What should we do?

By Secrettaa

336K 32.3K 5.3K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjad... More

PROLOG
ARJUNA ARTAWIJAYA
1 | PERTEMUAN PERTAMA
2 | CEMARA
3 | PERMINTAAN ARIKA
4 | 00:00
5 | VAMPIR
6 | PECAL AYAM
7 | HUKUMAN
8 | INSIDEN DI TAMAN
9 | TAMU SPESIAL
10 | MALL
11 | SEKOLAH
12 | TEMAN BARU
13 | BAD MOOD
14 | PAGI BAHAGIA
15 | ROOFTOP
16 | NATAYA BAGASKARA DAN DUNIANYA, ANGKASA
17 | ARJUNA VS ARION
18 | TIDAK BISA DITEBAK
19 | TETAP TEMAN
20 | I LOVE YOU
21 | SUNSET
22 | SEMUA PERLU JEDA
23 | SALAH PERASAAN
24 | PROMISE
25 | IT'S OKAY
26 | PULANG
27 | PARTY
28 | BEAUTIFUL NIGHT WITH BEAUTIFUL GIRL
29 | SHE'S COME
30 | FAMILY SECRET
31 | BACK TO SCHOOL
32 | MY LOVE
33 | LOOKING NIGHT SKY
34 | CAN WE ALWAYS TOGETHER?
35 | PEOPLE'S HAVE PAIN
36 | I'M SORRY
37 | SUNSET
38 | SELAMAT TIDUR
39 | MEET AGAIN
40 | YOU MUST STILL LIFE
SEE YOU

ARIKA ANGELINA

16.9K 1.8K 192
By Secrettaa

Jangan lupa follow Secrettaa.
Ig : @aleeeeeeeee_0019



🌻HAPPY READING🌻
_
_

_

"Bibi, olang lumah pada kemana?" Sebuah suara dengan nada cadel berhasil mengagetkan sosok berumur yang awalnya begitu fokus dengan peralatan masaknya.

"Astaghfirullah Non, ngagetin aja sih."

Perempuan dengan baju berwarna kuning serta rambut yang dihiasi jepitan bunga itu hanya menyengir. Menampilkan deretan gigi yang rapi.

Dia adalah Arika Angelina, seorang gadis polos yang cadel serta pecinta pisang dan warna kuning. Anak bungsu dari pengusaha properti sukses dan desainer ternama, Angkasa Riko Darma serta Lina Magenta.

"Bibi lucu. Alika jadi pengen kagetin telus," celutuknya seraya mengambil satu buah pisang di atas meja makan. "Kok pisang Alika tinggal dua Bi?"

"Kan Non Arika makan terus pisangnya, jadi ya tinggal dua doang atuh," jelas sang asisten rumah tangga bernama Bi Siti itu.

Yang diberi penjelasan justru tengah sibuk menikmati pisang kesukaannya. "Hehe ... Alika lupa Bi. Alika pelgi nyali pisang sama jajan dulu ya. Bibi jangan bilang sama siapa-siapa, oke? Dadah Bibi!"

Arika bergegas pergi dari dapur dengan kedua tangan yang terlihat membawa dua buah pisang sisanya tadi. Langkah kaki mungilnya tampak lihai berlari menjauh dari dapur. Takut jika Bibi yang sedang memasak itu dapat mengejarnya.

"Eh, Non Arika jangan pergi sendiri!" Benar saja, Bi Siti mengejarnya dengan sebelah tangan membawa spatula.

Arika menoleh, menatap Bi Siti seraya tersenyum ceria. "Nggak pa-pa Bi. Alika sebental doang kok. Assalamualaikum, Bi."

"Waalaikumsalam. Hati-hati, Non!"

Pada akhirnya Bi Siti tidak dapat mengejar anak majikannya yang selalu bertingkah di luar kepala itu. Ia menghela napas berat, lalu menggelengkan kepala seraya kembali melangkah menuju dapur.

Sedangkan sang pembuat onar telah berhasil keluar dari rumah. Berjalan santai dengan mulut yang tidak berhenti menikmati pisangnya.

"Huh tinggal satu lagi. Alika simpen aja deh, nanti kalo udah beli banyak. Balu makan lagi. Sabal ya pisang, nanti kamu dapat gililan kok," ucap Arika pada buah pisangnya yang tinggal satu itu dan memasukkannya ke dalam tas kecil miliknya.

"Janet kapan sembuhnya, sih! Alika lindu make Janet."

Sepanjang jalan menuju supermarket yang jaraknya lumayan jauh itu, mulut Arika tidak berhenti berbicara. Padahal uang di dalam tasnya lumayan banyak, tetapi ia lebih memilih berjalan kaki. Saat di depan pagar rumahnya pun tadi sudah ditawari oleh sang supir untuk diantar saja, tetapi Arika malah menolaknya. Jalanan yang lumayan sepi tidak membuat gadis itu ketakutan. Ia terlihat santai berjalan dengan sesekali menendang bebatuan kecil di pinggir jalan yang berserakan.

"Nah 'kan benel, kaki Alika itu udah sembuh. Buktinya sekalang jalan jauh sama nendang batu bisa, dan nggak sakit lagi. Ayah sama Bunda nggak pelcaya sih," gerutunya seraya menunduk menatap kedua kaki mungilnya.

Namun, seekor hewan tidak terduga datang menghampirinya. Berdiri tepat di depan kaki mungilnya. Seraya menatap wajah Arika yang kebingungan.

"Huh, males banget bagi pisang ke kamu. Pisang Alika tinggal satu doang tau, tapi ... ya udah deh. Nih, ambil! Cepat gede ya, monyet." Arika akhirnya memberikan buah pisang yang tadinya ia simpan pada monyet kecil itu meski sedikit tidak rela.

