ASAVELLA [TERBIT] ✓

By jerukminii

8.2M 601K 48K

Aku terlalu bahagia mengisi hari-harinya. Sampai aku lupa, bukan aku pengisi hatinya. ••••• Cover by pinteres... More

Asavella 🍁
Asavella 🍁2
Asavella 🍁3
Asavella 🍁4 +
Asavella 🍁5
Asavella 🍁6
Asavella 🍁7
Asavella 🍁8
Asavella 🍁9
Asavella 🍁10
Asavella 🍁11
Asavella 🍁12
Asavella 🍁13
Asavella 🍁14
Asavella 🍁15
Asavella 🍁16
Asavella 🍁18
Asavella 🍁19
Asavella 🍁20
Asavella 🍁21
Asavella 🍁22
Asavella 🍁23
Asavella 🍁24
Asavella 🍁25
Asavella 🍁26
Asavella 🍁27
Asavella 🍁28
Asavella 🍁29
Asavella 🍁30
Asavella 🍁31
Asavella 🍁32
Asavella 🍁33
Asavella 🍁34
Asavella 🍁35
Asavella 🍁36
Asavella 🍁37
Asavella 🍁38
Asavella 🍁39
Asavella 🍁40
Asavella 🍁41
Asavella 🍁42
Asavella 🍁43
Asavella 🍁44
Asavella 🍁45
Asavella 🍁46
Asavella 🍁 47
Asavella 🍁48
Asavella 🍁49
Asavella 🍁50
Asavella 🍁51
Asavella 🍁52
Asavella 🍁53
Asavella 🍁54
Asavella 🍁55
Asavella 🍁56
Asavella 🍁57
Asavella 🍁58
Asavella 🍁59
Asavella 🍁60
Asavella 🍁61
Asavella 🍁62
Asavella 🍁63
Asavella 🍁64
Asavella 🍁65
Asavella 🍁66
Asavella 🍁67
Asavella 🍁68 pt.1
Asavella 🍁 68 pt.2
Asavella 🍁69 pt.1
Asavella 🍁 69 pt.2
Asavella 🍁70 (A)
Asavella ending?
ENDING ASAVELLA
EPILOG
ARKHAN : AKU JUGA PERNAH BAHAGIA
VOTE COVER ASAVELLA
OPEN PRE ORDER ASAVELLA

Asavella 🍁17

111K 9K 195
By jerukminii

Gadis berpupil cantik kini tengah mengayuh sepeda dengan ranjang yang berisi si kucing tampan—si Beebee yang tenang.

Telinga Asavella tersumpal dengan dua kepala headset berwarna hitam. Ia mendengarkan lagu dengan menikmati suasana komplek rumah. Ia bahkan hari ini membawa kamera untuk mengambil gambar dan modelnya tak lain adalah kucingnya.

Ia kali ini mengusung tema sekolah. Itu sebabnya, ia memakai seragam sekolah begitupun dengan Beebee. Betapa menggemaskan dan menjadi pusat perhatian orang sekarang kucing tampan itu.

Ini sebuah healing sebelum Asavella akan mulai kembali untuk ke sekolah. Cuaca terik dengan udara sejuk sudah lebih dari cukup untuk bersepeda. Mumpung di rumah tidak ada kedua orang tuanya—Asavella juga berniat kembali sebelum Bara ataupun Kunti kembali lebih awal.

“Sampek juga.” Asavella menjagang sepedanya di tepian taman komplek yang begitu luas.

Asavella menggantungkan kamera pada lehernya. Kemudian mengangkat—menggendong tubuh Beebee. Setelah sekian lama tidak mengambil gambar untuk koleksi, gadis ini terasa bingung. Harus foto di mana dan seperti apa?

Apalagi taman ini begitu luas. Suasana yang sejuk, banyak pepohonan besar tumbuh di sekitarnya—serta adanya beberapa bunga bunga cantik untuk mempercantik.

Asavella selain kebingungan dengan mengatur gaya seperti apa untuk pemotretan Beebee, Asavella juga bingung mengatur kamera karena sedikit bermasalah. Gadis itu merasa, jika ia sudah pikun. Padahal, kamera itu terbengkalai hanya kurang lebih dua bulan.

