What should we do?

By Secrettaa

344K 32.5K 5.3K

[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan singkat di lampu merah justru menjad... More

PROLOG
ARIKA ANGELINA
1 | PERTEMUAN PERTAMA
2 | CEMARA
3 | PERMINTAAN ARIKA
4 | 00:00
5 | VAMPIR
6 | PECAL AYAM
7 | HUKUMAN
8 | INSIDEN DI TAMAN
9 | TAMU SPESIAL
10 | MALL
11 | SEKOLAH
12 | TEMAN BARU
13 | BAD MOOD
14 | PAGI BAHAGIA
15 | ROOFTOP
16 | NATAYA BAGASKARA DAN DUNIANYA, ANGKASA
17 | ARJUNA VS ARION
18 | TIDAK BISA DITEBAK
19 | TETAP TEMAN
20 | I LOVE YOU
21 | SUNSET
22 | SEMUA PERLU JEDA
23 | SALAH PERASAAN
24 | PROMISE
25 | IT'S OKAY
26 | PULANG
27 | PARTY
28 | BEAUTIFUL NIGHT WITH BEAUTIFUL GIRL
29 | SHE'S COME
30 | FAMILY SECRET
31 | BACK TO SCHOOL
32 | MY LOVE
33 | LOOKING NIGHT SKY
34 | CAN WE ALWAYS TOGETHER?
35 | PEOPLE'S HAVE PAIN
36 | I'M SORRY
37 | SUNSET
38 | SELAMAT TIDUR
39 | MEET AGAIN
40 | YOU MUST STILL LIFE
SEE YOU

ARJUNA ARTAWIJAYA

22.7K 1.9K 177
By Secrettaa

Jangan lupa follow Secrettaa.
Ig : @aleeeeeeeee_0019

🌻HAPPY READING🌻

_
_
_

Seluruh penjuru kota mungkin sudah tidak asing lagi dengan Arjuna High School atau lebih singkatnya AHS. Sekolah menengah atas yang memiliki akreditas A+. Tentu tidak diragukan bagaimana bagusnya sekolah tersebut. Mulai dari sistem belajar, fasilitas sekolah yang sangat memadai dan berbagai jenis ekstrakurikuler yang juga bisa mengasah kemampuan siswa-siswinya.

Belum lagi berbagai piala yang terpajang di dalam lemari depan koridor menjadi bukti bahwa seluruh siswa-siswi AHS adalah para siswa dan siswi pilihan. Siapa saja yang berjalan di sana, pasti betah menatap piala-piala kemenangan itu. Tidak terkecuali bagi sosok berwajah tegas dengan rahang yang kokoh serta mata tajam dan bibir nyaris tanpa garis senyuman.

Langkahnya tampak angkuh, membuat orang di sekitarnya berhasil menjauh. Tatapannya hanya terfokus pada jalan, padahal di sekelilingnya banyak siswi yang tengah memperhatikan. Bisikan tentang dirinya pun tidak ia hiraukan. Begitupula dengan beberapa siswi yang lancang menghentikan jalannya, hanya untuk sekedar memberikan hadiah atau bekal.

"Makasih, makasih semuanya." Seorang laki-laki yang tadinya berjalan di samping kiri sang penarik perhatian bergegas mengambil semua bingkisan tanpa tahu malu.

Bahkan, ia nyaris terjatuh karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya saat menerima berbagai macam bingkisan serta bekal itu.

"Dimakan ya Kak Arjuna bekalnya," tutur salah satu siswi cantik berambut sebahu dengan senyum manisnya.

"Hush! Sana lo pada, dasar ciwi-ciwi kurang belaian!" Kali ini laki-laki yang di sebelah kanan ikut menimpali seraya mengusir para siswi yang akhirnya tidak lagi menghalangi jalan mereka. Meski awalnya tidak rela, karena belum puas menatap wajah tampan milik Arjuna Artawijaya.

Anak dari pemilik Arjuna High School dan cucu pertama Tuan Argala Wijaya. Seorang pengusaha sukses yang sudah mendunia.

"Jun, kayak biasa nggak, nih?" tanya sang pembawa hadiah tadi pada sahabatnya yang langsung menganggukkan kepala.

"Yes, makasih Arjunakuuu!" ucapnya kesenangan padahal ini bukanlah yang pertama kali ia mendapatkan rezeki nomplok seperti sekarang.

"Bagi dualah, Nik. Masa lo semua sih, maruk amat."

"Dih, tadi aja sok-sok'an ngusir mereka, mana pake ngatain ciwi-ciwi kurang belaian lagi. Sekarang malah minta bagian, nggak tau malu banget sih lo, Van."

"Kok lo yang sewot sih, Arjuna aja pasti nggak bakal marah kalo gue mintain hadiahnya!"

