"HUWAA!!" teriakan cempreng itu refleks keluar begitu Cheryl membuka pintu kamar mandinya.
Terlihat sang suami sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk- dalam keadaan tanpa mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya.
"Kenapa sayang?" godanya dengan senyuman miring yang membuat Cheryl ketar-ketir.
"A-Awas, aku mau mandi- Hwaa!" Cheryl tersentak ketika suaminya itu menariknya masuk ke dalam kamar mandi dan memojokannya ke dinding.
"Mau mandi bareng, hm?" suara berat lelaki berwajah tegas itu selalu berhasil membuat jantung Cheryl hampir copot. Meski sudah lumayan lama mereka bersama, namun Cheryl masih tak menyangka bisa menikah dengan pria sesempurna dia. Perasaannya pun masih sama seperti pertama kali bertemu.
"Engga ah, nanti kamu khilaf," tolak Cheryl tanpa melakukan kontak mata sedikitpun. Namun suaminya itu mengangkat dagu Cheryl.
"Tadi kenapa kaget gitu? Padahal udah sering liat, kenapa masih kaget?" godanya lagi.
"S-Siapa juga yang kaget!"
"Belum terbiasa, hm?" Ia mencengkeram kuat tangan kanan Cheryl dan mengarahkannya ke perut sixpack-nya yang masih basah karena air.
"B-Bukan ih-"
"Ya udah sini pegang biar biasa," Ia menempelkan tangan mungil Cheryl di otot-otot perut miliknya dan menuntun Cheryl untuk mengelusnya dengan lembut dari atas sampai bawah. Nafas Cheryl tercekat.
"N-Nanti anak kita liat-"
"Mommy, kok peyut daddy di eyus eyus?" Alvares yang tiba-tiba masuk membuat mereka berdua tersentak dan saling menjauh. Cheryl spontan buru-buru melilitkan handuk di tubuh suaminya.
"Daddy hamil ya daddy?" tanya Alvares bingung sambil memperhatikan daddy-nya.
Gio tertawa. "Bukan Ayes, ini bukan peyut. Ini namanya Sixpack."
Wajah polos Alvares berubah bingung. "Softec?"
"No. Six-pack, Alvares. Bukan Softec."
"Cispec?" ulang Alvares.
Daddy-nya mengangguk. "Ya. Bener, ini namanya sixpack."
"Kok cispec, Dad? Bukan na itu peyut?" Alvares menunjuk perut berotot milik ayahnya itu.
"Bukan. Ini disebut sixpack karena bentuknya kotak-kotak kayak roti sobek, Al. Kalo bentuknya bulet mirip donat kayak punya Al baru namanya perut."
Alvares terkejut mendengar penjelasan daddy-nya barusan. Spontan ia melihat perutnya sendiri dan seketika tenggorokannya sesak. Ia tidak terima. Kenapa perutnya berbeda dengan ayahnya?
Balita gembul itu lantas menggeleng sedih. Ditatapnya sang ayah dengan mata berkaca-kaca. "Nda mawu daddy. Ayes mawu cispec tayak daddy. Ayes nda mawu miyip donat. Nda mawu daddy nda mawu!!"
Gio malah tertawa geli mendengar rengekan putranya. "Ga bisa, Al. Al kan ga pernah olahraga kayak daddy. Mana bisa sixpack coba?"
"H-Huweee!! Mommy, Ayes mawu cispec!! Mommy!! Huweee!!" teriak Alvares sambil menangis.
"Eh! Ssst! Udah jangan nangis, Ares. Yaudah kalau mau caranya sekarang makan yang banyak. Nanti jadi cispek deh," kata Cheryl lembut.
Tangisan Alvares sontak terhenti. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang basah. "E-Enelan, Mommy?"
Cheryl mengangguk. "Iya, bener!"
"Othey, mommy! Ayes mawu matan yang banyak!"
Dan itulah detik-detik sebelum Alvares menangis kejar karena perutnya malah tambah melembung.
***
Sudah jam 12 siang dan bocah pemilik pipi sebulat donat itu masih berguling-guling di kasur sambil menangis. Hal yang membuat Cheryl bingung harus apa. Alvares tidak mau makan, minum dan mandi. Bahkan Alvares tidak mau menonton upin ipin alias kembarannya.
"Tanggung jawab lo, anak gue jadi nangis kan?!" kesal ayahnya.
"Anak kamu, anak kamu. Anak aku kali! Aku yang ngandung tau," tepis Cheryl sebal. Sok banget galak ini cowok. Giliran ntar disuruh tidur di luar nangis.
