jangan memaksakan diri pergi sekolah." Katanya.

Aku mendelik padanya, "Ibuku cerewet, jadi lebih baik aku pergi ke sekolah."

"Jangan begitu pada ibumu.."
Aku menatap ka Yoongi dengan pandangan tidak suka.
"Tadi, kau pulang dengan siapa?"

Nah, muncul juga percakapan mengenai ini. Ka Yoongi memang tidak suka berbasa-basi.
"Bukan urusan kakak." Dan aku tidak akan memberitahunya dengan mudah. Aku perlu tahu apa ka Yoongi benar-benar ingin mengetahui mengenai Taehyung atau tidak.

"Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Kau bertengkar dengan pacarmu?"

Aku menatap sinis pada ka Yoongi.
"Tidak, aku tidak apa-apa. Apa yang kakak bicarakan?"

Ada kerutan samar di kening ka Yoongi, "Kata Ibumu, kau pulang diantar pacarmu." Namun detik berikutnya wajahnya kembali datar.

Aku mendengus, "Kalau sudah tahu kenapa tanya lagi?" Ibu benar-benar mengira Taehyung pacarku.

"Jaehye, setidaknya kalau dia laki-laki baik dia akan memperkenalkan diri pada Ibumu, bukan malah pergi begitu saja."

"Apa yang kakak tahu mengenainya?!" Suaraku meninggi, Ibu keluar dari dapur menanyai apa yang terjadi.

"Aku tidak bermaksud menyinggungmu." Katanya, tapi wajahnya seperti biasa, cuek seakan apa yang dia katakan tidaklah ada artinya.

"Iya, kakak bermaksud menjelek-jelekan pacarku!" Tudingku.

"Jaehye, kau tidak mengatakan pada ibu kalau kau sudah punya pacar." ibu memperburuk suasana.

"Sekarang aku mengatakannya pada ibu. Yang tadi itu pacarku." Aku mendelik, mataku kembali pada layar televisi.

"Apa ibu perlu ucapkan selamat padamu?"

Aku mengerang, "Ibu~"

"Bercanda, jangan berseru pada Yoongi lagi." Kata ibuku. Aku tidak memperdulikannya. "Sekarang kalian bisa pergi kencan ganda besok."

Aku menoleh pada ibuku, "Siapa?"

"Kau dan Yoongi. Yoongi sudah memperkenalkan pacarnya pada ibunya minggu lalu, ibu juga pernah bertemu dengan pacar Yoongi. Masa kau tidak tahu? Bukankah dia guru di sekolahmu juga? Siapa namanya ya, Hana?"

"Haran." Jawab ka Yoongi.

"Kenapa kakak tidak memberitahuku?" Ada sesak yang begitu menyakitkan ketika aku hendak berkata ini dengan santai.

Ka Yoongi hanya mengangkat bahunya, "Sekarang kau sudah tahu."
Sifat santainya yang kelewatan membuatku muak. "Kau juga tidak memberitahu mengenai pacarmu."

Kepalaku pening, kata ibu minggu lalu bu Haran pernah ke rumah ka Yoongi untuk dikenalkan dengan tante Lee ibunya Ka Yoongi. Sial, kenapa hanya aku yang tidak tahu?
Aku memikirkan kejadian terakhir ketika aku melihatnya bersama bu Haran.

"Jaehye, kapan kau berpacaran dengan pacarmu?" Ibu membawa satu mangkuk besar popcorn dan duduk di sampingku.

Aku risih ditanyai begini.

"Siapa yang punya pacar?" Ayah keluar dari kamar dengan pakaian santai habis mandi. Bahkan Ayahku tahu kalau ka Yoongi punya pacar.

"Jaehye. Tadi dia diantar pacarnya~"

"Oya? Siapa namanya?"
Ibu dan ayahku lebih heboh dari yang aku duga. Aku pikir aku akan dimarahi, tapi malah berakhir digodai. Ka Yoongi tertawa ketika aku terpojok oleh pertanyaan-pertanyaan ibu dan ayahku mengenai Taehyung. Aku tidak rela jika ada orang lain yang melihat ka Yoongi tertawa.

"Apa kau mengurung diri di kamar gara-gara bertengkar dengannya?" Ayah kali ini tidak mau kalah, dia semakin mengodaku.

