Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon diingatkan ya 😙
🔸🔸🔸
Ken dan Leandra masuk ke dalam ruang kerja Elliot setelah di persilahkan oleh pemilik ruangan.
Elliot menaikkan pandangannya ketika mendengar langkah lain. Ia mengira yang datang ke ruangannya hanya Ken.
"Saya permisi." Merasa sudah tidak di perlukan lagi, dengan sopan Ken undur diri.
Elliot bertopang dagu sambil menatap Leandra, istrinya sedang sibuk mengamati isi ruang kerjanya. Mengenakan rok selutut dengan atasan yang senada dengan warna roknya, Leandra terlihat anggun dan elegan secara bersamaan.
"Cantik." Elliot tidak sadar bergumam demikian. Kesempurnaan Leandra mendebarkan jantungnya. Hanya Leandra yang mampu memporak-porandakan dirinya seperti sekarang.
"Kau berbicara apa barusan, El?" Leandra bertanya karena Elliot berkata tidak begitu jelas. Ia masih sibuk mengedarkan pandangannya ke sekitar.
Elliot berdehem kemudian beranjak dari tempatnya untuk menghampiri Leandra, "Apa pemandangan disini lebih menarik daripada suamimu ini, Lea?" Elliot menarik atensi Leandra begitu tiba di dekat Leandra.
Leandra menoleh untuk menatap Elliot, "Apa suamiku baru saja bertemu wanita lain?" Leandra hanya ingin memastikan kembali, apa Gilda masuk ke ruangan Elliot atau tidak.
Elliot mengernyit mendapatkan pertanyaan seperti itu, tidak lama ia memahami pertanyaan Leandra barusan. "Apa kau bertemu dengan Gilda?" Tanya Elliot kemudian. Tidak menutup kemungkinan jika Leandra bertemu dengan Gilda karena sebelum Leandra datang, ada yang melapor jika Gilda hampir menerobos ke dalam ruang kerjanya.
"Aku memberimu pertanyaan terlebih dulu, El." Leandra kembali memperhatikan lukisan yang terpasang di dinding ruangan Elliot.
"Keamanan mengusirnya terlebih dulu sebelum masuk kesini. Apa aku perlu menunjukkan cctv di luar ruanganku?" Kenyataannya memang demikian, Gilda tidak masuk ke dalam ruangannya.
"Tidak perlu. Aku percaya padamu." Sahut Leandra dengan pandangan masih mengarah pada lukisan di hadapannya.
Elliot memeluk Leandra dari belakang, mendaratkan sebuah kecupan panas di leher Leandra.
Leandra sedikit terhenyak, namun keterkejutannya tidak berlangsung lama. Entah kenapa, Leandra sendiri merasa nyaman mendapati perilaku romantis Elliot saat ini.
"Apa yang menarik dari lukisan itu?" Elliot ikut menatap lukisan yang sedari tadi Leandra amati.
"Kenapa aku merasa anak kecil dalam lukisan ini mirip denganku waktu kecil?" Celetuk Leandra.
Elliot tersenyum tipis, "Benarkah? Apa waktu kecil kau secantik anak itu?" Elliot menanggapi perkataan Leandra.
Leandra memukul pelan punggung tangan Elliot yang sekarang melingkar di perutnya. "Kau mengejekku? Tapi ini mirip sekali denganku." Dari potongan rambut, mata, hidung, bibir. Entah kenapa ia melihat dirinya waktu kecil di lukisan tersebut. "Lalu kenapa wajah lelaki ini seakan bersedih?" Leandra bertanya sosok lain yang berada di lukisan.
"Mungkin karena lelaki itu baru saja kehilangan orang yang ia kasihi." Jawab Elliot menanggapinya.
"Tapi lelaki ini mirip denganmu, El." Celetuk Leandra setelah mengamatinya dengan seksama.
"Oh ya, mungkin itu memang aku waktu remaja." Sahut Elliot.
"Aku serius." Leandra menganggap perkataan Elliot barusan tidaklah serius.
"Sudahi obrolan kita tentang lukisan itu, Lea." Elliot mengubah topik pembicaraan. "Apa yang membawamu kesini? Apa kau merindukan suamimu?" Ia kembali mendaratkan kecupan sekilas di ceruk leher Leandra.
"Mungkin karena aku penasaran dengan suamiku, ingin memastikan apakah suamiku membawa wanita lain ke ruangannya." Leandra menanggapi pertanyaan Elliot dengan candaan.
"Suamimu memiliki istri sempurna, tidak mungkin suamimu tergoda dengan wanita lain." Elliot menanggapi candaan Leandra.
"Sempurna, benarkah?" Leandra mengulum senyum. "Bukankah wanita bernama Gilda terlihat cantik dan menarik, Suamiku?"
Entah kenapa, Elliot merasa jika Leandra cemburu. Jika hal itu benar adanya, ia bisa menyimpulkan bahwa Leandra sudah jatuh hati bahkan mencintainya.
"Kecantikan bisa tergambar melalui kepribadian seseorang. Namun, sering kali sebagian orang dibutakan kecantikan fisik." Elliot justru memberikan kata mutiara kepada Leandra.
"Lalu menurutmu, istrimu cantik kepribadiannya atau fisiknya?" Celetuk Leandra kemudian menanggapi perkataan Elliot barusan.
"Tentu saja keduanya." Sahut Elliot dengan cepat.
Leandra tersenyum tipis, "Jadi, istrimu tidak perlu takut jika suaminya tergoda pada wanita lain?"
