NAMANYA ARUM.

By ElAlicia

130K 23.7K 2.9K

Kota Pelabuhan, 1965 Arum adalah seorang gadis pantai yang gesit dan trengginas selayaknya ombak di kala huja... More

INTRO
PROLOG
1. SAWAH PAK TARNO
2. RUMOR
3. DANU
4. MAMA SINTHA
5. PERASAAN TAK BIASA
6. BISKUIT AYAH
7. RUMAH MAS DANU
8. SURAT
9. HARI TERAKHIR
10. KOTA KEPENDUDUKAN
11. SATU RANJANG
12. SENI RAKYAT
13. MALAM BERSAMA
14. PAGI HARI
15. KEPERCAYAAN
16. KABAR BAIK
18. KEBENARAN
19. PAKSAAN HALUS
20. SURAT
21. KOTA PELABUHAN
22. JANGGAL
23. KETAKUTAN
24. MIMPI BURUK
25. DILEMA
26. BOHONG
27. BANTUAN
28. FRUSTRASI
29. SEBELUM MELAUT
30. KESEPAKATAN
TENTANG NAMANYA ARUM

17. KEJELASAN

3.5K 651 66
By ElAlicia

Arum terdiam sembari menatap sayur asam yang tengah ia masak. Pikirannya berkelana ke mana-mana. Berbagai pertanyaan terus menghinggapi pikirannya. Ke mana saja Mas Danu selama satu minggu itu? Urusan mendesak apa yang pria itu lakukan? Dan apa hubungan Mas Danu dengan Bima yang Arum curigai sebagai mayor yang menyelamatkannya.

Suara itu... ya suara itu... Arum yakin sekali suara itu adalah suara sang mayor. Ia tidak mungkin melupakan hari itu. Hari di mana Arum mengira ia akan selamanya di lemari itu atau bahkan mungkin memiliki nasib yang sama seperti penduduk lain kalau saja mayor itu tidak menghentikan pencariannya. Namun, apa pun kecurigaannya pada Mas Bima, tidak ada satu pun yang negatif. Ia malah berharap pada pria itu. Berharap Ayah juga ikut diselamatkan.

"Arum."

Panggilan itu membuat Arum terlonjak kaget. Dengan segera ia mematikan kompornya, lalu berjalan ke arah lemari pendingin. Ia mencari buah-buahan yang mungkin bisa ia makan malam ini, sembari mengabaikan Mas Danu. Arum masih jengkel pada pria itu -sangat jengkel. Mas Danu meninggalkannya seolah-olah ia hanyalah teman tidur pria itu, yang bisa didatangi jika diinginkan.

"Arum," panggil Mas Danu lagi sembari mendekati Arum. Arum sadar akan keberadaan pria itu yang semakin memasuki area pribadinya. Karena itu, Arum dengan segera menyingkir, tidak mempedulikan ke mana tujuannya, yang penting menjauh dari Mas Danu.

"Arum... hei..." panggil Mas Danu lembut, terus mengekori Arum yang menyibukkan dirinya di dapur. Arum dengan sengaja menyanggul rambut panjangnya ke atas, agar Mas Danu tidak bisa menyentuh rambutnya -yang mana rambut panjangnya adalah hal favorit Mas Danu dari Arum. Tidak, Arum tidak akan membiarkan Mas Danu menikmatinya malam ini. Sehelai rambutnya pun tidak.

Arum berjinjit mencari biskuitnya dalam lemari. Ia mengeluarkan biskuit itu dan ingin menyingkir lagi, sebab Arum bisa merasakan hangatnya tubuh Mas Danu di belakang tubuhnya, meskipun pria itu tidak menyentuhnya sama sekali. Sialnya, Mas Danu dengan segera meletakkan tangannya di konter, memblokir jalan Arum. Ketika Arum menyingkir ke sisi yang lain, Mas Danu kembali melakukan hal yang sama, jadilah ia terkurung di antara kedua tangan kokoh pria itu.

"Marah?" tanya Mas Danu pelan sembari mencium tengkuk Arum, membuat Arum menyesali keputusannya untuk mengikat rambutnya.

