NAMANYA ARUM.

Von ElAlicia

130K 23.7K 2.9K

Kota Pelabuhan, 1965 Arum adalah seorang gadis pantai yang gesit dan trengginas selayaknya ombak di kala huja... Mehr

INTRO
PROLOG
1. SAWAH PAK TARNO
2. RUMOR
3. DANU
4. MAMA SINTHA
5. PERASAAN TAK BIASA
6. BISKUIT AYAH
7. RUMAH MAS DANU
8. SURAT
9. HARI TERAKHIR
10. KOTA KEPENDUDUKAN
11. SATU RANJANG
12. SENI RAKYAT
14. PAGI HARI
15. KEPERCAYAAN
16. KABAR BAIK
17. KEJELASAN
18. KEBENARAN
19. PAKSAAN HALUS
20. SURAT
21. KOTA PELABUHAN
22. JANGGAL
23. KETAKUTAN
24. MIMPI BURUK
25. DILEMA
26. BOHONG
27. BANTUAN
28. FRUSTRASI
29. SEBELUM MELAUT
30. KESEPAKATAN
TENTANG NAMANYA ARUM

13. MALAM BERSAMA

5.2K 668 99
Von ElAlicia

Mengandung adegan dewasa ya bestie‼️

***

Arum terbangun ketika mendengar bunyi benda yang dijatuhkan secara kasar. Sudah empat hari Mas Danu tidak berada di rumah dan malam ini, Mbok Asri pulang ke rumahnya sendiri. Kepulangan Mbok Asri menandakan bahwa Mas Danu akan pulang malam itu juga, meskipun Arum tidak diberitahu apa-apa mengenai hal itu. Dugaannya nyatanya benar. Mas Danu telah pulang. Namun, berbeda dari biasanya, malam ini, Mas Danu lebih banyak menimbulkan suara. Biasanya, suara yang ditimbulkan hanyalah bunyi derit pintu yang tertutup dan terbuka, lalu semuanya kembali hening.

Arum menyalakan lampu di sebelah ranjangnya dan tetap diam dalam waktu yang lama. Suasana yang hening, membuat Arum bisa mendengar dengan jelas segala pergerakan kasar Mas Danu di ruang tamu. Pria itu terdengar menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya. Beberapa kali, terdengar geraman pelan dan diselingi nafas yang berat. Suara pintu di sebelah kamar Arum terdengar menutup dan setelahnya kembali hening untuk waktu yang lama. Setelah bergulat dengan pikirannya sendiri dalam waktu yang cukup lama, Arum memutuskan untuk melihat keadaan di ruang tamu yang lampunya masih belum dimatikan itu. Ia membuka pintunya perlahan sembari menyipitkan mata, sebab cahaya lampu ruang tamu jauh lebih terang daripada lampu tidurnya.

Ketika Arum akhirnya bisa menyesuaikan matanya, ia mematung di tempatnya berdiri. Keinginannya untuk berteriak sudah sampai di ujung tenggorokannya. Arum dengan segera menutup mulutnya sendiri dengan perasaan syok dan khawatir luar biasa. Titik-titik darah mengotori lantai rumah itu, meninggalkan jejak yang mengerikan. Tak beberapa lama kemudian, pintu kamar Mas Danu terbuka, menampilkan pria itu dalam balutan kaosnya dan rambutnya yang basah -sehabis mandi. Lengan atas pria itu sudah dibalut dengan perban, tetapi Arum meragukan perban itu menutup luka Mas Danu dengan baik, sebab masih ada darah yang mengalir.

"M-mas," gumam Arum, khawatir setengah mati, sembari meraih tangan pria itu. Ditariknya Mas Danu mengikutinya, lalu dituntunnya pria itu agar duduk di sofa panjang.

"Ini ndak dibalut dengan baik, Mas," ucap Arum gemetar sembari meraih kotak obat yang disimpan di bawah laci meja kopi. Arum melepaskan kembali perban itu, bahkan tanpa persetujuan Mas Danu. Arum mengobati ulang luka sayat yang cukup panjang di lengan atas Mas Danu, membuat pria itu meringis pelan.

"Kenapa bisa seperti ini?" tanya Arum khawatir sembari bergeser mendekati Mas Danu. Rambut panjang bergelombangnya tak sengaja menyapu lengan pria itu, membuat Danu menelan ludahnya. Wangi mawar meliputi Danu, membangkitkan perasaan yang sudah lama tak lagi ia selami.

