SAME PAGE [KOOKV VERSION] END

By rinjanikyu

94.3K 8.9K 1.1K

Lee Naeun yang menolak pernikahan dengan Jeon Jungkook karena telah miliki seorang kekasih bernama Kim Taehyu... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4 πŸ”ž
Chapter 5
Info
Chapter 6 πŸ”ž
Chapter 8 πŸ”ž
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20 (END)

Chapter 7

4.4K 485 89
By rinjanikyu

Votement ya biar yang baca berkah dan yang nulis bahagia

*Awas Typo*

***

Jeon Jungkook menyipitkan pandangannya saat cahaya lampu berdesakkan masuk ke retina matanya. Dia pun bangun dari tempat tidurnya dengan keadaan linglung, apalagi saat menemukan sebuah kompresan yang terjatuh dari keningnya saat dia mencoba duduk tadi.

Mata setajam elang itu akhirnya terbuka sepenuhnya, meneliti setiap sudut ruangan megah yang dia kenali sebagai kamar miliknya. Dia pun menghela napas pelan, sambil mencoba mengingat apa yang sudah terjadi sebelumnya. Pria itu melihat jam di nakas yang menunjukan pukul 02.00 pagi.

Lantas di jam-jam sebelumnya apa yang dia perbuat? Sial kepalanya masih pening luar biasa saat mencoba mengingat apa saja aktivitasnya hari ini.

Di tengah kebingungannya, pintu kamar di penthouse miliknya tiba-tiba terbuka. Sosok Min Yoongi terlihat berjalan ke arahnya sambil membawa sebuah napan berisi segelas air, semangkuk sup, dan beberapa butir obat.

"Kau demam," kata Yoongi sambil meletakkan nampan tersebut pada nakas di samping Jungkook.

Pria bermarga Jeon itu sedikit mengernyit saat mendengar fakta tersebut. Jungkook pun meneliti tampilan dirinya yang sudah berbalut pakaian santai, padahal dia tidak ingat kapan dia menganti setelan kantornya dengan pakaian ini.

"Makan dulu," ujar Yoongi kembali.

"Minum obat saja," sahut Jungkook sambil menggeleng kecil.

Yoongi menghela napas mendengar ucapan Jungkook barusan, tapi dokter muda itu tau, Jungkook akan tetap keras kepala menolak untuk makan. Maka dia pun menyodorkan beberapa butir obat pada pria tampan yang dia kenal sebagai sahabatnya itu.

Tanpa bicara Jungkook menerima obat tersebut lalu meminumnya cepat.

"Kau harus makan, Tuan Jeon."

Jungkook menggeleng pelan, "Aku sepertinya melupakan beberapa hal."

"Kau terdengar mabuk saat menelepon ku tadi malam, menyuruhku ke sini, lalu aku malah menemukanmu tergeletak dengan suhu tubuh yang tinggi," jelas Yoongi sambil menaruh telapak tangannya pada kening Jungkook, "Tapi sepertinya kau sudah baik-baik saja sekarang, demam mu sudah turun," tambahnya lembut.

Jungkook bersandar pada kepala tempat tidur sambil mengangguk kecil, dia sedang mencoba mengingat beberapa hal. Netranya menatap pria menawan yang sedang duduk di sisi tempat tidurnya saat ini dengan pandangan tidak bisa diartikan.

"Lain kali, jika aku menghubungimu dalam keadaan mabuk, kau tidak perlu menuruti ucapanku, Hyung." ujar Jungkook tenang.

Sementara Yoongi menatap pria di depannya dengan senyum miring, "Kenapa? Tidak mau aku semakin jatuh cinta padamu? Atau kau sudah memiliki teman baru?" tanya Yoongi dengan raut sinis, namun dokter muda itu kembali menambahkan perkataannya, "Ah tidak, bahkan selama ini, jika kau memiliki teman baru kau tidak pernah memintaku untuk berhenti seperti sekarang ini."

Jungkook menunduk sambil tersenyum kecil, dia kemudian menatap bola mata selentik merak itu dengan pandangan bersalah. "Aku hanya merasa kita harus berhenti. Entahlah, aku tidak memiliki alasan lain selain itu."

