The Orbis ✓

By Polcarizm

8.4K 674 159

Mengisahkan tentang dua insan dengan dunia yang bertolak belakang. "Namun, Mas, maaf, aku benar tak bisa di s... More

Disclaimer
Introduction
ūnus
duo
trēs
quattuor
quīnque
sex

septem

1.4K 109 63
By Polcarizm

Last one!

Enjoy!

---

"Wan, Thipoom masih belum siap ketemu lo." Satu tahun berlalu, dan Tawan belum bisa menatap wajah manis lelaki itu hingga saat ini. Sesekali ia akan mendapatkan foto putranya dari Off, tampan, persis seperti New dengan mata bulat nan jernih serta pipi gembil yang mengundang semua orang untuk mengalihkan fokus padanya.

Namanya Pluem, berarti kegembiraan. Sebab anak itu membawa kebahagiaan tersendiri bagi hidup Thitipoom. Tawan dengan tanpa tahu malu juga mengucap syukur sebab New menyematkan Vihokratana di belakang nama sang bayi.

Pluem Vihokratana.

Nama paling indah yang pernah Tawan temui dalam hidup.

"Mereka baik, Pluem susunya juga lahap banget. I bet he takes from Thitipoom for that. Kapan-kapan, kalo dia udah dibolehin untuk dibawa ke mana-mana sama Thipoom, gue bakal izin bawa ke sini. Ketemu sama lo."

Dan Tawan, akan menunggu hari itu tiba dengan hati yang membuncah.

"Wan, Thipoom ada nulis surat buat lo." Kepala Direktur Utama dari Alta itu ditolehkan, lalu netra miliknya memandang penuh tak percaya pada sebuah amplop biru muda polos dengan perekat berbentuk hati di tengahnya, mengundang pula kekehan dari sang Adulkittiporn di sebelahnya.

"Take it, Thipoom susah payah nulis sambil gendong Pluem, Wan."

Dengan tangan penuh getaran, Tawan menyentuh benda tersebut, menggenggamnya dengan lembut, tidak boloh kotor, robek, dan berantakan, seolah kertas paling berharga yang pernah ditemui dalam kehidupan.

"Gue balik kerja dulu." Setelah pintu ruangan besar milik Alta itu tertutup, si tan tak bisa kembali membendung rasa haru yang menguar dalam dada, ingin berteriak pula pada dunia, memamerkan segala kebahagiaan yang tiba siang ini.

"Poom—" Tawan berbisik perlahan, memandang ke arah kaca bening yang menampilkan gambaran kota besar tersebut dengan apik diwarnai dengan cerahnya langit biru serta awan putih di atas sana, "—I'll wait for you."

Beberapa waktu setelah insiden mengenaskan waktu itu, mereka kembali beraktivitas seperti biasa, walau dengan perasaan yang tak pernah bisa kembali menjadi biasa. Usaha yang dijalankan sebelumnya oleh Tawan, kini telah dialihkan pada Off, walau tetap di atas nama Vihokratana. Sebab lelaki Adulkittiporn sendiri adalah orang terdekat yang si tan miliki, bersama hampir seumur hidup, jadi diyakini Off paham dengan benar bagaimana cara kepemimpinannya selama ini.

Tawan sendiri beralih ke Alta, memimpin perusahaan manufaktur dengan omset tak terbatas tersebut. Berusaha mengembangkan usaha yang dimiliki sesuai janjinya kepada para pemegang saham dan petinggi lainnya ketika RUPS dimulai beberapa waktu lalu, menggeser posisi seorang Joss Wayar dengan segala niat busuk di dalamnya.

Ia tak kembali tinggal di markas besar, berusaha sekeras mungkin untuk memaafkan diri setelah hari itu. Mencari tempat tinggal baru, mempersiapkan pula jika kelak, New ingin kembali padanya. Sesuai dengan impian dan keinginan lelaki itu.

Untuk membesarkan anak mereka hingga tua, tidak di atas orang-orang yang tengah diberikan penderitaan akibat perbuatan yang dilakukan.

Membuat anak itu nyaman, sebab hadir di antara orang-orang yang memang menginginkannya.

Perkataan tempo hari akan, aku tidak meyukai anak-anak sebab mereka pengganggu, benar. Ia tak pernah menyukai bagaimana makhluk mungil itu hadir dalam kehidupannya, dan beberapa orang akan setuju serta mewajarkan pernyataan yang diberikan.