"Kecelakaan di tempat kerja," jawab Danu seadanya sembari menatap Arum yang telaten memgobati lukanya. Danu tidak bisa menahan tangannya lagi. Ia menyentuh ujung rambut Arum, ingin merasakan sentuhan feminin dalam dirinya.

"Ini... darahnya banyak, Mas," gumam Arum pelan. "Lain kali tolong lebih berhati-hati."

"Kamu mengkhawatirkan saya?"

"Sangat," jawab Arum terang-terangan sembari membalut luka itu dengan perban. "Jantung Arum hampir jatuh waktu melihat darah."

"Begitukah?" balas Mas Danu dengan matanya yang memicing, berusaha menahan desakan untuk tidak membawa Arum masuk ke dalam pelukannya dan menuntut apa yang menjadi haknya.

"Apa ada lagi yang luka, Mas?" tanya Arum sembari menyentuh dada Mas Danu, berusaha mencari letak luka lain di tubuh pria itu. Nyatanya, Arum salah langkah, sebab sentuhannya, membuat Mas Danu tidak lagi bisa menahan dirinya sendiri. Mas Danu menahan tangan Arum yang berada di dadanya. Lalu, sebelum Arum sempat bertanya, bibir Mas Danu sudah berlabuh di bibir Arum.

Danu menekan dirinya pada Arum membuat Arum terus terdesak hingga akhirnya ia berbaring terlentang di atas sofa. Tanpa membiarkan Arum bertanya, Danu kembali menenggelamkan bibirnya di bibir Arum dan mengurung gadis itu di bawahnya. Gairah membuat Danu melupakan rasa sakit di lengan atasnya. Yang diinginkan Danu saat itu hanyalah merasakan lembutnya tubuh Arum dalam genggamannya.

Danu menyentuh lembut lutut Arum yang tertekuk. Digesernya kain gaun tidur Arum hingga ke paha gadis itu. Arum dengan segera langsung menahan tangan Mas Danu, membuat tubuh Mas Danu langsung menegang dan menyadari ia baru saja memaksakan dirinya pada Arum. Dengan segera, Mas Danu melepaskan ciumannya dari Arum dan berniat untuk bangkit. Namun, tangan Arum melingkar di lehernya dan menahan tubuhnya tetap di posisi tersebut.

Pipi Arum merah padam. Tubuhnya memanas hebat. Ia malu sekali. "A-Arum milik Mas Danu, tetapi... tetapi... tolong lakukan perlahan, i-ini kali pertama Arum. Arum... takut..." gumam Arum sembari mengendorkan pelukannya di leher Mas Danu. Apakah keputusannya salah? Apa Arum akan menyesali ini? Namun, ini adalah hak Mas Danu. Ia adalah istri sah pria itu.

Danu merasakan kelegaan luar biasa ketika tahu Arum tidak menolaknya dan malah menerimanya. Ia merapikan rambut di dahi Arum dengan gerakan lembut. "Saya akan menjaga kamu, Arum. Saya tidak akan menyakiti bunga liar saya."

Arum menurunkan tatapannya dengan perasaan salah tingkah. Namun, tak ayal senyuman malu muncul di wajahnya. Mas Danu mengecup ujung hidung Arum dengan lembut, lalu kecupannya turun di lekuk leher gadis itu. Arum berjengit geli, tetapi ia menyukai perlakuan pria itu di tubuhnya. Tangan Mas Danu kembali menggeser terusan itu hingga ke pinggang Arum dan melepaskannya dari tubuh mungil Arum. Arum menelan ludahnya gugup setengah mati ketika menyadari dirinya akan melewati malam yang sering diceritakan oleh wanita-wanita di rumah Mama Sintha. Kata mereka, akan terasa sakit di awal, namun selanjutnya akan lebih baik.

Kecupan Mas Danu turun di pundak Arum, membuat Arum merasakan nafasnya semakin berat. Pria itu menggeser tali pakaian dalamnya dan tanpa Arum sadari pakaian dalamnya sudah bergabung dengan terusannya di lantai, meninggalkannya sepenuhnya rapuh di bawah Mas Danu yang masih berpakaian lengkap.

Arum menggerakkan tangannya ingin menutup tubuhnya sendiri, tetapi Mas Danu langsung menahannya. Arum malu sekali. Meskipun ruang tamu itu sedikit remang -sebab lampu yang dinyalakan hanya berasal dari lampu nakas, namun Arum bisa merasakan tatapan Mas Danu terang-terangan menjelajahinya.

Mas Danu membawa pergelangan tangan Arum yang ia tahan ke bibirnya. Dikecupnya tangan gadis itu, berusaha menenangkan Arum. "Tidak ada yang perlu disembunyikan, Arum. Kamu cantik -sangat cantik."