Dokter muda itu tertawa miring, "Kau tau kalau kau brengsek kan? Jadi tidak perlu bersikap seolah pria baik seperti ini. Aku mengenalmu lebih dari siapa pun," katanya dengan nada sedikit kesal.

"Karena itu, aku memintamu berhenti," Jungkook menghentikan ucapannya sambil menatap sosok menawan di depannya dengan pandangan serius. "Aku memang brengsek, dan karena itu aku memintamu untuk berhenti. Dengar, kita sudah pernah mencobanya, tapi tidak berhasil kan. Hubungan kita memang tidak bisa lebih dari tahap ini, dan aku tidak mau menyakitimu. Jadi kita harus berhenti di sini, kau mengerti?"

Yang ditanya hanya memalingkan wajahnya ke arah lain, enggan menatap raut lembut yang Jeon Jungkook perlihatkan padanya.

Pria itu benar, mereka memang pernah mencobanya. Mencoba menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih, tetapi dia tidak berhasil membuat Jungkook berhenti tidur dengan orang lain. Entah dirinya yang salah, atau Jeon Jungkook yang memang brengsek, tetapi Yoongi sendiri paham dia bukanlah orang yang tepat untuk seorang Jeon Jungkook. Karena sebesar apapun dia mencintai pria itu, memujanya hingga tahap memberikan apapun yang pria itu inginkan, tetapi dia tetap tidak bisa membuat Jeon Jungkook membalas perasaanya. Benar, Yoongi merasa bodoh karena mencintai pria brengsek seperti Jungkook.

"Apa ini? Kau perduli padaku? Dengar Jungkook, rasa sakit apapun yang aku terima karena mencintaimu itu adalah tanggung jawabku. Kau tidak perlu merasa bersalah, karena perasaanku adalah tanggung jawabku sendiri."

"Aku perduli padamu," sahut Jungkook tegas, "Kau satu-satunya manusia yang tahan berdekatan denganku, perduli padaku, dan mencintaiku—"

Deg!

Yoongi menatap Jungkook dengan mata berkaca-kaca, seolah siap menangis jika pria itu kembali membuka suara.

"Karena itu, aku tidak mau terus menyakitimu," ujar Jungkook sambil mengusap rambut Yoongi lembut. "Kau tidak boleh membiarkan dirimu terus dimanfaatkan oleh bajingan sepertiku. Kau Min Yoongi bisa mendapatkan orang jauh lebih baik dariku, Jeon Jungkook tidak pantas bersamamu, oke?"

Grep!

Yoongi memeluk tubuh Jungkook erat, kembali menangis di bahu pria brengsek ini. Membiarkan Jungkook mengelus punggungnya lembut, balas memeluknya. Pria ini sangat brengsek. Namun kenyataanya, Yoongi tau, bahwa ini bukan serta merta karena pria itu sendiri.

Jeon Jungkook mungkin punya kebiasaan buruk seperti berganti-ganti teman tidur, namun itu dia lakukan tanpa memaksa. Mereka semua yang datang pada Jungkook dengan sendirinya, mengemis kasih sayangnya walau hanya satu malam. Termasuk dirinya, tetapi dia dengan keras kepala menggunakan perasaannya hingga kini terjebak dalam perasaan yang dia miliki sendirian.

Karena sejak awal, Jeon Jungkook memberikan batasannya bahwa dia tidak akan menggunakan perasaannya dalam hubungan seperti ini. Kenyataan itu tentu saja dia sadari, bahwa sebenarnya orang-orang telah salah menilai pria ini. Karena di matanya, Jeon Jungkook adalah pria baik yang kesepian.

Lihatlah bagaimana pria itu meminta dia untuk berhenti agar tidak terus dimanfaatkan olehnya, Jungkook tidak mau dia terus terluka. Iya, karena selama yang Yoongi ketahui, Jeon Jungkook hanyalah pria biasa yang bersembunyi dalam topeng brengseknya. Entah berapa banyak bantuan finansial yang pria itu berikan secara diam-diam kepada organisasi sosial.