Namun, yang Tawan lupa adalah bagaimana anak-anak akan direpresentasikan dengan insan yang memiliki keterbatasan intelektual, serta fisik sebab usia yang terlampau muda. Untuk itu, mereka kerap kali bergantung dengan lingkungan sekitar dalam hal pemenuhan kebutuhan. Mereka juga masih kesulitan dalam berkomunikasi serta tak paham dengan baik apa itu toleransi.

Dalam proses pertumbuhan dalam mencapai hal tersebutlah, anak-anak akan menjelajahi dunianya masing-masing, mencoba berbagai hal yang mengundang rasa ingin tahu, mengulang serta hal-hal yang menurutnya menarik, walau sebenarnya hal tersebut tidaklah menyenangkan bagi orang-orang sekitar.

Berteriak dengan kencang, memukul-mukul, mengeluarkan liur dengan sengaja, merusak barang.

Pengganggu, memang, tetapi ingat, itu salah satu cara mereka untuk terus berkembang dalam proses pertumbuhannya.

Untuk itu, Tawan mulai berusaha keras untuk mulai tak membentak mereka ketika masa cari perhatian tiba, untuk tak dengan tiba-tiba pergi ketika salah satu dari mereka tanpa aba-aba memeluk kakinya dengan pandangan polos penuh permohonan.

Sebab sebentar lagi, Pluem di sisinya, semoga.

Jadi, Tawan bersiap diri.

Surat dalam genggaman lelaki itu dengan perlahan dibuka, menampilkan tulisan indah khas seorang New yang terpampang apik di tiap-tiap barisnya. Dalam hati, Tawan akan meminta Tul, asisten pribadi sang pria, untuk membeli figura dengan ukiran tercantik untuk menyimpan benda berharga di kehidupannya ini.

Kata demi kata, kalimat per kalimat, serta paragraf yang tersusun mulai dipahami. Dilekatkan erat-erat dalam kepala untuk kemudian dijadikan penyemangat hidup kesekian yang Tawan miliki. Ia tak pernah menyangka jika sebuah tulisan akan semenyenangkan ini untuk dibaca.

"Poom, terima kasih." Bisikan itu terdengar di sela-sela isakan yang muncul dari bibir Tawan, lelaki itu tak menangis karena kata-kata menusuk hati, kalimat menyakiti batin, tetapi sang pria meneteskan air mata kebahagiaan sebab berbahagia, pujaan hatinya mulai bisa menerima kehadiran si tan secara perlahan.

"Aku tunggu, Poom. Pasti aku tunggu."

Thitipoom, entah, aku tidak pernah memiliki kata yang tepat untuk mendeskripsikan kehadiranmu dalam hidupku yang hitam. Keajaiban, kasih sayang, perhatian? Semua aku mendapatkannya darimu. Namun, dengan tak tahu dirinya, tanpa merefleksikan segala sikap yang aku tunjukkan untukmu, aku menuntutmu macam-macam. Untuk tetap di sisiku walau dunia yang engkau mau berbeda, untuk tak meninggalkanku meskipun tiap kali kamu mendekat, kamu akan dipenuhi ribuan duri yang menyakiti hati.

Aku yang akan berusaha mewujudkan impianmu kali ini, jadi pelan-pelan saja, aku tak akan pergi ke manapun.

---

"Phem! Gumush banget ini ponakan aku!" Gun mengecup pipi gembil kemerahan milik si bayi ketika Pluem membuka mulut lebar-lebar, menguap, sebab kantuk yang menyerang anak itu setelah diberikan susu oleh sang papa.

"Ish!—gantian kenapa sih, Ciw!" Krist berusaha mendorong tubuh temannya yang telah satu jam tak berpindah, memeluk Pluem erat-erat hingga terkadang si bayi merengek, memohon kepada siapapun untuk membantunya menjauhkan diri dari teman New yang satu itu.

"Enak aja!—makanya Unlce Kit jangan kerja mulu, telat kan ke sininya, udah dimonopoli Uncle Ciw deh cekalaaaang!" Gun memasang tampang penuh kemenangan, menggoda Krist yang mulai menunjukkan asap di atas kepala.

Sementara New di ujung sana hanya bisa menggelengkan kepala, telah terbiasa dengan segala tingkah laku aneh yang kerap kali diberikan dua temannya. Belum lagi jika Arm ke mari, lelaki itu akan dengan senang hati membawa hal-hal yang ditemui di tengah jalan jika benda tersebut mengingatkannya akan betapa menggemaskan Pluem.

Bahkan stock mainan si bayi telah penuh hingga usianya sepuluh!

