Istri Yang Terlupakan (Jung J...

By Resyarin

4.2K 606 229

Siapa aku dihidupmu? Aku tiba-tiba menghilang dari duniamu atau kamu yang sebenarnya memang menghilangkan ak... More

00. Prolog
01. Pertemuan
02. Pernikahan
03. Kebahagiaan
04. Kejutan

05. Kepedihan

527 68 17
By Resyarin

Jangan lupa Vote dan komen

Selamat Membaca.....

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Entah kenapa perasaan Zahra tak tenang sejak kepergian suaminya. Dia seperti merasa akan ada hal buruk yang terjadi.

Dengan terburu Zahra mengambil Handphone nya lalu menghubungi Juna. Dia saat ini sedang berada di kamarnya,duduk gelisah sambil memandang foto pernikahannya dan Juna yang terpajang di meja nakas.

Tut...... Tut...... Tut......

Telpon suaminya aktip tapi Juna tak mengangkat telponnya juga.

"Mas tolong angkat....." perasaan Zahra benar-benar semakin tak enak.

Bahkan dia sudah menahan tangisnya saat ini.
Zahra bahkan langsung berdiri terburu dan tanpa sengaja menyenggol pigura foto pernikahannya hingga jatuh dan hancur.

"Astagfirullah'haladzim......."

Zahra bahkan begitu kaget akan apa yang terjadi membuat perasannya semakin tak menentu.

'Maaf nomer yang anda hubungi sedang tidak aktif.'

Tiba-tiba nomer Juna juga tak aktif, padahal tadi masih aktif.

Zahra lalu pergi keluar kamar,meminta Artnya untuk membereskan pecahan kaca pigura di kamarnya.

Nisa lalu duduk termenung di ruang tamu, tak tau harus berbuat apa sekarang.

"Kamu kenapa Mas gak bisa dihubungi? Kamu baik-baik sajakan?"

Rasanya seluruh kebahagiaan telah dia dapatkan setelah bersama Juna, bahkan hidupnya terlalu bahagia.

Dan kini Zahra takut jika mungkin akan datang badai yang mungkin saja merenggut kebahagiaannya.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Zahra sedang melamun memikirkan Juna yang tak bisa juga dia telepon. Seharusnya suaminya pasti sekarang sudah sampai ke kantornya. Baru saja Zahra akan menelepon ke kantor. Tiba-tiba dia di kagetkan dengan kedatangan orang tua Juna.

"Mah, Pah.... Kalian kesini kok gak kasih tau dulu Zahra." ucap Zahra setelah mencium kedua tangan mertuanya.

Tapi entah hanya perasaan Zahra atau memang benar kedua mertuanya begitu terlihat sedih. Bahkan Yulia terlihat sekali habis menangis.

"Zahra....." ucap Yulia dengan begitu parau.

"Ada apa Mah?" tanya Zahra tak mengerti.

"Kamu ikut Mamah dan Papah dulu yah. Nanti Papah jelaskan disana." pinta Agung pada menantunya.

Zahra yang tak mengertipun hanya bisa mengangguk pasrah. Dia lalu mengambil tasnya dan ikut dengan kedua mertuanya yang akan mengajaknya entah kemana.

Hampir setengah jam mereka berada di dalam mobil hingga pada akhirnya Zahra tau dia ternyata di bawa kesebuah rumah sakit.

"Mah, Pah.... Apa maksudnya Zahra dibawa kesini?" tanya Zahra yang mulai merasa perasaannya begitu tak nyaman.

Jangan bilang apa yang ada di pikirannya ini memang sebuah kenyataan. Itu semua tak mungkinkan, mungkin dia diajak menjenguk seseorang saja.

"Kamu ikut kami dulu yah Zahra." pinta Agung.

Zahra pun menurut dengan dia yang terus digandeng Yilia, bahkan Yulia tak melepaskan gandengan tangannya terhadap Zahra.

Mereka lalu sampai ke ruang UGD dan disana juga ada dua orang polisi yang sedang berjaga. Membuat Zahra semakin ketakutan.

"Apa kalian keluarga korban?" tanya pak polisi membuat Nisa heran.

"Mah.... Memang siapa yang ada di dalam?" tanya Zahra masih berusaha berpikir positif.

"Iya, saya Ayahnya." ucap Agung membuat Zahra tak mengerti.

Anak dari mertuanya itu hanyalah satu yaitu suaminya Juna.

"Maksud Papah apa? Siapa yang ada di dalam? Anak Papah dan Mamah itu cuma Mas Juna. Dia tadi pamit ke kantor Pah. Mas Juna ada di kantor." ucap Zahra penuh ketakutan.

"Tenang Zahra, Mamah mohon." pinta Yulia. Tapi bahkan air mata Yulia juga tak dapat dia dia bendung.