Jeon Jungkook mungkin menganggap dirinya sangat brengsek, iya itu memang tidak salah. Tetapi Yoongi tau, pria itu juga memiliki sisi lain yang coba dia sembunyikan entah karena alasan apa. Kejujurannya, tanggung jawabnya, dan keperduliannya telah membuat Min Yoongi jatuh cinta pada sosok itu.

"Berhenti menangis, kau tidak perlu menangisi bajingan sepertiku."

"Aku tidak menangis mu, brengsek!" maki Yoongi di antara tangis lirihnya. Jeon Jungkook lantas tersenyum sendu, semakin memeluk sosok itu dengan lembut. "Dengar, kau bisa mendapatkan orang lain yang kau cintai dan mencintaimu, tetapi nanti jika orang itu menyakitimu, kau bisa datang padaku. Aku akan menghajarnya untukmu, aku berjanji Hyung."

Yoongi tertawa kecil mendengar ujaran Jungkook barusan, dia menghapus air matanya, lalu melepaskan pelukannya.

"Aku tau," bisiknya.

"Good Man," puji Jungkook sambil menepuk kepala Yoongi bangga.

"Lalu bagaimana denganmu? Aku sepertinya sudah mengetahui alasan kenapa kau memintaku untuk berhenti."

"Sebelum ini aku selalu memintamu untuk berhenti, tidak alasan khusus," balas Jungkook santai.

Mendengus kecil, dokter muda itu lantas berujar, "Memang benar, tetapi mungkin daripada menyebutnya sebagai alasanmu memintaku berhenti. Lebih tepat aku menyebutnya sebagai alasanku yang mengharuskan aku berhenti."

Jungkook memandang sosok menawan itu dengan raut tidak paham.

"Kau menemukan orang lain bukan? Lebih tepatnya, kau jatuh cinta padanya."

"Tidak." Setidaknya aku belum merasa begitu, tambah Jungkook dalam hati.

"Siapa?" tanya Yoongi lagi.

Jungkook mendengus hendak beranjak dari ranjangnya, namun sebaris nama yang terucap dari bibir Min Yoongi mampu membuat Jeon Jungkook terdiam seketika.

"Kim Taehyung? Apakah dia orangnya? Siapa dia, Jungkook?"

Jungkook terkejut mendengar nama itu terucap, bagaimana Min Yoongi sampai mengenal nama itu?

"Bukan orang yang penting," jawabnya santai.

"Tidak penting? Tetapi kau terus menggumamkan namanya saat kau demam tadi."

Hah? Dia begitu?

Jungkook menggeleng tidak percaya, "Itu tidak mungkin, kenapa juga aku harus menggumamkan namanya."

"Apa aku terlihat berbohong saat ini?" tanya Yoongi balik.

Brengsek! Kenapa juga dia harus menggumamkan nama Taehyung segala.

Fuck!

Pria itu benar-benar mengganggu. Dia ingat sekarang, bahwa pagi tadi Taehyung begitu menyebalkan. Pria itu telah berani mengatainya sampah. Lalu harinya semakin bertambah buruk, saat sang ayah turut serta mengatainya dengan kata sampah keluarga. Iya, karena itu lah dia begitu kesal sampai melampiaskannya dengan menenggak minuman keras hingga mabuk, lalu berakhir dia demam, dan menggumamkan nama Taehyung, begitu?

Double Fuck!!

"Apa dia pria yang tempo hari datang ke sini? Pria yang memergoki kita berciuman, dia orangnya?"

Jungkook diam, enggan menjawab pertanyaan tersebut.

"Kau diam berarti iya. Seharusnya saat itu aku sudah tau. Kau tidak pernah membawa teman tidurmu ke penthouse ini. Sepertinya aku benar kan, dia Taehyung?"

Pria bermarga Jeon itu menghela napas pelan, kepala kembali berdenyut nyeri, sial memang.

"Dia tidak berbeda dari teman ku yang lain. Aku membayarnya untuk menjadi teman tidurku, hanya itu."

Yoongi menaikan alisnya bingung, "Kau tidak pernah membayar teman tidurmu, Jeon Jungkook. Mereka semua menyerahkan diri padamu dengan suka rela. Lalu kenapa yang ini kau harus membayarnya?" tanya Yoongi dengan senyum miring.

