Ainaya ( End )

By nurhmanis

1.6K 395 13

[ TAHAP REVISI ] "Berdamai dengan diri sendiri, adalah puncak kebahagiaan yang abadi." -nurhmanis in Aina... More

🌻00. Prologue + Cast Utama
🌻001. Ainaya Putri Adinda
🌻002. Brian Putra Adeon
🌻003. Kulkas Dua Pintu
🌻004. Pembelaan Sahabat
🌻005. Bak Malaikat
🌻006. Kejadian Di Kantin
🌻 007. Perasaan Yang Sama
🌻008. Retak
🌻009. Pertengkaran Hebat
🌻010 . Semotor Berdua
🌻011. Something in My Heart
🌻012. Di Hari Cerah
🌻013. Luapan Emosi
🌻014. Luapan Emosi (2)
🌻 015. Salah Tingkah
🌻016. Sebuah Awal
🌻017. UKS
🌻018. Pertikaian Di Lapangan
🌻019. Adik Manis Naya
🌻020. PUTUS!
🌻021. Dijemput?
🌻022. What Is Toxic Relationship?
🌻023. Hukuman
🌻024. Sensasi
🌻025. Tentang Sejuk
🌻026. Dua Pasangan
🌻027. Semakin Jatuh Rasa
🌻028. Diganggu Preman
🌻029. Bukti?
🌻030 . Flashback
🌻031. Twitter & Hoax
🌻033. Are You Okay?
🌻034. Dalangnya
🌻035. Mentari Yang Bersinar
🌻036. Fall In Love?
🌻037. Pergantian Tahun
🌻038. Pergantian Tahun (2)
🌻039. Sweety!
🌻040. Muncul Kembali
🌻041. Awal
🌻042. Kisah Lain
🌻043. Redupnya Cahaya
🌻044. Tolakan
🌻045. Kembali
🌻046. Killer Azka?
🌻047. Diancam
🌻048. Tepati Janji
🌻049. Retak (2)
🌻050. Dijodohin?
🌻051. Lucu
🌻052. Jarak
🌻053. Adik Manis Naya (2)
🌻054. Rest In Peace
🌻055. Punya Nyali?
🌻056. Still In Drama
🌻057. Detik Penyelesaian
🌻058. Baikan?
🌻059. Bukti? (2)
🌻060. Leoyra Quenzza
🌻061. Kelulusan
🌻062. Alzaska Arya Alfanza
🌻063. Menuju Epilog
🌻064. Epilog
🌻065. Tamat

🌻032. Ketegasan

8 6 0
By nurhmanis


Terlihat dari pantulan sebuah cermin—Ainaya, gadis ini sedang terlihat membasuh wajahnya yang terkena tepung, tak lupa dia juga mencuci rambutnya.

Sebenarnya sekarang rambutnya sudah settengah kering, dan bagaimana dengan bajunya? Entah, gadis ini juga kebinggungan sejak tadi karena dia tidak membawa baju ganti.

Tok! Tok! Tok!

"NAY." panggil Sejuk, suaranya terdengar dari luar toilet.

"Iya." sahut Ainaya dengan pelan. Dirinya bergegas membuka kunci toilet ini, yang jelas saja dia kunci, kalau tidak?

Sejuk dan Thaletha melangkahkan kaki ke mereka ke dalam kamar mandi, di tangan kiri Thaletha terlihat dia memegang sebuah bungkus plastik bewarna hitam, entah apa yang dibawanya itu.

"Nih, Nay. Jaket, sama ada rok abu-abu buat lo. Gih ganti bajunya , terus yang kotor taruh di plastik ini."- ucap Thaletha yang menyodorkan bungkusan itu ke tangan Ainaya.

Ainaya menampilkan senyumannya begitu lega. "Makasih ya buat lo berdua, udah bantu gue." ucap Ainaya, sorot matanya berbinar.

Sejuk kemudian menepuk pelan pundak ainaya "We are friend. So, relax." tanggap Sejuk, bibirnya tersenyum kembali.

"Friend? Jadi kita cuma sebatas teman? Jahat kamu, Sejuk!" celetuk Thaletha, dia sedikit memanyunkan bibirnya ke depan. Hedeh drama lagi.

"Mulai deh dramanya." Sejuk memutar kedua bola matanya tanda malas dengan ucapan Thaletha.

