SAME PAGE [KOOKV VERSION] END

By rinjanikyu

87.3K 8.5K 1.1K

Lee Naeun yang menolak pernikahan dengan Jeon Jungkook karena telah miliki seorang kekasih bernama Kim Taehyu... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4 πŸ”ž
Chapter 5
Info
Chapter 6 πŸ”ž
Chapter 7
Chapter 8 πŸ”ž
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20 (END)

Chapter 11

3.5K 422 59
By rinjanikyu

Votement ya biar yang baca berkah dan yang nulis bahagia.

*Awas Typo*


***

Jeon Jungkook berusaha menampilkan senyum terbaiknya ketika sudah berada di lokasi golf terbaik di kota Seoul. Dia benar-benar berangkat bersama sang ayah ke tempat itu, dan ketika tiba di sana sudah ada sang sekertaris Im Nayeon yang menyambut kedatangannya dengan sang ayah, lalu tidak berselang lama Tuan Jung pun benar-benar datang dengan putrinya.

Jungkook tidak dapat lari dari semua ini, meskipun dia sendiri sudah tau kemana pertemuan ini akan bermuara. Kedua orang tua itu sibuk berbincang santai sambil sesekali mengayunkan stik golf di tangan mereka, dan meninggalkan dirinya dengan wanita yang baru dia tau namanya 1 jam lalu.

Jung Kristal namanya.

"Nona Jung apa anda ingin memesan minuman atau kudapan lain?" tanya Im Nayeon yang dibalas kernyitan tidak suka dari sang tuan muda.

Jungkook tidak ingin dia meninggalkannya berdua dengan wanita ini, Im Nayeon paham itu, tapi dia sendiri tentu tidak bisa melawan perintah Tuan Jeon. Maka mau tidak mau, dia pun harus patuh pada rencana bos besarnya itu.

"Ah, kudapan apa yang terbaik di sini. Aku kebetulan baru tiba dari Hongkong semalam dan ini pertama kalinya aku kemari, jadi masih belum tau apapun," ujarnya ramah.

"Baik kalau begitu, saya akan bawakan yang spesial dari sini."

"Terima kasih."

"Sama-sama Nona, kalau begitu saya tinggal sebentar," ringis Nayeon saat Jeon Jungkook benar-benar sedang menatapnya tajam saat ini.

"Maafkan aku bos," bisik Nayeon dalam hati.

Selepas kepergian sekertaris Jeon Jungkook, wanita yang terlihat lebih dewasa dari Jungkook itu menoleh ke samping. Dia tersenyum tipis melihat Jeon Jungkook yang bahkan tidak berusaha untuk bersikap ramah kepadanya.

Ayahnya benar, pria itu memang sesuatu, dia bahkan tidak berniat untuk membuatnya terkesan, seperti banyak pria kebanyakan di luar sana.

"Tuan Muda Jeon, anda tidak ingin mengatakan sesuatu?" pancing wanita itu dengan senyumnya.

Jeon Jungkook akhirnya menoleh pada si wanita yang berusia lebih tiga dua tahun darinya itu. "Anda ingin aku mengatakan apa Nona Jung?" balasnya sarkas.

Wanita cantik kemudian tertawa kecil, "Tidak ku sangka kau akan merespon seperti ini. Padahal sebelumnya ayahku bilang selain kau adalah pria yang jujur dan bertanggung jawab, kau juga termasuk Tuan Muda yang disenangi para wanita. Apa sebutannya? Casanova? Lalu apa yang membuatmu tidak tertarik padaku? Tidak kah aku lebih baik dari para wanita itu?"

"Wow, ternyata Tuan Jung sudah mengatakan segalanya tentang diriku padamu ya? Baiklah kalau begitu aku tidak akan menahan diri," ujar Jungkook dengan senyum miring.

"Kau sedang menahan diri?" tanyanya tidak percaya.

"Aku menahan diri agar tidak mengumpat."