Benar? Memang Min Yoongi adalah manusia yang paling mengerti dirinya. Kenapa pria ini harus begitu pintar sih? Hah...

"Akui saja Jungkook. Tidak perlu menyembunyikan apapun dariku. Dan tidak perlu merasa bersalah atas perasaanku, karena seperti yang kukatakan, perasaanku padamu adalah tanggung jawabku. Jadi jangan menahan dirimu, akui saja jika kau memang tertarik pada pria bernama Taehyung itu. Mungkin dengan itu, perlahan aku bisa melupakan perasaan ku padamu."

Deg!

Jungkook kembali melembutkan pandangannya, dia pun mengelus tangan seputih salju itu, lalu menggenggamnya erat.

"Oke, aku belum menceritakan kebrengsekan ku yang satu ini padamu. Mungkin dengan aku menceritakannya, kau akan semakin jijik padaku," ujar Jungkook sambil tertawa hambar.

"Katakan Jungkook...aku ingin tau."

Jungkook pun memulai ceritanya.

***

Jeon Jungkook berdiri di sebuah kamar rawat bernomor 0130 dengan menenteng sebuah paper bag cukup besar. Sudah lebih dari lima menit, pria tampan itu berdiri seperti orang bodoh sambil menatap pintu di depannya dengan raut wajah penuh kebingungan.

Ini semua adalah ide Min Yoongi, salah kan saja dia. Karena pagi dini hari tadi, setelah Jungkook menceritakan mengenai siapa itu Taehyung. Pria itu bukan hanya menamparnya sebanyak tiga kali, melainkan juga memberinya saran untuk melakukan hal ini.

Yoongi bilang, bahwa dirinya telah jatuh cinta pada Taehyung, namun Jungkook hanya belum menyadarinya. Dokter muda itu juga memberinya saran, untuk memperbaiki hubungan keduanya, dan itu bisa dimulai dengan memiliki hubungan baik dengan Ibunya Taehyung. Karena itu sore ini Jungkook berada di rumah sakit ini. Karena menurut informannya, Ibu Taehyung dirawat di sini.

Setelah lima menit menebalkan muka, pria tampan dengan setelan kerjanya itu membuka pintu kamar rawat Ibu Taehyung, dan langsung di hadapkan pada sosok wanita paruh baya yang kini menatapnya heran dengan sebuah buku di tangannya.

Oh, wanita itu suka membaca buku, Jungkook sekilas bisa melihat jenis buku apa itu. Dia berusaha mengingat ini dalam otaknya.

"Siapa, ya?" tanya Nyonya Kim lembut.

Jeon Jungkook pun menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman lembut sambil membungkuk singkat. "Selamat sore, Bibi. Saya Jeon Jungkook, teman dari putra anda, Taehyung."

"Oh, teman Taehyungie rupanya. Anak itu tidak mengatakan apapun kalau temannya mau datang, silahkan duduk Nak."

"Ada sedikit oleh-oleh, semoga Bibi cepat sembuh."

Jungkook menyerahkan paper bag yang sedari tadi dia tenteng pada Ibu Taehyung yang menerima hadiah tersebut sambil tersenyum.

"Terima kasih banyak, tapi Nak Jungkook tidak perlu membawa oleh-oleh segala. Sudah dijenguk dan didoakan cepat sembuh saja Bibi sudah senang," ujarnya Ibu Taehyung ramah.

Jeon Jungkook hanya menunduk sopan dengan kedua tangan saling bertaut gugup. Dia bodoh, Jungkook tau itu.

Ya ampun, sejak kapan dia bisa melakukan hal seperti ini? Beramah tamah pada orang tua temannya?

Oh, fuck!

Dulu terpikir akan melakukan hal seperti saja tidak pernah. Ini pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini, dan itu semua hanya karena dia ingin lebih mengenal Taehyung?

Double fuck!

Dia terlihat seperti sedang mencari muka di depan Ibunya Taehyung, kan? Ya Tuhan, kenapa dia mau saja melakukan hal seperti ini. Taehyung sialan, maki Jungkook dalam hati.

