LOST In The Mountain (TERBI...

By secmire_ririn

9.2K 1.1K 65

;"Tidak ada yang bisa mencegah dan dicegah" "Satu nyawa tidak bisa menebus satu kesalahan " Akan banyak kejut... More

LOST |0
LOST|1 Rencana
LOST|2 berangkat
LOST|3 mulai
LOST|4 darah dan sumpah
LOST|5 Sean Pratama Yudha
LOST|6 yang bersalah telah di hukum
LOST|8 Aditya Arjun pranata
LOST| 9 kemarahan penghuni gunung
LOST| 10 sudah cukup tuhan
LOST| 11 Devano & Rizky
LOST|12 tarikan mahkluk halus
LOST|13 Tinggalkan
LOST| 14 Hilang
LOST| 15 terpisah
LOST|16 Bisikan
LOST|17 Pencarian
LOST| 18 kapan pulang?
LOST| 19 Di temukan
LOST| 20 ragu
LOST| 21 Dejavu
LOST | 22 perdebatan untuk keluar
LOST| 23 pasar setan
LOST| 24 bergerak mati, diam pun mati
LOST| 25 Akhir dari perjalanan
26 ] Lawu itu kejam
27 ] jiwa yang lemah tanpa penopang
28] Untuk yang terakhir
29) kertas dan kepala
LOST. 30. HOW'S YOUR DAY
HAI

LOST|7 pesan dari dia yang tak terlihat

271 41 3
By secmire_ririn

                             ♪♪♪♪♪♪                
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
                                           

Yuda melirik jam di tangan nya, sudah pukul 04:20 ternyata tidak terasa karena mereka kembali menyalakan api untuk menghangatkan tubuh yang kedinginan karena embun pagi

"Kita bisa berangkat sekarang?" Tanya Yuda, di balas Anggukan oleh semua teman nya kecuali Jefran

"Ridho masih lemes, yakin mau berangkat sekarang?" Jefran berujar khawatir sembari menatap Ridho yang masih tampak pucat setalah tubuhnya di kuasai mahkluk lain

Ridho mengangguk pelan, meyakinkan Jefran bahwa dirinya sudah baik-baik saja "udah mulai terang, biar lebih cepat sekarang aja"

"Lo yakin aman, kan?"

Yang ditanya mengangguk yakin

Semua berdiri dari duduknya dan mulai menggendong tas milik mereka masing masing, kecuali Rizky, Yuda, Wisnu, dan Devano karna mereka yang akan menggotong tubuh Sean menggunakan tandu yang di buat Ridho. Tas mereka akan di tinggal, hanya barang yang sekiranya penting saja di pindahkan kedalam tas beberapa pemuda lainnya

Langit sedikit terang, namun berkabut di Sertai sedikit gerimis yang masih bisa di lalui untuk turun ke bawah.

Rencana mereka untuk menaklukkan puncak gunung Lawu hangus sudah,
Bukan nya pulang dengan membawa kebahagiaan karna berhasil menaklukkan puncak gunung Lawu, mereka malah harus pulang dengan membawa berita duka untuk keluarga Sean.

"Sebelum kita turun, ayo berdoa di hati masing-masing" kata Wisnu menginstruksi teman temannya
"Berdoa mulai"
Mereka menundukkan kepala berdoa di dalam hati untuk keselamatan mereka semua dan memohon perlindungan kepada Tuhan yang maha esa

"Doa selesai"
Mereka kembali mengangkat kepala setelah selesai berdoa, menarik nafas dalam-dalam untuk menghilangkan gugup yang entah dari mana dan karena apa.

"Kalian jalan di tengah aja, biar gue sama yang lain nanti bagian depan sama belakang" ucap Ridho menjelaskan posisi mereka berjalan.

Memang akan sulit, karna jalur nya tidak terlalu lebar, di tambah curam dan sedikit berbatu akan sangat menyulitkan mereka saat ini.

