BEST LEADER!!

By koalataroo

3.3K 342 36

•PLAGIAT MENDING PERGI DEH!! •REAL KARYA SENDIRI •SLOW PUBLIKASI BEST LEADER Menceritakan tenteng kehidupan... More

PROLOG
BSLD 01
BSLD 02
BSLD 03
BSLD 04
BDLD 06

BSLD 05

312 24 0
By koalataroo

Hai all..
Jadi sebelum kalian lanjut baca cerita "Be a leader" aku cuma mau ngasih tau, di dalam satu cerita ini terdapat 4 Pemeran utama. Jadi, kalo ada yg bilang kok aneh, kok ini lah, kok itu lah, itu hak kalian, aku di sini cuma menulis apa yang pengen aku tulis, kalo kalian nggak suka kalian bisa buat cerita sendiri, dan buat para readers yang selalu sabar buat nunggu aku publish cerita ini, makasihh.

Sayang bangat sama kalian♡

•||Happy Reading||•

Kini terdapat 7 anggota inti victory Light yang tengah membicarakan hal penting. Bukan tanpa sebab, melainkan karena misi ini cukup berbahaya, jika mereka salah dalam memilih langkah, maka nyawa yang akan jadi taruhannya.

"Jadi gimana Mar, lu mau turun tangan atau gimana?" tanya salah satu dari mereka yang bertugas mengatur strategi.

"Hm.."

"Serius, lu bakal turun buat misi kali ini?!" Tanya salah satu inti itu untuk memastikan.

"Hm.."

"Hm..hm..hm.. terus jawaban lu, mau cosplay jadi Nisa Sabyan apa gimana sih Mar." Ucap inti victory Light itu lagi.

"Diam lu cak, nyerocos mulu dari tadi. Mau gue sobek tuh mulut." Ucap sang ketua karena sudah lelah mendengar kan ocehan Cakra dari tadi.

Al Cakra Bintang Mahesa, atau yang biasa di panggil Cakra adalah sosok paling receh dari 6 anggota inti lainnya, dia yang paling cerewet, pecicilan, intinya kehadirannya memiliki kesan tersendiri di dalam gangster ini.

Suasana markas kini menjadi sunyi, semua berfikir untuk rencana yang akan mereka lakukan di misi selanjutnya. Namun, suara deringan dari handphone membuyarkan fikiran mereka semua.

Drett...
Drett....
Drett...

"Woyy, handphone siapa tuh yang bunyi." Ucap salah seorang yang tidak lain dan tidak bukan adalah kembaran dari Cakra, yaitu Al Zikra Bintang Mahesa. Cowok playboy, sok cool, pecicilan, dan jangan lupakan wajah tengil nya yang membuat semua orang ingin menampol nya.

Si pemilik handphone pun melirik handphone nya, tertera nama Bunda disana. "Handphone gua." Balas Tsani dengan nada cuek.

"Oh.."

"Gua keluar bentar." Para sahabat nya pun menggangguk.

Lantas, ia pun pergi keluar dari ruangan tersebut dan menggangkat panggilan itu. "Assalamualaikum, ada apa bun?" Tanya nya pada orang di sebrang sana yang tak lain dan tak bukan dia adalah bundanya.

"Wa'alaikumsalam bang, bisa pulang bentar nggak? katanya ayah mau ngomong sama kamu." Balas sang bunda dari sebrang sana.

"Oh iya Bun, habis ini abang pulang."

"Ya udah bang, hati-hati di jalan. Jangan ngebut, Assalamualaikum." peringat dari sang bunda.

"Iya Bun, waalaikumsalam." Dengan menghela nafas, ia pun kembali menghampiri teman-teman nya yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Woy, gua pulang duluan, jangan lupa anak-anak yang nanti piket tetep piket." Pamit dan pesannya kepada mereka.

"Buset, cepet banget lu balik nya. Kita belum selesai diskusinya loh." Ucap Cakra, seraya memakan kacang kulit.

Tsani pun berdecak. "Ck, bunda suruh balik, kita lanjutin besok lagi, sekalian kumpul di markas utama."

Memang, mereka sekarang berada di markas daerah ini. Ya, gangster mereka memiliki markas di setiap daerah, dan di setiap markas pun terdapat pemimpinnya masing-masing yang bertugas melaporkan setiap kegiatan mereka kepada sang ketua.

"Gua ikut." Ucap Damar tiba-tiba membuat sang ketua mengerutkan keningnya.

"Lo mau ikut pulang ke rumah gua?" Tanya Tsani pada Damar.

Pasalnya, terkadang mereka suka mengginap di rumah sang ketua, untuk sekedar ingin menumpang makan atau menghemat uang jajan. Karena, sang bunda dari ketua mereka itu bersifat royal dan sudah mengganggap mereka seperti anak sendiri.

"Nggak, gua pulang ke rumah gua sendiri." Jelasnya cepat, secepat kilat.

Tsani pun hanya menggangukkan kepalanya. "Oh ya udah, ayo ke parkiran bareng."

"Hm."

