HEAVEN

Από naravc_

27.5M 2.4M 751K

Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak me... Περισσότερα

1. IN HEAVEN
2. CHAPTER 1
3. CHAPTER 2
4. CHAPTER 3
5.CHAPTER 4
6. CHAPTER 5
7. CHAPTER 6
8. CHAPTER 7
9. CHAPTER 8
10. CHAPTER 9
11. CHAPTER 10
12. CHAPTER 11
13. CHAPTER 12
14. CHAPTER 13
15. CHAPTER 14
16. CHAPTER 15
17. CHAPTER 16
18. CHAPTER 17
19. CHAPTER 18
20. CHAPTER 19
21. CHAPTER 20
22. CHAPTER 21
23. CHAPTER 22
24. CHAPTER 23
25. CHAPTER 24
26. CHAPTER 25
27. CHAPTER 26
28. CHAPTER 27
29. CHAPTER 28
30. CHAPTER 29
OPEN GC WA+TELE
31. MUTIA MULAI POSESIF
32. KHILAF TERINDAH
33. HEAVEN = T-REX
34. MIMPI BURUK MUTIA
35. DANGEROUS
36. MIRIS AKHLAK
37. DRUGS
38. 360 DEGREE
39. AWAL MASALAH
40. RETAK
41. MISING YOU
42. TERJEBAK HUJAN
43. SAKIT?
44. EVERY TIME
45. OBGYN
46. BABY
47. FLASHBACK [spesial chapter]
48. KITCHEN
49. TESLA
50. CEYSIA ANGELYN
51. TERUNGKAP
52. HIGH HOPE
53. FOR MY LOVE
54. PENGAKUAN
56. 831
57. NIGHT ON THE BEACH
58. NIGHT ON THE BEACH 2
59. GIFT
60. BUAS
61. FOTO?
62. FITTING
63. RENCANA JAHAT
URGENT
64. PESTA PETAKA
65. PATAH
67. Kamu, disampingku.
68. TO HEAVEN (End)
70. A DREAM (END)

55. TYPO

248K 28.3K 11.5K
Από naravc_


HI KANAR UPDATE LAGI⚠️

Maaf karena lama gak update dear.

Dan harusnya malam minggu, ini malah minggu pagi. Itu karena aku sibuk banget.

Oke, kalian bisa gabung ke chanel telegram Heaven ya

Follow ig

@naravc_
@Hheavenhigher
@mmutiasv
@wattpadnaraa.

...

Mau siapapun, gimana pun, pemenangnya tetap lo Mutia.

Mas Heaven.

....

Seusai mertuanya pulang, Heaven kembali lagi kedalam kamar ingin memastikan lagi apakah Mutia serius mengatakan kalau menyukainya dari SMP. Kalau benar, tolong kondisikan hati Heaven yang tengah kesenangan itu.

Jangan sampai melenyot gara gara ayank.

"Aku pengin ke club Kak," ucapan itu sontak membuat Heaven menajamkan matanya. Ngidam modelan apa lagi ini.

"Ngapain! Gak usah ngada ngada. Tengah malam waktunya tidur."

"Ya, sekali aja. Mutia pengin ngerasain gimana disana," rengeknya sembari memakai hoodie hitam yang kebesaran.

"Gak bisa, lo ada pikiran kalo lagi hamil gak si, hah." Sentaknya, sumpah puyeng juga ngadepin perempuan hamil. Minggu lalu hapalan member BTS, dua hari yang lalu nyongkelin biji buah naga. Lah ini malah ngajak ke bar. Mau kobam?

Gak bisa. Hal yang merugikan Heaven tidak akan pernah menyetujui.

Sumpah ini benih Heaven memang pro dengan ayahnya. Baru sebiji kacang polong udah meresahkan.

