Kurang dari Tiga

By bintang_disana

37.9K 1.6K 64

"GUE PACAR LO!" Cherry tersentak kaget mendengar bentakan Raka. "Apa masih kurang perhatian gue sama lo selam... More

1. Setelah sekian lama
3. Harapan palsu
4. Pacar Raka
5. Teman untuk Nadia
6. Kejujuran yang memalukan
7. Itik dan angsa
8. Strong
9. Demi siapa?
10. Senyum pertama Nadia
11. Rumah Raka
12. Langit dan bumi
13. M
14. Hukuman untuk Cherry
15. SMS

2. Penyusup

1.9K 178 20
By bintang_disana


"Di masa mendatang yang kamu butuhin bukan lagi tanda tangan Papa kamu, tapi tanda tanganku. Selaku kepala keluarga di kehidupanmu nanti."

- Rehandra Raka Satria-

Happy reading!

*****

Cherry menatap pantulan dirinya di cermin, menghela napas sebelum menunjukkan seulas senyum di sana.

Hari pertama masuk di lingkungan sekolah baru tak serta merta membuatnya langsung bergembira. Tentu banyak hal yang dia takutkan nantinya.

Dari takut kalau ada yang tidak suka dengannya, takut jika gurunya galak-galak, takut kalau ada siswa cowok yang semena-mena, dan masih banyak lagi.

Tak semudah itu beradaptasi dengan lingkungan baru, tak semudah itu juga melupakan lingkungan lama. Oleh sebab itu dia harus menyiapkan mental dari sekarang.

"Kamu pasti suka bolos kalau sekolah." Cherry menatap Raka dari pantulan cermin.

"Sok tahu." Cowok itu menyisir rambut gadisnya pelan.

"Tahu, lah. Orang nakal kayak kamu mana mungkin jadi siswa teladan."

Raka tertawa tanpa menjawab, membuat Cherry yakin kalau tebakannya benar.

"Yang katanya cinta sama aku aja masih suka nyebelin, apalagi sama orang lain." Gadis itu mengambil body lation, berniat memakainya sendiri agar cepat selesai.

"Siapa yang suruh pakek ini sendiri?" Raka menyerobot botol body lation dari tangan kekasihnya.

Gadis itu mengerucutkan bibirnya namun tak khayal mengalah juga. Raka kalau ditentang suka ngamuk, tak main-main hanya melihat wajahnya saja Cherry bisa sampai mewek.

Kena mental.

"Nanti kalau aku udah sekolah di sana aku jamin kamu bakal rajin berangkat sekolah," kata Cherry, mengangkat dagunya sedikit ke atas.

"Yakin amat." Raka mengoleskan lotion di tangan putih Cherry.

Gadis itu memainkan rambut Raka sebentar, "Pasti dong. Kalau nekat bolos, aku bakal selingkuh." Ancamnya.

"Silakan. Tapi ingat, dua jam setelah lo selingkuh, gue jamin selingkuhan lo bakal koma di rumah sakit," ucap Raka penuh penekanan.

Cherry bergidik ngeri, "Sadis amat ancamannya."

"Kurang sadis sih. Gue tambah lo bakal gue perkosa."

"Ih... jangan!" Cherry menyingkirkan tangan Raka yang tengah mengoleskan lotion di kakinya.

Cowok itu terkekeh, "Kenapa? Gue cuma mau pakein lotion."

"Aku pakek sendiri." Gara-gara perkataan Raka, Cherry jadi parno sendiri.

Cowok itu mengangguk sambil mengulum senyum. Dia beranjak berdiri mengamati meja Cherry yang penuh dengan make up.

Jelas saja Cherry suka telat saat janjian kencan dengannya, ternyata dia butuh ritual cukup lama dengan benda-benda tersebut.

"Udah selesai." Cherry berdiri dan langsung berhadapan dengan Raka.

Tubuhnya maju kala Raka merengkuh pinggangnya mendekat. Kini diantara keduanya sudah tidak ada jarak. Hanya tinggal tangan Cherry yang sebagai penghalang agar dia bisa melihat Raka dengan jelas.

"Apa?" tanya Cherry mengerutkan kening.

Raka menyingkirkan rambut gadis itu ke belakang telinga, "Lo lupa sesuatu."

Mata Cherry menatap ke atas, mengingat hal yang telah dirinya lupakan, "Lupa apa?"

Raka tersenyum miring. Dia mengangkat tangan menunjukkan sebuah lipstik yang tutupnya sudah hilang entah kemana.

"Oh iya, lupa." Gadis itu menepuk jidatnya.

Raka menyingkirkan lipstik itu kala Cherry akan mengambilnya, "Gue pakek'in."

Cherry menghela napas. Mengangguk menyetujui keinginan Raka.

Cowok itu tersenyum puas. Dia memegang dagu Cherry lalu mengoleskan lipstik berwarna soft pink di bibirnya penuh hati-hati.

Cherry sampai hampir tertawa melihat ekspresi Raka. Cowok itu tampak sangat serius memakaikannya lipstik. Seperti sedang berada di kamar bedah saja.