Arum kembali tersipu mendengar pujian lembut Mas Danu. Usapan di pahanya kembali terasa dan tangan Mas Danu terus bergerak hingga menyentuh lembut pusat tubuhnya. Arum tidak pernah disentuh sebelumnya dan sentuhan ini membuatnya tidak nyaman, tetapi ada sesuatu dalam diri Arum yang tumbuh. Mas Danu menggoda lembut tubuh Arum membuat gadis itu menghela nafas lembut. Pria itu menggodanya dengan cara yang tidak pernah Arum pikirkan sebelumnya. Tanpa Arum sadari, desahan lembut demi desahan lembut terdengar dari bibirnya.

"Sial, Arum, kamu sangat cantik," geram Mas Danu yang merasa dirinya terbakar mendengar suara lembut Arum di bawahnya. Danu tidak melepaskan tatapannya dari wajah Arum yang memerah. Gadis itu menatapnya sayu dengan erangan lembut yang terus keluar dari bibirnya.

Arum berjengiet pelan ketika merasakan ada sesuatu yang meledak dalam dirinya. Dan godaan itu pun berhenti. Arum kembalu berusaha merapatkan kakinya, tetapi ia tidak bisa, sebab tubuh liat Mas Danu berada di antara kedua kakinya. Arum masih berusaha memulihkan dirinya sendiri, sampai lengan kuat Mas Danu memeluk pinggangnya dan menariknya hingga terduduk di pangkuan pria itu.

Arum kini lebih tinggi dari Mas Danu. Tubuhnya yang polos menempel erat dengan Mas Danu yang masih berpakaian lengkap. Danu menarik lepas kaosnya, meninggalkan tubuh atasnya tidak ditutupi sehelai benang pun. Kini, kulit hangat Arum terasa begitu jelas di kulitnya. Tubuh Arum yang lembut dan feminin tampak sangat serasi dengan tubuhnya yang kuat dan terlatih. Rambut Arum yang panjang dan bergelombang menyapu lembut kulit Danu, membuatnya menggeram pelan. Wangi gadis itu memenuhi areanya, membuat Danu semakin tergila-gila.

Mas Danu tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengecup tulang belikat Arum yang kini berada di depan matanya. Ia menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Arum dengan pelukan yang begitu erat di pinggang gadis itu. Arum memeluk leher Mas Danu dengan gerakan kikuknya sembari menunduk dan mengamati Mas Danu yang tampak beristirahat di lekuk lehernya. Nafas Mas Danu terasa begitu jelas di sana, membuat bulu kuduk Arum berdiri.

Arum menyapu rambut panjangnya ke belakang dan terlihatlah bekas luka mengerikan di punggung Mas Danu. Arum mengernyitkan kening bingung, lalu menyentuh bekas luka itu. Setelah dilihat lagi, tubuh Mas Danu dipenuhi bekas luka yang mengering. Apakah mekanik memang selalu seperti ini?

"Luka ini..."

"Kecelakaan," jawab Mas Danu, seolah tahu pertanyaan Arum.

"Sering terjadi?" tanya Arum lagi. Mas Danu mengangguk.

"Kenapa tidak dirawat dengan baik?" tanya Arum khawatir.

"Kamu mau merawatnya?" tanya Mas Danu lagi sembari menjauhkan wajahnya agar ia bisa menatap wajah Arum.

Arum memakukan tatapannya pada bekas luka berbentuk bulat di pundak Mas Danu. Bekas luka itu bukan bekas goresan benda tajam, lebih seperti... bekas tembakan? Entahlah, tetapi itu bisa jadi bekas luka terbakar. Arum menelusurkan jemarinya di luka itu dengan wajah prihatinnya.

Mas Danu menyelipkan rambut ke belakang telinga Arum dan tidak bosannya menatap wajah gadis itu. "Kalau kamu prihatin, Arum, rawatlah saya setiap hari," bisik Mas Danu lagi.

"Arum akan obati," balas Arum percaya diri.

Danu meraih dagu Arum agar gadis itu fokus padanya. "Bukan hanya di luka-luka ini, Arum, tetapi juga di sini..." lanjut Mas Danu sembari menarik pinggang Arum dengan sengaja agar gadis itu tahu seberapa besar ia menginginkan Arum.

Arum kembali tergagap. Ia bukan gadis polos yang bodoh. Arum paham maksud pria itu. "A-Arum masih belajar..."