Arum masih diam dengan tubuhnya yang menegang. Ia menghela nafas pelan sembari memundurkan tubuhnya, sebab udara terasa cukup sesak di sekitarnya. Namun, tubuhnya malah membentur tubuh kuat Mas Danu yang berdiri di belakangnya. Mas Danu memanfaatkan hal itu dengan memeluk pinggang Arum menggunakan satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain tetap ia tumpukan di konter. Arum bersyukur Mbok Asri sudah pulang, sebab tentu saja adegan ini sangatlah tidak senonoh.

"Karena Mas pergi lama?" bisik Mas Danu lagi sembari mencium lekuk leher Arum.

"A-Arum mengantuk," ucap Arum sembari melepaskan pelukan di tubuhnya dan menjauh begitu saja dari Mas Danu.

"Kamu akan menghindari saya seterusnya, Arum?" ucap Mas Danu dengan nadanya yang serius dan terdengar tidak senang.

Arum tetap diam, sembari berjalan ke kamarnya sendiri.

"Arum," panggil Mas Danu tidak sabaran.

"Iya," jawab Arum dingin.

"Hanya karena saya pergi..."

"Karena Mas pergi tanpa memberitahu apa-apa!" sentak Arum jengkel sembari membalikkan tubuhnya ke arah Mas Danu.

"Mas bercinta dengan Arum, lalu meninggalkan Arum begitu saja, setiap paginya, seolah-olah Arum hanyalah pelacur yang digunakan hanya ketika Mas menginginkan Arum. Mas tidak pernah memberitahu Mas ke mana, lalu tiba-tiba Mas pergi selama seminggu. Dan malamnya, Mas akan seperti ini lagi... bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan kembali bercinta dengan Arum, tanpa menjelaskan apa pun," jelas Arum dengan air matanya yang menitik. Ia sangat emosional sekarang. Arum jengkel sekali pada Mas Danu. Lagi-lagi ia merasa seperti sudah mengenal pria itu dengan baik, tetapi nyatanya Mas Danu jauh lebih dalam dari sekadar yang ia kenal. Arum bahkan masih tidak tahu di mana Mas Danu bekerja.

"Arum," panggil Danu lembut, berusaha mendekati Arum.

"Arum hanya punya Mas," isak Arum lagi. "... tetapi Mas bahkan meninggalkan Arum seolah-olah tidak terjadi apa-apa."

"Maaf, Arum... maaf kalau kamu merasa seperti itu. Mas... tidak paham caranya..." gumam Danu perlahan, tidak mampu merangkai kata-katanya, sebab ia sendiri tidak paham akan perasannya yang berantakan. Danu meraih tubuh kecil Arum masuk ke dalam pelukannya. Sungguh, Danu bukanlah pria yang oandai merangkai kata-kata. Danu mengungkapkan kasih sayangnya pada Arum dengan cara yang berbeda yaitu dengan perhatian tak langsung. Danu tahu ia adalah pria yang sangat payah dalam urusan perasaan seperti ini. Namun, ia berusaha.

Demi Arum-nya.

"Mas hanya perlu tetap di sisi Arum ketika Arum bangun. Menghabiskan waktu bersama... seperti menari dengan alunan musik pemutar vynil," gumam Arum lagi dengan air matanya yang menitik, tetapi ia juga menyadari bahwa Mas Danu pun memiliki urusannya sendiri. Pria itu berusaha menghidupinya dan juga Ayah serta anak dalam kandungannya. Pria itu bekerja untuknya.

"Mas berusaha, Arum. Maaf," ucap Mas Danu singkat, padat dan jelas, tetapi Arum bisa merasakan ketulusan di sana.

"Dan tolong... jangan pernah berpikir seperti itu lagi," ucap Mas Danu dengan nadanya yang gemetar sembari memeluk Arum dengan erat, seolah takut kehilangan wanita itu. "Kamu bukanlah pelacur, Arum. Kamu adalah rumah saya, tempat saya berpulang dan beristirahat."

***

Arum terengah lembut sembari menatap jemarinya yang disinari lampu tidur. Apa... yang baru saja terjadi? Arum seolah bermimpi. Percintannya dengan Mas Danu malam ini terasa seperti tidak nyata. Tidak, ini bukanlah percintaan yang buruk, malah kebalikannya. Percintaan malam ini sangatlah intens, bergelora dan untuk pertama kalinya Arum merasa sangat dicintai.

