Sean Pratama yudha
Banyak sudah
Kisah yang tertinggal
Kau buat jadi satu kenangan
Seorang sahabat pergi
Tanpa tangis arungi mimpi
Selamat jalan kawan
Cepat lah berlabuh
Mimpi mu kita telah
Kau dapati
Tak ada lagi seorang pun
Yang mengganggu kau bernyanyi
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Malam telah mereka lewati,
Saat ini sudah menjelang fajar, mereka bersiap-siap untuk pergi dari gunung ini. Namun, sepertinya itu tidak mudah
Wajah mereka semua sayu dengan mata sembab yang menyiratkan rasa sakit yang teramat dalam karna baru di tinggal sang sahabat.
Tidak ada yang tidur, mereka semua hanya diam tanpa mengeluarkan suara sedikitpun di depan jasad Sean.
"Hahhh.." Yuda menghela nafas berat
"Udah mau fajar, kita harus siap-siap buat keluar dan bawa Sean pulang"
"Dia udah pulang kali" ucap Haris datar, dan kembali menelungkup kan kepala nya di antara kedua kaki
Semua terdiam, Haris sama sekali tidak bisa menerima kepergian Sean.
Sejak tadi malam ia hanya diam dan posisinya tidak berubah sama sekali.
Bukan hanya Haris, mereka semua juga tidak dapat menerima apa yang terjadi pada Sean. Namun apa yang dapat mereka lakukan?.
Mereka memutuskan untuk mulai berbenah, mulai dari merapikan tenda dan membuat tandu untuk membawa tubuh Sean.
Ridho mengikat sebuah selimut yang tidak terlalu tebal di dua batang kayu dengan ukuran sedang.
Merobek ujung selimut tipis itu dengan menggunakan pisau guna membentuk ujung panjang yang dapat di ikat kan dengan erat pada kayu.
"Lo yakin itu kuat, dho?" Tanya Bagas setelah selesai merapikan semua barang dan perlengkapan mereka.
Ridho berdehem sambil mengangguk
"Hm, Dari pada di gendong, mending kita bawa dia pake ini" ucap nya yakin
Bagas setuju saja, sebenarnya tadi Haris sudah kekeuh untuk menggendong tubuh Sean sampai mereka ke pos, namun itu di larang oleh mereka semua.
Ridho menghembuskan nafas nya pelan sambil menatap tandu yang baru saja di buat nya
"Semoga kita bisa cepet nyampe dan bawa Sean pulang" harap Ridho
Suasana hening, tidak seperti biasanya, tidak ada candaan yang di lontarkan semua bungkam seakan suara dan raga mereka ikut pergi jauh bersama Sean.
Ajun duduk sambil menggosok kedua tangan nya guna mencari kehangatan.
Mulut nya sedari tadi mendesis karna dingin, kulit nya terasa beku saking dinginnya
"Jun? Lo oke kan?" Tanya Devano yang tiba-tiba duduk di samping Ajun
Ajun hanya mengangguk sebagai balasan, mulut nya tidak kuat untuk mengeluarkan suara.
Tangan nya masih terus di gosok kan untuk menghasilkan kehangatan yang seolah hilang, padahal ia sudah memakai jaket yang tebal.
"Lo Kedinginan banget itu" ucap Dava
"Mau air anget gak?" Tawar Devano,
Ajun mengangguk sekali lagi.
Devano segera menuangkan air hangat dari dalam termos kecil yang selalu di bawanya saat mendaki seperti ini
Devano menyodorkan air hangat dalam cangkir itu kepada Ajun
"Nih minum dulu"
Ajun menerima air itu dan meminum nya perlahan, hangat.
Tubuhnya perlahan terasa hangat walau rasa dingin masih mendominasi.
Mereka kembali berkumpul setelah menyelesaikan tugas masing-masing.
Mengelilingi jasad Sean.
Yuda melirik jam di tangan nya
"Masih jam 04:30, yakin mau berangkat sekarang?"
"Tunggu 30 menit lagi, gue masih kedinginan banget" ujar Ajun
Yuda mengangguk setuju, semua kembali diam tanpa ada suara sedikitpun dari mulut mereka.
"Shhhh" Ridho meringis sambil menggosok kedua tangannya
"Heh lo ngapa desah?" Tanya Rizky yang terkejut, sontak mendapatkan pukulan dari Ridho tepat di kepalanya
"Mata lo desah" sinis nya, Rizky hanya nyengir tanpa dosa
Jefran merogoh saku nya, mengambil benda pipih yang dari kemarin tidak ia gunakan.
"Ck, Gak ada sinyal" kesal nya sambil mematikan kembali Hp nya dan memasukkan nya ke kantong
Wisnu menoleh ke arah Jefran
"Lagian mana ada sinyal di tempat begini, Jef"ucap nya sambil tersenyum simpul
Aiden menoleh ke kanan ke kiri, bergerak dengan gelisah. Dava dan Haris menyadari itu
"Lo kenapa?" Tanya Dava yang ikut menoleh ke kanan dan ke kiri
Aiden mendekat ke arah Dava yang berada di samping nya.