"Nak Jungkook—"

"Panggil Jungkook saja, Bibi," potong Jungkook sungkan.

"Oh baik, Jungkook ini temannya Taetae di kantor, kah? Karena hampir semua teman kuliah Taehyungie, Bibi tau."

Pria bermarga Jeon itu mengangguk kecil, sedikit ragu untuk menyetujui bahwa dia temannya Taehyung. Karena jelas mereka bukan teman kantor, apalagi teman main, tapi kalau teman tidur itu baru benar.

Wanita itu kembali tersenyum lembut, dia berpikir bahwa teman putranya ini punya sifat yang pendiam, namun tetap sopan dan tentu saja punya wajah yang tampan.

"Terima kasih sudah menjadi temannya Taehyungie. Kalian pasti sangat dekat, sampai Jungkook meluangkan waktu untuk menjenguk Bibi seperti ini."

Wanita paruh baya di depannya ini sangat lembut. Hanya dari tatapan matanya saja Jungkook sudah tau, bahwa dia adalah orang yang tulus.

"Sama-sama Bi, maaf sebelumnya aku baru sempat menjenguk Bibi. Karena Taehyung baru menceritakan kondisi Bibi kemarin."

Senyum itu masih setia menghiasi bibir pucatnya, "Terima kasih."

"Iya Bi, aku—"

"Sedang apa kau di sini?" tanya Taehyung kaget.

"Taehyungie."

Jeon Jungkook lantas berdiri dari duduknya, melihat Taehyung yang kini berdiri berseberangan sambil menatapnya penuh permusuhan.

"Jeon Jungkook, sedang apa kau di sini? Breng—" Taehyung menghentikan umpatan yang hendak dia ucapkan, ketika mengingat dengan siapa dia bicara, ada ibunya juga di sini.

Dan si brengsek ini, bagaimana bisa dia ada di sini? Jungkook tidak sedang merencanakan hal buruk pada ibunya kan?

"Aku mampir sebentar untuk menjenguk Bibi," kata Jungkook dengan nada lembutnya.

Taehyung kemudian mendengus kasar, menatap Jeon Jungkook dengan raut penuh emosi. "Kau menjenguk Ibuku? Oh, apa aku tidak salah dengar?"

"Taehyungie, kenapa kamu bicara begitu pada temanmu, itu tidak baik lho," peringat Nyonya Kim sambil mengelus lengan sang putra.

"Temanku, siapa Ma?"

"Jeon Jungkook, teman kantormu kan? jadi jangan bersikap tidak sopan begini."

Perkataan wanita paruh baya itu sontak membuat Taehyung kesal bukan main, apa saja yang sudah pria brengsek itu ceritakan pada Ibunya? Teman kantor apanya?! Sialan!

Sementara Jungkook justru tersenyum penuh rasa senang, saat mendengar pembelaan dari Ibu Taehyung barusan. Apalagi melihat raut tidak senang yang pria itu berikan padanya, entah kenapa Jungkook sangat menikmati situasi ini. Ternyata, ide Min Yoongi tidak buruk juga.

"Brengsek—"

"Taehyungie," peringat kembali Nyonya Kim.

"Tidak apa Bibi, hubungan kami memang sedikit buruk. Kami sempat bertengkar kecil kemarin, tapi itu bukan masalah serius. Saya ke sini selain untuk menjenguk Bibi, juga untuk meminta maaf pada putra Bibi. Taehyung maafkan aku," kata Jungkook sambil membungkuk kecil.

Taehyung melongo melihat pewaris Jeon Grup itu membungkuk kepadanya. Catat, Jeon Jungkook meminta maaf sambil membungkuk kepadanya?!

Bah! Dunia pasti sudah mau kiamat.

Apa yang sedang pria itu rencanakan sebenarnya? Taehyung heran bukan main.

Sementara Nyonya Kim menatap Jungkook dengan raut wajah tidak enak, dia pun kembali menasehati sang putra untuk berhenti bersikap tidak sopan pada pemuda itu.

