Kurang dari Tiga

By bintang_disana

37.7K 1.6K 64

"GUE PACAR LO!" Cherry tersentak kaget mendengar bentakan Raka. "Apa masih kurang perhatian gue sama lo selam... More

1. Setelah sekian lama
2. Penyusup
3. Harapan palsu
5. Teman untuk Nadia
6. Kejujuran yang memalukan
7. Itik dan angsa
8. Strong
9. Demi siapa?
10. Senyum pertama Nadia
11. Rumah Raka
12. Langit dan bumi
13. M
14. Hukuman untuk Cherry
15. SMS

4. Pacar Raka

1.3K 114 2
By bintang_disana

Aku buruk, dan itu bagus.
Aku tidak akan pernah menjadi baik, dan itu tidak buruk.
Aku tak akan menjadi siapapun selain jadi diriku sendiri.

Rehandra Raka Satria—

Happy reading.....

*****

Cherry turun dari atas motor, mendongak menatap bangunan yang berdiri kokoh di depannya. Senyum manis itu terukir bersamaan dengan suasana hatinya yang kian membaik.

Bualan Raka nyatanya mampu membalikkan moodnya yang hancur gara-gara Sang Papa. Selain itu sepanjang jalan Raka juga mengutarakan banyak janji padanya.

Dari janji akan membelikan boneka mini kesukaannya sampai berjanji akan mengajaknya jalan-jalan keliling kota.

"Matanya masih aja sembab." Raka menyentuh kelopak mata Cherry yang memerah.

Gadis itu mengusap wajahnya kasar lalu tersenyum lebar di hadapan Raka. Memberitahunya kalau dia sudah baik-baik saja.

"Kira-kira kita bakal sekelas gak?" Cherry mendongak saat Raka berusaha melepas pengait helmnya.

"Harus sekelas sih," ucap Raka enteng.

"Aku berharapnya kita beda kelas."

"Biar apa? Biar bisa selingkuh?" tanya Raka nyolot.

Gadis itu terkekeh, "Niatnya sih gitu."

Raka mengeluarkan muka garang, yang justru membuat Cherry gemas karenanya.

"Bercanda, Sayang. Dasar tukang ngambek." Cherry memeluk lengan Raka.

Banyak mata memandang. Mereka terkejut dengan kedatangan Raka ke sekolah membawa seorang gadis cantik.

Seorang gadis yang sebelumnya hanya bisa mereka lihat dari sebuah foto saja, dan sekarang mereka mendapat kesempatan melihat bentuk asli dari gadis tersebut.

"Anjir! Raka bawa cewek!"

"Kayaknya pernah lihat deh. Di mana ya?"

"Ck! Itu kan pacarnya Raka. Yang biasa Raka post di IG itu loh."

"Bentar-bentar." Seorang cewek mengeluarkan ponselnya lalu mengecek akun Instagram Raka untuk memastikannya, "eh iya! Dia pacarnya Raka."

"Bukan maen. Di foto sama yang asli kelihatan beda jauh. Cantikan yang asli anjir!"

"Dah lah. Insecure berkali-kali lipat gue."

Raka memang tidak pernah menyembunyikan hubungannya dengan Cherry. Dia sering memposting foto atau video yang berkaitan dengan gadis itu.

Tak lupa juga dengan caption yang mampu menampar semua pengikutnya kalau sekarang dia sudah ada yang punya.

Raka mendengus kesal atas keusilan pacarnya. Dia membawa tubuh kecil Cherry dalam dekapannya. Namun sebelum hal itu terjadi Cherry terlebih dulu mendorong dadanya menjauh.

"Ini di sekolah. Malu dilihat orang," bisik Cherry.

"Bodo amat." Raka menarik kembali tubuh gadis itu lalu mendekapnya erat.

"Raka, lepasin!" Raka menulikan pendengaran.

"Aku aduin Papa. Beneran gak bohong."

"Ngadu aja sana. Gue ada seribu cara biar Papa lo percaya sama gue."

"Dasar licik!"

Raka mencium dahi Cherry lama sebelum melepaskannya.

Gadis itu membuang napas kasar. Dia merapikan kembali rambutnya yang dibuat berantakan oleh Raka. Cowok itu sangat suka membuatnya berantakan.

"Papa salah pilih orang nih buat nitipin putrinya. Masa sama orang modelan begini. Bakal cepet mati nanti anaknya," gerutunya.

"Minta dilumat itu bibir?"

Cherry membekap mulutnya sendiri. Menolak tawaran Raka yang tidak ada faedahnya sama sekali.

Cowok itu tersenyum tipis. Tangannya masuk di sela-sela jari Cherry lalu menggenggamnya. Dia membawa Cherry memasuki kawasan sekolah yang sudah mulai ramai.

