I'am The Irregular Villain Of...

By Kanade_Ren

1.1K 247 31

[ Volume 1: Arc Soul Revenge ] Sinopsis: Di dunia ini dominasi dunia meliputi yang kuat akan selalu menang da... More

Soul 0 - [Kemalangan]
Soul 1 - [Kelahiran Penjahat]
Soul 2 - [Estimasi Skill]
Soul 3 - [Beite]
Soul 4 - [Gadis bertanduk]
Soul 5 - [Pengintai]
Soul 6 - [Luka yang membekas]
Soul 7 - [Di antara 'Half']
Soul 8 - [Kota Damansus]
Soul 9 - [Sebelum malam dimulai]
Soul 10 - [Lord of Kijin, telah lahir!]
Soul 11 - [Kekuatan Kijin]
Soul 12 - [Dimana semua berawal]
Soul 13 - [Bolehkah sedikit serakah?!]
Soul 14 - [Tanya diri sendiri!]
Soul 16 - [Apakah dendam itu Dosa?!]
Soul 17 - [Ini adalah keputusan masing-masing]
Soul 18 - [Perang saudara!]
Soul 19 - [Bentuk lain dari simpati]
Soul 20 - [Jati diri?!]
Soul 21 - [Demonic God, Gremory!]

Soul 15 - [Fakta Kerajaan Vascelia]

38 10 5
By Kanade_Ren

Hari ini adalah hari ke-5 saat aku meninggalkan Kota Damansus, dan sekarang kami berada di bukit dimana pemandangan laut terlihat, cakrawala kali ini memperlihatkan sebuah desain yang sangat interior.

Itukah Kerajaan Vascelia?!

Sebuah negara seperti pulau mengapung, Kerajaan Vascelia berdiri di atas lautan dan dengan satu jembatan besar sebagai pusat pintu masuk dan keluar subyek. Di sisinya terdapat dataran tinggi yang menyelimuti, lalu di sisi belakang dinding ada pelabuhan besar tempat berlabuhnya kapal ala bajak laut, dan disana juga tempat pemasokan muatan dari mata pencaharian mereka di laut.

Aku dan dua orang ini berjalan ke arah jembatan, jembatan batu dengan pilar-pilar dua sisi setiap 10 meter dinding rendah, dan di setiap pilarnya berkibar bendera lambang Kerajaan Vascelia.

Saat berada di Kerajaan Lujdoare tidak ada yang seperti ini, karena setiap sisi Kerajaan Lujdoare tertutup rapat oleh dinding tinggi yang mengitari seluruh kota dan itu berlapis dua bagian luar dan dalam.

Saat berjalan ke arah pos pemeriksaan, banyak sekali yang mengantri, dari kereta kuda pedagang dan barisan petualang.

Pemeriksaan kali ini lebih teliti dan merinci, karena ini adalah wilayah yang sangat anti-kriminal kewaspadaan harus tetap dilakukan.

Prajurit yang berjaga juga berbeda, baju dan zirah mereka memiliki corak lurus biru tua dan memakai helm besi.

Mungkin disini belum kujelaskan kenapa aku bisa berjalan di jembatan dan hendak melewati pos pemeriksaan.

Malam hari sebelum tiba di Kerajaan Vascelia.

Entah apa yang terjadi kepada kedua orang ini, mereka sangat mengotot ingin ikut masuk ke dalam Kerajaan. Padahal sudah kuperintahkan bahwa itu mustahil bagi Demi-Human, dan mungkin bisa memicu sebuah pertarungan yang tak dibutuhkan.

"Tidak... "

"Kenapa Tuan...? "

Zepdis menolak mentah satu kata Cain dengan cerminan wajah tak terima.

Jeane meneruskan dan setuju dengan Zepdis dan berusaha mendesak Cain.

"Benar Tuan Cain, sebaiknya kita pergi bersama! "

Dengan ini Jeane merasa percaya diri karena mampu mengangkat idealisme Zepdis.

Sekali lagi ditolak oleh kedutan pada mata Cain.

"Apa kalian lupa? Sebuah Kota kecil saja sudah menolak keberadaan kalian, apalagi sebuah Kerajaan yang penuh dengan ratusan juta penduduk! "

Cain menjelaskan alasan kenapa Jeane dan Zepdis tak bisa ikut dengannya kali ini. Membuat mereka menyadarinya sekali lagi.