Balasan Jungkook tersebut bukannya membuat si wanita marah, malah membuat sosok cantik itu tertawa.

"Aku serius, kau sudah tau bagaimana aku kan? Sebaiknya Nona Jung meminta kepada Ayahmu untuk membatalkan rencana apapun yang sedang mereka lakukan saat ini."

"Memangnya apa yang sedang direncanakan oleh mereka?"

Jeon Jungkook berdecih saat mendengar pertanyaan si wanita yang seolah tidak paham itu.

"Nona Jung kau sungguh datang dari Hongkong hanya untuk menerima perjodohan tidak masuk akal ini? Aku pria brengsek oke, kau tidak akan tahan hidup bersamaku."

"Siapa yang bilang aku tidak akan tahan? Kau mengatakan hal itu seperti kau sudah tau saja akhirnya akan bagaimana. Lagi pula aku suka pria tampan, dan kau suka wanita cantik, kenapa kita tidak mencobanya?" Tanya dengan senyum misterius. "Karena seperti yang kubilang, aku pasti tidak kalah menawan dari semua wanita yang menjadi teman kencanmu itu, aku benar?" Tambahnya.

Jungkook hanya menggeleng dengan raut sedikit frustasi. Kedua tangan besarnya mengepal erat, matanya menatap tajam punggung sang ayah yang kini tengah asik bermain golf dengan ayah dari wanita di sampingnya itu.

"Kau tidak mengerti," bisik Jungkook.

"Apa yang tidak ku mengerti? Kau jangan meremehkan aku Tuan Muda Jeon. Meskipun aku wanita, aku juga berhasil memberikan kontribusi atas kemajuan perusahaan kami. Apa yang kau takutkan, hm? Perjodohan kita bukan hanya akan berdampak baik pada kedua perusahaan. Melainkan kita juga bisa saling menguntungkan satu sama lain secara pribadi. Kau tidak perlu khawatir, aku bukan Nona Muda Lee yang akan bertindak bodoh dengan meninggalkanmu di altar."

Jung Kristal bahkan tau mengenai peristiwa memalukan dalam hidupnya itu. Tentu saja, semua orang akan mengingat jika dia, Jeon Jungkook pernah dipecundangi Lee Naeun di atas altar pernikahan mereka.

Brengsek!

"Masih tidak tertarik dengan rencana ini?"

"Tidak," balas Jungkook tegas.

"Oh aku mengerti sekarang, kau ternyata sangat takut dengan hubungan yang terikat, benar? Aku juga begitu, tetapi kita bisa mencobanya dulu, dan seandainya kita sudah sama-sama muak, kita bisa berpisah kan? Aku yakin kau juga pasti tidak asing dengan hubungan semacam ini. Anggap saja hubungan kita hanya sebuah kompromi yang bersifat formalitas" jelas Nona Jung dengan senyum manis.

"Tetap tidak."

"Katakan padaku apa alasanmu, jika itu masuk akal, mungkin aku bisa mengatakan pada ayahku untuk menolak perjodohan ini sebelum dimulai," tantang si wanita.

Jeon Jungkook terlihat menimbang, haruskah dia mengatakannya. Apa wanita ini bisa dipercaya?

"Katakan Jeon Jungkook, kita sepertinya tidak punya banyak waktu. Kau lihat di sana, ayahmu dan ayahku sepertinya sudah selesai bermain, mereka akan segera kemari," tunjuknya ke depan.

Lalu seketika bayangan Taehyung muncul di kepalanya, benar kah dia mencintai pria itu? Jungkook tau pertanyaannya barusan benar-benar tidak berguna, karena jantungnya yang berdebar saat ini bahkan hanya dengan mengingat nama itu sudah menjadi bukti bahwa dia benar-benar jatuh cinta pada Taehyung.

"Tuan Muda Jeon—"

"Aku mencintai orang lain."

Pernyataan yang tidak terduga itu sontak membuat Nona Jung menoleh pada Jungkook dengan pandangan meneliti.