Cherry tampak menikmati pemandangan tersebut, walaupun ada sedikit rasa malu yang terselip di hatinya. Bagaimana tidak? Sepanjang jalan dia ditatap oleh banyak orang seakan dia telah melakukan tindakan kriminal.

"Eh...! Itu kantor Kepala Sekolahnya." Cherry menunjuk salah satu ruangan yang terdapat papan bertuliskan 'Kantor kepala sekolah'.

Raka diam tak menyahut. Dia mempererat genggamannya lalu menarik Cherry melewati kantor kepala sekolah.

"Raka! Itu tadi kantor Kepala Sekolahnya," ulang gadis itu. Siapa tahu Raka tak mendengarnya.

"Gue tahu," jawab cowok itu singkat.

"Terus?"

"Ke kantin dulu, sarapan. Lo tadi makan cuman dua sendok kan?"

"Gak mau! Udah gak nafsu makan. Lagian nanti kita bisa telat!" Cherry memukul tangan Raka agar melepaskan genggamannya.

"Bodo amat."

"Raka! Ih..."

Tak perlu perjalanan yang lama kini Raka dan Cherry sampai di kantin. Cowok itu menarik kursi dan memaksa gadisnya duduk di sana.

Cherry memang menurut tapi dengan terpaksa pastinya.

Mau melarikan diri juga percuma. Raka pasti dengan mudah menangkapnya. Apalagi dia belum tahu seluk beluk sekolah yang kini dirinya pijak, bisa-bisa dia tersesat nanti.

"Mau makan apa?" tanya Raka.

"Dibilangin gak mau makan juga."

"Lo harus makan, Sayang."

"Gak mau!"

Raka mengangguk, "Oke. Kalau gitu lo gak boleh beranjak dari sini. Sampai pulang sekolah kalau perlu."

Cherry menunduk saat kaki Raka bergerak di belakang kakinya lalu mengurungnya agar tak dapat lari.

"Raka, nyebelin!"

"Atau gue yang tentuin lo harus makan apa?"

"Orang gak nafsu makan. Nanti gak habis." Cherry terus menggerakkan kakinya mencoba meloloskan diri.

Tapi kaki cowok itu seperti ular saja, melilitnya kuat hingga hanya sekedar bergerak pun dia susah.

"Nasi goreng, satu piring. Kita makan berdua," ujar Raka.

Cherry berhenti memberontak. Dia berpikir sejenak, tampak tertarik dengan tawaran itu.

Kalau seporsi dimakan berdua dia tidak mungkin makan banyak-banyak kan? Pasti hanya beberapa sendok karena harus berbagi dengan Raka.

"Oke deh." Akhirnya Cherry mengangguk setuju.

Raka tersenyum. Dia melambaikan tangan ke arah pedagang kantin lalu memesan satu porsi nasi goreng.

Selanjutnya hening. Raka menatap Cherry yang masih saja cemberut. Tangannya terangkat mengusap wajah cantik gadis itu, beralih membelai rambutnya lalu kedua tangannya berhenti di kedua pipi Cherry.

"Tangannya gak usah usil!" Cherry menepis tangan Raka, namun tangan besar itu kembali lagi menempel di pipinya.

Cherry menghela napas. Dia baru sadar satu atap sekolah bersama Raka ternyata akan membuat dirinya terjebak.

Sebelumnya dia lupa tetang sifat cowok itu yang kelewat posesif. Apa pun yang berkaitan dengan miliknya pasti akan dirinya genggam erat.

"Wuis...! Raka bawa cewek."

"Syukuran dulu, Ka."

Dua orang cowok tiba-tiba datang menghampiri Raka dan Cherry. Mereka duduk santai di bangku yang sama dengan Raka tanpa takut jika cowok itu mengamuk.

"Abian. Mau gue bunuh?" kata Raka.

Abian yang sebelumnya duduk di samping Cherry buru-buru berdiri dan menyeret kursinya ke sisi lain.

"Jangan salahin gue. Salahin aja nih kursi kenapa ada di samping dia,"tukas Abian.

Nalendra terkekeh melihat muka garang Raka. Kalau tidak ada gadis di depan Raka mungkin dia sudah adu jotos dengan Abian.

Merasa cowok yang tadi duduk di sebelahnya kesulitan menyebut namanya Cherry pun mengulurkan tangan dihadapan cowok itu, "Gue Cherry," katanya.

Buru-buru Abian menyambut tangan putih mulus itu. Tapi sebelum semuanya terjadi Raka terlebih dulu memukul tangannya keras.

"Si anjing!"

Raka menatap tajam Abian. Tangannya bergerak menggenggam tangan gadisnya.

Cherry yang diperlakukan seperti itu sontak pipinya bersemu. Bukan malu digenggam Raka tapi malu dilihat dua teman cowok itu.

"Yang ini namanya Abian, yang ini namanya Nalendra," jelas Raka pada Cherry.

