Wajah Damien terlihat sangat tenang, terlihat sudah biasa dengan hal ini. Malah Damien memperhatikan wajah Starley sudah terlihat khawatir.
"Apa kau mengkhawatirkanku, Starley?" tanya Damien balik, tidak menjawab pertanyaannya Starley.
"Tubuhmu sudah begitu banyak luka. Kenapa hobimu itu melukai tubuhmu sendiri," seru Starley, juga tidak ingin mengakui kalau dia memang khawatir. Damien mau tidak mau tersenyum miring kecil sambil menatap Starley.
"Jadi kau mengingat tubuhku," jawab Damien dengan nada rendahnya. Damien tidak terlihat menggodanya, tapi disaat bersamaan juga seperti menggoda Starley dengan kata-katanya.
Wajah Starley panas ketika menyadari apa yang dia bicarakan. Starley tidak menghiraukan ucapan Damien yang itu.
"Damien, aku serius bertanya, apa yang terjadi padamu?" tanya Starley tidak sabar.
"Sudah diobati, kau tidak perlu khawatir," jawab Damien.
Starley terbatuk kecil lalu menjawab, "kata siapa aku khawatir?"
Walaupun mungkin tadi terlihat jelas kalau dirinya khawatir, tapi tetap egonya terlalu tinggi untuk mengakui kalau dia memang khawatir.
"Luka apa itu?" tanya Starley lagi mencoba terlihat biasa aja.
"Hanya pisau," jawab Damien dengan nada tidak peduli, lalu menutupi bahunya yang berdarah dengan jas lagi.
Starley melirik Damien penasaran, apa yang sebenarnya Damien lakukan semalam.
"Bagaimana bisa terluka?" tanya Starley.
Damien terdiam sejenak, lalu menjawab."Bukan apa-apa."
Jawaban Damien masih sama seperti dulu, setiap Starley bertanya Damien mendapatkan luka dari mana, Damien tidak pernah bercerita. Karena semua yang Damien lakukan adalah rahasia.
"Aku bertanya karena tugas bodyguard itu kan menjaga, tapi dengan lukamu seperti itu aku tidak yakin kau bisa melakukan tugasmu," seru Starley. Alis Damien terangkat mendengar hal itu.
"Jangan remehkan aku, cupcake. Aku masih bisa mengangkat tubuhmu dengan mudah, dengan luka ringan seperti ini," ucap Damien dengan serius.
Lalu tatapan Starley berpindah ke tangan Damien yang berotot, dengan urat yang terlihat di tangannya. Tentu saja tangan itu bisa mengangkat Starley. Dengan cepat Starley menyadarkan dirinya yang mulai kehilangan fokus.
"Tapi tadi kau menahan sakit luka di pundakmu itu."
"Hanya sakit sedikit."
Pembohong. Batin Starley.
Akhirnya Starley membuka pembatas antara kursi penumpang belakang dengan kursi bagian pengemudi. Lalu Starley berkata.
"Kembali ke mansion Dominic aja, aku tidak jadi ke kantor perusahaan Bell." Kepada sopir Damien.
"Baik Nona," jawab sopir Damien. Setelah itu Starley menutup kembali pembatasnya.
"Kenapa tidak jadi?" tanya Damien langsung, dengan matanya menyipit.
"Aku tiba-tiba malas, besok-besok saja," jawab Starley berbohong, padahal sebenarnya semua itu demi Damien.
Damien sendiri pun tahu kalau Starley berbohong, lalu bertanya.
"Memang apa tujuan awalmu ke kantor perusahaan Bell?"
Starley tahu kalau dia berkata jujur, Damien pasti akan ngotot menuju kantor perusahaan Bell sekarang juga. Sekarang masih siang, jadi setelah mengantar Damien ke mansion, Starley bisa ke kantor diam-diam tanpa sepengetahuan Damien.
"Aku hanya ingin bertemu Ava," jawab Starley. Well, dia tidak berbohong, kan?
Damien memperhatikan wajah Starley, seperti ingin mencoba membaca pikiran Starley, apakah Starley berbohong atau berkata jujur. Tapi akhirnya Damien menghela napas, sebenarnya dia lelah juga. Dia belum tertidur sama sekali sejak kemarin. Jadi kembali ke mansion mungkin tidak buruk juga, dia bisa tidur sebentar.
"Baiklah," jawab Damien.
"Telpon lah doktermu untuk datang ke mansion," ucap Starley sambil menatap keluar jendela mobil.
"Tidak perlu," seru Damien.