"Kau yakin?" tanya wanita itu heran. "Bukan kah kau tidak suka komitmen? Kau senang berkencan dengan orang yang berbeda, lalu bagaimana bisa aku mendengar kalimat ini dari orang yang bahkan memiliki julukan casanova? Haruskah aku mempercayai mu?"

"Kata orang mana bisa dipercaya. Mereka tidak tau apapun," balas Jungkook pelan.

"Orang yang itu termasuk Ayahku ngomong-ngomong, lalu bagaimana bisa aku tidak percaya padanya."

"Benar juga, aku juga bahkan masih tidak percaya aku bisa jatuh cinta padanya," bisik Jungkook. "Tapi aku benar-benar mencintainya. Tidak perduli bagaimana aku berusaha membencinya, atau berusaha membuatnya membenciku, aku tetap tidak bisa membohongi hatiku yang ingin bersamanya. Aku selalu memikirkannya, aku benar-benar mencintainya," tambah Jungkook sambil menatap langsung ke arah mata Nona Jung.

"Maaf jika ini membuatmu kecewa, tetapi di hatiku sudah tidak ada ruang untuk orang lain. Dia adalah satu-satunya orang yang bisa membuatku berhenti tertarik pada yang lain. Aku tidak pernah merasa begitu putus asa hanya karena mendambakan orang lain seperti ini. Karena itu, hubungan kita tidak mungkin terjalin, karena aku sudah memiliki seseorang yang kucintai."

Wanita itu tertegun, dia tidak juga menjawab perkataan Jungkook. Dia hanya menatap pria di sampingnya dengan raut tidak bisa diartikan. Hingga ketika ayah mereka bergabung wanita itu baru menampilkan senyum pada keduanya.

Setelah itu mereka menghabiskan waktu untuk mengobrol selama 30 menit sebelum kemudian kedua pasangan ayah dan anak itu berpisah.

Tuan Jung terlihat menepuk bahu Jungkook ketika dia hendak memasuki mobil mewahnya. "Kristal akan menghabiskan waktunya di Seoul selama tiga hari ini. Jika kau punya waktu ajaklah dia untuk jalan-jalan."

Jeon Jungkook hendak menjawab, namun Tuan Jeon lebih dulu memotong ucapannya dengan persetujuan yang di luar kehendaknya itu.

"Dia akan melakukannya, tidak perlu khawatir," balas Tuan Jeon dengan senyumnya.

"Kalau begitu kami permisi," Tuan Jung berucap sambil memasuki mobilnya.

"Selamat siang, Tuan Jeon dan Tuan Muda Jeon," salam Nona Jung.

"Hati-hati," ucap Tuan Jeon ramah.

Akhirnya pasangan ayah dan anak itu meninggalkan area golf yang kebetulan juga salah satu properti milik Jeon Grup itu.

Bersamaan dengan mobil Tuan Jung yang meninggalkan area golf ini, sebuah mobil mewah yang Jungkook ketahui sebagai salah satu mobil milik sang ayah kini terparkir di depan mereka.

Jungkook lantas berdecih dalam hati, apa yang dia harapkan?

Dia berangkat dengan sang ayah tadi hanya untuk pencitraan, agar memberikan kesan hubungan baik keduanya di depan pengusaha asal Hongkong itu. Dan ketika semuanya berakhir, maka tentu saja hubungan mereka akan kembali seperti semula. Ayahnya akan bersikap seolah dia adalah hama yang harus dijauhi.

Benar-benar mengesalkan.

Jungkook memijit pelipisnya pening, ini terlalu tiba-tiba, dia bahkan baru saja menyadari bahwa dia telah jatuh cinta pada seseorang. Dan kini sudah harus menghadapi perintah sang ayah yang selama ini tidak pernah sekalipun dia tolak.