"Ayes mam dulu ya?" bujuk Cheryl sembari naik ke atas kasur, menghampiri putranya.
Alvares menggeleng kuat-kuat. "Nda mawu, mommy jaat!!"
"Maafin mommy ya sayang. Abisnya kalo mau cispec kayak daddy itu Ares harus diet. Ares ga boleh diet, masih kecil."
"Hiks t-tapi Ayes mawu cispec mommy.. m-mommy j-jaat cama Ayes.."
Cheryl frustasi harus bagaimana lagi. Ia pun memeluk Alvares dan mendekapnya erat. "Cup cup cup, udah Ayes jangan nangis ya. Nanti kalo udah gede boleh deh cispec. Sekarang Ayes mau apa hm? Mommy kasih asal Ayes berhenti nangis."
"M-Mawu cucu mommy.. cucu," rengek Alvares.
Cheryl tersenyum, membalikan tubuh Alvares dan menanggalkan kancing piyamanya. "Ya udah sini-"
"Eh, eh mau ngapain?" sentak suaminya tiba-tiba.
Cheryl mengerenyit. "Maksud kamu ngapain apanya? Ya Ares mau nyusu lah!"
Wajah suaminya itu mendadak jadi berubah marah. "Enggak ada. Alvares kan udah sekolah, jangan dibiasain masih dikasih susu. Lagian kan dari dulu udah dibilang, jangan terlalu dimanjain."
"Astaga, yang. Masa gaboleh disusuin, terus anak kamu nyusu sama siapa? Dari sapi langsung?" tanya Cheryl tak habis pikir.
"Sama babi!" balas lelaki itu sembari ikutan naik ke atas ranjang dan memindahkan anaknya. "Udah minggir-minggir, Ares kembali ke kamar sana. Ngempeng aja. Daddy mau bobo."
Alvares langsung memelototi ayahnya. Ditepisnya tangan kekar lelaki itu. "Nda!! Daddy yang awac! Ayes mawu cucu! Daddy nda boyeh!"
"Ck!"
"Besok gua bikin sixpack beneran dah biar ga manja-manja lagi," batinnya.
***
Keesokan paginya.
"Sayang, bangun. Kamu ga kerja?"
Sudah beberapa kali Cheryl menepuk-nepuk lengan kekar suaminya yang tertidur sambil memeluknya itu tapi ia tetap tak mau membuka mata.
"Sayang, kamu telat nanti-"
"Nda mau kerjaaa maunya bobo," rengek Gio dengan suara seraknya sembari menarik Cheryl ke dalam pelukannya.
"Jangan gitu dong, itu anak buah kamu pada nungguin lho."
"Ndaaa, maunya sama kamu ajaa~" rengeknya lagi seraya mengeratkan dekapannya. Tidak mau lepas.
"Yaudah nanti aku ikut ke kantor kamu. Sekarang bangun," kata Cheryl lalu beberapa detik kemudian teringat akan sesuatu. "Oh iya.. Kok tumben ya Alvares ga nyamperin ke sini pagi-pagi? Biasanya udah gedor-gedor pintu minta susu."
"Mungkin dia kecapekan," jawab Gio dengan mata terpejam.
"Kecapekan gimana? Kan dia kemaren ga sekolah. Emangnya kemaren ajak dia ke mana?"
"Huweee!! Mommy!! Daddy!! Huweee!!"
Panjang umur. Tiba-tiba tangisan si balita gembul itu terdengar keras. Spontan Cheryl melepaskan pelukan suaminya dan membukakan pintu untuk Alvares.
"Ck! Ganggu!" desis Gio kesal. Baru juga mau manja-manjaan.
"P-Punggu Ayes atit mommy! Punggung Ayes yemuk-yemuk! Huwee!!" tangis Alvares kencang. Mukanya yang chubby itu terlihat sangat merah dan bengkak karena terlalu lama menangis. Cheryl pun terkejut dan langsung menggendong Alvares.
"Kok bisa? Ares abis ngapain?" Cheryl beralih menatap suaminya bingung. "Ini dia kenapa bisa keseleo, yang? Kemaren ga apa-apa kan?"
Gio sontak meneguk ludah. Kenapa malah tambah nangis anjir? "M-Mungkin salah bantal. Udah abis ini gue urut."
Ting!
Tiba-tiba notifikasi message di ponsel Cheryl berdenting. Ada chat dari Sarah, sahabat Cheryl.
sarah
nih liat kelakuan lakimu cher. mana di upload ke sg. bener bener deh
sarah sent a photo.
gioanendra 15 jam lalu
Bukannya sixpack malah tambah ngejer. dasar bapak sesad :)