"Sudah ayah! Jangan tanya-tanya lagi." Aku cemberut dengan muka merah padam. Aku tidak tahu apapun mengenai Taehyung dan malah dibanjiri pertanyaan aneh mengenai Taehyung.

Apa dia juara kelas?
Apa dia pintar?
Apa dia baik?
Apa dia suka olahraga?

Aku mengelak semua pertanyaan ibu dan ayahku. Malah Ka Yoongi yang menjawab beberapa pertanyaan mereka. Aku tidak tahu kalau Taehyung adalah anak kelas yang ka Yoongi pegang. Ka Yoongi wali kelas Taehyung dan dia tahu mengenai Taehyung. Sejak kapan Ka Yoongi memperhatikan orang lain? Mungkin sejak dia jadi Guru, mau tidak mau ka Yoongi mengingat semua anak didiknya. Termasuk Taehyung.

Ketika ka Yoongi hendak pulang ia mengajakku pergi berdua ke halaman depan rumah. Jantungku sudah tidak karuan, aku pikir ka Yoongi akan mengatakan hal semacam 'pernyataan bahwa dia tidak pacaran dengan bu Haran' padaku. Tapi yang ada ka Yoongi malah mengatakan hal lain yang membuatku sakit hati.

"Jaehye, tolong kau tidak beri tahu orang lain mengenai hubunganku dengan bu Haran. Aku tidak ingin semua orang di sekolah tahu." Katanya, "Itu akan sangat merepotkan."

Aku menyipitkan mataku, "Kasian bu Haran tidak kakak anggap pacar di sekolah." Ketusku.

"Kami sudah memutuskan bersama akan bersikap profesional selama bekerja."

"Kami? Aku tidak tahu kakak dekat dengan guru lain."

"Sebenarnya, bu Haran teman sekampusku dulu. Kami sempat dekat dan-"

Aku memotong ucapannya. "Aku tidak mau mendengar nostalgia kakak." Ketusku lagi, "Aku tidak akan bicara pada siapapun, kenapa kakak tidak bisa percaya padaku?"

"Aku percaya padamu."
Tatapan ka Yoongi padaku seperti tatapan kasih sayang. Penuh dengan perasaan tapi tidak seperti tatapannya pada bu Haran. Aku tidak suka mengetahui ada orang lain yang ka Yoongi sayangi lebih dari aku.

"Aku tidak akan mau pergi kencan ganda dengan kakak. Sudah ya, aku mau tidur, bye.."

Ada senyuman di bibir ka Yoongi, "Selamat malam, Jaehye."

"Hemm."

Aku masuk ke rumah dan membiarkan ibu dan ayah menonton televisi berdua sementara aku masuk ke kamarku untuk tidur lebih awal. Nomor Taehyung ada di kontak handphoneku, dia menamai dirinya Taehyung tanpa embel-embel lain. Aku ingin menelphonenya, tapi tidak tahu harus berkata apa dan membicarakan apa. Aku memutuskan untuk tidak menelphonenya dan tidur dengan pikiran yang dipenuhi oleh ka Yoongi.

****

Hari Sabtu biasanya aku bermalas-malasan. Ini akhir pekan, tapi aku sudah sibuk membantu Ibu berkebun di belakang rumah. Ibu mengeluh karena pekerjaan Ayah mengharuskannya bekerja di akhir pekan. Aku pun mengeluh karena harus menanam tanaman baru yang ibu beli. Ibuku jadi mengomel lagi karena keluhanku.

Ibuku bersyukur karena Ka Yoongi datang membantu, tapi aku tidak bersyukur karena setelah aku selesai berkebun, bersih-bersih, mandi, dan berpakaian, Ibuku berseru di depan kamarku menyuruhku untuk berpakaian cantik karena pacar ka Yoongi akan datang berkunjung.

Ibu ka Yoongi masih di desa di rumah Nenek Yoongi, jadi yang menerima tamu kali ini adalah Ibuku di rumahku. Lagipula ka Yoongi memang sering main ke rumahku, keluar masuk rumahku seenaknya, tapi kali ini lain. Pacar ka Yoongi itu orang asing, aku tidak menyukai ide ini.
Ibuku malah senang karena Ka Yoongi lebih memilih rumahnya di bandingkan cafe atau retoran untuk berpacaran.