"Ada, terus apa salahnya kesana sih memang. Aku kan cuma pengin lihat aja, gak mau minum ataupun ngapa ngapain,"

Heaven memenjamkan matanya, lalu kembali membuka dengan tampang sebal. "Gak bakal gue turutin. Gue mau tidur," ujarnya lalu merebahkan tubuhnya disamping perempuan itu.

"Kok begitu sih," Mutia yang tadinya bersemangat langsung menatap kecewa, lagian entah kenapa tiba tiba mau ke bar. Padahal dulu sangat anti. Malam ini, rasanya ingin saja tanpa harus ada alasannya.

"Yang lain, apapun. Asalkan gak ngebahayain baby, lo dan gue," Heaven membenarkan posisinya.

"Mau nyongkelin apa pun gue mau."

Asal gak nyongkel mata orang. Batinnya.

"Mutia gak pengin apa apa, cuma pengin kesana aja. Gak ada yang lain," ucapnya lirih.

TING

Sebuah pesan masuk ke ponsel Heaven.

Shaka : Ciko ngelut. Kesurupan reog. Lo otw buru.

Sontak Heaven langsung duduk, jarang sekali temannya satu itu berkelahi kalau bukan masalah temannya. Kenapa dengan Ciko.

"Mau pergi? Ninggalin aku lagi malam malam?" Mutia yang sudah geram dengan tingkah suaminya pun akhirnya menyerah. Memang tidak memprioritaskan, pikirnya.

"Bukan gitu sayang," Heaven menarik Mutia kedalam pelukan, lalu dengan satu gerakan perempuan itu mendorong dada bidang menjauhkan dari tubuhnya. Ngambek lah, dikiranya bisa seenaknya meninggalkan malam malam begitu.

"Nyatanya begitu," sewotnya.

Dengan tidak ikhlasnya, dia pun mengangguk ragu, "Oke, ikut. Tapi pakai masker, pakai topi, pakai hoodie gede, celana panjang," intruksi cowok itu.

"Beneran? Udah kok. Tinggal pakai masker sama pakai topi," Mutia jelas kegirangan.

"Ya udah, ayok."

Dan tanpa berlama lama, keduanya segera menuju club milik Arnold.

"Kamu ganteng banget kalau pakai masker, Kak," bisiknya. Sumpah jauhkan Heaven dari kaos hitam berserta maskernya, definisi dia yang pakai kita yang jantungnya kerepotan.

"Pegangan tangannya jangan sampai lepas ya, Yang," giliran Heaven yang berbisik, kemudian punggung tangan perempuan itu lantas dikecupi berulang kali.

"Kak takut," cicitnya, baru masuk padahal, tapi nyalinya menciut seketika.

Heaven meraih pinggang yang mulai terasa semakin lebar. "Kita langsung duduk kesana aja, Ya."

"Woy," Shaka melambaikan tangannya, memanggil Heaven yang tengah menerobos kerumunan.

"Ciko mana?"

"Lagi diobatin sama Peti,"

"Ditempat biasa?" Heaven lantas duduk disampingnya.

"Hm, iya."

Melihat Heaven yang menggandeng perempuan dia pun cengo.

"Lo bawa siapa anjir!" Shaka melotot, tidak terima mungkin.

"Bini lo lagi bunting tolol! Bisa bisanya lo kesini bawa cewek!!!" Emosinya. Menatap temannya dengan pandangan marah dan tidak percaya.

"Ck, biar."

"Gak! gila lo! Istri lo udah paling segalanya masih lo selingkuhin Heav! Kewarasan lo dimana bangsat!!" Shaka mulai mengamuk, mana sudah lumayan mabuk, malah temannya membuat perkara.

"Pergi jalang!!!" Bentaknya pada Mutia, dan perempuan itu segera membuka maskernya.

"LAH!!" Shaka kaget. Tumben tumbenan Mutia ikut, ketempelan setan apa bisa bisanya mau ke tempat seperti ini. "Gue kira siapa," gumamnya bingung.

"Gue kira jalang, Shit. Sori Ya' "

"Gak papa Kak Shaka," balasnya.

