Karakter Jean alias papa Isa itu mas Rowoon ya~ happy reading jangan lupa vote. Udah berapa abad di tinggal nih? Baru selesai pts + karna besok anak-anak cb yeay!(*˘︶˘*)
•••
Han sama Isa udah landing. Mereka sampai di Malang, kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya.
Cuma berdua. Di kota yang masih asing ini, Han dan Isa memulai pondasi hidup dari titik nol.
Yakin mereka bisa? Atau nyerah sebelum ke puncak nya?
Perjalanan sejam lebih tiga puluh menit itu buat mereka lumayan capek apalagi Isa yang hamil muda.
"Masih mual?" Tanya Han dan elus tengkuk Isa. Gak tau kenapa Isa tiba-tiba mual waktu di pesawat dan beberapa kali ke kamar mandi buat muntah.
Mungkin efek udah lama gak bepergian terus efek kehamilan juga.
"Masih, " Jawab Isa pelan.
"Tunggu bentar. "
Setelah Han nyuruh Isa duduk dia langsung lari buat beli teh hangat. Gak ada 3 menit Han udah balik ke Isa.
"Minum pelan. " Si manis itu langsung minum teh nya dan hela nafas nya panjang.
"Udah baikan?" Tanya Han sekali lagi.
"Udah kok, " Jawab Isa. Dia nepuk bangku samping nya buat Han duduk.
"Habis ini... Gimana?" Kita pasti tau arah pembicaraan Isa.
Han noleh dia natap Isa yang masih lumayan pucet terus singkirin poni-poni panjang rambut istrinya itu.
"Uang yang di kasih papa mama, ada 30 juta, " Kata Han.
Isa natap Han berkaca-kaca. Ini belum mulai tapi kenapa dia kerasa udah mau pulang.
Bukannya berlebihan, tapi itu uang jajan Isa tiga bulan. Han pun bingung sekarang.
Inilah penting nya kita nabung, perlu kan uang nya di masa depan?
"Kata Heesung 3km dari sini ada perumahan yang lumayan murah biaya sewanya. Mau lihat dulu kesana?" Tawar Han.
Si cantik itu sekali lagi hela nafas nya panjang terus ngangguk tanpa semangat. Han senyum terus bantu Isa bangun.
Mereka keluar dari area bandara dan cari taksi. Setelah dapet langsung aja mereka menuju ke perumahan yang di maksud Heesung.
"Wah wajah-wajahe wong kota iki. " Kata pak supir sewaktu Han sama Isa udah di dalem taksi.
Han kebingungan sama bahasa jawa yang di gunain pak supir, untungnya Isa lumayan paham sedikit.
Isa terkekeh pelan, " Malang kan juga kota pak. "
"Kalian suami istri ya?" Tanya pak supir sekali lagi.
"Iya, baru aja nikah pak. Terus langsung ke Malang. "
Pak supir taksi itu ngangguk-ngangguk, gamau tanya lebih lagi.
15 menit dari bandara, ternyata mereka udah sampai di blok perumahan.
"Makasih ya pak... --"
"Jeneng ku pak Sarwono, dek. Eh maaf, nama saya Sarwono. "
Han sama Isa yang sempet kebingungan langsung senyum terus ngangguk.
Isa serahin ongkos taksi nya tapi langsung di tolak pak Sarwono.
"Ndak usah lho. Udah tak kasih gratis aja buat kalian, hadiah nikahan nya dari saya. " Kata nya sembari senyum.
"Pak kita jadi gak enak... "
"Wis toh, ndak apa. Tabung iku duite ya. "
"Semoga kita ketemu lagi ya pak, makasih banyak sekali lagi. " Beliau ngangguk terus balik masuk ke mobilnya.
"Semoga langgeng ya. " Itu pesan pak Sarwono sebelum ninggalin area blok perumahan nya.
Isa ngebatin, walaupun jauh dari keluarga nyatanya banyak orang baik yang masih bisa dia temuin.
"Ayo Sa. " Ajak Han yang ngebuyarin lamunan Isa.
Dia kelabakan terus ngangguk, perumahan itu masuk dalem gang.
"Hati-hati, kayanya habis hujan ini. " Han pegangin tangan Isa dan melangkah pelan. Jalannya masih setapak jadi becek gitu.
Mana Han sama Isa pakai sepatu putih, alamat lah nanti langsung di cuci.
Waktu mereka udah di dalem kawasan perumahan nya, banyak alasan yang buat mereka ternganga.
Rumah berdempetan, sepetak, di ujung sana ada tempat sampah besar yang di buat nampung dan baunya rada nyengat. Akses jalan bener-bener parah karena berlubang.
Isa langsung cengkram ujung jaket Han.
"Han... Ayo pulang aja. " Bujuk Isa terus narik Han buat keluar dari area itu.
