Destiny With Bangtan (COMPLET...

Von sangneul7

34.6K 3.2K 279

TULISANNYA BERPROSES! Baca aja dulu 😁 Regina, seorang gadis biasa dengan berbagai masalah pelik yang mengeli... Mehr

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
EPILOG

42

170 20 2
Von sangneul7

Dalam hidup, ada banyak hal yang bisa terjadi hanya dalam sekejap mata. Hari ini mengucap cinta selayaknya sepasang sehidup semati, namun hari berikutnya bertingkah seperti orang asing.

Tidak mau menyangkal, tapi itulah yang terjadi kini antara Gina dan Yoongi.

Keduanya terjebak dalam satu situasi di mana mereka benar-benar bertingkah layaknya orang asing. Jangankan bertegur sapa, saling pandang pun tidak. Tapi yeah, mau bagaimana lagi, bekas perseteruan singkat itu masih melekat erat diingatan, akan lebih aneh lagi jika keduanya justru bertingkah seolah tidak ada sesuatu yang terjadi padahal mereka baru saja mengakhiri hubungan.

Bukannya apa, hanya saja keduanya masih mencoba beradapatasi dengan hubungan yang baru. Atau mungkin masih proses menyembuhkan diri?

Entahlah, yang jelas ketika mereka dihadapkan kembali di tempat yang sama, setelah seminggu lebih tak lagi saling berkomunikasi paska kejadian malam itu, keduanya benar-benar selayaknya orang asing, canggung, dan saling mengabaikan.

Sabtu pagi itu, yang menjadi rutinitas Gina tuk menyiapkan sarapan menjadi buktinya. Bila biasanya Yoongi berdiri tuk membantu, maka lain halnya sekarang, pria itu hanya terduduk di depan meja makan dengan segelas kopinya. Membiarkan Seokjin membantu Gina menyiapkan sarapan sedang ia duduk menunggu bersama member lain di tempat meja makan itu.

"Sarapannya datang!"

Hingga setelah beberapa waktu,
sambil berlenggak-lenggok seksi dalam balutan piyama biru RJ nya, Seokjin akhirnya datang membawa dua piring panekuk beroles madu yang dibubuhi irisan pisang. Yang kemudian diletakkan di atas meja yang orang-orangnya sudah menunggu kelaparan namun tak berani menyentuh sebelum dipersilahkan.

Ingatkan, Seokjin itu penganut sistem kebersamaan, tak boleh makan sebelum personil lengkap. Maka Seokjin berteriak, "Taehyung-ah! Cepat bangun! Kalau panekuknya sampai dingin karena menunggumu maka akan kusuruh kau memasaknya ulang." Suaranya nyaring, khas ibu-ibu yang sedang mengomeli anaknya.

Sejurus kemudian Seokjin berpaling ke Gina. "Gina-ya, ayo! Sisanya nanti saja," panggilnya mengajak sarapan bersama.

"Ah, tidak, Oppa. Aku tadi sudah sarapan, sudah sangat kenyang. Kalian makan saja, biar aku yang menyelesaikan ini," balas Gina selagi tangannya menuang adonan panekuk ke atas teflon.

Seokjin pun tidak memaksa, justru kembali berpaling dan berteriak lagi. "Taehyung-ah!"

Hingga tanpa perlu menunggu detik menjadi menit, Taehyung sudah memunculkan diri dengan penampilan bangun tidurnya. Benar-benar baru bangun tidur. Datang menghampiri dengan langkah tak bertenaga. Sebelum akhirnya mendaratkan bokong di sebelah Jimin. Yang juga sebagai pertanda bahwa sarapan pagi sudah bisa dimulai.

Tuk sejenak Taehyung masih terbengong berusaha mengais kesadaran ketika satu persatu member lain mulai bergerak mengambil panekuk ke piring masing-masing. Hingga sewaktu Hoseok yang berada di sisi lain bangku menyorongkan sepiring panekuk ke depannya, baru pria itu mengerjap tersadar, lalu ikut mengambil potongan kecil panekuk dan melahapnya.