"Gak bener dah, bisa bisanya bawa cewe hamil di club kaya gini. Bahaya woy,"

"Bacot," sahut cowok itu.

"Gue aduin nyokap lo, ilang ilang dah tu kuping," Shaka geleng geleng. Lagian Heaven nyeleneh juga sih pikirnya.

"Jangan sampe buka masker," tangan Heaven membenarkan masker yang dipakai Mutia.

"Kenapa?"

"Bahaya."

"Iya Kak," Perempuan itu lalu bersandar di lengan kekarnya.

Pertama kalinya dia masuk kedalam club malam, matanya mengamati seluruh orang yang berjoget ria itu. Dengan pakaian terbuka, memperlihatkan tubuhnya bagus, ditambah lagi dengan gerakan yang sungguh meresahkan. Kalau begini bagaimana Heaven tidak betah coba.

"Pantes kamu hobi banget kesini," celetuk Mutia saat Heaven menusuk susu kotak yang baru dipesannya.

"Bukan karena mereka mereka gue kesini, Mutia." Cowok itu menunjuk dengan dagunya.

"Gak mungkin lah, pasti ada beberapa persen kaya begitu. Iya kan Kak,"

Heaven tesenyum miring. Cemburu sudah jelas pikirnya. Cowok itu pun menyesap susu kotak itu sedikit, sekadar mencicipi rasanya. Lalu memberikan kepada Mutia.

"Kan diem aja, jujur gak. Apalagi kamu dulu playboy," ucapnya sambil menyesap susu kotak.

"Enggak, sayang. Ya kali gue kesini demi jalang,"

"Terus?"

"Ya gak terus terus lah, ntar nabrak."

"Kak!!" sentaknya yang hanya dibalas kekehan kecil oleh suaminya.

"Peluk sini," dan tanpa penolakan Mutia langsung lengket ke tubuh cowok itu.

Sudah jam 1 malam. Pantas saja matanya tidak bisa diajak kompromi. Ngantuk lemas dan dingin mulai menyerangnya.

"Ngantuk eum?" bisiknya.

Dibalas anggukan kecil "Iya,"

"Tidur," bisiknya sambil mengelus pelan pungung kurus yang dipeluknya.

"Mm,"

10 menit sudah Heaven menidurkan pelukan satu tangannya. Barulah cowok itu membahas tentang Ciko yang katanya tadi kesurupan reog.

"Ciko ngamuk gara gara ngeliat cewek di tabokin," ujar Shaka yang melihat Arnold, Fetty dan Ciko datang.

"Ceweknya siapa?" tanya Heaven.

"Gak tahu dah, keknya MABA."

"Kampus kita?"

"Iya lah, ya kali kampus harvard," Shaka menyahut dengan songongnya, lalu dengan geram Heaven menghadiyahi tempelengan dikepalanya.

"Gue lagi serius!" sentaknya.

"Iya Heav! Iya!! Selow mah, sensi bener kaya cewe hamil!!" Shaka yang habis joglo kepalanya hanya diusap usap pelan. Rasanya seperti ada burung berputar putar ke depan kepalanya.

"Mutia?" Fetty bertanya ke Heaven.

Cowok itu mengangguk.

"Bawa kekamar, Heav. Kasian tidurnya kek gitu,"

"Hmm,"

"Gue tinggal bentar."

"Lama juga gak papa anjir, gue mah paham kok. Pengertian sebagai teman. Ya gak," Arnold yang merengkul kekasihnya pun tersenyum puas.

Soalnya yang belum pernah mencoba kamar VIP khusus mereka hanyalah Heaven. Mau nakal begitu, cowok itu bisa bisanya tahan jadi perjaka.

"Eh jangan lama lama, keburu kita mabok semua," ujar Shaka.

"Bentaran, ngempeng doang terus udahan," ucap Heaven entang. Untung Mutia sudah tidur, coba kalau belum pasti sudah di tabok mulutnya.