Sekali lagi, satu tahun semenjak kejadian mengejutkan yang hampir mengubah seratus delapan puluh derajat kehidupan seorang New, yang terpikir dalam benak si manis hari itu bahkan hanyalah bagaimana cara yang tepat untuk pergi ke surga, ketika peluru menembus dada dan rasa sakit yang bergejolak setelahnya. Namun, lihat, ia bisa bertahan hingga hari ini, walau penuh dengan sesak serta takut yang datang.

Beberapa kali Tawan meminta untuk bertemu, untuk setidaknya melihat raut wajah milik New yang dianggap berantakan oleh lelaki itu sendiri. Pria Techaapaikhun itu kemudian akan terkekeh setelahnya, menganggap jika keinginan sang pria untuk bersitatap adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengolok-olok kehidupannya yang pernah dan sempat diporakporanda.

"Mas mau ketemu aku? Mau apa? Menertawai hidupku yang tak lagi bebas? Membuatku menjadi jalang murahan untuknya? Ingin mengurungku seperti waktu itu? Tidak mau. Aku tidak mau lagi. Pergi."

"Atau dia ingin melepaskan peluru panas untuk kedua kalinya? Mungkin kali ini akan dengan sengaja bersarang di kepala agar seketika aku lenyap dan tak bisa lagi menjadi jalangnya. Suruh dia pergi, Gun."

Lalu berita yang akan didengar setelahnya adalah bagaimana Off yang memohon dalam sambungan panggilan dengan Gun, meminta agar New setidaknya berbicara pada Tawan yang mulai menggila.

Mabuk, meracau, melukai diri, hampir memenggal kepala, hingga menodongkan pistol pada dada kiri.

Kali ini, tepat di jantung, tepat dihunus ke arah sana hingga dipastikan Tawan akan mati seketika jika pelatuknya ditarik.

Untuk itu, ahli akan memberikan saran untuk keduanya menenangkan diri. Kembali mencari jati diri masing-masing, beristirahat dari hubungan tak sehat, menjelajahi hal-hal yang pernah dan sangat ingin dinikmati sebelum akhirnya siap untuk bertatapan satu sama lain.

New dengan dunianya, Pluem. Dengan segala hal yang ingin dicoba sejak lama.

Serta Tawan dengan kehidupan baru menjadi pemimpin Alta, belajar mengatur emosi, serta menikmati hal-hal yang tak bisa diicip selama hidupnya.

"Phem mau beli coklat tidak?" Krist mulai mencoba menarik perhatian si kecil, setelahnya mendapat tendangan kuat-kuat dari Gun, curang!

"Sakit!"

"Rasain!"

"Aiiiin!"

"IH PHEM PINTELNYAAAH!"

New terkekeh mendapati bagaimana wajah kesal yang terpampang di wajah kekasih Singto itu, memutuskan untuk melangkahkan kaki menghampiri sang bayi yang masih saja menjadi pusat perhatian setelah satu tahun hadir di dunia.

"Baaaa!"

"IH—THI JANGAN KE SINI!" Gun berusaha menutupi mata milik Pluem, menghalau jarak pandang milik si kecil agar tak bisa menatap rupa menawan sang papa, sebab jika iya...

"Awu Baaa!"

Pluem pasti lebih ingin di dekapan sang papa dan meninggalkan Gun seorang diri.

"EMANG ENAK LO RASAIN!"

Pluem di gendongan si manis mulai menyamankan posisi, menggenggam erat kaus yang dikenakan milik New, menyembunyikan wajah di leher sang papa untuk mencari kehangatan serta lelap di sana. Senandung pelan yang terdengar kemudian menjadi pertanda untuk Gun dan Krist menenangkan diri. Sebab ini waktu yang tepat untuk si bayi menyelam ke mimpi.

"Yah, bobok, deh..."

"Kayak Mas dulu dia tuh, harus nyium wangi Papa."

Kalimat yang diberikan New saat itu berhasil mengundang lengkungan manis di masing-masing bibir Atthaphan dan Perawat itu, memicu pula kebahagiaan yang menguar dalam hati sebab paham dengan benar bahwa keduanya mulai berdamai dengan masa lalu.

Mulai siap untuk melanjutkan hidup, berdua? Entah, tetapi itu yang orang-orang harapkan. Sebab, baik Tawan maupun Thitipoom, saling membutuhkan satu sama lain.

"Thi, gue dapet balesan surat dari mamas lo." Krist melambaikan benda biru muda, kertas yang sama yang pernah ia kirimkan pada Tawan melalui Off tempo hari, masih pula dengaan perekat berbentuk hati berwarna merah.