"Tentu tidak perlu. Suamimu bukan pria yang mudah terlena pada wanita lain, bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan." Elliot mengeratkan lingkaran tangannya ke perut Leandra, seakan memberitahu bahwa dirinya begitu mencintai wanita yang sekarang berada di dekapannya.
Leandra mengusap tangan Elliot, "Baguslah, wanita bernama Gilda itu mengatakan jika dia lebih seksi dariku. Aku harap suamiku memiliki iman yang kuat."
Senyum terbit dari bibir Elliot, ia semakin yakin jika Leandra cemburu pada Gilda. "Supaya iman suamimu lebih kuat, sebaiknya kau bersikap aktif jika bersama suamimu, jika perlu kau juga menggoda suamimu."
Kening Leandra mengernyit, "Aktif? Menggoda? Apa suamiku sedang menyuruhku bercosplay seperti Gilda? Berpakaian kurang bahan seperti Gilda?" Beo Leandra menanggapinya.
"Bukan begitu, Lea. Kau tidak pernah mengawali kontak fisik secara intim denganku, seperti memeluk, mencium dan lainnya." Elliot menjelaskannya lebih detail. "Aku akan senang jika kau bersikap aktif terlebih dulu." Ia menambahkan perkataannya.
Leandra diam sejenak untuk menelaah perkataan Elliot barusan.
"Oh, aku kira kau menyuruhku berpakaian seperti Gilda." Cicit Leandra kemudian.
"Tidak mengapa jika kau meniru cara berpakaian Gilda, aku membolehkannya tapi hanya berlaku selama di dalam kamar kita." Elliot akan menyambut baik jika Leandra benar melakukannya.
Leandra justru tertawa kecil menanggapinya, "Ternyata kau pria yang mesum."
"Apa salahnya mesum kepada istri sendiri, Lea?" Masih berada di posisinya, bibir Elliot justru bergerak menelusuri leher Leandra, membuat Leandra bergidik merasakan hangat napas Elliot yang menerpa kulitnya.
"Ganti pembahasan lainnya, El." Perintah Leandra yang ingin mengganti topik pembicaraan.
"Apa penawaran yang kau buat sudah jadi?" Elliot membahas tentang rencana Leandra yang ingin menumbangkan Perusahaan mantan kekasihnya.
"Ah, itu tujuanku kemari. Aku hampir lupa." Leandra membalikkan tubuhnya untuk menatap Elliot.
Leandra mengambil berkas yang tadi ia letakkan kemudian memberikannya pada Elliot. Keduanya duduk di sofa yang berada di ruang kerja Elliot.
Elliot membaca proposal penawaran yang di serahkan Leandra, "Aku yakin, mereka akan memindahkan saham mereka ke Perusahaanmu." Elliot cukup terkesan dengan penawaran yang di kerjakan oleh Leandra.
"Apa yang aku lakukan ini tergolong jahat dan licik?" Celetuk Leandra.
"Kau hanya memanfaatkan situasi." Sahut Elliot menanggapinya.
"El, bagaimana jika dengan kehancuran Perusahaan Leyton, Dion semakin nekat memaksakan rencananya padaku?" Leandra cukup resah akan hal ini.
Atensi Elliot yang sebelumnya membaca berkas, sekarang memusatkan seluruh perhatiannya pada Leandra. "Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkannya."
"Bagaimana jika Dion menculikku lalu memaksa untuk menyerahkan semua hartaku padanya? Bukan hanya sekali Dion memintaku untuk bercerai darimu lalu menikah dengannya." Leandra membeo dengan wajah cemasnya.
Elliot memahami betul maksud rencana Dion tersebut. Jika Dion berhasil menikahi Leandra, publik akan mengira jika Leandra menyerahkan hartanya tidak dalam situasi yang terpaksa.
Jika secara impulsif Dion menculik lalu menekan Leandra agar mau menandatangani surat kuasa peralihan harta, maka Dion akan berurusan dengan hukum. Perjanjian yang dibuat dibawah tekanan dan dalam keadaan terpaksa dapat dibatalkan, terdapat pasal yang mengatur perihal tersebut.
Elliot menggeser duduknya untuk lebih dekat, menarik Leandra agar masuk ke dalam dekapannya. "Apa yang kau cemaskan? Aku berjanji akan melindungimu, Lea."
Perilaku manis Elliot menghangatkan hatinya, "Terima kasih, hanya kau keluarga yang aku miliki. Kau adalah tempatku berkeluh kesah setelah kakek meninggal, El." Leandra melingkarkan kedua tangannya ke tubuh Elliot. Seakan menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya, karena Elliot selalu mendukungnya dan memperlakukannya dengan baik setelah menikah.
Bibir Elliot mengukir sebuah senyuman, "Aku akan selalu bersamamu hingga kapanpun. Kau bebas berkeluh kesah sebanyak apapun padaku, Lea." Di akhir perkataannya, Elliot mendaratkan kecupan sayang di puncak kepala Leandra.
Terus ikuti kelanjutan cerita "It's My Destiny"
Cerita ini murni hasil pemikiran sendiri, biar penulis makin encer mikirnya jangan lupa berikan dukungannya. Kalau malas coment, vote saja cukup.
Vote gak butuh waktu lama. Gak lebih dari 5 detik kok, bukan hal sulit...jadi jangan hanya menikmatinya tapi hargai juga jerih payah penulisnya ya 😚
Terima kasih. Sehat dan bahagia selalu untuk kalian.... 😉