"Maaf Bu, apa anda istri dari pak Juna?" tanya Pak Polisi.

"Iya.... Mana suami saya?" tanya Zahra penuh kepanikan.

"Suami anda pak Juna ada di dalam, beliau mengalami kecelakaan." ucap polisi itu.

"Pak anda bohong kan? Suami.saya baik-baik sajakan. Ini semua bohongkan? Mah Pah ini.bohongkan?" tanya Zahra dengan air mata yang mulai menggenangi matanya.

"Zahra Nak, sabar sayang. Mamah juga kaget denger kabar ini." ucap Yulia mencoba menenangkan Zahra.

"Ini memang berat Bu tapi suami anda mengalami kecelakaan di jalan raya karena sebuah mobil bak terbuka dari arah berlawanan yang mengalami kehilangan kendali dan menabrak mobil suami anda. Beliau saat ini sedang ditangani dan menjalani operasi. Bahkan supir mobil bak terbuka itu tak bisa diselamatkan. Keadaan Pak.Juna.juga cukup parah." jelas Polisi itu yang semakin membuat Nisa terpukul.

"Enggak..... Hiks. Mas Juna pasti baik-baik saja. Ini semua pasti cuma bohong, ini semua pasti mimpi." teriak Zahra dengan air mata mengalirnya.

Bahkan Zahta sampai menutup rapat mata dan menutup telinganya dengan kedua tangannya. Hingga pada akhirnya Zahra kehilangan kesadarannya.

"Zahra......" teriak Yulia dan Agung begitu panik melihat menantu mereka yang pingsan.

Mereka tau ini semua pasti sangat menyakitkan bagi Zahra. Apalagi keadaan Zahra yang sedang mengandung. Merekapun saat mendapatkan kabar dari polisi begitu kaget hingga bahkan menginginkan semua ini memang hanyalah mimpi semata.

🌼🌼🌼🌼🌼

Zahra dengan perlahan mendapatkan kesadarannya kembali. Saat dia membuka matanya sudah ada sang Bunda yang ada di pandangan matanya.

"Sayang.... Ada yang sakit Nak?" tanya Iren begitu khawatir.

Zahra awalnya masih merasa linglung, dia bahkan tak menjawab peetanyaan Bundanya. Zahra mencoba mengingat apa yang terjadi padanya hingga ingatan menyakitkan itu Zahra dapatkan kembali.

"Hiks...... Bunda. Mana suami Zahra? Mana Mas Juna?" tanya Zahra sambil menangis lalu seger bangun dari posisi tidurnya hingga pusing kembali menghampirinya hingga membuat Zahra limbung untung Iren sigap menahan tubuh sang putri.

"Tenang Zahra, operasi Juna sudah selsai. Suami kamu baik-baik saja, Juna bisa bertahan dia lelaki kuat. Nanti setelah Juna dipindahkan ke ruang rawat baru kita temui yah." bujuk Iren.

"Zahra mau liat Mas Juna sekarang juga Bunda." ucap Zahra lalu langsung turun dari brankar tempatnya duduk.

Baru saja Zahra akan membuka pintu ternyata sudah di dahului lebih dulu oleh Ayahnya, Seno.

"Kamu mau kemana Nak?" tanya Seno dengan lembut.

"Ayah..... Zahra mau ketemu Mas Juna. Zahra mohon, antar Zahra menemui suami Zahra. Hiks....." pinta Zahra dengan air matanya yang sudah jatuh dengan derasnya.

Seno bahkan menghapus air mata putri tersayangnya. Lalu Seno bawa sang putri ke dalam pekukannya hingga tangis Zahra semakin terdengar pilu.

"Menangislah sayang..... Setelah kamu tenang baru Ayah akan antar kamu menemui Juna." ucap Seno terus memeluk putrinya dan mengelus punggung Zahra yang bergetar karena menangis.

Hingga setelah tangis Zahra berhenti Seno menepati janjinya mengantar Zahra ke ruangan Juna yang sudah ada Agung dan Yulia yang berada di sana.

"Mah, Pah..... Mana Mas Juna?" tanya Zahra.

"Juna ada di dalam, kita belum bisa nemuin dia. Tapi Juna sudah melewati masa kritisnya, kamu yang tenang yah sayang." ucap Yulia memberitahu.

"Zahra mau lihat Mas Juna." pinta Zahra.

Lalu Agung dan Yuliapun segera menyingkir, membiarkan Zahra melihat Juna dari balik kaca.

Zahra menempelkan tangannya di jendela itu. Betapa sakit hatinya melihat sang suami yang tak sadarkan diri dengan berbagai alat kedokteran tertempel di badannya. Juga perban yang begitu tebal melilit kepala Juna.