"Aku akan pergi untuk kunjungan bisnis di Jepang dalam dua minggu. Lusa seperti yang dikatakan Tuan Jung, kau harus menjemput Nona Jung dan menemaninya ke tempat yang dia inginkan. Kali ini aku tidak ingin mendengar berita buruk. Kau harus bersikap baik, dan berhenti bermain dengan wanita-wanita jalang itu. Dari Lee Naeun kau seharusnya belajar, bahwa dengan sikapmu yang brengsek ini, tidak akan ada orang lain yang ingin bersamamu. Jadi untuk kali ini bersikaplah dengan baik," ujar Tuan Jeon dingin.

Jeon Jungkook hanya diam, enggan untuk menanggapi ucapan sarkas ayahnya barusan. Percaya padanya, ayahnya pernah mengatakan hal yang jauh lebih menyakitkan dari pada yang dia katakan saat ini.

Itu masih belum seberapa.

"Dan kau, Im Nayeon....aku memintamu untuk melaporkan setiap progres perusahaan atau pun perilaku dari pria di sampingmu itu kepadaku."

"Baik Tuan," ucap Nayeon sambil menunduk.

Setelah berkata demikian, Tuan Jeon berbalik, dan memasuki mobil mewahnya, berlalu di hadapan Jungkook dan Nayeon.

Wanita itu menepuk bahu Jungkook dengan pelan, dia tau seberapa buruk hubungan kedua ayah dan anak itu. Ingat mereka adaah teman sekolah, bersama Min Yoongi dia adalah orang sudah menyaksikan bagaimana ironisnya kehidupan Tuan Muda yang satu ini.

"Mari kita pulang, Jungkook. Besok hari minggu dan tidak ada kegiatan, kau bisa beristirahat sebelum senin besok."

"Aku tidak bisa menerima perjodohan ini," bisik Jungkook.

"Kenapa?" heran Nayeon bertanya, karena yang dia tau Jungkook tidak pernah perduli dengan siapa dia akan menikah, bahkan pada saat dia dijodohkan dengan Lee Naeun yang juga salah satu teman sekolah mereka, Jungkook tidak menolak.

Dia memang seperti ini kan, menganggap sebuah hubungan pernikahan hanya sebuah formalitas. Lalu kenapa sekarang sahabatnya ini menolak?

"Kau tidak suka Nona Jung? Bukan kah dia sangat cantik? Kenapa kau keberatan?" tanya Nayeon heran.

Benar, Jungkook mungkin akan mengatakan iya jika dia tidak jatuh cinta pada Taehyung. Tetapi sekarang, saat di kepalanya hanya penuh dengan pria itu, saat hanya Taehyung seorang yang menarik perhatiannya, lalu bagaimana bisa Jungkook memandang sebuah ikatan pernikahan hanya sebagai bentuk formalitas saja? Tidak, dia tidak bisa lagi berpikir seperti itu.

"Aku tidak lagi menginginkan orang lain, dan aku tidak tertarik pada orang lain," ujar Jungkook tegas.

"Apa maksudmu?"

Jeon Jungkook menghela napas pelan, sebelum kemudian menatap balik Nayeon.

"Aku sudah menemukan orang yang kucintai, Nayeon-ah."

Deg!

Wanita itu mengerjap dengan pandangan tidak percaya. Tunggu dulu, apakah inilah penyebab Min Yoongi murung selama beberapa hari ini? Ya Tuhan bagaimana bisa dia ketinggalan informasi ini.

"Brengsek! Kau bahkan tidak mengatakan ini padaku, sialan! Kau hanya cerita pada Yoongi? Pantas saja si bodoh itu bersikap aneh selama beberapa hari ini. Jeon Jungkook katakan siapa orangnya? Siapa manusia yang bisa membuatmu jatuh cinta? Siapa?"

Jeon Jungkook berlalu menuju mobilnya, "Nanti kau juga akan tau," ujarnya. "Jadi kau harus membantuku untuk menggagalkan rencana perjodohan ini, Nayeon-ah."