"Kita cabut duluan." Mereka pun hanya menggangguk.

***

Tsani's Mansion.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum." Salamnya seraya mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam, iya bentar." Balas seseorang dari dalam mansion.

Ceklek

Pintu terbuka dan menampakkan seorang wanita paru baya yang masih terlihat begitu cantik dan masih awet muda. Siapa lagi kalo bukan Nyonya besar di keluarga itu, Adelia nandala, sang ibunda tercinta dari Rafael nandala Al Tsani.

"Udah pulang bang, ya udah yuk, masuk." Ajak bundanya,  namun masih berdiri di depan pintu menunggu sang anak masuk duluan.

"Belum Bun, masih di Basecamp." Ia pun menjawab dengan kesal, lantaran ucapan sang ibunda yang terlihat mengejeknya.

"Ya udah masuk bang." Suruh sang bunda namun masih tetap berdiri di depan pintu dan menatapnya polos.

Huh, ingin rasanya ia meremas wajah itu, namun ia masih sayang nyawanya. Bisa-bisa si Tuan rumah ini memutilasi dan menyita aset-aset miliknya.

"Astagfirullah, bunda siapa sih ini, nyuruh masuk tapi pintunya di halangin. Untung gua sabar." Batin nya dengan menghela nafas kasar.

"Lewat mana Bun? terbang, iya?" geramnya kepada sang bunda.

"Hehehe, maaf. Bunda lupa bang." Ucap sang ibunda seraya cengegesan.

"Siapa Bun?" Suara bariton dari seorang pria paruh baya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Fahreza nandala ayah nya.

"Tsani yah. Oh ya, katanya ayah mau ngomong." balas sang bunda.

"Oh, sini bang. Ayah mau bicara sama kamu." Ajak sang ayah, seraya menuntun mereka masuk ke dalam mansion.

Dan mereka pun berjalan menuju ruang keluarga, dengan sang ayah yang duduk di single sofa, sang bunda di kursi yang berada di sisi kananya, dan ia yang duduk di sebelah sang bunda. "Iya yah, kenapa?" Tanya Tsani.

Mengetahui suasana yang sepertinya akan tegang dan formal, sang bunda pun berniat membuatkan minum."Ya udah, bunda ke belakang dulu buatin kalian minum." Ijinnya seraya bangun dari duduk manisnya.

"Iya Bun." balas mereka serampak.

"Jadi gini bang, ayah sama bunda berniat buat menjodohkan abang sama gadis pilihan bunda." Jelas sang ayah serius, yang membuat sang anak terkejut bukan main.

"Karena ayah sama bunda takut, kalo sampai nanti ada hal yang tidak di inginkan terjadi. Kamu paham kan bang, maksud ayah sama bunda apa?" lanjutnya.

Jujur, sebenarnya ia belum mau menikah muda, ia masih ingin bebas, ingin pergi kesana kemari, dan bermain dengan sahabatnya tanpa gangguan apapun, tapi melihat tatapan ayahnya yang serius, ia menjadi bimbang.

"Tapi yah, ini udah jaman modern, buka jaman Siti Nurbayan. Ayah tau kan aku masih kuliah, dan aku masih ingin bebas." Jelasnya kepada sang ayah.

"Siapa gadis yang akan di jodohin dengan Tsani." Tanya nya secara tiba-tiba.

"Anak sahabat dari bunda mu yang sudah wafat 5 tahun lalu." Jawab sang ayah.

"Ayah tidak akan memaksa kamu, tapi ayah melakukan ini semua demi kamu. Agar suatu saat tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Mengingat jaman sekarang yang pergaulan bebas para remaja yang meraja lela, Ayah dan bunda hanya mengantisipasi." Jelasnya sang ayah lagi, dengan tatapan lebih serius dari tadi.

Tsani diam, ia bimbang. Ia ingin bebas, namun ia juga tidak ingin mengecewakan ayah dan bundanya. Lalu, dengan mengacak rambutnya, ia pun melirik sang ibunda yang datang membawa nampan dengan berisi minuman dan berbagai camilan.

"Jadi gimana bang, kamu mau kan?" Tanya sang bunda dengan wajah memohon.

Huh, bagaimana ini, ia semakin bimbang. Seseorang, tolong bantu ia sekarang juga!

Ia pun menghela nafas, mungkin ini yang terbaik untuknya.
Ya, orang tuanya tidak mungkin menjerumuskan anaknya ke hal yang merugikan baginya.

"Oke, Tsani mau."

Lega, satu kata yang mendiskripsikan ekpsresi orang tua nya.

•|| kndl 31 Mei 2023||•

Continue Reading

You'll Also Like

101K 4K 10
[MASIH REVISI, SEGERA BACA SEBELUM TERBIT] ⚠️ Follow author sebelum membaca, sebab beberapa chapter sudah diprivate⚠️ _________________________ (U n...
26.8K 1.6K 55
memilikimu adalah tujuanku untuk membahagiakan, menyempurnakan, dan akan selalu hadir dalam setiap detik untukmu. selagi aku bisa maka akan ku bisa k...
1M 16K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...