"Kamu tidak perlu belajar, Arum," jawab Mas Danu dengan tawa pelannya. "Itu bukanlah sesuatu yang dipelajari, tetapi sesuatu yang dinikmati."

Arum sepertinya salah kata, sebab perkataan Mas Danu yang ini kembali membuatnya malu. Ia memalingkan wajahnya, tidak ingin menatap Mas Danu.

Danu mengecup rahang Arum, lalu berbisik, "Nikmati saja, Arum."

Lalu, setelahnya, dengan kekuatan tangan pria itu, Arum sudah dibawa dalam gendongan. Mas Danu membawanya ke kamar pria itu. Ini adalah pertama kalinya Arum masuk ke kamar Mas Danu. Kamar pria itu lebih luas dengan kesan lebih gelap. Terdapat meja dan juga rak buku kecil di depan ranjang. Lampu tidur telah menyala, meninggalkan kesan remang yang hangat dalam kamar itu.

Arum dibaringkan di ranjang dengan lembut. Arum langsung membelakangi Mas Danu dan memeluk tubuhnya sendiri dengan panik mulai menjalari tubuhnya. Terdengar suara kain yang menyentuh lantai dan setelahnya ranjang itu melesak lembut. Mas Danu kini sudah kembali berada di atasnya lagi, tetapi kali ini pria itu sama polosnya seperti dirinya.

Arum memejamkan matanya dan dengusan geli terdengar dari Mas Danu. Pria itu melebarkan kedua kaki Arum perlahan dan setelahnya Arum merasakan sesuatu mendesak dirinya perlahan. Arum bergerak tidak nyaman dan desakan itu kembali terasa. Rasa sakit mulai terasa dan semakin tajam di kala Mas Danu menyatukan keduanya. Dan dalam hentakan lembut, Arum telah menjadi wanita sepenuhnya. Namun, Arum tidak pernah tahu menjadi seorang 'wanita' nyatanya sesakit dan setidak nyaman ini.

Arum menitikkan air matanya dan bergerak gelisah, membuat Danu sadar ia telah menyakiti istrinya. "Arum, tenang..."

"Sakit, Mas," bisik Arum ketakutan.

"Tidak apa-apa. Arum... tenang," gumam Mas Danu perhatian sembari mengusap lembut rambut istrinya.

"Bunga liar Mas sudah bukan gadis lagi. Dia sudah menjadi wanita dewasa. Wanita dewasa yang cantik," tambah Danu agar Arum lebih rileks. "Setelahnya tidak akan sesakit ini, Arum."

Danu tidak hentinya melabuhkan ciuman di wajah Arum agar gadis itu tahu ia peduli jika Arum kesakitan. Usahanya berhasil, sebab tubuh Arum kembali rileks. Danu mulai mencoba menggerakkan tubuhnya perlahan-lahan. Awalnya, Arum masih gelisah, tetapi wanita itu mekar perlahan-lahan. Arum mulai merasakan perasaan asing yang menyenangkan dalam dirinya. Desahan dan erangan lembut terdengar di kamar yang syahdu itu.

"M-Mas..." desah Arum lembut sembari ingin menyentuh wajah Mas Danu.

Mas Danu menahan tangan Arum yang ingin menyentuhnya, kemudian mengecupnya perlahan. "Arum-ku," balas Danu dengan nafasnya yang serak.

Malam itu, Arum menjadi bunga yang mekar sepenuhnya. Kecantikannya kian terpancar baik dari rona wajahnya maupun lewat desahan lembutnya. Danu menikmati setiap menit bersama Arum. Keduanya memadu kasih di malam yang hangat itu, tidak lagi mempedulikan dunia di sekitar atau pun menit demi menit yang berlalu.

Malam itu, hanya ada Danu dan Arum.

TBC...

Selamat menikmati✨

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

Ken & Cat (END) Von ...

Historische Romane

7.2M 767K 53
Catrionna Arches dipaksa menikah dengan jenderal militer kerajaan, Kenard Gilson. Perjodohan yang telah dirancang sejak lama oleh kedua ayah mereka...
4.2M 576K 69
18+ HISTORICAL ROMANCE (VICTORIAN ERA/ENGLAND) Inggris pada masa Ratu Victoria Sebelum meninggal, ibu dari Kaytlin dan Lisette Stewart de Vere menyer...
2M 315K 69
Kapan nikah??? Mungkin bagi Linda itu adalah pertanyaan tersulit di abad ini untuk dijawab selain pertanyaan dimana sebenarnya jasad I Gusti Ketut Je...
401K 59.5K 84
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...