Memang benar jika Demi-Human tak memiliki hukum dan kekuasaan sehingga bisa berbaur dengan manusia, karena penolakan yang terjadi mereka sering dianggap sebagai monster.

Tidak diterimanya Demi-Human ini sangatlah tidak realistis, bahkan sampai diasingkan dari dunia.

Nampak kecewa di raut wajah Zepdis dan Jeane yang merasa tidak puas.

Apa yang harus dilakukan? Cain mencoba membantu dengan menekan akal sehatnya, namun ia tak menemukan jawaban yang tepat.

Dipikir lagi saja waktu di Kota Damansus Cain bisa masuk karena dia menjadikan Jeane budak.

Yah, cara yang sama biasanya tidak berakhir dengan baik! Itulah fakta.

"Jika kalian bisa menyembunyikan tekanan kalian, aku akan membawa kalian. Sekalian tanduk dan ekor serta telinga hewan itu. "

Perubahan emosi cepat terjadi diantara dua orang yang bertolak belakang.

"Itu mudah dilakukan Tuan Cain. "

"Yah, itu mudah! "

Ucapan dari seorang Lord Kijin yang terdengar meyakinkan. Dan satunya dari orang yang banyak tingkah namun terlihat sedikit saja meyakinkan.

Jeane dan Zepdis menutup mata mereka, ekspresi kuat seolah ingin mengeluarkan segala beban pikiran.

Sinar api menyelimuti tubuh Jeane, letupan kecil seperti kembang api perlahan menaiki ujung tanduknya yang panjang lalu turun dan menutup hingga di dahinya.

Cahaya biru seperti formula dalam mana, memenuhi bagian-bagian tubuh Zepdis, dari ujung ekor dan ujung telinga hewannya itu melebur di makan cahaya biru dan menghilang secara bersamaan.

Sekarang tampilan mereka benar seperti seorang manusia biasa. Aura dari Jeane sudah ditekan ke batas minimum dan tanduknya juga tidak ada di dahinya.

Dan Zepdis lebih seperti seorang pria yang kerjanya menjahili orang lain, dia tidak berubah sama sekali bahkan dari auranya sudah terlihat bahwa identiknya memang anak nakal. Tapi, karena telinga hewannya di ganti dengan telinga manusia biasa, wajahnya terlihat lebih segar.

"Bagaimana Tuan Cain? "

Jeane sepertinya sangat ingin pujian dari Cain, semangat membara terlihat dari gayanya, menggenggam erat kedua tangannya.

"Mmh... Kerja bagus, besok aku akan membawa kalian juga. Sekarang istirahatlah, bukankah kalian lelah karena dari kemarin terus bertarung melawan monster, bahkan kalian tak memberi ampun pada mereka... "

Jeane merasa tak puas karena ini. Namun, lain dengan Zepdis yang langsung menurut dan memutuskan tidur di dekat api unggun. Mengikuti ini, Jeane pun perlahan menurunkan tubuhnya dan ikut tidur.

Yah kali ini Cain benar jika mereka kurang beristirahat, karena kemarin dan hari ini pun Jeane dan Zepdis melawan monster-monster yang tinggal di dekat rawa dengan bentuk seperti kadal, dengan tanduk seperti banteng di kepalanya, dan memiliki sayap seperti serangga. Bahkan jumlahnya bukan lagi puluhan, jika dihitung sampai sekarang mungkin sudah ratusan.

Dan mereka tak membiarkanku ikut bertarung.

Mereka berdua melindungiku dan bertarung melindungi diri mereka sendiri. Padahal itu tidak baik, dan kenapa aku harus dilindungi seperti seorang pangeran dari negeri dongeng saja?

Mungkin, mereka hanya ingin membalas budi. Hanya itulah yang aku pikirkan, memangnya apa ada alasan lain selain ini? Kurasa tidak ada.

Yah, sebab mereka, kita sudah dapat banyak mayat dari monster dan juga dengan bantuan Skill, mayat monster dapat dipilah untuk dijual.

Mereka berdua sudah berjuang. Melihat mereka yang tidur, membuatku paham perasaan seorang Ibu. Apa aku Ibu? Tidak, mungkin ayah? Mengurus mereka membuatku terlihat seperti orang tua mereka.