“Gimana sih, setting kameranya?” Asavella menggerutu sendiri ia kebingungan ingin meminta bantuan. Tapi kepada siapa?

Brian?

Tapi hari ini Brian masih di sekolah bukan? Apalagi anak kelas 12 selalu mendapat jam tambahan.

Oh, iya. Asavella ingat seseorang. Saka Biru Pratama.

Saka anak fotografer handal di sekolah. Ia adalah laki-laki yang berada di aula saat itu. Bahkan beberapa kali, Saka memenangkan lomba. Tapi menurut Asa, tidak ada salahnya bukan bertanya kepada Brian. Lagi pula, Asa dan Saka tidak pernah dekat.

Asavella memilih duduk pada rerumputan yang tidak beralas. Meletakkan sejenak kameranya pada pangkuannya.

Kemudian, ia memainkan ponsel sekadar mengirim pesan.

Chat

Sa🍁:

Hai, Bi. Sibuk?|

Bi🍊:

|Kenapa, Sa? Kangen atau gimana?

Sa🍁:

Enggak, sih. Enggak bisa nahan maksudnya. Hehe.|

Bi🍊:

|Tapi gue enggak kangen lo, gimana dong?

Sa🍁:

|Yaudah.

|Kalau gitu nanti pulang sekolah, ke taman bentar ya, bantuin setting kamera.

|Gimana sekalian foto bareng, bertiga sama Beebee.

Bi🍊:

|Okey. Nanti shareloc aja posisinya. Gue masih ada kegiatan ini. Nanti gue kalau udah selesai gue bakalan kirim pesan ke lo.

Asavella tersenyum saat mengetahui jawaban Brian. Kemungkinan pulang sekolah mereka di hari ini akan lebih cepat. 

Asavella bermain-main dengan Beebee terlebih dahulu. Sampai ia merasa jenuh menunggu Brian yang tak kunjung datang atau sekadar mengirim pesan.

Asavella memang tipe orang yang sabar dalam hal menunggu. Bahkan menunggu sebuah kebahagiaan sampai sekarang ia lakukan.

Entah kenapa, untuk menunggu seseorang itu melelahkan. Hampir dua jam lebih Asavella menghabiskan waktu hanya bermain dengan Beebee di taman.

Asavella tidak bisa mengandalkan Brian juga, apalagi cuaca yang bagus berubah menjadi mendung. Sesegera mungkin, gadis ini mengotak-atik pengaturan di kameranya. Berusaha sebisa mungkin, dan jikalau Brian datang mereka tinggal berfoto bersama.

Senyum terbit di raut sendu Asavella. Bukan karena kehadiran Brian—melainkan ia berhasil mengatur kameranya dengan sempurna.

Angin muson yang bertiup kencang dengan gumpalan kapas hitam di langit mengisyaratkan jika sebentar lagi hujan badai akan segera datang.

Asavella masih bertahan. Menunggu Brian.

“Tunggu sini bentar ya, Bee. Mau tes kamera. Bagus apa enggak pencahayaannya di suasana mendung gini.”

Meong.” Seakan mengerti apa yang dikatakan Asavella, Beebee hanya bisa tertidur sedari tadi. Ia menatap tubuh Asavella yang sedikit menjauh dari posisinya.

Asavella tersenyum riang mengarahkan kamera ke arah timur. Melihat separuh awan putih belum tertutup sempurna dengan awan hitam. Namun ketika kameranya ia arahkan ke arah lain. Itu membuatnya lebih tersenyum.

Bagaimana tidak?

Seorang Brian Claudius Permana. Tengah terdiam tersenyum sembari membawa kamera. Betapa se-pekanya Brian yang di mana Asavella sendiri tidak mengatakan jikalau kameranya sempat bermasalah.

Laki-laki yang masih Asa pantau melalui kamera dari jarak yang tidak terlalu jauh dengan titiknya berdiri, Brian berlari namun tidak mengarah ke arahnya. Ia justru berbelok.

Tentu, lensa kamera Asa gerakan mengikuti gerakan Brian yang di mana udah berhenti pada titik yang membuat dada Asa sesak—menenggelamkan senyuman dan menurunkan kameranya untuk tidak mengambil bidikan.

“Gimana? Suka?” Brian bertanya kepada sosok  gadis cantik yang merentangkan tangan untuk memeluk singkat tubuh Brian—yang tak lain adalah Jysa.