Gadis itu mengangguk paham. Pandangannya beralih saat seorang wanita datang menyuguhkan nasi goreng

bertepatan dengan nasi goreng yang dipesan Raka datang.

Mata Abian dan Nalendra berbinar melihat nasi goreng yang masih mengepul, jangan lupa dengan aroma khasnya yang membuat lidah mereka meronta ingin sedikit mencicipinya.

"Beli sendiri!" Raka mendorong kepala Abian dan Nalendra bergantian lalu menggeser piring berisi nasi goreng ke hadapan Cherry.

"Buset dah! Punya temen kasarnya ngalahin musuh." Nalendra merasa kepalanya pening akibat serangan dadakan Raka.

"Iya-iya yang kelas taekwondo nya udah tinggi. Sekali dorong kepala rasanya kayak hampir putus." Abian mengurut lehernya.

Mata hitam kelam milik Raka menatap Abian dan Nalendra sekilas sebelum beralih pada Cherry, "Makan," perintahnya.

Gadis itu mengambil sendok lalu menyuapi dirinya sendiri, "Kayak merintahin hewan aja," sindirnya.

Tiga lawan satu. Sekarang ada tiga orang yang membenci Raka. Mereka saling menatap seperti berbicara lewat batin, membuat Raka gedek sendiri dan kembali mendorong kepala Abian dan Nalendra.

"Anjing lah, si Raka." Nalendra menggeser posisi duduknya, menyelamatkan diri kalau-kalau Raka kembali menyerangnya.

"Kalian berdua," kata Raka mengambil sendok. "Bangku di kantin masih banyak yang kosong. Kenapa masih juga pingin mepet sama gue? Kalian suka pisang?"

Mendengar perkataan Raka sontak membuat Cherry mendongak. Begitu pun dengan Nalendra dan Abian yang melotot menatap Raka.

"Kalau ngomong dijaga. Ada cewek di sini!" bisik Abian menggertakkan gigi.

Raka menoleh pada Cherry. Dia mengusap rambut gadisnya lembut dan kembali menyuruhnya makan.

Abian berdeham, "Kami sukanya apem, Raka. Pisang gak cocok bagi pejantan tangguh kayak kami."

"Alesan."

Dua cowok itu saling pandang lalu kembali menatap Raka, "Oke kami bakal pergi, tapi ada dua syarat," kata Nalendra.

"Ya udah cepetan kasih tahu syaratnya," kata Raka tidak sabaran. Ingin berduaan dengan Cherry saja rasanya susah.

"Yang pertama, traktir kami batagor. Yang kedua, jelasin hubungan lo sama ... sama siapa tadi namanya Ndra?" tanya Abian.

"Cherry! Orang lo yang diajak kenalan juga. Belum ada lima menit udah lupa aja." Nalendra memutar bola matanya malas.

Abian nyengir lebar, "Memory otak gue udah penuh dengan nama mantan, jadi susah buat ngapalin nama orang lagi."

"Orang cewek cantik gini masih bisa juga dilupain," gumam Nalendra.

Plak!

Raka menempelkan uang seratus ribu di dahi Nalendra, membuat cowok itu hampir terjungkal karenanya.

"Uang seratus ribu buat beli batagor. Lumayan kan udah dapet beberapa piring tuh."

"Yang——"

"Yang kedua, masalah hubungan gue sama dia." Raka menoleh sekilas pada Cherry lalu kembali menatap dua temannya, "Ponsel kalian tulalit apa gimana?!"

"Eh...! Ngehina banget lo ya. Android dong." Abian memamerkan ponsel seharga sepuluh jutanya pada tiga orang di sekelilingnya.

Nalendra memicingkan mata menatap Cherry. Otaknya tak sekopong Abian jadi dia sedikit tanggap maksud dari omongan Raka tadi.

"Anjir! Ini kan pacar Raka, Bi!" Cowok itu memukul kepala Abian hingga membuatnya terjungkal juga di atas lantai.

Raka tersenyum miring.

"Dia cewek gue, pacar gue, milik gue. Gak ada cowok yang boleh sentuh dia selain gue. Kalau sampai ada siap-siap aja berada di rumah sakit dalam keadaan kritis."

Mata Abian dan Nalendra beralih menatap Cherry dan mendapati gadis itu tersenyum manis sambil mengunyah makanannya.

"Gue kira sepupunya, anjir! Udah ada niatan gue deketin tadi," kata Nalendra sedikit berbisik.

Dua cowok itu beranjak berdiri dan lari meninggalkan bangku kala Raka mengangkat kursi kantin, berniat memukul mereka dengan benda tersebut.

___________________

Bersambung.....

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 121K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET šŸš« "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
3.3M 272K 62
āš ļø BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
6.5M 277K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
403K 14.4K 29
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...