"Udah, lo berdua pergi, gih. Ada urat soalnya." Ainaya mengusir.

"Aurat, Nay. A.U.R.A.T" sunggut Thaletha meralat ucapan Ainaya.

"Bentar. Gue mau nanya. Maksud anak-anak itu tadi apaan, sih? Penyebar hoax ? Tukang fitnah?" tanya Sejuk, nada suaranya terdengar serius.

"Gue diancem sama genk-nya Rara buat minta maaf, ke dia. Kalau gue nggak lakuin itu, mereka bakal bikin berita yang enggak bener, tentang gue, di Twitter." Ainaya menjelaskan.

"Terus sekarang udah kesebar beritanya?" kini giliran Thaletha yang bertanya, dan dibalas anggukan oleh Ainaya.

Sejuk menepas tangannya ke westafel toilet ini dengan kasar dari matanya terlihat kemarahan besar di dalam sana

"Sejuk, tahan emosi lo dulu." peringat Ainaya yang berusaha menenangkan Sejuk.

Namun percuma, Sejuk tetap terlihat marah. Kini dia terlihat membuka pintu toilet ini secara tidak santai, dan pergi menyisakan Ainaya dan thaletha.

"Sejuk tung—"

"Nay, biar gue aja kejar Seju. Lo ganti baju aja, dulu." sela Thaletha yang memotong perkataan Ainaya.

Segera Thaletha ikut menyusuli langkah Sejuk di depan sana.

Dan kini Ainaya dihadangkan dengan keadaan dilema besar. Gadis ini berpikir, semua ini berawal dari dirinya, dan hanya dialah pendosanya.

......

"Ya kali, cowo ganteng kayak gue, jadi babu lo." keluh Najendral. Pria yang tingginya serupa dengan Brian ini sejak tadi terus mengerutu.

"Ok, seterah lo." gumam Brian dengan wajah sama seperti yang ia sering tunjukkan.

Brian tanpa memperdulikan apapun kembali melanjutkan kegiatan mengepelnya

"Nama gue Najendral. Nama lo sapa?" ucap Najendral bermaksud mengenalkan dirinya pada Brian lawan bicaranya, tak lupa pria ini mengulurkan tangan kanannya itu.

"Brian," sahut pria ini. Tapi pamdangannya tetap terfokus  pada gagang pel.

Najendral menatapnya dengan penuh heran. Berani banget cowok kayaknya di abaikan Brian? Yang boleh abai'in dia cuma Sejuk seorang. Catat itu sekarang!

.....

BRAK!

"WOY SANTAI DONG!" teriak melayni dengan kerasnya, karena dia merasa jengkel karena aksi Sejuk yang membanting pintu kelas kelas XI IPA 3 dengan kerasnya.

"NGGAK USAH BACOT! MANA RARA?!" tegas Sejuk masih saja ngotot.

"Dia di kantin, sama Alya, Vris, Rilly." jawab salah satu dari mereka.

Mendengar jawaban dari murid itu Sejuk lantas meninggalkan ruangan ini dan menuju kantin.

Beberapa menit setelah Sejuk sudah jauh langkahnya.

"SEJUK TUNGG—" Thaletha yang baru saja tiba di depan pintu kelas XI IPA 3, merasa sangat canggung karena ia tidak menemukan Sejuk di sana. Dengan raut wajahnya yang menciut, Thaletha menutupi setengah wajahnya dengan tangannya.

"Sejuk ke kantin." ucap salah satu dari mereka.

Tanpa basa basi Thaletha lari dengan cepatnya.

Pfftt.... cerita Ainaya, tanpa adanya Thaletha ibarat layangan tanpa benangnya.

......

Suasana di kantin sebenarnya sudah tidak terlalu ramai, karena sudah beberapa menit yang lalu bel masuk berbunyi. Namun beberapa siswa/i ada yang masih berada di tempat ini, biasanya yang jam kosong.

Dari bangku kantin paling belakang terlihat pria yang sedang menyantap satu biji bakso dari mangkuknya. Yap dia Najendral, yang kini sedang begitu lahapnya memakan bakso.

"Lo mau nggak, Yan?" tawarnya pada Brian. Entah gimana caranya Najendral menemukan julukan barunya untuk Brian. Seorang pria dingin yang baru saja dia kenal.