Setelah mendapat apa yang ia butuhkan, monyet itu tampak pergi dari hadapan Arika yang sekarang murung dengan mata berkaca-kaca.

"Jahat banget, nggak bilang makasih lagi ...."

Arika berusaha tidak memikirkan monyet yang tidak tahu terima kasih itu dengan kembali berceloteh ria.

"Nanti Alika mau beli buah pisang banyak-banyak! Satu biji kayak tadi, nggak ada apa-apanya," gerutunya.

Tidak terasa, kaki mungilnya itu ternyata berhasil membawa Arika sampai pada tempat tujuan dan rasa kesal yang ia rasakan juga perlahan hilang ketika tatapannya bertemu pada buah pisang yang berjajar.

Setelah mengambil keranjang belanjaannya, Arika langsung memasukkan semua buah pisang itu ke dalam keranjangnya. Memilih beberapa snack dan tentunya susu pisang serta es krim coklat tidak ketinggalan.

"Uang Alika cukup nggak ya? Semoga aja cukup deh." Setelah merasa puas dan tidak ada lagi yang ingin ia beli. Arika langsung menuju tempat pembayaran.

Namun, tatapannya tidak sengaja menangkap sebuah plester bermotif dino yang terlihat lucu. Tanpa pikir panjang, Arika mengambilnya dan memasukkan ke dalam keranjang belanjaan.

"Ini aja Dek? Ada tambahan atau sekalian isi pulsa?"

Arika menggeleng kuat dengan tatapan lekat. "Buluan Om, Alika mau cepat-cepat pulang dan beli telul gulung. Nanti kalo ketahuan ayah sama bunda Alika makan jajanan telul gulung, Alika pasti dimalahin ...." Tanpa sadar Arika justru bercerita panjang yang tentu saja tidak begitu didengar oleh sang pegawai.

"Makasih Om, besok-besok Alika datang lagi. Dadah, Assalamualaikum!" Tanpa tahu malu dan memperhatikan sekitarnya, Arika berteriak begitu saja.

Mungkin gadis polos itu tengah merasa dunia hanya miliknya dan sang pegawai tampan.

"Waalaikumsalam .... Besok-besok kalo dia datang, gue nggak bakal ngajak ngomong lagi. Trauma gue," gumam sang pegawai seraya mengusap dadanya berkali-kali.

Arika sudah keluar dari tempat perbelanjaan itu dengan kedua tangan menenteng kantong besar yang isinya tentu saja tidak lain dan tidak bukan adalah buah pisang, snack ringan, susu pisang dan juga es krim.

"Om kacamata itam, nih bawain ke lumah ya. Sekalian Om istilahat. Alika masih mau jalan-jalan sebental, nanti pulangnya Alika bisa sendili. Oke Om? Oke, makasih!"

Arika memang tahu jika sedari awal ia keluar gerbang, sudah ada yang mengikutinya. Ayahnya yang protektif itu pasti tidak akan pernah membiarkan ia pergi tanpa pengawasan.

Tanpa menunggu respon laki-laki yang ia panggil om itu, Arika pergi dari sana. Meninggalkan dua kantong besar belanjaannya.

"Duh, mampus gue. Non Arika kalo jajan nggak pernah main-main. Lah gue, jajan masih suka mikir-mikir," gumam bodyguard bernama Tio itu. Melaksanakan perintah nona mudanya tanpa banyak bicara lagi.

Arika kembali menyusuri jalanan raya dengan sesekali bersenandung kecil.

"Akhirnya ketemu juga," gumamnya saat melihat pedagang telur gulung yang dari tadi ia cari.

Saat sampai di dekat pedagang itu, Arika langsung memesan, tidak memedulikan pembeli lainnya.

"Om, beli telul gulungnya sepuluh. Nanti kasih kecap sedikit, telus saos yang banyak."

"Oke Neng."

Seraya menunggu telur gulung miliknya jadi, Arika memperhatikan sekitarnya yang lumayan ramai. Ada juga anak-anak sekolah yang sepertinya baru pulang.

"Pengen sekolah juga," gumam Arika dengan nada sedih yang kentara, menatap sekelompok siswi yang tampak asik bersenda gurau.

"Neng, ini pesanannya."

Arika mengalihkan tatapannya dan sibuk mencari uang di dalam tas. Setelah menemukan yang dicari, ia memberikannya pada sang penjual.

"Makasih ya, Om."

"Sama-sama, Neng."

Rasanya Arika sudah tidak bersemangat lagi menikmati telur gulungnya. Pikirannya masih tertuju pada sekelompok remaja berseragam tadi.

Kapan ya Alika bisa sekolah kayak meleka. Batinnya. Perlahan Arika meninggalkan jalanan itu, karena tidak mau kembali sedih melihat pemandangan yang selalu ia impikan.

Meskipun sudah tidak bersemangat, ternyata telur gulung habis juga dimakan Arika.

"Kenapa masih lapal ya, padahal udah banyak makan telul gulungnya. Apa kalena makannya nggak pake nasi?" monolognya seraya tetap melangkah.

Namun, saat melewati lampu merah, tidak sengaja tatapannya menangkap seorang laki-laki yang tampak menatap intens padanya.

Arika menatap laki-laki itu balik, tetapi ketika orang itu membuka sedikit helmnya. Matanya membulat sempurna dan tanpa diduga ia melangkah mendekat pada sang pengendara.
_
_
_

See you next part🐯

Dipublikasikan:
Sen, 14 Februari 2022
18:55

Minggu, 22 Januari 2023
16:46

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 97K 43
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
449K 49.2K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
253K 11.6K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
695K 9.4K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+