"Mworagu?! Aigoo, kau bahkan tidak memberitahu siapa orang itu, tetapi masih tidak punya malu untuk meminta bantuanku? Yaa!"

Jeon Jungkook menoleh pada sang sekertaris dengan wajah datar.

"Jika sudah waktunya kau akan tau. Dan apa yang tadi sebelumnya kau katakan soal Yoongi yang bersikap aneh?"

"Apalagi? Kau bahkan tidak bisa membaca situasi seperti ini? Tentu saja dia pasti patah hati. Mendengar orang yang kita cintai mengakui bahwa dia telah jatuh cinta pada orang lain? Menurutmu bagaimana dia sekarang? Kudengar, dia tidak ada di rumah sakit hari ini, aku menghubunginya tapi tidak membalas pesanku." ujar Nayeon sedikit kesal.

Jeon Jungkook terdiam dengan pandangan menerawang, dan melihat ekspresi pria itu sekarang Nayeon merasa sedikit bersalah, dia kemudian berdehem. "Hei, Jungkook pulanglah, istirahat....yang ku katakan tadi ya.....aku hanya sedikit kesal. Sudah lah, bukan salahmu jika kau tidak bisa menyukainya, biarkan aku yang mengunjunginya hari ini. Kau tidak perlu khawatir, dia akan membaik. Aku akan memperkenalkan dia pada pria yang jauh lebih baik darimu. Lagi pula kenapa juga dia harus jatuh cinta padamu, seleranya benar-benar buruk."

"Wanita gila," balas Jungkook sarkas sambil memasuki mobilnya dengan senyum tipis. "Tapi, terima kasih Nayeon-ah."

"Yaa!....siapa yang kau sebut gila!" seru Nayeon saat mobil Jungkook sudah mulai berlalu. "Entah sebagai bos atau pun sahabat kau selalu saja merepotkan. Kenapa juga aku harus pusing memikirkan masalahmu, benar-benar," keluhnya pelan.

***

Jeon Jungkook menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur, dia merogoh saku celananya guna mengambil ponsel miliknya. Baru sedetik menyalakan benda persegi itu, bunyi notifikasi langsung menyerbu indera pendengarannya. Jungkook mengabaikan notifikasi dari email mengenai pekerjaan pastinya, karena ini hari libur si tampan itu enggan bahkan hanya untuk sekedar melihatnya.

Dia lebih memilih membuka aplikasi chat miliknya, dan kotak pesannya itu sudah dipenuhi deretan pesan dari semua wanita yang pernah menghabiskan malam bersamanya. Pria itu jelas mengabaikannya, dia lebih memilih membuka kontak Taehyung yang sengaja dia pined.

Tanpa banyak berpikir, Jungkook kemudian menekan tombol dial, dia ingin mendengar suara Taehyung. Pria itu pasti sudah sampai Daegu kan? Ini sudah hampir pukul lima sore.

Taehyung tidak mengangkat panggilan teleponnya. Namun pria bermarga Jeon itu tidak putus asa. Dia terus men-dial nomor Taehyung tanpa berhenti, hingga di saat panggilan ke tiga belas, pria itu akhirnya mengangkat panggilannya, yang langsung membuat senyum Jungkook terbit seketika.

"Berhenti meneleponku! Kau ada masalah apa sebenarnya? Tidak bisakah aku lepas darimu bahkan jika untuk sehari?!" omel Taehyung.

Namun bukannya bersimpati, Jeon Jungkook malah tertawa diujung ponsel, dan hal ini sukses membuat Taehyung semakin kesal saja.

"Jika kau menghubungiku hanya untuk menertawakan aku, maka lupakan saja Tuan Jeon, masih banyak hal yang harus kulakukan—"

"Astaga maaf, jangan menutup panggilannya Taehyung. Atau aku akan menghubungi mu tanpa henti. Sekarang katakan bagaimana perjalanan kalian tadi? Semuanya berjalan baik kan?"

Di sebrang sana Taehyung terlihat memutar matanya malas, bukan kah seharusnya dia sedang sibuk?