Semburat kemerahan halus yang muncul di pipi si manis mengundang pekikan dari bibir dua temannya, lalu dua orang tersebut dengan cepat saling mendorong sebab rasa malu yang tiba-tiba timbul.

"Jiakh, padahal apartemen juga cuma beda gedung, tapi surat-suratan."

New tak menghiraukan bagaimana godaan yang kerap diujarkan oleh Krist maupun Gun, atau sesekali ledekan yang Singto akan keluarkan, bahkan pekikan penuh jenaka yang biasa Off dan Arm berikan tiap kali bermain ke sini.

Usia New menginjak dua puluh tiga dan Tawan tiga puluh tiga, tetapi gaya hubungan mereka bahkan lebih parah dari remaja sekolah menengah yang baru pertama kali dimabuk asmara. Agak menjijikan, tetapi menggemaskan di waktu bersamaan. Terlebih, ada Pluem di tengah-tengah mereka.

Setelah berhasil meletakkan Pluem di atas baby crib-nya, New mulai mendudukkan diri, mencari tempat tenang untuk menikmati bagaimana tiap kata yang tertulis di sana. Satu tahun, cukup. Tak kurang atau lebih, untuk menenangkan diri masing-masing. Pun beberapa saat lalu, ia baru tahu satu fakta menarik akan kejadian tembak-menembak hari itu.

Tawan itu sniper andal. Lelaki itu dilatih untuk mengetahui organ vital lawan, hingga tiap bidikannya tepat sasaran, tepat di mana sang lawan akan melemah setelah peluru menembus kulit.

Namun, hari itu, bahkan peluru yang masuk tak mengenai vitalnya sama sekali, seolah tertahan, seolah yang melakukan penembakan adalah orang awam yang baru pertama kali menyentuh senjata api.

Jadi, bisa disimpulkan, tujuan awal lelaki itu melepaskan peluru hanyalah sebagai gertakan untuk New. Walau benar setelahnya, tubuh sang pria mematung, tak bergerak. Seolah menyesali apa yang telah diperbuat, seolah perilaku yang barusan terjadi dilancarkan oleh sisi lain dalam dirinya.

Dalam arti lain, gertakan yang diberikan bukan hanya sebagai hal untuk membuat New berhenti, tetapi juga untuk mengakhiri sikapnya malam itu.

"Mas, manis banget? Bukan kayak yang aku kenal." New mengulas lengkungan di atas bibir, agaknya terkekeh tiap kali mendapati kalimat yang menggelitik, tetapi di saat yang bersamaan membuat hati menghangat serta pipi yang memerah.

Dalam hati, si manis mulai kembali menata perasaan yang tersemat. Banyak hal yang telah Tawan lakukan untuk hidup bersamanya, untuk membangun dunia yang diinginkan seorang New, serta mewujudkan mimpi yang sempat hadir dalam kehidupannya.

Tidak ada yang perlu dilupakan dalam kehidupan keduanya, dulu. Tidak pula soal balas budi, beli-membeli, kekejaman yang datang, serta kebohongan yang hadir. Mereka tak diminta untuk meluputkan ingatan tersebut dalam kepala, hanya berdamai. Kelak, baik Tawan maupun Thitipoom akan bisa menatap dunia dengan pandangan yang berbeda, bisa menerima segalanya dengan lapang, tetap pula dapat mengingat rasa sakit yang pernah hadir. Namun, setidaknya, damai. Mereka mencoba untuk memaafkan.

"Phem, wanna meet your Daddy? Papa udah siap, Phem gimana?"

Tentu tak ada balasan dari si bayi, tetapi New meyakini dalam hati jika Pluem merasakan hal yang sama dengannya.

Jadi, ayo bertemu Daddy secepatnya.

---

New dengan setelan kemeja warna merah muda dipadukan dengan celana bahan hitamnya menenteng keranjang besar berisikan roti isi beserta buah serta jus di dalamnya, tangan satunya digunakan untuk menggenggam tangan si kecil dengan hoodie hitam dan kupluk senada yang menghiasi apik atas kepala.

Sepasang papa dan anak itu menunggu di bawah pepohonan rindang taman kompleks apartemen, berniat untuk menghabiskan waktu bersama pria yang tengah ditunggu kedatangannya.

"Pluem, kita mau ketemu siapa?"

"Daaaa!"

"Betul! Nanti kalo Daddy-nya sampe, Phem panggil keras-keras, okai? Alo, Daddaaa! gitu, ya."

"Yah, teiii!"

"Pintarnya anak Papa!"