"Taehyungie lihat, bagaimana bisa kamu bersikap kekanak-kanakan begini? Jungkook sudah minta maaf, dan kamu bersikeras tidak mau memaafkannya?" tanya Nyonya Kim tidak percaya bahwa sang putra bisa begitu tega pada pemuda tampan di depannya.

"Ma..."

"Tidak apa Bibi, saya mengerti kalau Taehyung masih marah pada saya. Dan karena sudah sore saya permisi dulu. Besok saya akan menjenguk Bibi lagi."

"Oh, begitu ya. Baiklah...hati-hati di jalan Jungkook."

Jeon Jungkook tersenyum tipis, sambil kembali membungkuk pelan, "Iya Bibi terima kasih, saya permisi."

Jeon Jungkook kemudian berjalan ke arah pintu ke luar setelah sebelumnya menatap Taehyung dengan senyum miringnya, namun sedetik kemudian rautnya berubah menjadi senyum sendu.

Brengsek! Pria itu pandai sekali ber-acting rupanya.

"Apa sih maunya?" tanya Taehyung pelan.

Sang Ibu hanya menatap putranya heran, kenapa Taehyung begitu keras kepala saat ini.

"Taehyungie, kenapa kamu bersikap begitu? Bahkan jika kalian bertengkar harusnya bisa saling memaafkan, kamu tidak boleh bersikap tidak sopan begini."

"Mama tidak tau siapa dia, sekarang katakan padaku. Apa saja yang sudah dia lakukan pada Mama?"

"Melakukan apa? Jungkook hanya mendoakan Mama cepat sembuh, berbicara dengan nada sopan, bahkan memberikan Mama oleh-oleh. Kamu yang sepertinya bersikap berlebihan, sudah sana kejar Jungkook, lalu minta maaf padanya," kata Nyonya Kim tegas.

Taehyung kemudian mendengus dalam hati. "Kenapa aku harus, Ma?"

"Aigoo, kalau kamu masih keras kepala begini masalah kalian tidak akan selesai. Sudah sana pergi kejar Jungkook, dia pasti belum jauh."

Dengan cemberut Taehyung pun menuruti keinginan sang ibu. Pria itu berjalan ke arah pintu ke luar. Namun begitu menutup pintu kamar rawat ibunya, wajahnya sudah di hadapkan pada pria yang menjadi sumber masalahnya. Jeon Jungkook kini tampak santai bersandar pada dinding sambil tersenyum miring kepadanya.

"Brengsek—"

Tanpa mengindahkan tatapan membunuh yang sedang Taehyung layangkan padanya saat ini. Jungkook kemudian menyeret lengan Taehyung untuk mengikuti langkahnya dengan terburu.

"Lepaskan!" desis Taehyung saat pergelangan tangannya di tarik paksa Jungkook.

"Tidak boleh membuat keributan di rumah sakit. Karena kau masih ingin mengajak ku bertengkar, maka ayo kita lakukan di tempat lain."

"Apa kau bilang? Akh! Sakit bodoh!"

Jungkook seolah tuli, dia pun masih melanjutkan langkahnya, sambil menarik Taehyung menuju mobilnya di parkiran.

***

"Apa yang kau lakukan di sini? Kuperingatkan kau, jangan pernah menyentuh Ibuku," desis Taehyung marah begitu mereka berada di mobil Jungkook.

Sementara Jeon Jungkook hanya tersenyum miring, balas menatap wajah penuh emosi yang pria menawan itu tampilkan.

"Apa aku selalu terlihat berniat buruk di matamu?"

"Tentu saja."

Jeon Jungkook mendengus pelan, jika itu orang lain, sudah pasti Jungkook tidak akan diam. Tapi karena dia Taehyung, maka lupakan saja perkataan pedasnya barusan.

"Demi Tuhan, Tuan Kim. Aku benar-benar hanya berniat menjenguk Ibumu. Tidak sedikit pun aku berniat menyakitinya, dan kau bisa pegang kata-kataku ini," kata Jungkook tegas.

Taehyung memincingkan matanya tidak percaya, namun dia enggan melanjutkan perdebatan ini, karena sudah pasti Jeon Jungkook yang akan memenangkannya. Jadi, untuk saat ini dia hanya harus selalu waspada.