"Sialan,"

"Pengin minta bagi tapi sayang nyawa,"

Heaven

Mine❤️
Kak Heaven masih lama?
Aku udah selesai belanjanya.

Heaven
Udah selesai juga.
Ya udah siap siap biar gue jembut.

Mine❤️
G usah!

Heaven
Knp si Yang
Gue bntar lagi otw.
Ngebut bangsat.
banget!

Mine ❤️
Gak usah!

Heaven.
Lo marah kenapa?
Tadi bucin bucin aja padahal.

Mine❤️
Pikir sendiri.

Heaven kaget membaca balasan Mutia. Sesensi sensinya perempuan lagi hamil juga gak segitunya ngambek tanpa sebab. Apa salahnya coba, padahal Heaven sudah cepat cepat mengerjakan tugas kuliahnya agar bisa menjemput istrinya di mall.Eh malah dibalas ketus. Sabar yok sabar.

"Untung hamil," gumamnya serasa ingin membanting hapenya.

"Argh, untung cinta dari TK."

"Argh, sialan. Kenapa sih Ya. Gue kayanya gak pernah bener dimata lo,"

Sedangkan kesalnya dia, cowok itu terfokus dengan satu kata yang membuatnya langsung tremor.

"Shit! Gue typo!!" Bibir tipisnya langsung meringis. Sialan, ini benar benar typo. Bukan karena Heaven berperdikat cowok mesum, sampai chat gak jelas begitu bukan. Fiks ini typo. Tolong percaya dengan Heaven sekarang. Ini murni kesalahan pengetikan.

Typo membawa petaka.

Pantas Mutia langsung ngambek saat membacanya. Dikiranya gak sopan sih. Padahal tadi malam mereka sudah membuat perjanjian agar tidak seling berucap frontal.

Ia pun segera menelpon untuk memberikan klarifikasi, sayangnya malah sengaja dimatikan oleh Mutia. Resiko punya istri judes.

Sesampainya dirumah Mutia sudah tidak ada, sontak Heaven kelabakan. Lapar, haus, ditambah lagi butuh pelukan sekaligus grepe. Biasanya kalau pulang langsung disambut dengan senyum manis Mutianya. Ini mah boro boro.

"Non Mutia di bawa nyonya, Den. Katanya Oma kangen," Siti memberitahu.

"Ck, ya udah gue kesana. Jaga si Puspita jangan sampe ke culik sama bocah samping rumah, kasian dia depresot ngadepin calon jodohnya," Heaven menali sepatunya lalu buru buru mengambil kontak mobil diatas nakas.

Siti mengangguk ragu. Padahal puspita sudah dibawa dari tadi pagi. Siti terlalu lemah untuk tidak menerima sogokan dari Al. Maklum, berlembar lembar uang berwarna merah.

Sampainya di rumah orang tuanya, dia pun segera mencari keberadaan sang istri. Galau dia jika beberapa jam tidak saling bersentuhan, serasa energinya terkikis habis.

Untung gak letoy.

"Yang, nyusu." Heaven pun menjatuhkan badannya diranjang. Dengan badan tengkurap cowok itu pun memejamkan matanya, Mutia yang sudah paham siaminya lelah segera naik keranjang.

"Susu apa aja mau? Gak ada milo kayanya," Mutia lantas mengelus rambut Heaven. Mau ngambek tapi kasian melihat raut kelelahan lelaki itu.

"Terserah," lirihnya masih memejamkan mata, "Yang penting bisa nyusu."

"Iya udah aku buatin dulu, kamunya mandi gih."

"Hmmm," dengan gerakan malas malasan. Dia pun menjadikan paha Mutia bantalan tidurnya.

"Ya. Sumpah chat tadi itu gue typo," ungkapnya lalu menangkup kedua pipi cubby itu.

"Gak percaya, mah."

"Percaya gue mohonnn," rengeknya lagi. Heaven kalau begini mirip bocah.