Brian mengalihkan pandangannya dan menghentikan tangannya yang masih diperbudak oleh pel'an

"Nggak." sahutnya mempercepat saja. Namun telapak kakinya membawanya ke arah Najendral, satu tangan kanannya perlahan mengambil sebuah sendok, disambung dia mencicipi satu biji bakso beserta kuahnya. Masalah makanan, dia kalah.

Najendral kini kembali menatapnya dengan heran, munafik bener emang si Brian.

"WOY, RARA!" kini suara lantang terdengar jelas di telinga para pemghuni kantin. Ya siapa lagi kalau bukan Sejuk.

Sontak Brian dan Najendral yang sedang suap-suapan. Nggak boong, mereka berdua ini masih LAKIK! Yang normal.

"Wah, Si Cabe, nih." cibir Rara dengan asal. Kurang ajar Rara. Belum tau aja dia.

"Sejuk Rasendu. Lo nggak cape, apa, cari masalah mulu, sama gue?" cakap Rara, yang ingin memancing emosi Sejuk.

"Look at this," Sejuk lalu mengeluarkan handphone genggamnya, menekan aplikasi Kamera. "MIROR. LO YANG NYARI MASALAH SAMA GUE, RA. BUKAN GUE YANG CARI MASALAH SAMA LO!"

"MASALAH GUE ITU SAMA NAYA! BUKAN SAMA, LO, BOCAH INGUSAN!" lawan Rara yang tidak mau kalah.

"MASALAH NAYA, MASALAH KITA JUGA!" kini Thaletha membuka suaranya, mukanya sudah cukup sangar.

"Lo juga, jangan ikut campur!" celutuk Rara—menunjukkan jari telunjuknya di depan wajah Thaletha.

"Turunin jari lo!" dari arah belakang Rara, terdengar suara yang ingin ikut campur di antara mereka semua—Brian.

"Mas Brian, kasih ajar, dong, si Rara." Thaletha mengompor-ngompori.

"Oh, wow.... jadi Superman-nya Naya, ada di sini." kekeh Rara, disambung dengan tertawanya.

"Oh, ya Sejuk. gue denger, lo lagi deket, ya,  sama Najendral? Lo kasih dia pelet apa?" celetuk Rara. Cewek ini hanya berusaha memancing emosi Sejuk, agar gadis itu merasa dipermalukan di muka umum.

"Maksud lo apaan?" tanya Sejuk tidak senang hati.

"Gue tanya, kenapa bisa cowok kayak Najendral, jatuh cinta, sama lo? Pasti lo duluan, 'kan yang deketin dia? Murahan." hardik Rara.

"Atau lo udah pernah dipake, ya, sama dia?" sambungnya.

Tangan sejuk kini hampir mendarat di depan wajah Rara namun tangan Rara berhasil menahannya. "Kenapa? Lo nggak terima? Cewek sampah, kayak lo, mah, banyak tuh, gue temuin di club malam!" cela Rara tersenyum kiri.

Sejuk berusaha melepaskan tangannya itu yang ditahan Tara dengan usahanya, akhirnya tangannya pun terlepas. Dan, ya, itu artinya Sejuk bisa melepaskan tamparannya untuk Rara.

PLAKK!

"OH, BERANI LO!" teriak Rara baru saja dia ingin membalas tamparan Sejuk, tangannya ditahan oleh pria dari arah belakangnya, dia tentu saja Najendral.

"Lo berani amat mau nampar Sejuk? Nyawa lo ada berapa sih, Ra?" pekik Najendral. Pria ini lalu melepaskan tangan Rara, karena kuatnya cengkraman Najendral membuat tangan Rara sampai memerah.

Kesal karena dia tidak berhasil menampar Sejuk, dan merasa dipermalukan, Rara dan komplotannya segera beranjak dari situ begitu cepat.

"Lo gapapa, Sejuk?" lirih Najendral, mata pria ini menatap Sejuk, dia sangat mencemaskannya.

Namun Sejuk kembali mengabaikannya bahkan tidak sekalipun menatapnya.

"Lo kenapa sih, Sejuk?" satu kalimat pertanyaan keluar dari mulut Najendral.

Bersambung......

Continue Reading

You'll Also Like

96.6K 2.8K 54
Ketika cinta tak terbalas aku hanya bisa menunggu dan merasakan rasa sakit.
2.5M 144K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

954K 51.8K 51
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
980K 94.8K 52
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...