Figuran Palsu

Da fwlavor

15.9K 1.7K 99

Dia Feyre Mozeela, mahasiswa tingkat akhir fakultas kedokteran dengan segala kejeniusan dan tingkah lakunya... Altro

Bagian 1 : Awal Mula
Bagian 2 : Let's Start The Game, Babe!
Bagian 3 : Mulai Mencari Tahu
Bagian 5 : Sakit
Bagian 6 : Aneh
Bagian 7 : Tamu Tak Diundang
Bagian 8 : Baikan
Bagian 9 : Masa Lalu

Bagian 4 : Misteri

1.7K 232 6
Da fwlavor

4. Misteri

Elma berlari kecil ke arah gerbang, ia tak menyangka ojek online yang dipesannya akan sampai secepat ini. Maklum, ia baru pertama naik beginian.

Ia bersenandung, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Cuaca sore ini cerah, secerah suasana hatinya saat ini. Tiba tiba saja ide random muncul diotaknya, Elma membuat planning dadakan untuk berjalan jalan di sekitar komplek sehabis pulang sekolah. Mau jajan berkedok cari udara segar. Dasar!

Gadis itu menghampiri ojol yang dipesannya, “Dengan mbak Elma?” tanya ojol itu yang dibalas anggukan oleh Elma.

Elma tersenyum, menerima uluran helm dari ojol itu, saat hendak naik ke atas motor berwarna merah tersebut, suara gaduh menginterupsinya. Gadis itu menoleh, ternyata Rashkal and the genk disana.

Gadis itu tersenyum tipis melihat mereka berjalan sambil bersenda gurau, namun seketika gadis itu salah tingkah. Ia ketahuan memerhatikan Rashkal dan kawan-kawannya dari kejauhan oleh ketua mereka, Sagara.

Manik mereka bertemu, gadis itu mengernyitkan alis saat Sagara seolah-olah berbicara padanya tapi tanpa suara, lelaki itu seperti berkomat kamit. Mata gadis itu menyipit, Sagara ngapain batinnya.

“Neng?” suara ojol itu membuat Elma menoleh, melihat tingkah ojol yang memandangnya heran membuat Elma menyengir, “hehe, hayuk pak.”

Tukang ojek itu melajukan motornya, sedangkan Elma asik bergulat dengan pikirannya. Elma tak begitu yakin tapi Elma yakin jika Sagara tadi berucap ‘hati-hati’. Aneh.

Dehaman tukang ojek itu menyadarkan Elma dari lamunannya, “jangan sering sering melamun atuh neng, bahaya. Bisa kesambet!” nasehat tukang ojek itu.

Elma terkesiap, ternyata mereka sudah sampai di pekarangan rumahnya, “Iya pak, banyak banget tugas soalnya.” Jawabnya disertai kekehan. Elma turun, melepas helm nya kemudian menyerahkan ke tukang ojek tersebut. Gadis itu membuka tas, merogoh isinya mencari uang untuk membayar tukang ojek.

“Lah duit nya kemana? perasaan tadi disini deh.” Batinnya gelisah. “Aduh bentar ya pak, ini uangnya kayanya keselip.” Ucap gadis itu dengan pandangan yang tetap fokus ke tas nya. Tadi pagi Razan memberinya uang dan ia ingat menyimpannya disana.

“Nah ini dia ketemu! Ini pak uangnya.” Gadis itu mendongak, hendak menyodorkan uang ke tukang ojek tersebut. Namun aneh, tidak ada siapa siapa didepannya.

Elma menoleh ke kanan ke kiri, memandang ke depan kemudian berbalik kebelakang, tidak ada siapa siapa disana. Tukang ojek tadi kemana? Kok cepet banget ilangnya?

Tapi sebentar, gadis itu menyadari sesuatu. Dia melihat sekelilingnya, mengapa hanya warna monokrom yang ada? Dia mendadak kena buta warna?

Diperhatikannya pepohonan yang tumbuh di tepi jalan, awan, lampu jalan, semua! hanya warna hitam putih yang dilihatnya.

“AJAANN! IH NYEBELIN BANGET DEH! BUNDA! AJAN NAKAL TUH, SEMPROT SEMPROT KAKAK!”

Teriakan itu membuat Elma menoleh, lagi lagi ia dibuat terkejut. Rumah minimalis Eropa klasik-nya kini berubah design menjadi design rumah ala Inggris, rumah tingkat dengan empat pilar tinggi.

Disana, terlihat ada dua anak kecil berbeda jenis kelamin. Gadis kecil itu terlihat imut dengan bibirnya yang mengerucut sedangkan lelaki kecil itu terlihat menggemaskan karena tertawa.

