Kurang dari Tiga

By bintang_disana

37.9K 1.6K 64

"GUE PACAR LO!" Cherry tersentak kaget mendengar bentakan Raka. "Apa masih kurang perhatian gue sama lo selam... More

1. Setelah sekian lama
2. Penyusup
3. Harapan palsu
4. Pacar Raka
5. Teman untuk Nadia
6. Kejujuran yang memalukan
7. Itik dan angsa
8. Strong
9. Demi siapa?
10. Senyum pertama Nadia
11. Rumah Raka
12. Langit dan bumi
13. M
14. Hukuman untuk Cherry

15. SMS

1K 94 14
By bintang_disana

Happy reading....

*****

"Udah dulu Bu nyucinya. Udah malam." Nadia berdiri di ambang pintu kamar mandi, melihat ibunya yang masih saja mencuci baju.

"Sebentar, Nak. Sebentar lagi selesai kok." Wanita paruh baya itu masih saja fokus mencuci.

Nadia menghela napas. Beginilah pekerjaan ibunya, menjadi buruh cuci. Sebenarnya bukan itu saja mata pencariannya, beliau juga menjadi seorang pembantu di suatu rumah besar.

Beruntung beliau mendapat majikan yang cukup baik, memperbolehkannya pulang ketika sore tiba. Jadi wanita paruh baya itu masih punya waktu untuk anak semata wayangnya dan juga merampungkan kerja sampingannya jadi buruh cuci.

"Kamu gak belajar?"

Suara sang ibu membuyarkan lamunan Nadia. Gadis itu tersenyum tipis, membenarkan letak kacamatanya, "Belajar, Bu."

"Ya udah cepetan belajar. Biar suatu saat nanti bisa jadi orang sukses," kata ibunya memandang Nadia sekilas sebelum kembali mencuci baju.

Nadia mengangguk. Tentu saja dia juga menginginkan hal itu, tapi pertanyaannya apakah dia mampu dengan biayanya?

Gadis itu memilih melenggang pergi menuju kamarnya sendiri. Dari pada memikirkan masa depan yang tak pasti lebih baik dia memikirkan hidup yang dijalaninya saat ini. Melakukan yang terbaik saja siapa tahu berbuah manis di masa depan.

Ting!

Baru saja dia duduk di atas kasur suara notifikasi SMS dari ponselnya terdengar. Nadia mengambil ponsel jadulnya yang tergeletak di pinggiran kasur lalu mengecek dari siapa SMS itu berasal.

Cherry

Nadia

Nadia melepas kacamatanya lalu memakainya lagi. Siapa tahu minus matanya bertambah hingga membuat netranya tidak fokus pada tulisan.

Nadia

Ini Cherry?

Cherry

Iya ini gue, Cherry. Bukannya tadi gue udah suruh lo nyimpan nomor gue?

Awas aja kalau belum disimpan.

Nadia meringis. Sebenarnya dia sudah menyimpannya, dia hanya memastikan nomor itu benar atau salah. Siapa tahu tadi gadis itu salah memencet nomor.

Nadia

Udah aku simpan kok. Ada apa Cher?

Cherry

Gakpapa sih. Bingung aja mau ngapain hehe...

Gadis berkacamata itu tersenyum. Dia melipat kedua kakinya di atas kasur, tampak tertarik dengan kehadiran Cherry yang tiba-tiba mengirimkan dia SMS.

Zaman sudah berkembang, model ponsel pun sudah berganti menjadi layar sentuh. Tapi Nadia tetap menggunakan ponsel jadul itu karena memang dia tak punya uang untuk membeli ponsel Android.

Menariknya, Cherry rela membeli pulsa hanya untuk mengabarinya. Ponselnya sekarang tidak lagi sepi. Biasanya juga yang datang SMS dari penipu yang mengatakan dia menang undian senilai ratusan juta.

Atau penawaran pinjaman online, seolah-olah tahu kalau Nadia adalah orang susah.

Nadia

Kok bingung mau ngapain? Memang Raka kemana?

Cherry

Lagi tidur nih. Mana ngorok lagi. Gak elit banget tidurnya cowok ganteng.

Gadis itu terkekeh. Dia menghela napas seraya menatap langit kamarnya. Andaikan dia menjadi Cherry pasti hidupnya sangat bahagia.

Punya orang tua lengkap, harta yang berlimpah, disegani banyak orang, cantik, dan yang paling membuatnya iri Cherry punya Raka sebagai pelindungnya.

Nadia tidak munafik, dia juga ingin punya pelindung. Dia ingin merasakan tak menakutkan apa pun di dunia ini. Dia ingin bisa berjalan kemana pun tanpa rasa takut jika di bully orang.

Namun dia dituntut sadar diri. Derajatnya dengan Cherry beda jauh, sudah bagaikan langit dan bumi.

Cherry

Tadi siang padahal udah tidur lama di rumah gue. Eh malam ke rumah gue lagi, katanya mau belajar bareng, tapi akhirnya ketiduran lagi.

Nadia tersenyum membacanya.

Cherry

Nadia, gue pingin main ke rumah lo boleh gak?

Gadis itu memudarkan senyumannya. Ditatapnya kamar ukuran kecil miliknya dengan tatapan prihatin. Mungkinkah Cherry akan nyaman nanti? Secara gadis itu terlahir sebagai orang kaya, pasti rumahnya besar dan ada AC nya.

Sedangkan Nadia, jangankan AC, kipas angin saja dia tidak punya. Namun tak mau berlarut-larut akhirnya Nadia mengetik balasan penuh ragu.