"Bener gak bohong?" tanya Mutia, tanganya masih mengelus ringan.

"Enggak, demi Tuhan," serunya semakin mendekatkan wajah Mutia ke wajahnya. "Murni salah ketik,"

"Ya udah besok lagi yang teliti." sunggutnya.

"Jangan ngambek, gue mohon."

"Hmm," Mutia lantas mengangguk angguk. "Tadi sih kesel, tapi sekarang udah enggak."

"Beneran udah enggak?"

"Cium gue coba," suruhnya, mulai modus.

"Nanti,"

"Sekarang?" tekannya bersuara serak.

Cup.

"Udah."

"Gitu doang, mana berasa Mutia," rengeknya.

"Nanti lagi sayang, katanya mau susu."

"Utang cipok, ntar gue tagih."

"Giliran itu aja diinget terus."

"Susu, mana Ya."

"Iya, ya udah kamu mandi gih. Aku mau bikin sekarang. Jadi gak tega lihat kamu kurang susu gini, takut lemes gak bisa ngapa ngapain," Mutia tersenyum teduh, lalu mengelus pipi cowok itu pelan.

"Gak mau mandi Yang. Cape banget badan gue, butuh jatah," Cowok itu kembali membenamkan kepalanya dipangkuan Mutia.

Jatah jatah. Heaven ada saja maunya. Makanya jangan salahkan Mutia kalau dia judes.

"Malah gak kubikinin sekalian kalau banyak mau,"

"Ck, iya dah. Enggak." Cowok itu bangkit, tak ketinggalan menyesap bibir istrinya si ngkat. Dasar kang nyosor.

"Kenyal, mirip yupi."

Kan. Sialan.

Sesudah mandi, Heaven keluar kamarnya. Niatnya menyusuli Mutia yang tadi katanya mau membuatkan susu.

"Gak usah nyusu terus Nak, sudah besar kamu itu," Si oma yang berjalan di tuntun susternya lalu duduk didekat Heaven.

"Doyannya itu, mau gimana lagi Ma," Elena menyahuti. Lalu meladeni ibunya meminum obat. Jelas membela putranya. Gitu gitu Heaven kesayangan mama.

"Jamu aja biar badannya bugar, ayo minum," sang Oma memberikan segelas ramuan untuk cucunya.

"Udahan Oma. Heaven gak perlu jamu jamuan juga udah bugar," dia berusaha keras menolaknya, tapi yang namanya orang tua pasti keinginanya tidak mau dibantah. Alhasil Heaven meneguknya dengan tidak ikhlas.

"Minum."

"Minum. Nanti Oma kasih saham pertamina," rayunya pada sang cucu.

Mau tidak mau, kalau hadiahnya saham ya terpaksa diterima. Meskipun ogah ogahan cowok itu meneguk jamu aneh pemberian dari neneknya.

"Pahit bener kaya hidupnya puspita," gumamnya langsung meminta susu kepada istrinya.

Heaven

"Jangan kenceng kenceng Kak, sakit."

"Jangan kecepetan juga, pelan pelan naik turunnya."

"Udah paling pelan sayang, tahan ya," Heaven sebenarnya kasian. Tapi mau bagaimana lagi kalau sudah kepalang tanggung begini.

"Ah, sakit Kak."

"Ssstt, sakit sebentar. Habis ini juga enakan Yang," bisiknya.

"Tapi sakit," rengek Mutia terdengar miris.

"Gue pelanin, Masih sakit eum?" bisiknya serak.

"Masih," Perempuan itu mengangguk cepat.

"Ya udah gue pindah posisinya,"

"Bagian bawah aja, Kak. Ayo coba bagian bawah," Mutia merenggek sembari merasakan ngilu.

"Kaya gini dulu, jangan kebawah bawah Yang. Ntar lo gak tahan sakitnya."

"Hiks hiks, mau udahan aja, sakit. Ini sakit banget, udah merah kan."