Elma memperhatikan interaksi kedua bocah itu sembari tersenyum, mereka seperti keponakannya di kehidupan lalu. Ah, jadi kangen!

Elma memperhatikan bagaimana mereka bercekcok, dorong dorongan kemudian kejar kejaran. Mereka tertawa, saling mengejek hingga sang gadis kecil jatuh tersungkur.

“Eh dek, hati hati jatuh.” Batin Elma, telat mbak udah nyungsep!

Detik kemudian Elma mendengar tangis nyaring luar biasa. Bukan, bukan sang gadis kecil itu yang menangis, melainkan lelaki kecil di samping gadis itu.

“HIKS KAKAK! KAKAK NDA APA?! DISINI ATIT? ATIT YA KAKAK? ATIT? HIKS KAKAK.”

Gadis kecil itu bangkit, menepuk baju bagian belakang kemudian memeluk lelaki kecil itu, menenangkan. So sweet banget batin Elma.

Elma berinisiatif mendekat, ia takut gadis kecil itu kenapa napa. Lagian dimana orang tuanya? mereka masih kecil dan bermain tanpa pengawasan, itu berbahaya.

Elma melangkah kearah dua anak kecil itu, namun setelah semakin dekat kedua anak kecil itu menghilang. “Njir, kok ilang?” batinnya.

Lagi lagi suara cekikikan menginterupsinya, ia mengedarkan pandangannya. Disana, Elma melihat kedua anak kecil tadi sekarang tengah bermain sepeda roda. Pakaian mereka juga sudah tak sama, tidak seperti pakaian yang Elma lihat tadi. Mereka seakan tumbuh besar dengan cepat, yang tadinya kisaran umur 3-4 tahun kini terlihat seperti anak umur 6-7 tahun.

Elma sadar, apakah ini cara Elma asli menunjukkan memori nya? Dengan cara ia dibawa ke masa lalu untuk menyaksikan sendiri? keren banget girangnya.

Elma mendekat, sekarang kedua bocah tadi tidak bermain sepeda lagi melainkan sedang duduk di karpet dan memakan camilan bersama kedua orangtuanya, modelannya seperti piknik kecil kecilan di halaman rumah. Elma melihat jelas paras kedua orang tua Elma asli, cantik dan tampan. Memandang wajah ibu Elma membuatnya teringat kehidupannya dulu, wajah ibu Elma benar benar mirip dengan wajahnya dikehidupan dulu. Begitupula wajah ayah Elma, terlihat seperti wajah Alannya.

Sepertinya ini gambaran takdir Elma jika dikehidupan dulu dia dan Alannya tidak mati. Mempunyai keluarga kecil dan hidup bahagia selamanya. Sayangnya takdir tak berpihak pada mereka, ngenes!

Asik memperhatikan mereka sambil senyum senyum sendiri tiba tiba Elma merasa dirinya seperti ditarik kuat kebelakang. Punggungnya menabrak sesuatu yang keras, menyebabkan dia jatuh terduduk diatas dinginnya lantai. Gadis itu mengatur napasnya yang tak beraturan. Jantungnya berdegup kencang sekarang.

CTAR!

CTAR!

“ARGHH!”

BRAK!

PYAAR!

“A-ammpunn, sakithhh..”

Elma menelan salivanya kasar, ia bangkit dari duduknya, berjalan ke arah sumber suara. Ketakutannya memang besar, tapi tak sebesar jiwa penasarannya. Horor emang!

Masih dengan warna monokrom yang dilihatnya, Elma melihat cairan berceceran di lantai, gadis itu yakin bahwa itu adalah darah. Ia mengikuti ceceran darah itu, membuatnya semakin dekat dengan sumber suara hingga membawanya ke suatu ruangan.

“HAHAHAHAHAHA” tawa yang menggema menyapa indera pendengarannya. Elma melihat disana ibu dan ayah Elma asli terduduk dilantai dengan tangan terikat dan kondisi yang mengenaskan.

Elma membekap mulutnya sendiri, air matanya mengalir tanpa komandan saat melihat ayah Elma dicambuk oleh seseorang. Bukan sampai disitu, pria itu ditendang kemudian dipukuli. Sedangkan ibu Elma menangis melihat keadaan suaminya, karena tangisannya itu ia dipukul menggunakan balok kayu hingga kepalanya mengeluarkan darah.

Elma ingin berteriak, mengehentikan perlakuan ketidakmanusiaan itu tetapi suaranya tercekat. Ia tak bisa berteriak, kakinya tak bisa digerakkan untuk melangkah. Seperti patung, hanya bisa melihat kejadian mengenaskan didepan matanya tanpa bisa berbuat apa apa.