Ajun, Aiden dan Jefran mengambil posisi jalan di depan dengan Ajun sebagai pemimpin jalan kali ini,
Di bagian tengah Yuda, Wisnu, Rizky, dan Devano yang menggotong tubuh Sean, dan sisanya di bagian belakang dengan Bagas yang berada di posisi paling belakang.

Mereka mulai berjalan dengan sangat hati-hati, tidak jarang sesekali terpeleset karna kerikil. Di tambah cuaca yang seperti nya tidak memihak pada mereka, saat ini kondisinya berkabut dengan hujan gerimis yang masih setia turun sejak tadi.

"Pelan-pelan, Dav"ucap Bagas sambil menahan tubuh Dava yang hampir jatuh karena terpeleset

"Makasih ma bro"

"Kalian aman kan?" Tanya Ajun memastikan teman-teman nya yang di belakang.

"Aman!"

Perjalanan terus mereka lanjutkan, gerimis yang sedari tadi turun tidak mereda sedikit pun begitu juga kabut nya tidak menipis sedikit pun.
Padahal kejadian seperti ini sangat jarang terjadi di pagi hari

"Ini kenapa cuacanya begini dah?" Rizky heran biasa nya di pagi hari seperti ini cuacanya akan cerah apa lagi ini gunung kan, tidak ada semburan jingga sebagai tanda tanda matahari akan terbit

"Gak mendukung banget cuacanya"
Tambah Devano
"Ini cuma kita doang di sini, apa ada pendaki lain juga?" Tanya Rizky pada Devano yang bersebelahan dengan nya

"Kaya nya ada yang lain juga deh, tapi kok dari kemarin gak jumpa ya?" Devano juga ikut bingung, pasal nya sejak kemarin mereka tidak ada berjumpa dengan pendaki lain yang ada di gunung ini
Padahal sewaktu mereka di pos saat itu, banyak pendaki juga yang sedang berkumpul dengan berombongan.

Jalur yang mereka lalui semakin berbahaya, jalan nya menurun itu menyulitkan mereka yang sedang menggotong tubuh Sean untuk terus berjalan. Kalau tidak hati-hati maka bisa saja tergelincir dan semua nya akan ikut terjatuh

Ajun sedari tadi meringis karna dingin, kulit nya sedikit pucat tangan nya  mulai mati rasa. Tapi ia terus memaksa berjalan dan terlihat baik baik saja agar tidak menimbulkan kekhawatiran bagi teman temannya.

"Jun, lo oke?" Tanya Aiden yang sedari tadi memperhatikan gerakan Ajun yang sedang menahan dingin

Ajun hanya menggeleng tanpa menoleh dan melanjutkan perjalanan, sebagai pemimpin jalan Ajun bertekad untuk memandu teman-teman nya selamat sampai ke tempat tujuan.

Jefran memperhatikan sekitar, seperti nya mereka sudah melewati ini tadi sebanyak dua kali.

"Jun, bukannya kita udah lewat sini tadi?"

Serentak mereka semua berhenti berjalan dan memperhatikan sekitar,mereka baru menyadari bahwa tempat ini sudah di lewati tadi.

"Shhhh jalur nya bener kok" Ajun menjawab sambil meringis, suara nya bergetar.

"Lo kedinginan banget kayak nya"

Aiden berjalan mendekati Ajun dan memegang tangan nya
"Dingin banget tangan lo"

"Jun lo baik-baik aja kan?" Tanya Devano yang khawatir

Ajun tidak menjawab, mulut nya terasa berat untuk berbicara
Tubuh nya serasa di rendam di dalam air es di tengah-tengah kutub

Brukk

"Eh Jun!!" Pekik Bagas dari belakang dan langsung berjalan mendekati Ajun, Dava dan Ridho mengikuti di belakang nya

Tubuh Ajun ambruk begitu saja, anggota tubuh nya mati rasa kulit nya pucat dan sangat dingin

"Hipotermia" ujar Yuda sambil memperhatikan Ajun, Devano yang mendengar itu langsung panik dan perlahan menurun kan kayu tandu nya

Berjalan cepat mendekati Ajun
"Arjun" Devano memegang tangan Ajun untuk memastikan suhu tubuh nya. Devano diam Sejenak, tangan Ajun sangat dingin

"Arjun, lo terasa gak gue pegang gini?"