Pacar ka Yoongi, Bu Haran, tidak terkejut dengan kehadiranku di dalam rumah yang tengah memakai pakaian terbaikku_piama_ mungkin ka Yoongi sudah bercerita banyak mengenaiku pada Bu Haran. Mengenai aku yang tahu hubungan mereka dan aku perlu diwaspadai olehnya.

Aku enggan bergabung duduk dengan mereka. Tapi ibu memaksaku dan menyiruhku memakai cardigan. Kami duduk di meja makan sambil menyantap kue yang di bawa bu Haran. Sementara aku hanya menatap kue tanpa banyak minat.

"Jaehye masih sakitkah?" Bu Haran bertanya padaku tapi aku tidak menjawabnya malah melanjutkan lamunanku.

"Maaf, dia mungkin masih merasa lemas setelah berkebun." Kata ibuku.

Ka Yoongi menatapku dengan pandangan tidak suka, apa-apaan itu? Aku sakit hati kalau ka Yoongi sampai mendiamkanku nanti gara-gara aku tidak ramah pada bu Haran. Jadi, aku mengangguk membenarkan perkataan ibuku.

"Masih sakit tapi sudah ikut berkebun?" Bu Haran menaikan sebelah alisnya, dia antusias dicara yang salah. "Hebat sekali Jaehye.."

Aku sedikit tersenyum, "Aku harus berbakti pada Ibuku.."

Ibu memandang kami berdua bergantian, kaki ibu menyenggol kakiku agar aku diam. "Daripada kau diam melulu di kamarmu." Sindir ibuku.

Aku diam, seperti yang ibuku mau. Tidak melirik bu Haran apalagi ka Yoongi. Tidak mau sakit hati lebih dalam, jadi aku mengajukan diri untuk membeli ice cream. "Aku pamit mau beli ice cream dulu, biar musim panas ini lebih terasa." Aku berdiri dan pergi begitu ibuku berkata 'benar juga, beli untuk kami juga ya?'
Aku memutar bola mataku tanpa sepengetahuan siapapun.

Kakiku menendang kerikil di jalan melampiaskan amarahku. Aku pergi ke minimarket terjauh dari kompleks rumahku, melewati jalan memutar dan melewati jembatan sungai kecil. Di atas jembatan aku berhenti, menatapi air sungai jernih yang mengalir. Matahari terik menyinari airnya, aku menyesal memakai piama, hari ini panas sekali. Aku membuka cardiganku dan mencari tempat teduh. Tidak jauh dari sana ada semacam gazebo kecil. Aku diam di kursi di bawah naungan gazebo, melipat lengan piaya sampai ke siku dan menuimpan cardiganku begitu saja di kepala kursi. Aku tidak berniat membeli ice cream dan kembali ke rumahku. Aku memutuskan duduk diam di sini sampai bu Haran pulang.

Terlintas dipikiranku untuk menelphone Taehyung. Aku sudah mengeluarkan handphoneku dan hendak menekan tombol namun aku urungkan karena aku merasa gugup.

"Jaehye?"

Aku mendongkak begitu namaku disebut. Ada Taehyung di depan gazebo yang aku diami. Taehyung memakai kaos putih lengan pendek dan celana kain selutut, dia terlihat berbeda dengan pakaian santai.

Guk~ guk~
Ada anjing kecil yang di bawa Taehyung, anjing hitam yang bergerak-gerak lincah. Aku masih memandangi anjing itu dan Taehyung bergantian, seakan keinginanku terkabul tanpa harus aku menelphone.

"Kau sedang apa?" Taehyung masuk ke gazebo, anjingnya dia gendong karena tidak bisa diam mengong-gong padaku.

"Kau sedang apa di sini?" Aku malah balik bertanya dan Taehyung tertawa karena itu. Wajahnya lebih tampan saat dia tertawa.

"Aku mengajak Tanie jalan-jalan," dia menunjuk anjingnya.

Aku agak menyingkir dari anjing yang kembali menginjaki lantai ketika Taehyung menurunkannya lagi. Taehyung melihat gerakanku, dia melepaskan tali yang terhubung dengan croker di leher anjingnya. Otomatis anjing itu berlari turun dari gazebo dan berlari-larian di rumput.

"Kenapa di lepas, nanti anjingmu kabur." Kataku.