Mas Danu tidak mengatakan apa pun, tetapi pria itu menyentuhnya seolah-olah ia adalah satu-satunya dalam dunia pria itu. Mas Danu menggenggam tangannya, mengecup keningnya, mencium bibirnya dengan penuh kasih sayang. Membisikkan kalimat rayuan yang seringkali tidak bisa Arum cerna, sebab pikirannya sendiri berkabut. Namun, kata yang sering ia dengar adalah 'cantik'. Sebelum bercinta, Mas Danu dengan berbaik hati menyelipkan bantal di bawah pinggulnya dengan dalih supaya Arum lebih nyaman dan tidak kesakitan. Nyatanya, bantal itu memang membantu banyak untuk mengurangi rasa sakit di tubuh Arum.

Pelukan di tubuh Arum perlahan terlepas. Ranjangnya melesak pelan, lalu terdengar gemerisik halus, sebelum pintu berderit pelan, lalu menutup. Ketika pintu tertutup, Arum buru-buru bangkit dari ranjangnya sembari memegang tubuhnya sendiri. Inikah yang dirasakan wanita-wanita di rumah Mama Sintha ketika mereka mengatakan bahwa percintaan akan terasa lebih menyenangkan ketika dilakukan dengan orang yang tepat? Sungguh, Arum baru benar-benar memahaminya sekarang.

Arum meraih kaos hitam Mas Danu kemudian memakainya, sebab kancing di terusannya sudah terlepas beberapa. Arum melangkah ke arah dapur dan dugaannya benar. Mas Danu tengah membuatkannya teh dan menyiapkan biskuit untuknya, tanpa memakai atasan. Arum mendekati Mas Danu perlahan, merasakan kerinduan teramat sangat. Ia memeluk tubuh tinggi pria itu dengan erat sembari memejamkan matanya. Tubuh Mas Danu menegang sesaat, sebelum kembali rileks.

"Arum... rindu, Mas," gumam Arum pelan.

Mas Danu membalikkan tubuhnya menghadap Arum, lalu membawanya masuk ke dalam pelukan pria itu. Dengan kekuatan tangan Mas Danu, Arum dinaikkan ke atas konter itu hingga kini wajah keduanya sejajar. Arum tampak begitu kecil dalam kaosnya, apalagi dengan rambut panjang Arum yang terurai hingga ke pertengahan punggung. Figur istrinya tampak begitu rapuh, tetapi semangat wanita itu masih terpancar jelas di matanya. Sinar itu masih sama sejak Danu pertama kali bertemu Arum di kota pelabuhan.

"Tolong jangan tinggalkan Arum selama itu lagi," gumam Arum dengan matanya yang berair.

"Mas janji, Arum," bisik Mas Danu sembari tersenyum lembut dan mencium ujung hidung Arum. "Mas membawakan kamu ikan tembang buatan Ayah. Kamu bilang kamu menginginkannya. Jadi, Ayah menitipkannya pada Mas."

"Mas... ke kota pelabuhan?" tanya Arum dengan matanya yang berbinar.

Danu mengangguk. "Menengok Ayah."

"Dia baik-"

"Dia baik, Arum, hanya banyak pikiran karena mengkhawatirkan kamu," potong Mas Danu membuat binar di mata Arum semakin menyala. "Kamu pasti mengenal Mas Bima, Arum..."

"Dia... adalah mayor yang mencegah tentara itu menemukan Arum," gumam Arum perlahan.

"Dia juga yang membantu Mas dan Ayah kabur. Tanpa dia Arum, Mas mungkin sudah bernasib sama seperti penduduk kota... tidak... lebih buruk lagi. Mungkin, Mas sudah akan dikuliti hidup-hidup, sebab Mas tergabung dalam Pemuda Rakyat," ucap Mas Danu dengan sinar matanya yang tampak gelap dan tidak terbaca.

"Di mana Mas bertemu dengan Mas Bima?" gumam Arum perlahan.

"Dia adalah teman dekat Mas sejak masih bersekolah tinggi. Dia ingin menjadi tentara dan Mas saat itu menyukai sesuatu yang bersifat filosofis, karena itu Mas ditawari bergabung dalam satu organisasi," jelas Mas Danu lagi dengan wajah mukanya yang kembali tenang, setelah sempat tegang.

"Apa... organisasi itu alasan Mas ke kota pelabuhan?" tanya Arum penasaran.