Mereka ada di seberang sana tanpa tahu keberadaan gadis ini yang masih memantau.

“Keliatan gendut, enggak?” tanya Jysa sedikit mengeraskan suara dengan nada yang menggemaskan—di mana langsung dicubit lembut pipinya oleh Brian.

“Gendut atau kurus, kamu tetap cantik di mataku, Jy. Ngerti?”

“Harus sekarang banget ngerasain luka lagi, ya?” lirih Asa mencengkeram kameranya.

“Harus banget, ya. Gue ngerasain pemandangan ini?”

Brian mendongak ke atas, dengan telapak tangan memastikan jikalau tidak hujan.

“Mau hujan. Pulang?” tanya Brian sembari membenarkan ritsleting Jysa. Membuat jaket itu menutupi tubuh Jysa. “Biar enggak sakit.”

Sesak. Hati Asavella sesakit itu. Ia tahu, kini yang bersama Brian bukan cewek lain. Tapi kakaknya sendiri. Kakak kandung. Perempuan yang kemarin sempat menangis dan memeluknya. Dan berakhir memberi luka.

“Gue terlalu fokus untuk membuat kisah Asavella dengan tokoh utama Brian Claudios Permana sesempurna mungkin dengan iringan tawa bahagia, sampai gue enggak menyadari jika tokoh utama dalam kisah Brian bukan gue.”

“Tuhan, saya cinta dia. Tapi dia mencintai saudari saya.” Gemetar bibir Asa ketika mengatakan kalimat ini, seakan memohon dengan tamparan.

“Bisakah Engkau membiarkan dia menjadi tokoh utama saya sampai napas terakhir saya?”

Air mata Asavella mengalir tepat hujan membasahi deras. Masih menonton bagaimana Brian menggendong Jysa dari belakang. Berlari entah kemana dan membuat Asa menjerit dalam batin.

Asavella membalik badan—berlari kencang diiringi gemuruhnya langit serta hujan badai. Menemukan posisi Beebee yang kehujanan. Asavella menggendong tubuh Beebee dengan menutupi tubuh Beebee menggunakan almamaternya.

Dia tidak mempedulikan kamera serta ponselnya yang terkena hujan.

Meninggalkan sepeda dan memilih berlari dengan hujan yang berusaha menutupi air mata—di mana keluar dari mata Asavella.

Padahal, dokter menyarankan untuk Asavella untuk tidak terkena air sementara waktu ini. Sebab, jahitan pada bagian kening, pipi dan lehernya belum kering sepenuhnya. Tapi, Asa mengabaikan itu. Asavella rasa, jikalau dijahit kembali tidak akan terasa sakit. Sebab ia benar-benar mati rasa untuk saat ini.

Lampu benderang menyorot Asa serta klakson yang berbunyi nyaring harus  membuat Asavella memejam dengan mendekap kucingnya seerat mungkin.

Berharap kendaraan menabraknya dan membuat ia tiada hari ini juga.

Namun sayang, realitanya motor besar itu tidak menyentuh atau menabrak gadis yang kini tengah berjongkok.

Asa membuka mata—mengerjap. Menatap laki-laki di depannya. Asavella menatap wajah laki-laki itu justru membuat emosi bahkan ingin sekali memaki.

“LO KENAPA ENGGAK BIARIN MOTOR LO NABRAK GUE, HA!”

“Lo kenapa diem! Gue rela gue mati! Biarin motor lo nabrak gue! Buat gue ke lindes atau enggak terpental! Gue siap! Tabrak gue!” bentak Asavella sembari memukul keras dada laki-laki di hadapannya.

Bahkan sesekali Asavella menendang betis laki-laki di hadapannya. Tapi laki-laki itu hanya diam tidak ada perlawan. Seakan membiarkan tubuhnya dijadikan pelampiasaan.

Ia tau, jika gadis dihadapannya sedang tidak baik-baik saja.

“Lo kenapa diem! Tabrak gue! Buat gue mati! Gu-gue capek.”

“Tapi yang nentuin lo mati cuma Tuhan, bukan lo atau gue.”

“Gausah bacot lo! Lo tau apa tentang kek gitu? Lo gatau peliknya kisah gue!” maki Asa sesekali mengusap wajahnya kasar karena ia tidak bisa melihat laki-laki di hadapannya karena hujan yang begitu deras.