"Perlu, lukamu berdarah lagi itu," jawab Starley, karena Starley tadi melihat dengan jelas perban putih Damien penuh dengan darah.
"Aku hanya tidak ingin memiliki bodyguard yang terluka," tambah Starley.
Damien terkekeh pelan mendengar itu, lalu berkata,"ah begitu, baiklah akan ku panggil dokterku."
Starley melirik sedikit ke arah Damien, Damien sudah membuka ponselnya, dan seperti mengetik pesan. Lalu Starley kembali menatap keluar jendela mobil.
***
Beberapa menit kemudian, mereka sudah kembali di mansion Dominic dan Athena. Damien dan Starley berjalan menuju mansion bagian timur. Sekarang Starley hanya tinggal menunggu Damien ke kamarnya dan disibukkan diobati oleh dokternya. Lalu Starley akan diam-diam pergi lagi.
"Apa doktermu sudah datang?" tanya Starley.
"Belum, tadi ku lihat tidak ada mobilnya di parkiran," jawab Damien. Starley mengangguk, lalu ketika ia sudah sampai di depan pintu kamarnya, tiba-tiba Damien berkata.
"Kau mau ke mana?"
Starley menatap Damien bingung, dan menjawab, "ke kamarku?"
"Kau yang berkata tidak ingin bodyguard yang terluka, dan menyuruhku memanggil dokter. Jadi, bukankah kau harus menunggu sampai dokterku datang, dan melihat sendiri aku sudah diobati?" jawab Damien.
Starley berkedip sejenak, ada apa dengan Damien sebenarnya?
"Kenapa? Atau jangan-jangan kau mau kabur ketika aku diobati?" tanya Damien santai.
Tapi jawaban Damien tepat sasaran. Starley menghela napas, kenapa Damien ini terlalu pintar.
"Tidak," jawab Starley jengkel.
Damien menahan senyumannya, sudah tahu Starley pasti sudah berencana kabur. Wanita di depannya ini tidak mungkin menyerah dengan begitu mudah. Akhirnya tanpa berkata-kata lagi, Starley sudah jalan menjauhi pintu kamarnya dan menuju kamar Damien yang berada tepat di sebelah kamar Starley.
Ketika mereka berdua sudah di kamar Damien, Damien membuka jasnya. Napas Starley tertahan ketika kembali melihat perban penuh darah di bahu Damien. Perasaan khawatir kembali memenuhi diri Starley. Sepertinya luka itu cukup parah.
Starley mendeham, ia segera memalingkan kepalanya sebelum ketahuan memperhatikan Damien.
"Di mana doktermu?" tanya Starley.
"Mungkin sebentar lagi datang, dia berkata sedang tidak jauh dari sini."
Setelah itu Damien berkata dia mau ke kamar mandi dulu, Starley membalasnya hanya dengan anggukan. Ketika Damien sudah di kamar mandi, Starley baru bisa bernapas.
Sejak tadi, suasana begitu awkward karena mereka di kamar itu hanya berdua. Ketika Starley baru duduk di sofa selama satu menit, tiba-tiba terdengar ketukan pintu pada pintu kamar Damien.
Lalu terdengar suara pelayan, berkata "Mr. Mavros, dokter anda sudah datang."
Starley menoleh ke arah pintu kamar mandi di mana Damien berada. Tapi Damien belum keluar juga dari kamar mandi. Pada akhirnya Starley bangun dari sofa itu untuk membukakan pintu kamar.
Ketika Starley membuka pintu kamar, dia langsung melihat pelayan kemarin di depannya. Pelayan itu terlihat kaget ketika yang membuka kamar adalah Starley. Starley tidak menghiraukan kekagetan pelayan itu.
Starley langsung mencari sosok dokternya Damien. Dan di situ Starley melihat seorang tidak asing berada di belakang si pelayan. Seorang wanita berambut merah pendek dan memakai jas putih dokter. Wanita itu masih cantik seperti yang Starley ingat.
Oh tentu saja dokter Damien adalah wanita ini. Starley bahkan lupa wanita ini adalah seorang dokter.
Mayla Benetti.
Mayla terlihat kaget juga melihat Starley yang membuka pintu. Tapi detik selanjutnya, Mayla langsung berkata.
"Starley, aku tidak menyangka kau di sini." Sambil tersenyum ramah seperti Mayla yang biasanya.
Tapi Starley tidak membalas senyuman ramah Mayla, karena dari dulu Starley tidak pernah menyukai wanita di depannya ini, dan semua perasaan pahit itu muncul kembali lagi.
-To Be Continued-
Btw ini ku tambah Visual cast nya, ya