Suami hanya pamit bekerja. Tapi mengapa sekarang Zahra harus melihat suaminya terbaring tak berdaya. Bahkan Zahra tak.dapat membayangkan bagaimana bila dia.harus kehilangan Juna.

Sebelah tangannya lagi Zahra taruh di atas perutnya yang sudah membuncit. Disana sedang tumbuh anaknya dan Juna. Bahkan Zqhra masih terbayang senyum suaminya saat tadi mengantarkannya memeriksa keadaan anak mereka. Tapi sekarang wajah pucat Juna yang Zahra lihat.

"Kamu harus kuat Mas, aku dan anak kita menunggu kamu. Tolong sadarlah segera..... Hiks. Jangan membuat aku ketakutan." ucap Zahra dengan tangisnya yang terua mengalir.

Yulia dan Iren bahkan sudah ikut menangis bersama Zahra. Mereka tau pasti ini semua berat bagi Zahra. Mereka juga tak menyangka cobaa ini akan datang dalam rumah tangga putra putri mereka.

Sedangkan para Ayah hanya bisa menenangkan dan memberi kekuatan. Karena merekalah yang menopang para perempuan ini untuk kuat.

🌼🌼🌼🌼🌼

2 hari sudah berlalu sejak kejadian kecelakaan itu. Tapi Juna belum juga bangun walau dokter bilang keadaannya baik dan stabil tak perlu ada yang dikhawatirkan. Tapi mungkin karena gagar otak yang cukup parah di alami Juna membuat kesadarannya masih belum bisa pulih.

Dokter meminta keluarga sabar dan jika sampai 2 hari lagi Juna belum juga sadar maka harus dilakukan kembali pemeriksaan menyeluruh dan mungkin Juna bisa dikatakan dalam keadaan koma.

Juna sendiri sekarang sudah berada di ruang perawatan khusus yang di sewa paling terbaik untuk kenyamanan seluruh keluarga. Apalagi Zahra yang sedang hamil dan tetap bersikeras berada di rumah sakit untuk mendampingi Juna. Walau semua bujukan orang tua dan mertuanya sudah mereka keluarkan.

Seperti saat ini, Zahra mengaji di samping suaminya dengan tangan yang terus dia tautkan pada tangan Juna. Berharap tangan itu segera bergerak dan akhirnya Juna sadar.

Sampai tak lama datang Yulia bersama Iren ke ruang rawat Juna sambil membawa makanan di tangan mereka. Tentu saja makanan itu untuk Zahra yang susah sekali makan sejak Juna kecelakaan. Apalagi mereka khawatir karena Zahra yang sedang mengandung.

"Sayang makan dulu." pinta Iren.

Zahra lalu mengakhiri mengajinya dan segera menutup Al-Qur'an dan menaruhnya di nakas.

"Nanti aja yah Bun." ucap Zahra menolak.

"Kasian cucu Mamah kalau kamu gak makan, kamu harus inget loh, kamu gak sendiri sekarang." ucap Yulia membujuk.

Zahra melihat ke arah perutnya yang bahkan sudah terasa pergerakan lembut disana. Zahra elus perutnya lalu melihat ke arah Juna. Biasanya Juna suka sekali mengelus perutnya sebelum mereka tertidur.

"Iya... Zahra makan sekarang."

Zahra pada akhirnya mengalah, bagaimanapun dia sedang hamil dan jika Juna tau Zahra tak menjaga kondisinya pasti dia akan marah.

Zahra lalu berdiri dari duduknya, tapi kepalanya tiba-tiba terasa begitu berat dan ruangan ini terasa berputar belum lagi kepalanya yang sakit sampai akhirnya Zahra kembali kehilangan kesadarannya.

Sekali lagi Zahra tersadar di sebuah ruangan lain dan itu adalah ruangan dokter kandungan. Zahra bahkan begitu merasa lemas, apalagi dengan jarum infus yang tertancap di tangannya.

"Darah Bu Zahra begitu rendah, anda juga pasti kelelahan dan kurang tidur. Obat tambah darah juga rutin anda konsumsi kan.Bu Zahra?" tanya Dokter itu.

"Sejak saya di rumah sakit, saya lupa meminum obat dan vitamin kehamilan saya Dok." jelas Nisa.

"Untuk itu saya sarankan anda hari ini pulang ke rumah dan beistirahat penuh. Saya tau anda sedang dalam keadaan tak baik karena keadaan Pak Juna. Tapi anda juga harus menjaga kondisi bayi dalam perut anda Bu Zahra. Biarkan yang lain menjaga suami anda dahulu di rumah sakit." saran Dokter.

"Dokter benar sayang, biarkan Mamah dan Papah yang disini." ucap Yulia.yang memang sejak tadi ada bersama Iren juga.