"Apa kita punya strawberry di kulkas?" tanyanya menoleh kepada Jimin. "Kurasa ini akan lebih enak bila ditambahkan irisan strawberry," komentarnya dengan mulut mengunyah potongan kecil pancake.

Jimin yang tengah menikmati sarapannya mengendik tak acuh. "Coba kau tanya Gina," katanya.

Taehyung lantas menggiring penglihatannya ke arah dapur. Namun alih-alih lekas menanyakan strawberry, Taehyung justru memicingkan mata bangun tidurnya itu. Penampilan Gina yang baru dilihatnya itu sukses menarik atensinya tuk memeta lebih teliti dan menguarkan sisa-sisa kantuknya barusan. Rasanya ada sesuatu yang berbeda dari sosok yang masih berkutat dengan adonan panekuk yang dilihatnya itu.

"Gina-ya, kau potong rambut?" serunya akhirnya. Menilik sedikit takjub ke arah Gina yang kini rambutnya hanya sebatas leher dengan gaya potongan Bob.

Gina yang sudah mendengar kalimat itu sebanyak lima kali dari member Bangtan pagi ini pun spontan menyematkan sunggingan. Tidak begitu merespon dan hanya memberi anggukan seadanya.

Namun berbeda dari ke-empat member lainnya yang memberi komenter berupa pujian atas penampilan baru Gina itu, Taehyung justru memberi tatapan ganjil yang terkesan menghakimi.

"Wae?" heran Taehyung. Suaranya menukik penuh curiga. "Kau tidak sedang patah hati kan?" selorohnya mengudarakan tanya tepat pada sasarannya.

Tak ayal sukses menarik atensi member lain dengan Gina yang kini membisu di tempat.

"Yakh, bagaimana bisa kau berpikir seperti itu?" Jimin menyela tanpa meluputkan sarapan dari aktivitasnya. Sedang member lain hanya tertarik tuk mendengarkan tanpa menimpali.

"Ani kuge, soalnya adikku juga seperti itu. Katanya itu ritual wajib wanita ketika sedang patah hati. Memotong rambut," jelas Taehyung penuh minat.

Sambil memasukkan satu potong panekuk ke dalam mulutnya, Jimin menyunggingkan sudut bibir, tampak nencemoh perkataan Taehyung. "Aku baru mendengar hal yang seperti itu."

"Yeah. Aku juga tidak begitu mengerti, tapi katanya sih begitu. Dan, ah!" Seolah mendapat ilham dari mana, Taehyung sontak menunjuk Jungkook yang sejak tadi duduk membisu di kursi depannya. Tampak bersemangat dari apa yang ia katakan barusan.
"Yakh, Jungkook-ah! Bukannya mantanmu yang dancer itu juga dulu begitu? Memotong habis rambutnya setelah putus denganmu?" tanyanya yang tidak benar-benar bertanya. Justru tampak seperti sedang mencari pembenaran, mencari dukungan.

Jungkook mengendikan bahu tak peduli. Lagipula dancer mana lagi yang dimaksud Taehyung ini.

Sejurus kemudian Taehyung berpaling ke arah Hoseok yang berada di samping Jungkook tadi. "Ah... Hoseok hyung! Mantanmu yang terakhir juga begitu kan?" lanjutnya dengan suara menggebu-gebu.

"Na?" kaget Hoseok. (Aku?)

Dan tanpa memperdulikan raut tercengang Hoseok, Taehyung sudah berseru menarik kesimpulan.

"Lihat kan? Wanita-wanita itu memotong rambutnya saat sedang patah hati!" katanya berdecak membenarkan diri. Bangga atas apa yang ia ketahui sedang member lain tidak. Bertingkah songong seperti biasanya.

"Jadi..." Taehyung hendak menoleh, berniat mengembalikan titik awal pembicaraan pada sosok Gina tadi, tepat sebelum seseorang menyelanya.

"Kau benar."