Sementara di ujung jalan, sang pria, yang tengah di tunggu kedatangannya tersebut tengah mempersiapkan diri, menenangkan degupan jantung yang tak ingin berdetak dengan normal bahkan hanya dengan melihat dua punggung sempit di sana.

Beberapa kali, Tawan akan menyempatkan diri untuk memandangi rumah kecilnya dari jauh, memastikan jika keduanya selalu dan tetap aman di setiap aktivitas yang tengah dijalani. Alasan yang sama pula akan diberikan jika ada seseorang yang bertanya tentang tempat tinggalnya di gedung apartemen ini.

Sebab, tempat tinggal yang dipilih tidak merepresentasikan wujud seorang Direktur Utama yang akan memiliki penthouse miliaran dengan segala fasilitas yang ada, lingkungan elite. Namun, Tawan memilih untuk tetap di sana, agar tetap merasa dekat dengan New dan putra mereka.

Ah, bahkan kata 'putra mereka' benar bisa menghangatkan hati.

Tawan menghembuskan napas keras-keras, inilah saatnya. Penantian yang telah ia jalani selama satu tahun, waktu yang selalu ditunggu si tan untuk datang. Lalu kaki miliknya dibawa untuk melangkah, pelan, tetapi pasti. Namun semakin lama, langkah yang diambil semakin besar sebab ia benar tak bisa menahan rasa bahagia yang meletup dalam hati.

Lima langkah.

Empat.

Tiga.

Dua.

"Daaaa!" Suara nyaring terdengar dari bibir Pluem yang tanpa aba-aba menoleh, mengalihkan perhatian New, membuat pula kaki-kaki milik Tawan berhenti.

Apa tadi katanya?

Da?

"It's Dadda, Mas. Your nickname from Pluem." Senyum yang mengembang di bibir New membawa kembali Tawan pada langkah yang sempat berhenti, dengan cepat mengangkat Pluem dalam gendongan sekaligus mendekap tubuh si manis erat-erat.

Menimbulkan pekikan kecil dari yang lebih muda di sana, tetapi Tawan tak peduli. Sebab pada akhirnya, ia bisa membawa dunia dalam dekapannya. Menyalurkan kehangatan pada semesta yang kehadirannya cukup lama dinantikan.

Pada akhirnya pula, New bisa kembali percaya pada mimpi yang seharusnya dihempaskan kuat-kuat.

"Terima kasih, Thipoom." Gumam penuh getar itu kembali membuat kekehan dari bibir yang lebih muda terdengar, selanjutnya Tawan bisa merasakan usapan halus pada punggungnya, serta dekap yang terbalas.

"Mas Tawan juga, terima kasih."

Orang bilang, yang lalu biarlah berlalu. Memang. Sebagian orang setuju dengan pernyataan tersebut, begitupula Tawan dan Thitipoom. Namun, yang kemudian berlalu itu akan dibagi lagi menjadi beberapa cabang, entah kau akan memaafkannya, melupakannya, atau menyimpannya dalam-dalam untuk diberikan balasan kelak.

Tak apa, lagipula itu hak setiap insan di sini.

Namun, untuk persoalan mereka, keduanya memilih opsi yang pertama.

Berdamai.

End.

Depok, 11 Februari 2022.

a letter from Thitipoom to Tawan.

a letter from Tawan to Thitipoom.

The Orbis : Ditutup.

Terima kasih karena sudah luangkan waktunya untuk membaca! Semoga suka, yaaa😊

Mungkin kritik dan saran bisa komen di sini atau kirim ke cc, link-nya di bio, ya😉

Jangan lupa cek au-ku yang lain di link yang ada di bio jugaaak, terima kasiiiii🤍

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 78.2K 42
⚠️ BOYSLOVE ⚠️ 🔞 21 ⚠️ TAYNEW💙 ⚠️⚠️MPREG⚠️⚠️ Tentang Tay Tawan Vihokratana, laki-laki yang terkenal hiperseks yang akhirnya melakukan kegiatan raha...
87.9K 5.6K 29
kisah New Thitipoom yang ingin balas dendam dengan Tay Tawan seorang mahasiswa akankah ada ikatan rasa antara Tay dan New? silahkan langsung di baca...
90.7K 5.9K 33
langsung baca aja yuk 😉 warning BxB Tay Tawan Vihokratana New Thitipoom Techaapaikhun 🐋🐻
19.5K 1.2K 22
"Tolong tetap lah di tempat mu, jangan mencoba mendekat jangan mempengaruhi pikiran ku" - Tay Tawan. "Aku akan tetap mencintaimu saat terang maupun g...
Wattpad App - Unlock exclusive features