Ajun menggeleng, semua anggota tubuh nya  mati rasa, bahkan untuk menggerakkan tangan nya saja sulit sekali sekarang ini. Untuk bernafas juga terasa sulit dada nya seperti di timpa batu

"Kita berhenti dulu di sini atau mau cari lokasi yang pas?" Tanya Wisnu meminta pendapat teman-teman nya

"Pake nanya lagi lo!!!" Seru Devano yang emosi oleh pertanyaan Wisnu

Wisnu mengangguk "yaudah kita di sini aja dulu" Wisnu maklum dengan sifat Devano tadi, Ajun adalah orang yang paling dekat dengan nya sekaligus sepupu nya jadi wajar dia sangat khawatir dan terbawa emosi melihat kondisi Ajun sekarang

"Lo tenang Dev" ucap Ridho sambil menepuk punggung Devano

"Gimana gue bisa tenang liat dia kayak gini, Lo mikir dong!!"

"Mending Lo diem!" Geram Haris
"Lo fikir, lo doang yang khawatir sama Ajun ha?!!!"

"Bacot anjing!!"

"Devano!!" Tegur Yuda dengan suara rendah nya " jaga bicara lo!"

"Kalian semua mending diem deh ya, ribut mulu, heran" lerai Bagas yang sudah jengah mendengar perdebatan mereka

Dava mengangguk setuju "mending kita urus si Ajun, dari pada lo semua ributin hal yang gak penting"

Rizky membuka jaket nya dan menyerahkan nya ke Devano
"Pakein ke Ajun, lo semua ngomong doang"

Devano melirik Rizky sebentar dan mengambil jaket yang di serah kan tadi.
Ajun saat ini tidak berkutik sama sekali ia hanya diam sesekali meringis, tubuh nya ngilu dan tulang nya terasa beku, tangan nya yang sejak tadi di pegang Devano tidak berasa sama sekali. Tubuh nya benar benar mati rasa

Mereka semua diam sambil memperhatikan kondisi Ajun, sesekali mereka melirik ke arah jenazah Sean.
Kondisi sekarang kacau kabut yang menutupi masih tebal dan gerimis nya juga masih lebat.

"Shhh dingin banget" lirih Ajun

Devano dan yang lain masih dapat mendengar nya
Langsung saja Devano dan Yuda menggosok kedua tangan mereka setelah itu menyatukan nya ke tangan Ajun. Namun itu tidak mengurangi rasa dingin Ajun sekarang

Jefran yang sejak tadi diam memperhatikan berinisiatif membuka jaket yang di pakai dan menyerahkan nya ke Yuda
"Nih, terserah mau di gimanain, yang penting Ajun anget"

"Lo gak dingin emang?"

"Ya dingin, tapi udah si Ajun lebih perlu"

"Makasih ya" Jefran mengangguk, Yuda langsung menyelimuti Ajun dengan jaket yang di berikan Jefran tadi. Yang lain masih diam sambil memperhatikan, mereka tidak tau harus berbuat apa.

"Gue mau nyari bantuan" celetuk Rizky tiba-tiba
"Gue bakal coba nyari bantuan, mungkin kebawah dikit lagi bakal jumpa sama pendaki lain"

Entah emang terbawa suasana atau apa Bagas menggeleng kan kepala nya
tanda melarang Rizky untuk pergi mencari bantuan
"Gak, kita gak boleh mencar" larang nya

"Dan biarin kondisi Ajun begini?"