"Pokonya hari ini kamu pulang sama Bunda. Bunda akan temenin kamu." ucap Iren sambil menggenggam tangan Zahra.

Pada akhirnya Zahra pun tak punya pilihan lain selain menuruti apa yang Dokter sarankan. Dia juga perlu memikirkan keadaan dirinya dan anak dalam kandungannya.

🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Begitu pulang ke rumah Zahra benar-benar di paksa langsung beristirahat oleh Bundanya. Bahkan Iren merebut Telepon Zahra agar putrinya itu fokus.beristirahat dan tak mencari tau kabar Juna pada ibu mertuanya.

Karena Iren sangat tau sekali.kebiasaan sang Putri. Bahkan karena takut Zahra tetap tak beristirahat Iren sampai menemani putrinya itu tidur di kamarnya.

Seharian itu Zahra benar-benar beristirahat. Bqhkan hingga esok harinya Zahra tetap tak di ijinkan untuk melakukan apapun oleh Bunda dan Ayahnya.

"Bun..... Zahra pengen ke rumah sakit. Siapa tau Mas Juna sudah sadar." rengek Zahra sore itu pada Iren.

Dia hanya ingin melihat keadaan suaminya saja. Bahkan berjanji hanya akan menengok lalu pulang kembali. Tapi Iren bersikeras melarang dan hanya akan mengijinkan bila memang ada kabar dari Yulia di rumah sakit.

Sore itu bahkan Iren sedang menemani Zahra membaca buku untuk mengalihkan pikiran putrinya agar tak terus memaksa pergi ke rumah sakit. Sebenarnya Iren melakukan.itu karena dia dengar keadaan Juna sempat Drop tadi pagi dan jika Zahra tau Iren takut Zahra syok dan terjadi hal seperti kemarin.

Tapi saat Iren mengambil minum ke dapaur untuk dirinya dan Zahra dia lihat putrinya itu sedang mengangkat Teleponnya. Karena Telepon Zahra sendiri masih dalam keadaan tak aktif.

"Apa...... Iya Mah Zahra akan ke rumah sakit. Hiks." ucap Zahra di telepon lalu segera mematikan sambungannya.

"Sayang, ada apa?" tanya Iren was-was melihat Zahra yang sudah menangis.

"Mas Juna...... Dia sudah sadar Bun." beritahu Zahra yang membuat Iren begitu lega.

"Alahamdulilah....." ucap Iren penuh syukur.

Zahra dengan orang tuanya.begitu semangat menuju ke Rumah sakit. Bahkan senyum itu tak pernah luntur dari wajah Zahra.

Zahra sangat beesyukur suaminya telah siuman. Bahkan tanpa sadar Zahra berlari tak sabar ke arah ruang rawat Juna.

Zahra bahkan langsung membuka ruang rawat Juna begitu saja. Dia melihat disana suaminya sudah duduk bersandar di topang sebuah bantal dengan dokter di sampingnya. Juga ada kedua mertuanya, tapi seperti kaget karena meluhat kedatangannya.

"Mas..... Akhirnya kamu siuman." ucap Zahra bahkan dengan air mata bahagia yang bercucuran dan dia juga mendekati ranjang rawat Juna perlahan.

"Kamu siapa?" tanya Juna yang seketika membuat Zahra menghentikan langkahnya.

Bahkan kedua orang tua Zahra yang berdiri di ambang pintu juga begitu terkejut mendengar perkataan Juna.

"Mah, Pah..... Siapa wanita hamil ini?" tanya Juna sekali lagi.

Pertanyaan itu semakin membuat Zahra terdiam dengan air mata yang bercucuran. Tapi bukan lagi air mata bahagia. Tapi itu adalah air mata kepedihan.

Apa maksud dari pertanyaan suaminya?

Mengapa Juna bisa berkata seperti itu. Zahra bahkan merasa hatinya begitu di.remas dengan kuat. Hingga Zahra tak sanggup melihat pandangan asing Juna padanya. Zahra lalu memilih berlari pergi dari ruang rawat Juna.

Apa yang sebenarnya terjadi dengan suaminya?


~~~BERSAMBUNG~~~

HAI.......

LAMA GAK KETEMU....

AKU PUNYA KESIBUKAN YANG GAK BISA AKU JELASIN.

Hari ini aku usahain update karena tentu saja NCT DREAM GLITCH MODE MV udah keluar.

Para bayi kesyangan aku udah comeback.

Aku maksa pokonya kalian harus nonton MVnya yah. Jangan lupa......

POKONYA HARUS NONTON......

See you kapan-kapan lagi yah.....

Continue Reading

You'll Also Like

53.5K 11.6K 131
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
109K 9K 85
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
232K 21.1K 74
Freen G!P/Futa • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan.
285K 24.2K 36
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...