Lagi pula Taehyung sudah begitu lelah hari ini, perutnya belum terisi sejak siang. Mendebat Jeon Jungkook hanya akan membuang-buang energinya saja. Jadi lupakan sejenak.

"Temani aku makan malam, kau mau?" tukas Jungkook tiba-tiba.

Taehyung menatap pria di samping kemudi itu dengan pandangan heran. Apa Jeon Jungkook bisa membaca pikirannya?

Bah!

"Taehyung?"

"Kenapa masih perlu bertanya? Bahkan jika aku bilang tidak mau makan denganmu, kau masih akan tetap memaksa ku bukan?"

"Tentu saja," jawab Jungkook dengan senyum miring.

Lihat? Dia memang bajingan.

Taehyung lantas mendengus pelan, "Lalu untuk apa kau masih bertanya, Tuan Jeon? Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan."

Jungkook menatap pria di sampingnya dengan senyum tipis, sebelumnya kemudian kembali berujar. "Kau sepertinya begitu membenciku, ya?"

Taehyung balas menatap Jungkook dengan raut heran bukan main. "Apa aku harus merasa bahagia saat bersama seseorang yang sudah menghancurkan hidupku?" Tanyanya sarkas.

"Bahkan di saat kita melakukan sex, kau tidak merasakan hal lain selain rasa benci?" Tanya Jungkook sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Taehyung.

"Merasa apa, brengsek?! Dan menjauh dariku! Ini masih di parkiran, apa kau tidak malu jika ada orang lain yang melihat posisimu yang seperti ini?!" Seru Taehyung sambil menahan bahu Jungkook untuk mendekatinya.

Pria itu justru memegang kedua tangan Taehyung, lalu menekannya ke atas kepala. Dia kemudian dengan cepat mendekatkan wajahnya, namun dengan cepat pula Taehyung menoleh ke arah lain. Enggan balas menatap Jungkook--yang kini hanya berjarak beberapa cm saja dari wajahnya.

Jeon Jungkook kembali tersenyum miring, kemudian meniup telinga Taehyung pelan.

"Ugh! Jeon Jungkook brengsek!" Maki Taehyung dalam hati.

"Bagaimana rasanya, hm?" Jungkook menyusupkan wajahnya ke ceruk leher Taehyung. "Kau yakin tidak merasakan apapun? Bahkan di saat seperti ini? Jantungmu tidak berdebar lebih cepat dari biasanya? Atau tidak kah tubuhmu mulai terasa aneh?" Bisiknya menggoda.

Dia tahu Taehyung sedang berjuang melawan dirinya sendiri saat ini. Lebih tepatnya, pria ini sedang berusaha menahan dirinya sendiri.

Taehyung melirik ke arah Jungkook, wajah tampan itu tersenyum dengan pongah dan penuh arogansi. Taehyung merasa dia sedang dipecundangi, tanpa sempat melakukan perlawanan apapun. Bahkan rasanya untuk melawan pun dia tidak akan bisa, keberaniannya sudah dibungkam oleh uang setengah miliyar yang telah dia serahkan kepada rumah sakit.

"Kenapa diam, hm?"

"Terserah apa katamu," balas Taehyung muak.

Melihat bagaimana Taehyung enggan menatapnya, tetapi kedua tangan itu terkepal erat dengan kening yang mengkerut, Jungkook pun kemudian tersenyum tipis.

"Boleh aku mencium mu?"

Mendengar pertanyaan dengan nada lembut itu, Taehyung reflek menoleh ke arah Jungkook hingga kedua pandangan mereka bertemu. Mata selentik merak itu mengerjap pelan, sebelum kemudian mendengus kasar.

"Apa kau tidak bisa meminta hal yang memalukan seperti itu penthouse mu saja? Setidaknya bukan di tempat terbuka seperti ini!"

"Di penthouse? Jika kita berada di sana sekarang, aku tidak akan meminta ciuman. Aku akan meminta hal yang lebih dari itu, sex misalnya."

"Bajingan," bisik Taehyung sarkas.