 "Ky.." panggil Ajun dengan suara lirih nya

Rizky dan yang lain langsung menoleh ke arah Ajun, menunggu nya untuk melanjutkan ucapannya
"Gak usah, gue gak pa-pa"

"Terus lo gimana Jun, gue gak mau ada yang mati lagi di sini"

"Ngga, percaya sama gue"

"Gue pegang kata-kata lo Jun" ucap Devano "awas kalo lo mati"

Ajun terkekeh pelan "mati itu pasti Dev" Devano mengeraskan rahang nya karna marah
"Cuma kita gak tau kapan" lanjut Ajun setelah melihat reaksi Devano tadi

Jaket yang mereka pakai sudah mulai terlihat basah kuyup, gerimis yang sejak tadi turun menjadi penyebab nya
Di tengah gerimis pula mereka harus menyaksikan tubuh Ajun yang menggigil karna terserang Hipotermia

Sungguh mereka tidak tega melihat kondisi Ajun sekarang ini, di tambah Jasad Sean yang masih berada di samping mereka

"Kita lanjut aja"

"Terus lo gimana Jun?" Tanya Dava

"Biar gue gendong" jawab Devano mantap

Ajun sempat menolak keras, namun kemampuan debat Devano tidak bisa ia kalahkan, berakhir lah ia mengalah dan mau tidak mau harus di gendong Devano.

Memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan Ajun yang berada di gendongan Devano. Posisi Devano yang sebelumnya menggotong Sean di gantikan oleh Jefran.
Kini yang memimpin jalan adalah Ridho dan Bagas tetap menjadi pemantau di belakang

"Berat benget sih lo Jun" keluh Devano

Ajun terkekeh pelan "ikhlas gak?"

"Ya ikhlas, tapi kan, ahh udah lah"

Di tengah-tengah perjalanan mereka kembali menoleh kesana kemari, dan benar saja lokasi nya sama seperti tadi, mereka seperti hanya berputar putar saja sejak tadi.

"Kita tadi udah lewat sini" ucap Bagas dari belakang

Dava mengangguk setuju
"Iya, kita dari tadi cuma muter-muter doang"

"Ridho, ini bener kan jalur nya?" Tanya Haris yang sudah lelah berputar putar sejak tadi

Ridho mengangguk yakin
"Bener kok, jalur nya bener ini"

Di tengah-tengah kebingungan mereka, mereka terus melangkah maju walau tau akhir nya akan kembali ke tempat tadi

Hati-hati di jalan

Mereka serentak berhenti melangkah, tunggu suara siapa itu?

"Denger gak? Tanya Aiden, semua mengangguk

"Kaya suara anak kecil" jawab Rizky

Jangan sampe nyasar

Suara itu kembali terdengar, suara nya seperti suara teriakan anak kecil yang lokasi nya jauh dari sini, suara nya menggema namun tidak terlalu keras

"Udah gak beres ni" ucap Wisnu

"Kita harus cepet, Ridho lanjut aja dho" saran Yuda, ia sudah merasa tidak beres dengan gunung ini.

"Tapi kita bakal balik ke sini lagi akhir nya, yud" jawab Ridho yang sudah bingung harus mengambil langkah kemana

Temennya yang lagi sakit jangan sampe mati hihihi

Bagai di hantam batu, hati Devano langsung sakit mendengar kata-kata itu, sungguh ia tidak mau Ajun sampai mati di tempat ini

"Jun, lo masih ada kan?" Tanya Devano pada Ajun yang berada di gendongan belakang nya
Tidak ada jawaban sama sekali, membuat Devano semakin kalut

Hihihi hati-hati ya hihihi

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Continue Reading

You'll Also Like

3.6K 1.2K 32
aku hanya gadis lemah yang tak memiliki keberuntungan apapun. tapi dengan keberadaannya, memberiku sebagian keberuntungannya untuk terus hidup, hingg...
3.1M 222K 28
SELESAI ✔️ "Lo nggak akan bisa keluar dari hidup gue setelah ini. Lucy, lo milik gue. Satu-satunya." - Dean Caldwell Daren Hidup Lucy awalnya baik-ba...
351K 47.5K 30
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...
7 Hari By Amalia

General Fiction

31.6K 2.6K 43
tentang waktu yang harus dimanfaatkan. tentang waktu yang tak dapat diulang. tentang waktu waktu terakhir bersama nya. Tentang waktu 7 Hari sebelum s...