Gugus bintang kali ini terlihat lebih terang, suara dari burung hantu, nada-nada kecil dari serangga melata malam, dedaunan yang ditiup lembut oleh angin sejuk.

Ah, Aku sudah terbiasa di dunia ini.

Dapat menggambarkan apa yang kurasakan sendiri, dihari pertama bahkan aku tidak tahu apa-apa dan seperti bocah baru lahir.

"Ah, bintang jatuh. "

Apa jika membuat permohonan pada bintang jatuh dapat dikabulkan?

Bukankah mempercayai ini sama saja seperti mempercayai adanya santa. Bahkan di umur yang masih kecil saja aku sudah tahu bahwa santa itu tidak pernah ada.

Karena, tidak ada dari satu permohonanku yang dikabulkan.

Perlahan menutup matanya, hingga pada akhir kenangannya Cain terlelap.

Dan kembali ke sekarang dimana aku bersama dengan Zepdis dan Jeane yang memang terlihat seperti seorang manusia biasa.

"Giliran kita, ayo! " Ujar Cain, diikuti oleh Jeane dan Zepdis di belakangnya.

"Bisakah tunjukkan tanda pengenal anda Tuan? "

Ujar salah satu prajurit yang memeriksa. Cain menunjukkan tanda pengenalnya yang seperti sebuah KTP pada umumnya hanya saja isinya berbeda, bahkan pertama kali Cain mengisi formulir pendaftaran pun pertanyaannya aneh semua.

"Baiklah saya sudah memastikannya. Dan untuk kedua orang dibelakang anda? "

"Ah, bisakah kau membiarkan mereka masuk, mereka dan aku party, hanya saja kemarin kita di serang monster dan tas kami pun ikut terbawa oleh monster. "

Berusaha menunjukkan akting yang professional, Cain membuat pokerface, bahkan joker pun lebih baik dalam tersenyum.

Itu bohong! Dalam pikiran Jeane dan Zepdis dan mereka juga ikut senyum dengan ramah-tamah.

Namun, karena mereka terlihat mencurigakan sehingga pernyataan Cain ditolak oleh prajurit ini.

"Maaf, tapi tanpa tanda pengenal bahkan seorang petualang dilarang masuk. "

Cain sudah menduga ini, karena sudah ia pikirkan bahwa cara yang sama tak akan berhasil.

Menghela nafas, koin emas muncul di telapak tangan Cain.

"Jika kau membiarkannya aku akan memberikan koin ini padamu. Dan aku akan berjanji untuk membuatkan mereka tanda pengenal yang baru! "

Cain membisikkan kalimat ini pada prajurit ini dengan memberikan koin emas pada tangannya.

Tidak semua orang tahu, bahwa yang dilakukan Cain adalah menyogok atau biasa di sebut menyuap, hal ilegal dengan mencoba mencari cara yang lebih mudah digunakan.

Tentu untuk semua orang tak akan ada  yang bisa menolak koin emas yang berharga.

Dan untuk prajurit ini, meski tak terlihat karena helm besinya, pasti terlihat di mata Cain. Dari caranya gugup dan tangannya yang gemetar, pasti matanya juga terbelalak karena koin emas.

"Ehem, baiklah silahkan masuk. Selanjutnya!! "

Mudah sekali dikelabui!

Berhasil melewati pos pemeriksaan, kini mereka berjalan melewati pintu masuk yang terbuka lebar untuk pendatang.

Disana terlihat sebuah pemandangan yang memang berbeda dari sebuah kota kecil.

Puluhan bangunan memiliki dua tingkat, banyaknya pedagang di seluruh pinggiran jalanan. Mungkin karena dekat pintu masuk, mereka berjualan di dekat yang mudah terlihat untuk semuanya.

Berpikir siapa yang menjadi arsitektur Kerajaan ini? Karena suasana dan keindahan setiap tempat di segala sisi memiliki nilai eksterior yang bagus.

Desain dari jalanan pun dibuat seperti perempatan dan ditengahnya ada sebuah kolam air mancur, dan jika dilihat lebih jelas, setiap bagian jalan selalu dibuat melingkar untuk mempermudah pejalan kaki dan yang memakai kereta kuda untuk mengambil jalan pintas.