“Banyak orang bundir! Gue emang takut bundir! Tapi setidaknya gue lepas dari luka. Lo bisa diajak kerjasama enggak, sih?”

“Gue gamau jadi saksi kematian lo. Seberapa benci nanti teman-teman lo termasuk Brian ke gue? Gue orang baru dalam hidup lo. Kita baru ketemu pas lo pemotretan di aula. Ini pertemuan kita kedua. Dan lo, buat gue harus mengakhiri hidup lo dengan nabrak lo?”

Asavella mendesah kecewa. Saat Saka benar-benar tidak bisa diajak kerjasama.

“Sini.” Saka mendekap tubuh Asa yang menghimpit Beebee. Ia mengusap-usap punggung Asavella.

“Gue enggak tahu, kenapa gue harus bertemu lo di tengah hujan dengan posisi lo yang seakan terluka melebihi luka manusia di luar sana."

"Seakan lo itu korban paling menyedihkan."

"Padahal gue buru-buru pulang buat ngehindarin hujan, karena gue benci hujan.”

Saka memendarkan pelukannya. Melepas jas hujan namun Asa menghentikan tiap gerakan Saka. Saka menatap heran dari kaca helmnya.

“Gue gamau lo lepas jas hujan lo, dan terus lo pakaikan ke gue. Gue gamau kisah gue kek cerita-cerita yang gue baca. Gue tau lo bakalan pakaikan itu ke gue. Dan berlagak sok romantis.”

Saka memutar malas matanya. Masih sempatnya gadis pendek dihadapannya ini berkata seperti itu.

Tapi, Saka tak mengelak. Memang ia ingin memberikan jas hujannya kepada Asa supaya bisa membuat kucingnya terhindar dari hujan.

Di sisi lain, Saka rasa, Asavella sudah tidak menangis. Manakala semua tak bisa menjamin jika luka hatinya sudah baik-baik saja.

Saka melepas helmnya dan menyibakkan poninya kebelakang. Kini Saja harus larut bersama hujan dengan Asavella.

Ia membuang helmnya ke sembarang arah. 

“Terus mau lo apa sekarang?”

"Lo tau gue baru aja bilang gue benci hujan. Dan lo ngejenak gue dengan cara main-main dengan hujan lagi. Mau lo apa, ha?"

Asa hanya diam dengan tubuh yang sudah mengigil. Matanya terus saja melirik ke jas hujan Saka. Namun siapa tahu, Saka begitu paham. Ia menarik Asa dan membuat keningnya terbentur dada bidang Saka. Walaupun harus berdecak kesal sejenak.

“Hangat.”

Asa merasakan hoddie kering Saka dibalik jas hujan yang  basah—bagaimana juga hoddie tersebut menempel pada wajahnya ketika laki-laki itu membuatnya seakan tengah bersembunyi dibalik  jas hujan serta rangkulan yang sempurna.

“Ini hangat, Brian,” ujar Asa yang tanpa sadar menyebut nama Brian seraya melingkarkan satu tangannya pinggang Saka.

Saka menarik napas panjang. Dan ia tidak protes jika Asavella tidak menyebut namanya. Setidaknya Saka berhasil membuat Asa tidak menangis dan memohon kematian .

ฅ^•ﻌ•^ฅ

Next?

Pengen double up sebenarnya lagi mood nulis ningkat. Tapi kalau ada yang komen next double up💖

Makasih udah baca sampai sini. Dan makasih udah jadi siders. Jangan lupa komen dan votenya 🥺

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 695K 93
[SUDAH TERBIT + PART MASIH LENGKAP] "Ck! Gue bakal bikin lo nggak betah!" "Dan gue bakal tetep jagain lo." "Gue nggak bakal nurut sama lo, wlee!" ...
1.6K 364 8
Revisi ulang, akan ada yang berbeda. Cerita ini menceritakan tentang Jasmine, seorang perempuan yang selalu gagal dalam hal percintaan. Namun ternya...
1.5K 356 21
Berawal dari suatu kejahatan hingga menuju ke suatu misteri yang harus diungkapkan, interwoven mengisahkan perjalanan beberapa karakter yang selalu d...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 335K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...