Tangisan, rintihan, jeritan itu dibarengi dengan gelak tawa seseorang. Gelak tawa yang menggelegar, seakan puas mangsanya tersiksa hingga tak berdaya. Elma tak bisa melihat siapa dia karena posisi orang itu membelakanginya. Pria itu memakai setelan jas rapi tak lupa fedora hat yang berada di kepalanya.

Pintu disamping Elma terbuka, disana ada lelaki berbadan kekar yang tengah menggendong gadis kecil. Sama halnya dengan kedua orangtuanya, gadis kecil itu terikat, mulutnya tersumpal kain, dan air mata yang membanjiri pipinya. Iya, itu adalah Elma kecil. Gadis kecil itu memberontak dari gendongan lelaki berbadan kekar itu.

“ELMAAAAA! LEPASKAN PUTRIKU BEDEBAH GILA!” histeris ibu Elma, “m-maaf tapi t-tolong, jangan apa apakan putri kami, kami mohon.” sahut ayah Elma.

“oh baiklah baiklah, saya anggap itu pesan terakhir darimu Tuan Al.” Pria misterius itu berujar disertai kekehan di akhir kalimatnya “Ron, bereskan! buat seolah olah mereka korban begal.”

Pria yang diberi instruksi mengangguk, dia menurunkan Elma kecil yang menangis sesenggukan kemudian dia dan beberapa pria berbadan besar yang datangnya entah darimana menyeret kedua orang tua Elma keluar ruangan.

“TUNGGU SEBENTAR! TUNGGU AKU MOHON! AKU INGIN BERBICARA DENGAN PUTRIKU! AKU MOHON.” Pinta ibu Elma.

Wanita itu terus meronta, namun pria badan kekar tak menghiraukannya hingga ibu Elma menendang selangkangan pria berbadan kekar itu kemudian berlari ke arah Elma kecil yang berada di sudut ruangan.

“Nak dengarkan bunda, jaga adikmu apapun keadaannya. Jangan sampai mereka tau adikmu ya nak ya. Jaga—”  belum sempat ibu Elma melanjutkan bicaranya, wanita itu sudah kembali dipukul balok kayu dari belakang, kemudian diseret mengenaskan.

“Bunda, ayah sayang kamu, Elma.” Lirihnya sebelum menutup mata.

“Bagaimana dengan anak kecil ini bos? Apa kita habisi sekalian?” Elma kecil menangis dan meringkuk ketakutan disana. Elma termenung, dari dulu nyawa Elma asli sudah dalam bahaya?

“Hasut dia, buat menderita, hancurkan mentalnya. Kita bunuh dia secara perlahan.” Pria misterius itu berbalik, menghadap dirinya. “Biadab! Kaparat itu bisa liat gue? mampus lu El, mampus dah lu” batinnya

Pria itu menyeringai dan berjalan ke arahnya. Elma ketar ketir ditempatnya. Tuhan, aku gamau mati lagi.

“Kak ayo main!”

“Apasih Zan, kamu ga liat kakak sibuk belajar?!”

“Kak, Ajan menang lomba balap karung tadi! Kakak bangga ngga?”

“Halah cuma gitu doang.”

“Kak Ajan sedih, Ajan ngga punya temen di sekolah.”

“Cengeng banget jadi laki.”

“Kak Ajan tadi di bully karena raport Ajan ngga pernah bunda yang ambil, selalu oma.”

“Bunda sama ayah meninggal juga gara gara kamu Zan!”

“Kakak kepengen boneka ini? Nanti biar Ajan cari uang biar bisa beliin kakak boneka panda ini!”

“Ngga usah sok peduli”

“Kakak, kenapa sih ngga mau main sama Ajan lagi? Ajan kan ngga punya siapa siapa selain kakak sekarang.”

“Karena kamu pembunuh!”

Semakin dekat pria misterius itu kepadanya, suara percakapan seseorang berdengung ditelinganya. Seperti cuplikan film yang berputar di otaknya. Pria misterius itu menyeringai dan

“Mbak Elma!” Elma terperanjat saat merasa tepukan di bahu kanannya. Nafasnya memburu.

“Baru saya tadi bilang buat jangan ngelamun, eh ngelamun lagi.” Ucap ojol itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, dasar anak muda.

TBC.

Halo halo hai gaiseu!


Terima kasih sudah mampir, see you next chap!  
    ᘏ⑅ᘏ_
/꒰๑>ᴗ•๑꒱っ ♡

Continua a leggere

Ti piacerà anche

268K 25.4K 31
[JANGAN LUPA FOLLOW] Bulan seorang gadis yang harus menerima kenyataan pedih tentang nasib hidupnya, namun semuanya berubah ketika sebuah musibah me...
2.6M 141K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.7M 119K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
490K 53.4K 23
( On Going ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum layaknya bay...