ASAVELLA [TERBIT] ✓

By jerukminii

8.2M 601K 48K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... More

Asavella 🍁
Asavella 🍁2
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁5
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁17
Asavella 🍁18
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁38
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁45
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁54
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁59
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁65
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
Asavella ending?
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella 🍁19

120K 8.6K 1.3K
By jerukminii

“Bun.” Suara laki-laki itu menggema dipenjuru ruangan. Mencari-cari ke sana kemari sosok wanita yang entah ke mana sedari tadi tidak menampakkan batang hidungnya.

Laki-laki itu terus memanggil—dan berhenti tepat pada dapur. Ia telah menemukan sang ibu yang tengah mencuci piring.

“Bun, Brian pulang.”

“Pulang malem banget, betah banget di makam.”

Brian hanya tersenyum kikuk.

“Udah ketemu cinta pertama kamu, ya?”

“Udah, bun. Bahkan, aku cerita banyak hal kepadanya. Lega tapi takut mengecewakan.”

"Sekalian mampir ke makam papah juga."

Riri tersenyum. “Yaudah. Mandi dulu, kak. Habis dari makam, bukan? Dicuci sekalian seragamnya. Bunda udah siapin nasi goreng iga sapi sama buah jeruk kesukaan mu,” balas Riri—Ibunda Brian yang tidak berniat sedikitpun menoleh ke belakang untuk melihat sejenak untuk menyambut sang anak.

Brian menghela napas gusar. Langkahnya pelan menghampiri sang ibunda—memeluk Riri dari belakang dan sesekali menyembunyikan wajahnya pada tengkuk leher sang ibu.

Riri tidak terkejut jikalau sang buah hati sudah seperti ini. Ia hanya bisa menghela napas.

“Mandi dulu, kak.”

“Bun, Brian habis jatuh.” Lihat, bagaimana sosok Brian dengan status pelajar SMA kelas 12 IPS yang akan menghadapi kelulusan tengah mengadu seperti anak kecil yang baru saja jatuh dari sepeda.

Riri membalik tubuh dengan tangan yang memendarkan dekapan Brian. Ia menatap wajah sang anak penuh air mata. Hati Riri sungguh tergores tiap pulang pasti anak ini menangis.

“Kenapa lagi, kak?” tanya Riri mengusap air mata sang anak menggunakan celemek yang ia pakai. Sesekali juga membenarkan rambut sang anak.

Brian hanya menggeleng. Birainya sudah tidak sanggup untuk mengatakan satu atau dua sepatah kata.

Riri melihat siku Brian yang sobek—berdarah kering dengan warna yang sudah menghitam. Riri, membalikkan badan Brian—membuka seragam sang anak, dan mendapatkan beberapa bekas lebam seperti benturan di bagian punggung. Hancur hati Riri. Riri langsung menarik Brian masuk ke dalam rangkulan. Mengusap-usap punggung sang anak. Tetapi sang anak melamun sejenak tanpa membalas pelukan sang ibu.

“Bun, Asanya Brian benci sama aku. Bun, Aku gamau jauh dari Asa,” cicit Brian yang mengadu ke Riri.

“Aku gamau Asa jauh dari ku. Asa, ngelarang aku dekat dengannya lagi. Bun, Asa udah suruh aku pulang ke Tuhan lebih cepat aku bisa terima, tapi aku gabisa terima Asa memutuskan pertemuan dengan ku.”

“Bun sakit jauh dari As—”

Sshht.” Riri meraih wajah sang anak dan mulai mengecup. Lalu, kembali untuk membawa dalam dekapannya.

“Dia bukan tokoh utama mu, nak,” lirih Riri menyadarkan Brian.

“Tapi dia peran pendukung yang hadir dalam hidupmu,” sambungnya.

Brian menggeleng ia tidak bisa menolak. Jikalau Asavella bukanlah sosok pertama yang datang dalam hidupnya.

“Asavella Skyrainy memang bukan tokoh utama yang hadir di awal cerita  kakak, Bun. Dia hanyalah seorang pelakon figuran sekaligus scriptwriter terindah dalam hidup ku. Aku banyak belajar arti kebahagiaan yang harus dibayar dengan satu luka, bahkan, aku bisa belajar menghargai hidupku dengan sangat sederhana.”

“Asavella Skyrainy scriptwriter terbaik setelah Tuhan dan Bunda dalam hidup ku.”

Brian tersenyum dengan air mata yang mengalir tak terlalu deras. Membayangkan betapa indah kehidupannya dihadiri sosok figuran yang seakan sedang berperan merebut posisi untuk menjadi tokoh utama dalam cerita Brian Claudios Permana.

Namun sekali lagi, pikirannya menjadi kalang kabut, hatinya hancur berkeping ketika mengingat sumpah serapah bodoh Asavella yang memutuskan untuk tidak ingin berjumpa dengannya.