Nadia

Boleh.

Cherry

Nginep ya? Besok gue bawa laptop. Nanti malamnya kita nonton film di rumah lo. Gimana?

Nadia

Mau nginep?

Cherry

Iya, nginep. Bosen di rumah terus.

Nadia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia tidak keberatan jika Cherry datang ke rumahnya, dia cuman kepikiran bagaimana melayani teman satu-satunya itu.

Nadia

Tapi rumahku gak sebesar rumah kamu.

Cherry

Gak masalah. Rumah sederhana rasanya malah lebih damai dari rumah mewah.

Nadia tersenyum lalu kembali mengetik.

Nadia

Boleh deh.

Setelahnya gadis itu meletakkan kembali ponselnya. Dia merebahkan diri, menatap genteng yang langsung terlihat saat dia merebahkan diri.

Senyumnya tersungging. Tidak tahu kenapa kehadiran Cherry seperti memberinya setitik cahaya. Iya, cahaya yang mampu membuatnya tersenyum.

*****

Sebuah bolpoin bergerak, menggores kertas putih tanpa noda jadi penuh coretan. Cherry mendongak ke depan, memperhatikan sekretaris kelas yang tengah menulis di papan tulis, lalu dia menyalin tulisan itu di bukunya.

LCD proyektor di kelasnya sedang rusak jadi untuk sementara waktu siswa kelas tersebut harus belajar secara manual. Akhirnya papan tulis yang biasa jadi pajangan saja kini bermanfaat juga.

"Anak-anak. Disalin dulu tulisan di depan, Ibu mau keluar sebentar," kata Bu Dian menempelkan ponselnya di telinga.

"Baik, Bu," jawab seluruh siswa.

Kondisi kembali hening. Kelas yang biasanya rusuh kala tidak ada guru kini berubah tertib dan jadi anak penurut. Tidak ada sebab lain selain mereka tidak ada tenaga untuk berkoar-koar.

Cuaca sedang panas, belum lagi bel istirahat tak kunjung berbunyi membuat mereka jadi lemah tak berdaya.

"Buset!"

Satu suara jauh di belakang Cherry terdengar. Gadis itu mengernyit tapi setelahnya menggelengkan kepala mengabaikan kejadian apa pun yang ada di belakangnya.

Dia kembali menyalin tulisan di papan tulis dengan tenang. Sebenarnya dia lebih suka mencatat seperti ini dari pada belajar melalui file.

Karena dengan mencatat Cherry langsung paham apa maksud dari pelajaran tersebut. Itu menurut dia, tidak tahu bagi yang lain.

"Cherry."

Gadis itu menoleh saat Nadia menyebut namanya, "Ya?"

Bukannya menjawab Nadia malah menunduk, kembali melanjutkan menyalin tulisan.

"Kenapa, Nad?" tanya Cherry melepaskan bolpoin nya.

Sebuah tangan memegang pipi Cherry dari belakang. Menuntunnya menoleh berlawanan arah dari posisi Nadia.

Cup!

Raka mencium sebelah pipi gadis itu. Membuat yang punya pipi melotot karena terkejut.

"Raka? Kamu datang dari mana?" Cherry mengerutkan kening heran dengan kedatangan Raka.

Pasalnya gadis itu berada di bangku paling depan. Tentu saja dia dengan mudah bisa melihat siapa-siapa yang melewati pintu kelasnya.

Namun untuk Raka dia sama sekali tidak mengetahuinya. Bayangannya saja tidak terlihat dari pintu kelasnya.

"Tuh, dari jendela." Raka menunjuk jendela paling ujung dengan dagunya.

Cherry menoleh ke belakang lalu memutar bola matanya malas. Ternyata teriakan tadi akibat dari perbuatan pacarnya.

"Orang ada pintu juga. Gak sopan," kata Cherry.

"Gak sopan itu cuman buat orang tua, kalau seumuran tidak ada kata gak sopan." Raka mencekal lengan Cherry, menariknya membuat gadis itu berdiri seketika.

"Ayo."

"Ayo, ke mana?" tanya Cherry.

Jarak mereka begitu dekat. Cherry harus mendongak agar bisa melihat wajah Raka, begitupun Raka yang harus menunduk agar bisa menatap muka cantik pacarnya.

"Mau-nya ke mana?"

Cherry tersenyum lebar, "Ke rooftop, Raka. Ayo!" Gadis itu menarik-narik ujung seragam Raka.

Cowok itu terkekeh, sangat gemas dengan Cherry kalau sedang merengek, "Boleh."

Cherry memeluk Raka sambil menghentak-hentakkan kakinya girang. Raka ikut membalas, mengusap lembut rambut Cherry, sesekali dia hirup.

"Kita kayaknya disuruh pindah planet deh."

Satu suara membuyarkan keromantisan. Cherry melepas pelukannya lalu meringis saat menyadari teman sekelasnya menatap dirinya juga Raka.

"Kalian mah kagak ada malu-malunya, yang jadi penonton ini yang langsung ingin banting meja kursi," tukas Maya.

"E-enggak kok. Maaf deh," ucap Cherry lalu menarik tangan Raka keluar kelas.

Raka tersenyum lebar, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya kali ini. Dia mengikuti kemana pun Cherry menariknya.

Nadia menatap kedua punggung itu yang berangsur menjauh. Dia menunjukkan senyum tipis sebelum kembali menyalin tulisan di papan tulis.




_____________________

Bersambung....

Continue Reading

You'll Also Like

805K 96K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
2.7M 272K 63
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
564K 21.8K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
478K 52.3K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...