Ah, lupa sekarang kan hari sabtu, benar? Tapi pria itu bisa saja sibuk bersama teman kencannya yang lain kan? Kenapa masih harus merecokinya seperti ini!?

"Kenapa kau diam? Jangan bilang kau sedang mengumpat padaku dalam hati," kata Jungkook.

"Nah itu kau tau, sebenarnya apa yang kau inginkan?"

"Kalau aku bilang, aku ingin melakukan sex phone denganmu, apa kau akan menyetujuinya?"

"Mati saja sana! Dasar brengsek!"

Seruan Taehyung di ujung ponselnya kembali membuat Jeon Jungkook tertawa.

"Kalau kau menolak permintaan itu, maka jangan berani menutup panggilan ini sampai aku sendiri yang menutupnya. Aku ingin mengobrol denganmu, dan aku tidak menerima penolakan untuk permintaanku yang satu ini."

Jungkook bisa mendengar suara dengusan Taehyung, pria itu pasti sedang cemberut sekarang.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Jungkook.

"Tentu saja menelpon," balas Taehyung sarkas.

"Taehyung kau mengerti apa maksudku."

"Aku akan mandi sore tapi panggilan dari seseorang merusak rencanaku itu."

Jeon Jungkook terlihat menampilkan senyum miring saat mendengar jawaban Taehyung barusan.

"Kau bisa lanjutkan rencana mandi soremu itu, lalu aku akan melakukan panggilan video call untuk menontonmu mandi, bagaimana?"

"Jeon Jungkook!!"

"Iya Taetae aku masih di sini."

"Tidak bisakah kau berhenti memikirkan hal mesum seperti ini? Kau benar-benar maniak!" maki Taehyung di ujung telepon.

"Hariku selalu lebih baik saat mendengar omelanmu, Taehyung," kata Jungkook sambil tertawa.

Taehyung terdiam, hanya deru napasnya yang terdengar di ujung panggilan. Jungkook pun kembali bertanya karena takut jika godaannya sudah terlalu berlebihan dan berakhir Taehyung benar-benar marah padanya.

"Besok kau kembali pukul berapa? Aku menjemptmu di stasiun, atau haruskah aku menjemputmu langsung ke Daegu?"

"Tidak perlu repot melakukannya, aku bisa pulang ke rumahku sendiri."

"Pilih di antara dua pilihan itu. Aku tidak menerima jawaban tidak."

"Bajingan."

"Yes I am. Jadi pilih yang mana?"

"Jemput di stasiun pukul tiga sore."

"With my pleasure, baby."

Suara dengusan Taehyung kembali terdengar, Jungkook pun hendak kembali menggoda pria itu namun bunyi notifikasi pesan dari sang sekertaris menghentikan rencananya. Pria itu segera membuka pesan dari Nayeon.

"Yoongi benar-benar sedang sakit, aku sudah mengunjungi apartemenya tadi. Tapi kau tidak perlu khawatir, kondisinya sudah lebih baik sekarang."

Jeon Jungkook membalas pesan Im Nayeon bertepatan dengan ujaran Taehyung di ujung ponsel.

"Kenapa kau diam? Jika tidak ada lagi yang ingin kau katakan maka biarkan aku menutup panggilan ini."

"Sebentar sayang."

"Apa kau bilang?!" seru Taehyung.

"Apa?" tanya Jungkook seolah heran.

"Ck, berhenti bemain-main, dan jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi."

"Sebutan apa? Memangnya tadi aku menyebutmu apa?"

"Jeon Jungkook kau benar-benar bukan manusia!"

"Taehyung aku benar-benar clueless. Aku tidak tau apa maksudmu. Coba katakan aku tidak boleh memanggilmu apa, aku pasti akan menurutimu."

"Sayang! Jangan memangilku—"

"Iya?"

"Apa?"