Riri memendarkan pelukan—menarik lembut pergelangan tangan Brian untuk mengajak sang anak duduk di ruang tengah. Dan betapa manjanya anaklaki-laki itu yang langsung membaringkan tubuh di sofa panjang berwarna abu-abu tua. Dan membuat paha Riri menjadi bantalan kepalanya.

“Bunda ambil obat dulu ya, kak.”

Brian menggeleng. Menahan gerak Riri yang hendak ingin beranjak dengan kepalanya.

“Biarin gini, bun. Luka kakak enggak seberapa sama luka yang aku buat selama ini untuk dia.”

Riri mengusap-usap rambut Brian. Netra Riri menyipit sejenak ketika melihat bekas garis vertikal dari bagian alis hingga pipi bagian kanan.

“Kak,” panggil Riri.

“Kamu tadi enggak pakai foundation?” tanya Riri memastikan.

Brian menatap mata Riri. “Pakai, kok. Tapi hujan tadi luntur. Untugnya, Jysa bantu kakak pakai lagi sama punya dia. Kalau enggak, Asa bakalan tahu soal ini.”

“Kamu jangan sering nangis, apalagi di hadapan Asa, nanti foundation buat nutupin luka mu hilang, kak.”

Brian mengangguk pasrah. Tempurungnya memutar sebuah pertanyaan.

“Aku gatau reaksi Asa, kalau Asa tau soal bekas ini. Sebenci apa jika ia tahu.”

“Aku takut, bun. Aku udah mencintainya sejak awal. Tapi aku udah punya pacar.”

"Bahkan aku kalau bucin, lupa mana yang benar dan salah."

Riri sedikit menunduk untuk mengecup kening Brian. lalu tersenyum.

“Terjebak dilema memang sulit, kak. Tapi, ingat tujuan awal kakak. Bagaimanapun, kakak sudah berjuang dan berjanji enggak akan taruh hati ke adik kamu sendiri.”

“Andaikata, kakak enggak ambil amanah dan berjanji untuk enggak jatuh hati ke Asa, terus menceritakan sejak awal semuanya. Mungkin, cerita kakak dan Asavella berbeda, kak.”

“Mungkin juga … jauh lebih bahagia.”

ฅ^•ﻌ•^ฅ

"Eumh ...."

“Oh shit!!” desah Bagus sampai bercucur keringatan. Membuat Keci mengernyit—dan terdiam.

“Sesad lo!!” pekiknya yang menjitak langsung dalam posisi tubuh yang tertidur dengan tangan kanan yang main ponsel.

“Apanya yang sesad, bangsat! Kenapa harus sempit juga, pakai warna pink juga!” gerutu Bagus yang yang berusaha melepas.

“Ya ... siapa suruh dimasukkin! Minggir! Biar gue yang lepas!” Keci hendak beranjak bangun namun tubuhnya di dorong Bagus.

"Gabut lo enggak bermutu."

"Tapi menarik perhatian, kan?"

"Perhatian enggak nyusahin iya! Sini gue aja yang lepasin!"

“Ck. Diem lo! Yang ada putus kalo lo tarik! Inget, jangan sampai yang lain tahu! Malu gue.”

Keci mengernyit. “Lah, salah siapa panjang gede jugak! Nyangkut kan?”

“Bantuin napa …, tapi pelan-pelan.” Bagus masih berusaha payah untuk melepas namun sia-sia yang ada hanya berkeringat dingin diruangan ber AC.

“Ogah. Biarin nyangkut.”

“Gila lo! Cacat dong gue! Mati gue mau lo?”

“Salah siapa dimasukkin! Udah tau sempit ditrabas aja, punya lo kepanjangan!” bentak Keci yang sudah dibuat habis kesabarannya oleh laki-laki yang duduk di atasnya.

“Bacot lu, kek cewek!” sinis Bagus yang masih berjuang dengan hal yang menyebalkan.

“Lah emang gue cewek! Tebas kepala lo berserak ginjal kau!” maki Keci sembari menahan ponselnya untuk tidak menjadi korban.

“Ah! Akhirnya lepas jugak! Sialan, ngapain lo beli tempat botol yang kek gini.”

“Lah kan katanya buat parfum, ya gue beliin yang ini buat lo. Lo juga ngapain pakek acara mainin jari telunjuk lo yang panjang terus gede segaban kek tangan gajah masuk ke tempat kecil. Gabut lo tuh prik.”

“YA TAPI KAN GAUSAH WARNA PINK GUE COWOK BANG—”

“Di rumah orang, bisa diem enggak sih? Tutur bahasa dipakai, malu sama status siswa Efektif,” pangkas Harta yang baru saja datang bersama Asavella dari arah dapur.

Keci mengerutkan alisnya. Ia sebal. Ingin sekali hempas Bagus dari alam semesta. Ia harus jadi kena marah oleh Harta. Padahal Harta tidak ada marah, hanya menegur.

“Dia tuh sesad. Nggak sopan lagi pakek acara duduk di sofa. Udah tau gue di karpet tiduran dia jongkok di sofa kek monyet,” jelas Keci sembari melempar bantal tamu yang ia buat tiduran tepat mengenai kepala Bagus.