Batu yang menyanggah dinding kerajaan serta yang dibuat sebagai aspal terlihat kokoh dan kuat, memang benar seperti ini agar tidak mudah terjadi kerusakan. Apalagi untuk seperti kereta kuda agar tidak terjadi getaran dari dalam.

Seluruh tempat juga di cat dengan warna biru yang segar seperti laut, dengan corak putih dan sedikit hijau di setiap jalannya.

Sungguh memiliki nilai estetik, warnanya mengikuti pemandangan dan warna alam.

Saat menikmati semua ini, karena pertama kalinya mereka masuk ke dalam Kerajaan lain dengan santai dan tenang.

Sebuah tubrukan memecahkan konsentrasi menjadi penilai seni.

Bruk! Dari belakang sebuah subjek menabrak Cain hingga membuatnya jatuh ke depan.

Zepdis terkejut karena itu terjadi tiba-tiba sekali dan tanpa peringatan apapun.

Sedangkan Jeane saat ini sedang memasang aura seperti ingin menikam orang yang berani membuat Cain jatuh seperti ini.

Cain perlahan membalikkan tubuhnya, ingin melihat benda apa yang sebenarnya menabraknya hingga bisa membuatnya terjatuh seperti itu.

Dan itu adalah sosok anak laki-laki, mungkin terlihat seperti berumur 15 tahun. Memiliki mata biru dan rambut biru, dengan berpakaian rapi tidak seperti anak-anak pada umumnya.

"Anu, maafkan aku Tuan. Tapi, kumohon Tuan sembunyikan aku sebentar! "

Menatap Cain dengan pandangan penuh permohonan, matanya terlihat seperti sangat terdesak.

Cain melihat situasi ini, dan tepat di depan matanya ada beberapa prajurit yang berkeliling jalanan dengan panik seperti sedang kehilangan sesuatu.

Dari tangan keluar mantel besar dan dengan segera Cain menutup tubuh anak ini.

Jeane dan Zepdis bertanya-tanya kenapa Cain melakukan ini? Namun, mereka hanya bisa memandangi Cain disana.

Dan setelah para prajurit itu sepertinya pergi berpencar di arah yang berbeda, Cain menyibak mantel dan itu menghilang seperti asap.

"Mereka sudah pergi, bisakah kau bangun!? "

Anak itu berdiri dan memukul pantatnya untuk membersihkan debu pada bagian belakangnya, begitu juga dengan Cain.

"Terima kasih banyak Tuan. "

Meskipun anak ini mengatakan itu, terlihat bahwa dia masih panik dan gugup, sepertinya ia masih takut jika tertangkap oleh prajurit itu.

Disana Jeane sudah ingin mencapai batasannya untuk tak menahan rasa kesal pada sasarannya.

Sedangkan Zepdis dari wajahnya merasa bagi mereka sudah tak perlu untuk berhubungan dengan anak ini, karena mungkin ada hal yang mencurigakan.

Dari perspektif Cain terlihat berbeda, antara jawaban Jeane atau Zepdis yang terlihat tidak meyakinkan sama sekali.

Anak ini terlihat bermasalah, bisakah anak kecil terlihat seperti ini?

Dan juga pakaiannya terlihat rapi. Bangsawan? Itu akan lebih berbahaya jika memang harus berurusan dengan Keluarga Kerajaan.

Namun, Cain melihat dari sudut pandang lain. Meninggalkan anak ini sepertinya bukan ide yang baik juga.

"Bisakah kau jelaskan situasinya, bocah? "

Dari tangan Cain keluar jubah kecil dan karena Skill mempermak sedikit mantel yang sebelumnya di pakai Cain.

Pada akhirnya Cain mengajak anak ini pergi bersamanya.

Selagi berjalan, sedari tadi anak ini menundukkan kepala dengan berjalan di sebelah Cain.

Dan disanalah Cain dan lainnya melihat lambang Guild dan masuk ke dalam bangunan ini.

Setelah menjual semua material dari ratusan monster yang di ambil Cain. Dan pada akhirnya keramaian terjadi di seluruh ruangan Guild, karena material yang ia jual banyak sekali jumlahnya dan memenuhi lantai.