Kini Gina sudah berdiri di sisi Taehyung sambil tangannya meletakan sepiring panekuk di hadapan pria itu. Membuat Taehyung terkesiap kaget karena praduganya mengenai Gina ternyata benar. Lantas Taehyung mengerjap terperangah sambil menyoroti Gina yang muncul tiba-tiba di sisinya.

"Mwo? Jadi kau memotong rambutmu benar-benar karena sedang patah hati?" Suara itu keluar begitu saja dengan penuh ketidaksangkaan tanpa benar-benar Jimin maksudkan. Dan ketika ia sadar, lekas ia menangkupkan mulutnya.

Mendengar itu, Gina hanya mengendikkan bahu beserta seulas senyum simpul di bibir sembari ia meletakan sepiring panekuk lainnya di hadapan Jungkook. Setelahnya ia berpaling kembali menuju dapur.

"Kau sungguh baru putus dengan kekasihmu?" Dengan wajah takjubnya Taehyung bertanya. Seakan coba membuat semuanya jelas.

"Yakh!" tegur Hoseok dengan suara pelannya.

Pikirnya Taehyung keterlaluan. Sudah tau jelas gadis itu sedang patah hati, eh, tapi malah ditanyai seperti itu lagi. Tidak tau apa wanita yang sedang patah hati itu sangat sensitif dan mudah tersinggung. Sebab itu ia mengedip-ngedipkan mata seakan mengkode agar Taehyung berhenti, tapi yang ada, pria itu justru planga plongo tanpa petunjuk.

Sementara di seberang sana, sambil meniriskan panekuk terakhir yang dimasaknya ke atas piring, Gina justru menjawab santai pertanyaan Taehyung barusan.

"Yeah, mau bagaimana lagi. Katanya dia tidak bahagia denganku."

Yoongi yang sejak tadi berusaha untuk tidak peduli dan duduk membisu di kursinya seketika tertegun dengan tatapan kosong mengarah ke piringnya. Mengabaikan Seokjin yang memandanginya penuh tanya sekarang.

"Jadi kau dicampak---ouch!"

Seseorang baru saja menendang kaki Taehyung dari bawah sana. Membuat Taehyung mendelik kesakitan, namun tidak tau pada siapa ia harus melayangkan penghakiman. Apakah Hoseok yang menatap bingung ke arahnya atau kah Jungkook yang sedang menikmati panekuk di depannya.

"Aishhh..."

Namun diam-diam Jungkook menyunggingkan senyuman kala Taehyung mendesis kesal sambil mengusap-ngusap tulang keringnya.

Mengabaikan apa yang terjadi pada Taehyung, Jimin lantas membuka suara.

"Tunggu. Tapi kenapa kau harus memotong rambutmu?"

Sedikitnya Jimin peduli, tapi pertanyaan itu benar-benar mengusik batinnya. Jimin masih belum mengerti, bila hati yang terluka, lalu mengapa rambut yang sebenarnya adalah mahkota yang harus menanggung akibatnya?

Tapi, yeah. Memang begitu cara wanita menyembuhkan hati. Mendandani diri untuk penampilan baru yang akan membuatnya lebih percaya diri. Membantunya menumbuhkan perasaan senang tuk menepis rasa kehilangan juga kesedihan yang dialaminya.

Untuk sesaat, Gina tampak termenung dengan wadah madu di tangannya. Entah mengapa hatinya bergejolak lagi. Terasa pedih dan tak nyaman. Namun Gina sudah berjanji, ia tidak akan bertingkah kekanak-kanakan lagi. Dicampakkan sudah cukup membuatnya terlihat menyedihkan. Ia tidak ingin terlihat lebih menyedihkan lagi dengan bertingkah kekanakan seolah dirinya belum bisa move on dan masih berharap.

Maka menunduk dan menarik salah satu sudut bibirnya ia berkata, "Sebenarnya sulit untuk dijelaskan. Tapi, yah, kau tau? Semacam melepas sebagian beban. Setelahnya akan terasa lebih ringan dan nyaman." Selagi tangannya berganti meraih irisan pisang yang akan digunakannya sebagai toping panekuk, ia melanjutkan, "Entahlah. Hanya saja terasa lebih bebas."