"Bentar lagi biar sekalian selesai," cegahnya tetap melancarkan aksinya.

"Besok lagi aku gak bakalan mau kamu giniin, kasar banget," tangannya lalu mengelap kasar air matanya

"Maaf, habis ini langsung gue peluk. Udah jangan nangis." Cowok itu mengecup leher belakang Mutia, dan tangannya masih aktif melakukan tugasnya.

"Dipeluk gak ngeredain sakit, ih."

"Reda karena nyaman."

"Gak nyaman kalau yang meluk kamu. Di grepe."

"Ck, lo kira sekarang apa kalau bukan lagi grepein lo, Mutia."

"Udah Kak, sakit. Mutia udah gak bisa tahan lagi," Mutia pun menjauhkan tubuhnya, tapi yang namaya Heaven masih saja mencekal.

Mutia meringis menahannya, "Kak, jangan dilanjutin. Sakit," cicitnya tersengal sengal.

"Sssttt, jangan berisik sayang, ntar kedengeran sampe luar," Heaven mengusap usap punggung istrinya lembut.

Sambil menggigit bibirnya Mutia pun mengangguk. Bahaya juga kalau kalau terdengar dari luar. Nanti dikira ngapain.

"Ih, kena sprey Yang. Tumpah."

"Ih, kamu sih, kan jadi kotor," Heaven ini memang bar bar, hobi sekali menumpahkan minyak telon di sprey.

"Udah, habis ini kerumah sakit yuk. Takutnya kerikan doang gak sembuh," tawarnya setelah selesai.

"Gak mau, males minum obatnya,"

"Ya Harus lah, lo mau baby kita yang kenapa kenapa, hm?"

Mutia seketika menggeleng, " Ya gak mau lah, maunya sehat sehat aja."

"Besok lagi gak usah nyari gara gara makanya, gue tuh ngelarang lo pasti buat kebaikan. Bukannya gimana gimana,"

"Memangnya salah ya kalau istri ngecek suaminya, akutuh takut kamu macem macem di club. Mana cantik cantik banget ceweknya," Mutia menoleh kebelakang, melihat reaksi Heaven bagaimana.

"Cantikan lo kemana, mana Mutia. Mau gimana pun, lo tetep pemenangnya."

"Iya iyalah, aku kan udah disayang kamu dari TK," balasnya membuat Heaven gemas, ingin menggigit lehernya.

"Kaitkan talinya Kak,"

"Bentaran, gue pengin nenen. Boleh kan hm?"

"Gak!"

Halah, gak gak ya tetep aja.

Heaven

Terimakasih sudah baca.

Agaknya part ini gak seru. Tapi terimakasih karena tidak berhenti ditengah cerita.

Dear, kasih love komen disini ❤️

2k Komen disini.

2K komen😍

3k komen next

Oh iya aku mau tanya, kalian hafal password-nya Heaven gak?

...

Mas Heaven. Ganteng.

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

3M 306K 62
‼️ PART SUDAH TIDAK LENGKAP ‼️ Pre order: 14 Mei 2022 - 28 Mei 2022 SPIN OFF "BETWEEN LOVE AND LIES" (Dapat dibaca terpisah) Reagan terpaksa harus me...
175K 21.4K 40
Lantaran belum juga menikah, Brianna dijodohkan oleh sang Oma dengan seorang pria yang sialnya adalah mantan pacarnya waktu SMA, bernama Edden. Lanta...
Cowok Rese (Tamat) Από Na

Εφηβική Φαντασία

237K 9.2K 52
Dari benci bisa jadi cinta! Hal itu yang di rasakan oleh laura kepada gibran si cowok rese yang berhasil merebut hatinya
BUCINABLE [END] Από Tamara

Ρομαντική

16.1M 1.6M 72
Galak, posesif, dominan tapi bucin? SEQUEL MY CHILDISH GIRL (Bisa dibaca terpisah) Urutan baca kisah Gala Riri : My Childish Girl, Bucinable, Gala...