Setelah resepsionis selesai tercengang, Cain pun mendapatkan 3 Kantung penuh berisikan koin emas.

Sekalian menyuruh Jeane dan Zepdis untuk membuat tanda pengenal dan sekarang mereka berdua berada di depan meja resepsioni untuk mengisi formulir, seperti mengantar anak untuk ikut ujian masuk perguruan tinggi.

Selagi menunggu anak-anaknya, Cain duduk bersama anak kecil ini.

"Jadi...? Bisakah jelaskan situasinya? Dimulai dari namamu? "

Anak ini terdiam dan merenungkan diri.

"N-namaku... Ernezia De Vascelia, putra ke-3 dari Raja Vascelia IV dan pangeran ketiga. Silahkan panggil aku Ernez. "

Sesuai dugaanku memang benar anak ini bangsawan dan lagi pangeran?!

Jika bangsawan biasa seperti Viscount Damansus tidak masalah. Namun, dia adalah anggota Keluarga Raja. Berurusan dengannya bukan hal baik!

"Sepertinya kau melarikan diri dari rumah? Kenapa? Masa memberontak? "

"Bukan! Itu... "

Menolak keras pernyataan Cain dan menolak menjawab kebenarannya. Cain sebenarnya sudah kesal, namun lawan bicaranya adalah anak Raja. Jadi harus sedikit berhati-hati sebelum menyulut api.

Dan dari suasana di antara mereka yang semakin merenggang.

BRAK! Satu tangan Jeane menghentakan meja dengan keras.

"Sebenarnya kau siapa? Sudah menabrak Tuan Cain dan sekarang beraninya duduk— maksudku tidak menjawab pertanyaannya! "

Cain ikut terkejut akan itu, dan apa yang dilakukan Jeane dengan memarahinya. Padahal Cain sudah ingin lebih berhati-hati dalam menyulut api.

"A-aku juga tidak mau! "

Ah, sepertinya terlambat memperingatinya, si Ernez sepertinya kesal pada perlakuan Jeane.

"Kalau begitu sebaiknya kau pergi dari sini, karena kau mengganggu kencan— maksudku perjalanan Tuan Cain! "

Mendengar ini Cain sudah tak ingin berkata apa-apa lagi. Disana juga Zepdis merinding melihat wajah Jeane yang marah, seolah ia juga mengganggu waktu kencannya dengan Cain.

Ernez juga terdiam saat menyadari bahwa keberadaan mungkin membebani Cain, karena Cain tidak ada hubungannya dengan semua yang terjadi padanya. Ernez terlihat menyesal.

"Sudah cukup. Jeane duduklah dan dengarkan penjelasan anak ini. "

Cain menyadari penyesalan Ernez yang melibatkannya dan mencoba menghentikan percikan api sebelum menjadi lebih besar.

Ernez membuka suara dan menjelaskan keadaanya.

"Kerajaan Vascelia, membutuhkan pemimpin baru, Ayahanda sudah terlalu tua dan ingin segera mendapatkan penerus yang dapat menggantikannya. "

"lalu kenapa? Bukankah tugas dari kakakmu yang akan menjadi penggantinya. "

Dari jawaban Cain sepertinya ia tak tahu mengenai sistem dari anggota Keluarga Raja dan itu sedikit membuat ragu Ernez untuk meneruskannya.

"Jika semudah itu, apakah aku harus lari dari kejaran prajurit? "

Ah benar juga! Lalu kenapa sampai dia pergi dari rumah? Kupikir masa memberontak anak muda.

"Pangeran pertama Essel adalah seorang yang paling tidak boleh mengambil alih takhta. Dan pangeran kedua Haikal juga seseorang yang tak pantas jika disebut sebagai Raja nanti! Kenapa? Karena pangeran pertama memiliki rencana untuk memulai perang dengan Kerajaan Suci Faerghus dan melanggar perjanjian damai. Tidak hanya itu, dia bahkan melibatkan bangsawan lain dalam rencananya! Sedangkan, pangeran kedua, telah melakukan tindakan mempermalukan Kerajaan dengan melakukan perdagangan ilegal Demi-Human dan menggunakan harta Kerajaan dengan diam-diam demi mendistibusikan obat terlarang! Dari mereka siapakah yang pantas Tuan?! "

Ernez dengan tegas menatap Cain, menunjukan sisi bangsawannya dan menarik Cain ke dalam kesimpulannya.