Lirikan mata bergulir saling pandang di meja makan itu. Hening sejenak sebelum Taehyung berbisik rendah kepada yang lainnya. "Apa itu semacam kode kalau ia sudah melupakan kekasihnya?"

"Yakh! Taehyung-ah," tegur Hoseok sekali lagi. Matanya tampak mengawasi sekaligus memperingati agar Taehyung menjaga bicaranya ketika Gina tampak hendak mengahampiri dengan sepiring panekuk terakhir di tangannya.

"Mwo? Itu memang terdengar seperti kalau dia sudah melupakan kekasihnya kan?"

"Lebih tepatnya mantan kalau boleh kukoreksi."

Spontan Taehyung menoleh sedikit kaget. Lagi-lagi tanpa sadar Gina sudah berada di sisinya.

Sempat menorehkan senyum, Gina lantas segera meletakkan sepiring panekuk terakhir di atas meja. Kemudian sambil memandang yang lainnya dengan telapak tangan tertangkup di depan perut ia berucap, "Well, tidak ada yang salah dengan patah hati. Semua orang mengalaminya bukan? Jadi ayo berhenti membicarakan ini dan yeah, silahkan nikmati sarapan kalian."

Mengumbar senyum lebar seakan ia sama sekali tak marah sebagai penutup, Gina pun lekas berbalik pergi menuju ruangan lain. Menghilang dari pandangan member tuk melakukan sesuatu selain mendengar dirinya dibicarakan.

"Yakh! Tidak bisakah kau menjaga sedikit bicaramu?" gerutu Hoseok dengan tatapan tak habis pikir ke arah Taehyung.

"Mwo?" Lagi-lagi tampang tak paham yang Taehyung perlihatkan.

"Oh astaga, Taehyung-ah. Dia baru saja patah hati. Tidakkah kau mengerti? Tidakkah kau lihat seberapa keras dia berusaha untuk terlihat baik-baik saja?"

Taehyung langsung membuat huruf a dengan mulutnya, agak mendesah pendek sebagai penyesalannya.

"Kasihan Gina. Dia pasti sudah melalui hari yang berat setelah putus dengan kekasihnya. Tidak heran kenapa dia bisa terlihat kurus begitu." Jimin bersuara, dari nadanya tersirat rasa simpati ketika ia menoleh tuk melihat bayang bayang Gina yang tadi pergi menghilang di ujung sana.

"Pria itu dalam masalah."

Tiba-tiba Namjoon yang sedari tadi bungkam menikmati sarapannya kini mengeluarkan suara. Tangannya masih memegang garpu di depan dada yang ujungnya menyentuh piring ketika semua atensi sudah teralih padanya dengan sorot mempertanyakan maksud dari apa yang ia katakan.

Merasakan desakan kuat melalui sorot mata yang menatapnya, Namjoon kontan melanjutkan dengan pembawaannya yang tenang dan santai, seakan menarik garis kesimpulan atau inti pembicaraan yang sejak tadi ia dengar digaungkan.

"Saat wanita memotong rambutnya karena patah hati, maka itu berarti semuanya sudah benar-benar berakhir. Tidak akan ada lagi kiasan tentang cinta lama bersemi kembali. Karena pada dasarnya, memotong rambut sama halnya memutus, menghapus, membuang dan melupakan segala sesuatu yang ia punya mengenai hubungannya bersama kekasihnya itu. Dengan kata lain, tidak akan ada lagi kesempatan kedua. Seperti yang kalian tau sendiri, manusia terkadang memiliki titik penyesalannya masing-masing dalam hidup, termasuk dengan keputusan yang diambilnya dalam suatu hubungan. Dan saat penyesalan itu datang, semuanya sudah terlambat."