Sepanjang jalan menuju kelas, Arjuna hanya diam saja saat kedua sahabatnya terus saling adu mulut bahkan sampai mereka tiba di kelas yang dituju keduanya masih saja bertengkar.

Arjuna menghela napas, menatap kedua sahabat kecilnya yang tidak berubah sama sekali.

"Ada air mineralnya nggak?" tanyanya berhasil menghentikan adu mulut Niko dan Belvan.

"Ada, nih. Dua malahan," ujar Niko seraya meletakan dua botol air mineral di depan meja Arjun.

"Jangan berisik."

Niko dan Belvan kompak mengalihkan tatapan pada Arjuna yang kini tampak mengeluarkan bekal buatan sang bunda dari dalam tas hitamnya dan menikmati makanan itu dalam diam.

"Jangan ribut makanya," bisik Niko memperingatkan Belvan yang langsung menjitak kepala sahabatnya itu tanpa rasa bersalah menggunakan buku yang cukup tebal.

"Anjir, sakit woi! Lo kalo jitak kepala gue jangan pakai alat dong. Tangan lo aja udah berat sama dosa, ditambah tu barang. Mana buat mukul gue lagi."

"Diam." Arjuna kembali bersuara, merasa jengah dengan obrolan kedua sahabatnya yang jika diteruskan pasti tidak akan ada ujungnya.

"Iya, kita diam kok. Tuan Arjuna Artawijaya yang terhormat."

Setelahnya memang sunyi yang menguasai, karena mereka telah sibuk menikmati makanan masing-masing.

Kedua sahabat Arjuna itu memiliki nama lengkap Niko Aryaka Restu dan Belvan Andrianika. Sama-sama humoris dan memiliki selera humor yang rendah, berbeda jauh sekali dengan Arjuna yang bahkan untuk tersenyum saja sangat jarang.

"Woi, pulang nanti, katanya jangan lewat Jalan Merpati dekat lapangan, bakal ada tawuran antar pelajar. Bahaya nih, gue minta jemput aja deh sama supir," tutur Niko dengan tatapan yang masih tertuju pada benda pipih miliknya.

"Lo laki, mana udah gede juga. Terus motor lo dikemanain coba? Masa sama tawuran aja takut sih," ejek Belvan membuat Niko menatapnya jengkel.

"Ya 'kan gue itu sayang nyaw--"

"Kita ikut."

"Anjir lo Jun. Ngapain sih pengen ikutan tawuran segala. Nggak ada gunanya kita ikut tawuran begitu," sahut Niko yang benar adanya.

"Hiburan," jawab Arjuna cuek seraya menyuap makanan terakhirnya.

"Hiburan lo nggak lucu, baru juga seminggu gue keluar dari rumah sakit. Gue nggak mau lagi pokoknya!" ujar Belvan menolak.

Memang seminggu yang lalu ia hanya terbaring di rumah sakit, karena mengikuti ajakan Arjuna yang terkadang memang diluar kepala.

"Tapi lo masih hidup."

Spontan Belvan tersedak. Niko yang berada di sampingnya langsung memberikan minuman cepat-cepat.

"A-njir lo Jun."

"Jangan ngomong dulu, anjir! Makanya makanan itu dikunyah, bukan langsung ditelan!"

"Setan lo, Nik."

Tanpa Niko dan Belvan sadari, Arjuna tersenyum tipis melihat interaksi keduanya.

Seperti apa yang dikatakan oleh Arjuna pagi tadi, kini ketiga remaja laki-laki yang kompak mengenakan jaket kulit hitam itu tengah berdiri di sudut jalan Merpati, memperhatikan sekelompok remaja SMA yang saling adu kekuatan.

Mereka tidak tahu akar permasalahannya apa, tapi ketahuilah bahwa ketiganya siap membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan.

Namun, ada yang aneh dari sana.

"Eh, seragamnya kok sama kayak kita ya, jangan-jangan anak AHS lagi yang tawuran?!" heboh Niko ketika melihat salah satu dari sekumpulan orang itu memakai seragam yang sama dengan yang mereka pakai saat ini.

"Anjing." Umpatan itu keluar dari mulut Arjuna saat baru menyadari hal tersebut. Ia tidak akan membiarkan anak-anak AHS terluka barang sedikit saja. Tanpa memedulikan kedua sahabatnya yang masih kebingungan, ia melangkah mendekat ke sana; ikut berbaur dengan anak-anak AHS lainnya dan tanpa diduga langsung melayangkan pukulan pada siapa saja.

"Lo gimana sih, ngasih infonya? Katanya ada tawuran. Bukan a--"

"Lo liat tuh, beneran tawuran 'kan! Salahnya gue dimana coba?" sahut Niko tidak mau disalahkan.

"Ya salah bego. Lo nggak bilang informasi lengkapnya kalo yang tawuran itu anak-anak AHS sama anak SMA Wira."