“Lo yang sesad penulis 1821.”

“Pensiun, bangsat!”

"Pensiun tapi kalo direkomendasikan lo juga masih baca!"

"Udah enggak! Gausah fitnah ya lo, Gus!"

“Tio, enggak ikut ke sini?” tanya Asavella yang mencoba mencairkan peperangan dunia ke lima di antara dua temannya.

Bagus hanya memutar mata sembari mengusap-usap jari telunjuknya yang terasa nyeri karena terjebak di botol parfum. “Bocah itu? Enggak ikut.”

“Kenapa?”

“Lo gatau? Dia kan pindah kelompok, satu kelompok sama Mutiara pacarnya si ono,” info Bagus sembari memainkan lidah di dalam mulut untuk menunjuk Harta.

“Semenjak kejadian adegan dramatis Mutiara jatuh dari rooftop di sekolah. Itu sebabnya, kenapa Dodit ada di sini.”

Mata Asavella membelalak. Ketika ia duduk bergabung dengan teman-temannya. “Itu beneran, Ta?”

Harta mengangguk. “Iyah. Kata Tio, Tiara kakinya kegelincir saat mau ambil foto.”

“Nekat bener tuh bocah cuma buat famous,” sinis Keci yang memilih pindah posisi duduk di sebelah Asavella.

“Terus? Mutiara gapapa kan?” tanya Asavella penuh kecemasan.

Harta mengangguk. “Dia gapapa.”

“Iya, dia gapapa. Tapi Tio yang kenapa-napa. Otaknya berubah drastis,” pangkas cepat Bagus yang langsung mengambil segelas minuman jeruk peras dingin yang dibuat Asavella dan Harta.

“Oh, apa jangan-jangan mereka ada perasaan?” tebak asal Dodit yang ikut bergabung dalam pertanyaan.

“Enggak mungkin, kan Tio suka Keci,” sahut Asavella membenarkan kalimat Dodit.

“Ngapain jadi gua, dah. Si batu kambang itu suka gue itu hoax.”

Harta yang mendengar bagaimana teman-temannya terlalu larut dengan pembahasan bodoh membuatnya jengkel. Ia seakan terasa panas. Seakan teman-temannya tidak menghargai perasaannya sebagai pasangan dari gadis yang sedari tadi menjadi topik hangat.

Asavella menyadari itu. Ia juga tidak enak, gadis ini begitu mengerti posisi ini. Betapa sakitnya jika membahas hal sensitif mengenai pasangan yang terus dibicarakan dengan orang lain.

“Udah. Gausah bahas, Tio. Lagi pula, kalian ke rumah gue kan tujuannya buat bahas kelompok dan bantu gue buat pelajaran yang tertinggal. Hargai pasangannya yang ada di sini,” tegur Asavella yang melihat satu persatu pasang mata dari teman-temannya.

Harta tersenyum kepada Asavella. Hanya Asavella yang peka dengan diamnya.

Asavella mengerutkan dahinya ketika bertatapan dengan Bagus.

“Ngapain lo liatin gue kek gitu?”

“Sa, boleh jujur?” ucap Bagus yang membuat satu ruangan teras menjadi serius ketika wajah serius Bagus terpampang.

Asa mengangkat satu alis tanpa menjawab boleh atau tidak. Tapi, laki-laki dengan penampilan hoodie hitam serta poni dibelah dua bak laki-laki Korea tengah menatapnya serius.

“Lo terlalu peka dengan luka teman lo, dan lo enggak peka ataupun berniat sadar untuk luka fisik lo dan mental  yang udah hancur di mana semua tubuh lo udah enggak ada tempat lagi untuk menampung luka selanjutnya.”

“Lo emang bodoh atau sengaja bodoh cuma untuk terlihat kuat walaupun lo itu lelah dan ingin lari tapi gatau mau lari kemana selain kematian.”

Di sini lah kesunyian berhasil tercipta oleh laki-laki Bagus Rey Mahendra. Si pengamat terbaik dalam pertemanan.

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Next?

MAIN CAST:

ASAVELLA SKYRAINY DIANA PUTRI

JYSA PRIMCILY DIANA PUTRI

KECI VAN DICK

•MUTIARA BERLIANA PERMATA

• HARTA JAVIER FANDIKA


TIO MAHARDIKA


•BAGUS REY MAHENDRA


DODIT EKO PURMANA


Gimana cast Asavella. Cocok?

Untuk Cast Brian dan Saka masih aku simpan. Bakalan aku spill nanti 🥰

Dukung aku dengan beri komentar beragam serta votenya🥺

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 1K 22
"Aku mencintainya, tapi aku juga menyayangi orang lain." -All "Don't expect too much, manusia itu gampang berubah." -Sya "Jangan merasa penting dalam...
910K 67.1K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
589K 27.8K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
65.8K 4.1K 28
SERIAL PENDEK (revision ver) Me : ...