Mendengar kata perdagangan Demi-Human Jeane dan Zepdis menggenggam erat tangannya yang ada di bawah meja, namun Cain tahu bahwa mereka sangat marah, karena mereka payah menyembunyikan emosi pada wajahnya.

Sekarang aku paham, jadi begitu silsilah dari ungkapannya selama ini. Perebutan hak pewaris kah? Bahkan dari kalimatnya, belum ada yang menjadi Putra Mahkota dari mereka bertiga? Yang berarti mereka akan saling berkonflik satu sama lain demi mendapatkan takhta.

"Kenapa bingung, kau saja yang menjadi Pangeran Mahkotanya. "

"Itu... "

Hal ini langsung di tanggapi oleh Ernez dengan tanda tanya.

Cain tahu bahwa Ernez ragu untuk menjawabnya. Mungkin untuk anak kecil sepertinya membawa beban Kerajaan itu mustahil baginya. Kenyataan Ernez takut hal ini membuatnya semakin terpenjara dan terjebak di lubang tikus.

"Pangeran. "

Kata ini menggetarkan kepala Ernez untuk naik menatap Cain.

"Apa kataku tadi berpengaruh? "

Dengan nada dingin Cain bertanya. Dalam wajah Ernez terlihat apa yang dimaksudnya?

"Apa makna dari julukan 'Pangeran'? Jika kau ragu-ragu seperti ini maka kau sendiri yang akan di telan oleh hal itu, jika kau tidak ingin kedua kakakmu mengambil takhta, sudah sewajarnya kau yang mengambilnya. Jika memang kedua pangeran itu busuk, bukankah sudah menjadi tugasmu mengadili mereka!? "

Ernez terpengaruh ke dalam pernyataan ini, memang benar bahwa sebagai seorang pangeran sikap ragu harus dihilangkan. Jika tidak, maka akan membawa kehancuran bagi orang lain yang mempercayainya.

"Apakah kau ada hubungan darah dengan kedua Kakakmu? "

"Tidak ada... Ayahanda memiliki tiga istri dan aku adalah putra dari istri ketiganya. "

"Kalau begitu, bunuh mereka berdua dan jadilah pangeran mahkota! "

Hal ini membuat Ernez terkejut seperti sebuah sengatan listrik kuat menyambar langsung ke dalam tubuhnya.

Seluruh tubuh Ernez memanas dari kepala hingga ujung kakinya, ia menatap kosong ke depan dengan beberapa kisi-kisi di kepalanya.

BRAK!!! Ernez menolak, ia tak terima dan mendobrak meja sekuat tenaga dengan kedua tangannya

"Apa... Yang kau katakan, Tuan!? " Dengan berani Ernez melotot ke dekat wajah Cain, matanya seolah menusuk langsung ke dalam mata Cain, Cain juga dengan dingin menatap balik matanya.

Jeane dan Zepdis menanggapi ini serius dan tak terima perlakuan ini terhadap Cain, mereka berdiri dan bersiaga untuk menjauhkan Ernez dan Cain sekarang juga.

Karena sedari tadi Jeane dan Zepdis hanya mengamati saja dan tak berniat ikut campur ke dalam urusan Cain. Bahkan, Jeane pun tak berani untuk masuk ke percakapannya. Namun, bagi mereka berdua yang menghormati Cain, ini sudah tak bisa ditoleransi lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 74.4K 47
Daddyyyyyy😡 "el mau daddy🥺"
2.6M 141K 73
❝Diam menjadi misterius, bergerak menjadi serius.❞ -Liona Hazel Elnara Genre: 1. Drama Psikologis 2. Thriller / Suspense 3. Action 4. Romance 5. Crim...
193K 21.3K 24
NOT BXB!! NOH UDAH PAKE CAPSLOCK, BIAR KELIATAN. Ardi si CEO, Yudha si remaja narsis, dan Ozan si pencuri, tiga orang yang mengalami kejadian di luar...
82.7K 4.9K 19
Aileen Zovanka harus mati sia-sia karena terlampau kesal dengan ending novel yang ia baca, ending yang begitu buruk dan menyebalkan tentunya. namun m...