Dalem hati dia bingung, menurut Heesung ini perumahan yang sewanya murah. Tapi dia juga kasian sama Isa.
"Kita cari perumahan lain ya? Han, jangan disini... " Kata Isa.
Han elus pucuk kepala Isa. "Gimana kalau tinggal disini dulu? Yang rada jauhan deh dari pembuangan sampahnya. Di belakang masih ada blok perumahan lagi kok. "
Si manis Isa cemberut, "tapi kalau rumah nya terlalu di belakang nanti jauh pas mau ke jalan raya. "
"Sayang... Yaudah ayo cari perumahan lain ya, " Kata Han.
Isa ngangguk pelan dan keluar dari gang itu duluan. Han juga gak mau sebenernya tinggal disitu, lingkungan nya kotor. Banyak kuman, nanti Isa sakit.
Han nyusul Isa terus gandeng tangan kecil nya. Dia search sebentar perumahan di daerah itu, dan ternyata ada lagi dan jaraknya hampir 400 meter.
"Di depan sana ada tempat tinggal, jalan aja gimana?" Tawar Han.
"Heung gapapa sekalian olahraga, " Jawab Isa sambil senyum.
Han juga senyum, dia mulai jalan liatin arah nya.
Maaf ya Sa...
Hampir 8 menitan mereka jalan, akhirnya sampai juga.
"Han, ini lebih layak daripada yang tadi. " Isa liatin sekitar nya yang ternyata tempatnya strategis.
Ada apotek, aneka street food yang lumayan lengkap, laundry, toko baju sama sembako.
"Bentar ya, aku tanyain dulu ada unit yang kosong apa gak. " Dia cuma ngangguk.
Sedangkan Han langsung tanya ke penduduk yang lagi aktifitas disitu. Dan salah satunya itu pemilik perumahan.
"Masih ada mas, sisa dua unit. Saya antar buat liat, mas nya tinggal milih aja. " Itu buk Irene, pemilik semua perumahan di blok tersebut.
Han langsung bawa Isa ikutin buk Irene. Rumah nya gak terlalu di pojok. Pikir Isa ini mendingan, walaupun sederhana.
"Mau yang mana?" Tanya Han. Isa langsung nunjuk yang cat nya biru sama abu, Han langsung ngangguk.
"Bu...-"
"Panggil aja buk Irene mas, dek, " Katanya.
"Ehehe iya, buk. Sewa nya perbulan berapa?"
"320.000 mas, tak jamin, iki sewa paling murah ndek kecamatan kene. "
"Katanya, dijamin ini sewa paling murah di kecamatan ini, Han, " Bisik Isa.
"Setahun nya tiga juta delapan ratus empat puluh ribu, tak potong sing 40 ribu. Bayar nya tiga juta delapan ratus aja. " Kata buk Irene yang buat Han sama Isa ternganga.
"Beneran buk?"
Kok murah, hotel aja semalem 8 juta. Kira-kira itu batin Han sama Isa.
Buk Irene ngangguk. Han langsung ambil uang nya terus serahin ke buk Irene.
"Saya ambil setahun ya buk, kalau nanti saya mau perpanjang saya pasti langsung bilang, " Kata Han.
"Iya mas, ini kuncinya. Dalem nya udah rapi kok, paling tinggal nyapu aja sama nata sprei. "
"Makasih banyak ya buk, " Kata Isa.
"Aduh gemes nya, Sama-sama. Kalau ada apa-apa langsung ke saya aja, rumah saya yang warnanya paling ngejreng disini alias rumah warna kuning yang di seberang itu. Yaudah saya pulang dulu ya, semoga betah disini mas Han, dek Isa. "
"Iya buk, sekali lagi makasih banyak. "
Abisnya buk Irene pulang ke rumahnya. Han buka pintu terus masuk, di susul sama Isa.
"Duduk dulu. Pasti capek banget kan jalan nya, " Kata Han gak enak hati. Dia gak tega sama Isa.
"Aish aku gapapa loh. Baru jalan ini bukan sprint. " Bales Isa terus terkekeh.
Han senyum dia bangun terus liatin bagian belakang nya. Ternyata cuma ada satu kamar yang berhadapan sama ruang tamu, kamar mandi, dapur sama meja makan buat 3 orang.
Han ngerasa aneh, karena menurutnya ini gak bisa di bilang rumah. Karna, luasnya lebih kecil daripada kamarnya.
Pasti Isa juga ngerasa kaya gitu.
Han hela nafas nya panjang, dia senyum tipis.
"Isa... Gue janji bakal ngasih fasilitas yang layak buat lo sama Ilo. Gue bakal naik ke puncak, apapun halangan nya. Percaya sama gue ya Sa. "
.・゜゜・
Kam, 17 maret, 2022
To Be Continue
Bonus pict
Han stan gimana? Semoga hati kalian gak loncat lewat pager ya😌