Jungkook kemudian tertawa kecil. Ini menyenangkan, dia bahkan sampai tidak sadar bahwa ini pertama kalinya dia tertawa tulus karena seseorang yang baru dia kenal. Sepertinya Min Yoongi benar, mungkin dia memang telah jatuh cinta pada Taehyung.

Fuck!

"Jadi boleh atau tidak?"

Taehyung mendelik marah, "Kau memang berbakat membuat orang lain kesal."

"Jadi sekarang kau sedang kesal padaku?"

"Apa wajahku tidak menunjukan itu?" Tanya balik Taehyung.

Dengan senyum miring, Jungkook menggeleng pelan. "Tidak, wajahmu masih terlihat menawan di mata ku."

"Brengsek!" Umpat Taehyung dongkol.

Jeon Jungkook terbahak. Tawanya terdengar riang sekaligus mengesalkan di telinga Taehyung.

"So, can i kiss you?" Tanya Jungkook kembali.

"Terserah!"

"Kalau begitu lihat ke arahku," pinta Jungkook sambil menyentuh dagu Taehyung.

Pria menawan itu akhirnya pasrah, dia menghela napas pelan, sebelum kemudian menutup matanya perlahan. Menunggu Jeon Brengsek Jungkook mencium bibirnya.

Di sisi lain, Jungkook tersenyum kecil melihat hal tersebut. Dia kemudian bergerak mencium kening Taehyung dengan lembut, hingga membuat mata pria itu terbuka seketika.

Chup!

"Thank you, sekarang temani aku makan, oke?"

Mengabaikan pertanyaan tersebut, Taehyung justru sibuk dengan perasaan hangat yang tiba-tiba menyusup di hatinya. Bukan ciuman penuh napsu dan paksaan yang pria itu berikan, melainkan sebuah kecupan pada keningnya yang terkesan lembut.

Dan itu mengganggunya.

Jeon Jungkook, si brengsek itu. Apa yang telah dia lakukan padanya?!

Namun pikirannya tiba-tiba buyar saat ponsel di saku celananya bergetar, menandakan ada sebuah pesan masuk. Taehyung membuka ponselnya dengan acuh tak acuh, mengabaikan Jungkook yang tengah mengemudi dengan senyum lebar.

"Taehyung, ayo kita bertemu. Aku ingin bertemu denganmu. Kumohon, Jeon Jungkook benar-benar brengsek, Taehyung. Dia telah menghancurkan perusahaan keluarga kami, dia membatalkan segala jenis kerja sama dengan Lee Grup tanpa pemberitahuan apapun. Sekarang semuanya kacau, Ibuku kembali meminta hal yang tidak masuk akal padaku. Ini semua karena Jeon Jungkook. Taehyung, aku sangat tertekan, aku sangat sedih."

Taehyung terbelalak saat membaca pesan dari gadis yang masih berstatus sebagai kekasihnya itu. Dia lantas menutup pesan tersebut dan mengantongi ponselnya. Taehyung akan menghubungi Naeun saat pria ini tidak ada di sampingnya.

Dia pun kembali melihat Jeon Jungkook dengan penuh amarah yang tertahan.

Pria itu kenapa selalu menjadi antagonis dalam kehidupan orang lain?

Taehyung sungguh tidak mengerti.


.



.



.



.

TBC.

3,6+ K 🔥🔥🔥

Are you guys still loving this ff?
Kalau suka vote dan komen yang banyak ya guys 🤗

Xixi💜

Continue Reading

You'll Also Like

387K 37.9K 42
KookV . . . TopJk BotTae 24/10/20 : #1 kookv 27/10/20 : #1 kookv
91K 9.1K 37
FIKSI
489K 42K 87
Judul : ζˆ‘ηˆ±δ½ ?? Genre : Romance, Fantasy, Yoai/ Gay, HND. Status : Book 1 (Tamat) & Book 2 (Tamat) Writer : @Diazoktafiqi Synopsis...
189K 19.1K 26
Remake (True Alpha) karyaku sebelumnya πŸ“ -kookv -bxb -BDSM -M-preg -ABO -Rate-M πŸ”ž - 01 #kooktae 25 Oktober πŸ“Œ - 01 #kookv 25 Oktober πŸ“Œ - 01 #fik...