Mas Danu mengangguk lembut sembari tersenyum getir. "Mas diperintahkan oleh atasan Mas yang mana juga adalah petinggi dalam organisasi itu untuk mengunjungi kota pelabuhan kamu dan kami diminta untuk menyebarkan paham yang baru, yang bisa menyelematkan. Namun... kami tidak beruntung. Sekarang, kami harus hidup dalam persembunyian. Beberapa orang yang menganut paham itu dan yang memiliki pengaruh besar serta harta yang banyak akan selamat dan damai, seperti atasan Mas. Atasan Mas juga yang menyelamatkan Mas dari pembantaian itu dengan memberikan identitas baru pada Mas."

"Mas bekerja sebagai mekanik pada dia?" tanya Arum dengan wajah polosnya.

Mas Danu mendengus geli. "Tentu tidak, Arum. Pekerjaan organisasi itu tidak memakan seluruh waktu, Mas. Mas hanya akan dipanggil ketika dibutuhkan."

"Mas..." gumam Arum dengan raut wajah khawatirnya. "Tolong, berhenti..."

"Mas sedang berusaha, Arum," gumam Danu pelan dengan wajahnya yang kembali gelap. "Mas berusaha..."

"Demi anak kita..." tambah Arum lagi, membuat Danu mendongak dan menatap Arum dengam tatapan kagetnya.

"Kamu..."

"Arum hamil, Mas," lanjut Arum dengan matanya yang kembali berair karena terharu.

Mas Danu tampak kebingungan mendengar informasi itu. Lalu perlahan-lahan senyuman lebar mengembang di wajah pria itu. Tak pernah sedikit pun, Arum melihat Mas Danu sebahagia ini. Mas Danu langsung memeluk tubuh Arum dan diangkatnya Arum tinggi-tinggi, lalu berputar untuk merayakan kebahagiaan mereka.

"Mas akan menjadi Ayah!" seru Mas Danu penuh kebahagiaan. Lalu, Danu tersadar bahwa perbuatannya bisa membahayakan Arum dan anaknya. Karena itu, buru-buru Danu meletakkan Arum kembali di atas konter. Danu memeluk Arum dengan sangat erat, tampak begitu bahagia mendengar kabar itu.

"Terima kasih, Arum," ucap Mas Danu dengan nadanya yang begitu tulus hingga terasa tak nyata bagi Arum.

Arum meraih wajah Mas Danu agar sejajar dengan wajahnya. Ia tersenyum dengan air matanya yang menitik, karena terharu. Arum menarik tengkuk Mas Danu dan mencium suaminya itu dengan perasaan penuh cinta. Mas Danu membalasnya dengan perasaan yang sama. Keduanya berciuman dengan penuh perasaan di bawah lampu temaram dapur. Ciuman menjadi usapan; usapan menjadi genggaman; genggaman menjadi godaan lembut; godaan lembut menjadi sesuatu yang lebih intim dan bergelora.

Keduanya saling merasa, meresapi dan menikmati perasaan yang hangat dan nyata itu. Arum memeluk leher Mas Danu, mendesah lembut di bawah kuasa pria itu, membiarkan Mas Danu mencintainya dengan cara pria itu.

"Kamu akan selalu dan selama-lamanya menjadi milik Mas, Arum," bisik Danu di telinga Arum. Arum mengira itu adalah rayuan, tetapi ia tidak menyadari Mas Danu sedang menandainya sebagai milik pria itu.

Hanya perlu bertemu lagi dengan Ayah dan Arum akan menjadi wanita paling bahagia di tanah itu.

TBC...

Selamat menikmati✨

Continue Reading

You'll Also Like

KASHMIR By B.O.SπŸš€

Historical Fiction

377K 24.6K 120
Menjadi pengantin dari kerajaan yang wilayahnya telah ditaklukkan bukanlah keinginanku. Lantas bagaimana jika kerajaan yang aku masuki ini belum memi...
18.5K 719 26
Keano Abraham cowok dingin yang penuh dengan rahasia Reza Pratama cowok cantik yang periang (bxb) 🌈 18+ π™Ύπš—πšπš˜πš’πš—πš cuman asal ajah
748K 36.2K 44
"Anjing sekali everybody, yakali gue tidur langsung beda dunia" Bagaimana jadinya seorang Queena Selvi Dealova Kenward jiwa masa depan bertransmigras...
5.9M 471K 68
Olivia, seorang mahasiswi tingkat tiga meninggal akibat tertabrak mobil saat dalam perjalanan pulang ke rumah untuk merayakan ulang tahun adik nya...