Niko terdiam seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Gue baca chatnya setengah doang."

"Goblok emang!" ketus Belvan kemudian mengikuti apa yang tadi Arjuna lakukan. Meski belum sepenuhnya sembuh, Belvan tidak bisa diam saja dan membiarkan Arjuna melawan sendirian. Bisa-bisa ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya yang merupakan kepala bodyguard keluarga Artawijaya karena tidak becus menjaga Arjuna yang merupakan sahabatnya sendiri.

Bahkan, karena melindungi Arjuna, Belvan sampai rela masuk rumah sakit. Kemampuan berkelahinya memang paling lihai diantara ketiganya, tetapi yang namanya mendapatkan pukulan tidak main-main kuatnya, Belvan pun tumbang dan sekarang Belvan tidak akan mau mengulang hal yang sama.

"Berani lo mukul Arjuna, nih balasannya!" Belvan memukul telak laki-laki yang baru saja melayangkan pukulan pada Arjuna sampai tidak sadarkan diri.

"Thanks," ucap Arjuna seraya menyeka sudut bibirnya yang tadi sempat terkena pukulan dari lawan.

"Awas lo semua, terutama lo, Arjuna Artawijaya. Gue nggak akan diam aja setelah apa yang lo lakuin sama abang gue!" teriak seorang remaja dari SMA Wira yang diketahui bernama Nata. Entah ada dendam apa yang dimilikinya pada Arjuna yang pasti ia selalu mencari gara-gara.

"Gue nggak salah. Abang lo jatuh sendiri bukan karena gue," balas Arjuna santai dengan mata memicing tajam.

"Nggak percaya gue. Kecelakaan waktu itu, pasti lo dalangnya 'kan. Lo yang udah buat Bang Angkasa koma, anjing!"

Arjuna terkekeh, emosinya kembali terpancing ketika Nata memanggilnya dengan sebutan binatang. Ia menahan Belvan yang hendak menghajar laki-laki bernama Nata itu.

"Biar gue aja, Jun!"

Gelengan dari Arjuna membuat Belvan pasrah. Ia dan Niko serta anak-anak AHS lainnya hanya memperhatikan kedua laki-laki yang sekarang berada tepat di tengah.

"Gue nggak pernah main kotor. Justru sebaliknya, Abang lo dan perkumpulan teman-teman lo itu yang berniat curang, kan?"

"Banyak bacot lo! Bang Angkasa nggak selicik itu." Nata langsung melayangkan pukulannya tiba-tiba, tetapi berhasil di tangkis oleh Arjuna dan dengan gesitnya Arjuna balik memukul laki-laki itu.

Bugh!

Tidak ada yang berani melerai perkelahian antara dua remaja itu. Mereka semua tahu, keduanya sangat keras kepala padahal dulunya mereka adalah teman baik sama seperti Niko dan Belvan. Bahkan, Arjuna dan Nata sama sekali tidak pernah terlibat perkelahian.

Namun, ketika malam di mana Arjuna menerima tawaran balapan dari Angkasa. Semua berubah saat itu juga. Angkasa yang oleng dan mengalami kecelakaan hingga masuk rumah sakit dan dinyatakan koma sampai sekarang, membuat sang adik-Nata menyalahkan Arjuna yang padahal sudah mengatakan kebenaran.

"Cabut!" titah Arjuna setelah berhasil membuat Nata tumbang, meski tidak sampai pingsan. Ia terlalu baik membiarkan Nata masih sadar.

Seluruh anak-anak AHS yang ikut tawuran itu pun menuruti perkataan Arjuna.

"Gue bakal balas perbuatan lo!" teriak Nata tak dihiraukan oleh Arjuna yang sekarang sudah memasang helm fullface-nya.

"Gue tunggu pembalasan lo," balas Arjuna seraya menyeringai dibalik helm hitamnya sebelum melajukan motor yang juga berwarna hitam itu menjauh dari sana. Diikuti kedua sahabatnya disamping kiri dan kanan, serta anak-anak AHS lainnya.

🌻Thanks for reading🌻

Anyeong🐋

Ada cerita apa nih, hari ini?

Jangan lupa follow  wp Secrettaa Instagram @aleeeeeeee_0019 dan share cerita ini juga ya ke teman-teman kalian.

Gimana sama part ini?

See you next part chingudeul🐋

Dipublikasikan:
Sab, 12 Februari 2022
21:00

Minggu, 22 Januari 2023
16:30

Continue Reading

You'll Also Like

9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...
2.4M 132K 29
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
1M 33.2K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
395K 28K 27
[JANGAN SALAH LAPAK INI LAPAK BL, HOMOPHOBIA JAUH JAUH SANA] Faren seorang pemuda yang mengalami kecelakaan dan berakhir masuk kedalam buku novel yan...