"Udah." Raka menghela napas lega.

Cherry tersenyum lebar. Dia menoleh ke samping ingin melihat hasil karya Raka. Namun sebelum hal itu terjadi tangan Raka menahannya, membuat Cherry kembali menatap cowok itu.

Cup!

"Raka!" Cherry menutup bibirnya dengan tangan. Antisipasi kalau Raka ketagihan dan ingin mengulangi lagi.

"Mau lagi," kata Raka mencoba menyingkirkan tangan Cherry.

Gadis itu menggeleng keras. Dia berteriak sambil membekap mulut kala Raka terus mencoba menyingkirkan tangannya. Cowok itu tertawa, dia sangat suka menjahili Cherry.

Dengan usaha keras akhirnya Raka bisa menyingkirkan tangan itu juga.

"Raka mmmph...!"

*****

Semua orang di ruang makan sibuk menyantap makanan masing-masing, kecuali satu orang. Nenek.

Wanita berusia lebih dari setengah abad itu sibuk sendiri membersihkan kacamatanya lalu memakainya, kembali melepasnya, lalu memakainya lagi.

"Ibu, kenapa? Kacamatanya sudah tidak enak dipakai?" tanya Mama Cherry.

Nenek menggeleng, "Sepertinya mataku sudah mulai rusak. Kenapa bibir cucu ku jadi mencong seperti itu?"

Raka menahan diri agar tidak menyembur makanannya keluar. Matanya terpejam saat merasakan kakinya diinjak oleh Cherry.

Gadis itu menekuk wajahnya kesal. Semua gara-gara Raka. Dia main asal nyosor saja tanpa peduli nasib bibirnya yang baru di kasih lipstik. Alhasil lipstiknya jadi belepotan.

Dia sudah membersihkannya tadi, tapi karena terburu-buru Cherry jadi tidak konsentrasi saat melakukannya.

"Cherry. Kenapa kamu pakai lipstik belepotan seperti itu?" tanya Mama.

"Ulah Raka, nih, Ma. Usil banget." Cherry menunjuk sang tersangka.

Wanita paruh baya itu beralih menatap Raka, "Raka. Jangan jahil pakek acara nyenggol-nyenggol tangan Cherry waktu pakai lipstik. Hati-hati, ngambeknya lama loh."

Raka berdeham, "Iya, Tante."

Cherry melengos tidak suka. Di senggol katanya. Padahal yang terjadi lebih dari kata disenggol.

Sang mata elang memandang dua sejoli yang duduk berdampingan. Dadanya sudah bergemuruh ingin memuntahkan emosi, namun dirinya masih bisa menahan.

Papa Cherry meminum jus jeruk yang ada di depannya sampai tandas. Tentu saja untuk meredakan emosinya, dia perlu yang dingin-dingin.

"Raka, kenapa kamu bisa keluar dari kamar putri Om?" tanya pria paruh baya itu.

"Karena saya ada di dalam, Om."

Cherry menyenggol bahu Raka, membuat cowok itu langsung menoleh menatapnya.

"Sejak kapan kamu ada di dalam sana?" tanya Papa lagi.

"Dari jam lima pagi, Om."

Pria paruh baya itu mengerutkan kening. Jam lima pagi? Apakah Satpam rumahnya sudah mulai malas bekerja? "Lewat mana?"

"Lewat depan." Raka menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulut.

Cherry gemas sendiri. Di saat suasana sedang tegang-tegangnya, Raka justru memakan makanannya dengan santai. Dia sangat tenang, malah Cherry yang tegang.

"Tidak sopan masuk rumah orang tanpa izin," kata pria paruh baya itu menatap tajam Raka.

Raka mengunyah makanannya sambil menatap Papa Cherry, "Dapat izin kok, Om, dari satpam di depan."

Papa Cherry meletakkan sendoknya. Dia menatap sang istri yang tengah tersenyum tanpa dosa. Sepertinya ada yang disembunyikan.

"Pa, Mama kemarin terlanjur bilang sama bundanya Raka. Mama minta agar Raka jagain Cherry," bisik wanita paruh baya itu.

Papa Cherry menghela napas, "Kalau soal satpam?"

"Mama juga yang bilang sama satpam, kalau Raka datang suruh masuk saja. Tapi sumpah Mama tidak menyuruh dia datang pagi buta."

Pria paruh baya itu menggelengkan kepala. Sekarang dia tidak memiliki alasan untuk memarahi Raka. Karena asal muasal semua ini adalah ulah dari istrinya sendiri.

Ting...!

Suara notifikasi terdengar. Papa Cherry mengamati benda pipih tersebut yang menyala sebelum mengambilnya dan membaca pesan yang baru saja muncul.

Kepalanya mengangguk, beliau membenarkan posisi duduknya. Matanya mengamati orang-orang di sekelilingnya, menghela napas sebelum membuka suara.

"Raka," ucapnya membuat yang punya nama langsung mendongak.

"Iya, Om," jawab Raka.