"Kau tadi memanggilku sayang kan? astaga Taehyung ternyata kau begitu pemalu, nanti saat kita bertamu kau harus mulai memanggilku sayang, dan lihat apa saja yang bisa kuberikan padamu."

"JEON JUNGKOOK!!"

Taehyung benar-benar kesal, pria itu sukses membuatnya sakit kepala. Kenapa Jungkook senang sekali menggodanya seperti ini.

"Kenapa kau senang sekali menggangguku. Pergilah kencan dengan temanmu, bukan kah itu kebiasaanmu."

"Itu dulu, sekarang tidak ada lagi seseorang yang kuinginkan selain kau."

Taehyung benar-benar sudah kebal dengan semua godaan pria itu, maka dia pun kembali mendegus.

"Berhenti bermain-main."

"Aku serius. Apa dari nada bicaraku terdengar seperti sedang berbohong atau sedang menggodamu."

"Jeon Jungkook—"

"Aku hanya tertarik padamu, Taehyung. Aku hanya menyukaimu. Hanya memikirkanmu seorang. Dan aku hanya ingin bercinta denganmu saja. Hanya kau, tidak ada orang lain."

Deg!

Taehyung terdiam, napasnya terdengar memburu di ujung panggilan. Dia benar-benar tidak tau harus bereaksi bagaimana. Pria itu baru saja mengakui memiliki perasaan kepadanya? Astaga! Bagaimana bisa sampai begitu? Mereka tidak mungkin—

"Hentikan, aku akan menganggap ucapanmu tadi hanya sebuah candaan. Jeon Jungkook kau harus tau batasanmu untuk tidak menggoda orang lain secara berlebihan, atau kau akan—"

"Aku serius. Aku tidak pernah berbohong dengan apa yang kurasakan. Jika aku menyukai seseorang aku akan mengatakannya dengan sangat jelas, begitu pun sebaliknya. Aku juga akan marah jika sedang kesal, dan tertawa saat sedang bahagia. Taehyung, kau mungkin mengenalku sebagai seorang yang brengsek, dan aku tidak menyangkalnya. Tetapi jia kau menganggap ungkapan perasaan ku barusan sebagai sebuah kebohongan, maka aku akan menyangkalnya. Karena aku selalu jujur pada diriku sendiri. Kalau sekarang aku katakan aku menyukaimu, aku tertarik padamu, dan hanya kau satu-satunya yang kuinginkan maka semua itu adalah kebenaran. Aku menyukaimu Taehyung, aku sangat menyukaimu."

Deg!

"Jeon Jungkook, k-kau....aku—"

"Besok aku akan menjemputmu, dan lihat sendiri apakah aku terlihat berbohong padamu. Sekarang kau bisa melanjutkan acara mandi soremu. Jangan terlalu banyak berpikir Taehyung, dan sampaikan salamku pada Bibi."

Setelah itu Jungkook mematikan panggilannya, dia melempar ponsel miliknya ke samping, lalu beranjak ke luar kamar karena memikirkan Taehyung yang keras kapala sangat menguras tenaga, dan membuatnya kelaparan. Sementara di sana Taehyung terdiam dengan mata yang tidak lepas memandangi ponselnya.





.





.







.





TBC.

Votement yang buanyak yaa💜

Continue Reading

You'll Also Like

74.9K 8.6K 59
[ slow update ] tentang Taehyung yang suka sama seseorang, tapi keduluan oleh sahabatnya sendiri. [ boy x boy ]
312K 33.6K 38
[COMPLETE] Kim Taehyung lelaki berusia 21 tahun yang belum pernah mengecap bagaimana rasanya menyukai seseorang, tiba-tiba diminta untuk tinggal bers...
36.4K 3.8K 26
Kisah pria kim dan pria jeon dengan sedikit bumbu fantasy. Ngga ada yang wah di sini,jadi baca aja dulu hh Bot!tae Boyslove/lgbt/gay! Mpreg! 18++ Jan...
245K 25.5K 26
❝I like u like a black color, quiet but very deep❞