Yoongi tidak tau apa yang salah dengan dirinya. Jika memang ucapan Namjoon itu benar, bahwa Gina sudah melupakan dirinya, seharusnya itu hal yang baik. Ia sepatutnya senang karena itu yang diinginkannya, agar Gina tidak tersakiti lagi olehnya. Tapi kenapa? Kenapa sesuatu dalam dirinya terasa panas dan bergemuruh sesak?

Maka menegak cangkir minum kopinya, Yoongi pun segera menyudahi sarapannya. Ia kemudian bangkit dan berlalu pergi lebih dulu meninggalkan meja makan itu tanpa sepatah kata yang sejak tadi memang tak pernah mengeluarkan kata-kata. Sama seperti Jungkook yang juga diam membisu di tempatnya.

***

Menyesal?

Apa Yoongi menyesal sudah memutuskan Gina?

Jawabannya tentu saja tidak.

Ada begitu banyak hari yang sudah Yoongi habiskan untuk berpikir sebelum ia benar-benar mengambil keputusannya itu. Yeah, memang tidak mudah, tapi Yoongi yakin ini keputusan terbaik yang dibuatnya. Terbaik untuk Gina dan juga terbaik untuk dirinya. Jadi tidak ada yang perlu ia sesali.

Yoongi menekankan itu pada dirinya selagi ia duduk membisu di kursi kayu yang menghadap jendela di dalam kamarnya. Karena nyatanya perkataan Namjoon tadi sedikitnya telah berhasil mengusiknya.

Yoongi banyak merenung selama berada di kursi duduk itu setelah ia meninggalkan meja makan tadi. Hingga tatkala derak pintu membuka terdengar, Yoongi pun teralihkan, spontan menoleh dan mendapati Seokjin yang baru saja masuk dengan tangan bergerak menutup pintu.

Sekonyong-konyong Yoongi berpaling dan lekas bangkit dari duduknya. Memilih membawa langkah pada pintu wardrobe dan mengeluarkan beberapa pakaian dari dalam sana. Berusaha menyibukkan diri guna menghindari Seokjin yang pastinya akan mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.

Sementara di belakang sana, Seokjin sudah berjalan menyebrangi ruangan, menghampiri, dan berakhir menumpuhkan pinggulnya pada tepian meja kerja yang tak jauh dari tempat Yoongi duduk tadi.

"Sejak kapan?" todongnya langsung. Dengan tangan bersidekap ia memperhatikan Yoongi yang tampak sibuk memilih-milih pakaian dari dalam wardrobe yang memiliki warna senada dengan kamar abu-abu itu.

"Apa?" balas Yoongi tanpa susah payah menoleh.

"Kau tau apa yang kumaksud."

"Tidak penting."

"Itu jelas penting jika itu yang membuatmu tampak kacau belakangan ini."

Sejanak Yoongi terdiam. Apakah dia terlihat seperti itu?

Belakangan ini Yoongi memang tidak tampak seperti biasanya. Ia jadi jauh lebih pendiam dan tak banyak berbicara. Lebih sering kehilangan fokus dan selalu tampak merenung seperti sedang memikirkan sesuatu. Benar-benar definisi kacau seperti yang Seokjin sebutkan.

Maka tanpa berniat membalas, Yoongi lantas menarik satu kaos putih yang dipegangnya. Menutup pintu wardrobe dengan sedikit hentakan. Lalu membawa dua pasang pakaian di tangannya tadi ke atas meja di mana Seokjin berada. Memasukkannya ke dalam tas jinjing berwarna hitam yang sering ia bawa saat akan pergi bekerja. Yang berarti bahwa, pria itu akan menginap lagi di studionya malam ini.

Sadar dengan apa yang akan Yoongi lakukan, Seokjin pun melemparkan tatapan risau, cukup tau bahwasanya Yoongi akan membawa diri ke dalam pekerjaan yang tiada habis dan bergelut sepanjang waktu dengan komputernya. Bekerja, bekerja dan bekerja. Memforsir dirinya tuk selalu sibuk agar tak ada hal lain yang bisa dia pikirkan.