"Tolong jaga Cherry selama di sekolahan. Putri Om belum kenal siapa-siapa di sana. Pastikan dia tidak salah pergaulan," kata pria paruh baya itu.

Semua orang di sana tertegun dengan pernyataan papa Cherry. Bukankah tadi beliau sudah hampir meledak gara-gara Raka? Lalu kenapa beliau kini berkata lembut pada cowok itu?

"Siap, Om," ucap Raka santai.

Papa Cherry terdiam sebentar, "Dan ... tolong antar Cherry ke kantor kepala sekolah. Kita belum tahu Cherry akan di tempatkan di kelas mana."

Belum selesai keterkejutannya pada sang Papa yang berbicara lembut pada Raka, kini Cherry kembali dibuat terkejut dengan penuturan selanjutnya pria paruh baya itu.

"Enggak dianterin Papa?" tanyanya.

Mama Cherry ikut menatap suaminya. Ingin tahu jawaban apa yang dilontarkan pria paruh baya itu pada akhirnya.

"Papa ada rapat hari ini. Kamu ke sekolah bareng Raka saja. Nanti biar Raka yang antar kamu ke kantor kepala sekolah."

"Tapi, kan, Papa yang selaku wali murid seharusnya datang. Cherry baru mau masuk sekolah, pasti pihak sekolah juga butuh tanda tangan Papa," kata Cherry masih tak terima.

"Papa sudah melengkapi data jauh-jauh hari, urusan tanda tangan juga sudah dilakukan. Kamu tinggal ke kantor untuk menanyakan di kelas mana kamu ditempatkan," jelas pria paruh baya itu tegas.

Cherry tersenyum. Dia mengangguk menyetujui keputusan papanya. Walaupun hatinya berkata lain.

"Mama, Papa. Cherry berangkat sekarang ya." Gadis itu menyudahi acara makannya dan langsung berdiri mengendong tas punggungnya.

Mama Cherry menyenggol lengan suaminya, memberi isyarat padanya kalau perkataannya diterima salah oleh putri mereka.

Papa Cherry mengusap wajahnya kasar, "Cherry—"

"Papa semangat, ya, kerjanya. Kalau capek istirahat dulu, jangan dipaksa. Nanti kalau sakit Cherry jadi khawatir," sela gadis itu tak membiarkan papanya berucap.

Pria paruh baya itu mengalah. Beliau mengangguk saja menuruti permintaan putrinya, "Hati-hati di jalan, Sayang."

Cherry menjawab dengan anggukan. Setelahnya dia mencium punggung tangan kedua orang tuanya, lalu melenggang pergi meninggalkan ruang makan.

Raka yang melihat hal itu lantas menyudahi acara makannya. Dia ikut berdiri dan berpamitan pada orang tua Cherry, "Saya berangkat dulu, Om, Tante."

Mama Cherry mengangguk lemah, "Ya sudah. Hati-hati di jalan ya, Raka. Tante titip Cherry."

"Baik, Tante."

*****

Cherry berdiam diri di samping motor milik Raka, menunggu sang pemilik motor datang agar dirinya bisa segera pergi dari rumah.

"Ck!" Gadis itu berdecak, dia sangat kesal karena Raka tak kunjung menyusulnya. Awas saja kalau dia masih menikmati sarapan paginya.

Cherry tersentak saat secara tiba-tiba seseorang membalikkan tubuhnya paksa lalu mendekapnya erat. Wangi yang familier, yang membuat titik terlemah Cherry hampir keluar.

"Dasar cengeng," ucap Raka mengusap punggungnya.

"Ih... Nyebelin!" Cherry memukul punggung Raka gemas.

"Ssstt...!" Raka beralih mengelus rambut Cherry saat dirinya mendengar isakkan.

Cherry melengkungkan bibirnya ke bawah. Tak tahu kenapa jika di dekat Raka dia jadi sangat lemah. Biasanya dia mahir dalam menyembunyikan ketidakberdayaannya. Tapi ketika bersama Raka jiwanya seolah memaksa untuk mengeluarkan apa pun yang dia sembunyikan.

"Tenang, di masa mendatang lo gak akan butuh tanda tangan Papa lo lagi," kata Raka.

Cherry melepas pelukan Raka kasar, dia menatap Raka nyalang, "Ngomongnya kok gitu sih?! Kamu doain Papa kenapa-kenapa, ya?"

Raka menatap Cherry tenang. Tangannya kembali terangkat menguap wajah gadis itu, tapi kali ini Cherry menepisnya.

Dia tersenyum tipis. Beralih mengambil helm, Raka memasangnya di kepala gadisnya.

"Di masa mendatang yang lo butuhin bukan lagi tanda tangan Papa lo, tapi tanda tangan gue."

"Karena suatu saat nanti gue adalah kepala keluarga di kehidupan lo," lanjutnya mengusap pipi lembut Cherry.

________________

Bersambung....

Continue Reading

You'll Also Like

483K 52.9K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
3.2M 159K 25
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
2.7M 133K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...