"Dia tidak akan pergi jauh-jauh." Ucapnya. Lalu, Taehyung duduk di kursi kosong lain. "Jadi, apa kau sedang kabur dari rumahmu?"

Dia tahu aku kabur dari mana? Aku melirik tatapan Taehyung padaku dan mendapati pakaian piayamaku yang dia pandangi. "Aku sudah mandi." Kataku cepat-cepat takut dia menyangka aku perempuan jorok yang berkeliaran dengan pakaian bekas tidur semalam. "Ini aku pakai karena ibuku ingin aku memakai pakaian cantik untuk bertemu dengan bu Haran."

Sebelah alis Taehyung naik, matanya berubah serius. "Kau akan pergi bertemu bu Haran?"

Aku mengeleng, "Bu Haran ada di rumahku, dia sedang mengobrol dengan ibuku dan tentu saja bersama pacarnya."

Air muka Taehyung berubah menjadi keruh, dia berwajahkan tidak ramah dalam sekejap. Wajahnya berpaling, dia memperhatikan anjingnya yang berkeliaran kesana kemari di taman. "Dia mengenalkan diri pada ibumu?"

Aku mengangguk. "Aku tidak bisa ada di sana. Terlalu menyesakkan." Tanganku mengipasi wajahku yang mulai berkeringat. Aku tidak mengikat rambutku dan berpura-pura menjadi anak jorok di depan bu Haran, sekarang aku menyesal tidak mengikat rambut panjangku.

Taehyung melirikku yang kesusahan, dia terkekeh melihatku. "Kau repot-repot memakai piama untuk memberontak pada ibumu?"

"Untuk memberontak pada ka Yoongi." Aku membenarkannya. "Dia sudah memberitahuku bahwa dia pacaran dengannya dan ingin aku merahasiakannya. Konyol, aku tidak akan mengatakan pada siapapun tanpa dia minta sekalipun."

Taehyung tersenyum kecut, "Bu Haran juga mengatakan hal seperti itu padaku." Pandangan Taehyung menerawang, melihat langit cerah tapi pikirannya ada di tempat lain.
Ingin sekali aku bertanya apa hubungannya dengan bu Haran. Tapi aku merasa itu akan membuatnya semakin sakit hati. Jadi, aku mengalihkan topik pembicaraan.

"Ibuku melihatmu ketika kau mengantarku." Barulah Taehyung kembali menatapku. Dia sepenuhnya kembali fokus padaku. "Ibuku bertanya mengenaimu, awalnya aku memberitahunya kalau kau temanku. Lalu, ka Yoongi datang seperti yang kau tebak."

"Apa yang dia katakan?" Tanya Taehyung.

"Ka Yoongi tahu mengenaimu, ibuku memberitahunya kalau kau pacarku walau aku mengatakan kalau kau temanku. Jadi, ka Yoongi kira kau pacarku."

"Itu bagus, bagaimana responnya?"

Taehyung masih menungguku bicara. "Dia tidak katakan apapun selain mengatakan kalau sebaiknya kau mengenalkan diri pada ibuku saat mengantarku pulang. Secara tersirat, dia mengataimu lelaki tidak baik."

"Kolot sekali pikirannya."

Aku mengangguk menyetujuinya. "Aku juga marah padanya karena mengataimu. Tapi, responnya biasa saja. Dia malah terlihat senang ketika bu Haran mengobrol dengan ibuku."

Taehyung tidak berkomentar apapun, dia menatapku dalam diam yang aneh. Mungkin, nasibku bahkan lebih buruk dibanding dengannya. Aku tidak menyangka Taehyung menyukai bu Haran. Apa yang spesial dari wanita itu?

"Jaehye, mau ke rumahku?"
Aku belum pernah berkunjung ke rumah laki-laki. "Aku bisa meminjamkan pakaianku." Katanya lagi.

Taehyung melihat aku kerepotan dengan piama ini dan dia menawariku pakaiannya. Bibirku tersenyum, agaknya tersentuh dengan kebaikan Taehyung. Aku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Taehyung.

💮💮💮

Write: 22 Januari 2022
Publish : Februari 2022

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 38.8K 51
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
621K 27.1K 42
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
1.1M 112K 27
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
359K 27.8K 59
Elviro, sering di sapa dengan sebutan El oleh teman-temannya, merupakan pemuda pecicilan yang sama sekali tak tahu aturan, bahkan kedua orang tuanya...