Maka detik itu juga Seokjin menegakkan tubuhnya menghadap Yoongi.

"Yoongi-ah, sebenarnya apa yang salah denganmu? Bukankah katamu kau tidak bahagia makanya kau memutuskan Gina? Lalu kenapa kau malah tampak lebih tidak bahagia lagi setelah putus dengannnya?"

"Hyung tidak akan mengerti." Yoongi membalas hambar selagi tangannya bergerak mengepak barang-barangnya.

"Yeah, aku memang tidak mengerti. Sama sekali tidak ada yang kumengerti. Aku bahkan tidak mengerti kenapa kau memutuskan Gina dengan alasan tidak masuk akal begitu. Tidak bahagia? Huh! Omong kosong! Di mana letak tidak bahagia itu saat kau bisa tersenyum sumringah setiap saat hanya karena membaca pesan masuk darinya di ponselmu? Di mana letak tidak bahagia itu saat kau begitu bersemangat pulang karena ingin menemuinya di dorm? Di mana letak---"

"Hyung! Cukup!" Yoongi menyergah beriring genggamannya pada tas yang menguat. Tampak marah, namun tak lebih ditujukan pada dirinya sendiri.

Dan tanpa sekalipun melirik ke arah Seokjin yang tetap setia menautkan pandangan ke arahnya, Yoongi sudah melanjutkan lagi aksi mengepaknya hingga selesai. Setelahnya, pria itu bergeser ke arah bukaan jendela yang memperlihatkan pemandangan luar dari kamarnya. Berdiri termenung entah sedang memikirkan apa.

Seokjin yang tadinya berdiam diri memperhatikan akhirnya memilih menghampiri, berdiri dua langkah di belakang Yoongi.

"Yoongi-ah, aku mungkin tidak mengerti. Tapi aku tau. Aku tau kalau kau benar-benar mencintai gadis itu. Dan kau bahagia bersamanya. Jewer telingaku kalau aku salah."

Sesaat sunggingan yang tampak mencemoh berkelebat di wajah Yoongi.

"Cinta...," lirihnya bermonolog.

"Yeah, tidakkah kau mencintai gadis itu?"

"I did. I love her. But, it doesnt mean anything."

"Apa maksudmu? Tentu saja itu berarti."

Yoongi menggeleng, tatapan matanya mengawang keluar jendela.

"Apa guna lah sebuah cinta jika kau tak bisa selalu ada untuknya."

"Apa guna lah sebuah cinta jika semuanya dimulai dengan cara yang salah."

"Apa gunalah sebuah cinta jika kau tak bahagia."

"Apa guna lah sebuah cinta jika kau terus-terus dipenuhi rasa bersalah."

"Apa guna lah sebuah cinta jika kau bukan takdirnya."

***

Yuhuuuuuuuu

Kira kira nasib dua sejoli ini gimana yah?

Apakah Yoongi dan Gina bakal balikan?

Soalnya mereka saling sayang sebenarnya, tapi.... Yah gitu

Terus Jungkook juga, ada ape nih Jungkook diam-diam mulu, patut dipertanyakan.

Nextnya kita bakal ulik kebungkaman Jungkook itu.

Oke, jangan lupa voment bestie.

See you 👋


Weiterlesen

Das wird dir gefallen

penyesalan Von Jeon Mira

Kurzgeschichten

6.3K 393 22
yn: kamu pikir cuma kamu doang yang merasakan kehilangan.. aku juga yoon.. dan tolong jaga sikap mu terhadap ku Yoongi: apa yang harus di jaga hah? a...
17.8K 2.1K 32
(Squel of "The Vampires") ✨Writter : Melody x Alfaa . . . Tali persahabatan yang terjalin kuat sejak masa kuliah hingga sekarang membuat Ara dan Bang...
1.5K 84 41
menceritakan perjalanan bts dari tahun 2013 sampai 2023 diambil dari buku *BEYOND THE STORY* versi Indonesia
12K 613 11
tidak ada deskipsi ... langsung aja ... semoga suka