"Lo gak denger?" Bisik nya di telinga Dava
Dava mengernyit heran sambil menggeleng pelan
"Nggak, emang lo denger apa?"
"Ada yang minta tolong Dav"
Dava sontak kaget setelah Aiden mengatakan itu, bulu kuduk nya meremang seketika.
Masih dengan berbisik, Aiden kembali mendekati Dava "Masa lo gak denger sih, Dav"
"Kalian bisikin apa?" Tanya Wisnu yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua
"Kalian denger gak?" Tanya Aiden pada yang lain
Mereka semua menatap heran ke arah Aiden, sebelum akhirnya menggeleng tanda kalau mereka tidak mendengar apa pun
"Ada yang minta tolong dari tadi"
Terkejut? Tentu saja, mereka langsung menoleh kesana kemari, entah lah mereka hanya ingin memastikan tidak ada hal hal aneh di sekitar mereka saat ini. Apalagi jasad Sean masih di depan mereka
"Perasaan lo aja kali" sanggah Ajun untuk menepis segala fikiran buruk di kepala nya
Aiden menggeleng "nggak, suara nya kenceng, dari tadi teriak minta tolong"
Devano merinding seketika, sungguh dia bukan seorang penakut. Namun jika di tempat seperti ini dan dengan kondisi ada jasad di depan nya, maka Devano yakin kalau keberanian nya pasti tertinggal di rumah saat ini.
"Jangan bikin takut dong" rengek Rizky sambil memeluk tangan Yuda
"Apaan sih ky, awas ih" risih Yuda sambil melepas tangan nya yang di peluk Rizky
"Kalian serius gak denger ini?" Tanya Aiden sekali lagi, pasal nya suara itu kembali terdengar di telinga nya, bahkan sangat jelas
"Suara nya kenceng banget loh ini"
Semua menggeleng, sungguh mereka tidak mendengar apa pun.
Aiden menoleh ke arah Haris yang sejak tadi terdiam.
Haris yang sadar langsung balas menoleh ke arah Aiden, Haris
mengangguk samar.
"Lo denger, Ris"
Haris mengangguk, ia juga mendengar suara minta tolong itu sejak tadi. Tapi ia biarkan saja karna mungkin itu hanya perasaan nya saja
"Suara nya menggema, kenceng banget" ucap Haris.
Mereka semua semakin merinding, sungguh ini menakutkan.
Selama mereka mendaki gunung baru ini lah kejadian aneh dan menyeramkan yang mereka alami
"Apapun kamu, tolong jangan ganggu kami!!" Teriak Yuda yang tidak sanggup melihat wajah panik sekaligus takut teman-teman nya
"Yuda.." lirih Aiden
"Kita gak bakal keluar dengan mudah dari sini"
Perkataan Aiden mengundang rasa takut yang levelnya lebih tinggi bagi mereka semua. Apalagi semua ini? Kenapa mereka harus mengalami kejadian aneh yang cukup menyeramkan seperti ini?
Haris sudah menutup kedua telinganya menggunakan tangan, suara itu semakin keras saja.
Teriakan minta tolong di Sertai tangisan yang menggema itu menyeramkan.
Yuda dan Wisnu membaca kan beberapa ayat ayat Alquran untuk mengusir jauh suara itu.
Jefran sudah menggenggam salib di lehernya sembari memohon perlindungan pada tuhan nya.
Yang lain juga turut berdoa dalam hati dengan berpasrah diri dan berprasangka baik atas tuhan nya. Mereka yakin dengan kehendak Tuhan mereka akan selamat dan selalu terlindungi
Di lingkar persahabatan mereka, yang beragama non muslim ada 2 orang, yaitu Jefran, dan Haris.
Sisanya beragama muslim semua
Ingat, ini hanya cerita!!!!
Tidak ada sangkut pautnya dengan para idol yang menjadi visualisasi tokoh!!
"Suara nya udah gak ada lagi" ucap Haris, mereka semua menghela nafas lega
Devano memegang dadanya "gue jantungan anjing!" seru nya spontan
Rizky langsung memukul mulut Devano dan memandang nya horor
"Mulut Lo ngab, ngomong kok gak di filter"
"Ridho?" Panggil Ajun sambil menggoyang tubuh teman nya itu
"Lo kenapa?"
Ridho langsung menoleh ke arah Ajun
"Emang gue kenapa?" Tanya nya datar
"Astaghfirullah dho, datar benget tu muka jadi serem" kata Ajun setelah melihat wajah Ridho
"Sampeyan kabeh ora bakal bisa metu saka kene kanthi gampang, siji urip ora cukup kanggo kesalahane kanca-kanca."
(Kalian semua tidak akan bisa keluar dari sini dengan mudah, satu nyawa tidak cukup untuk menebus kesalahan kalian)
Ridho tiba-tiba berkata seperti itu sembari membungkuk secara perlahan, matanya tertutup rapat, suaranya berubah menjadi suara wanita tua
Yuda maju selangkah sembari meletakkan telapak tangannya di bagian ubun-ubun Ridho "apa salah kami?"
"Kesalahanmu tekan kene lan ngganggu omahku, kowe ora njaga totokromo, aku wis ngukum sing luput" Ridho menoleh ke kanan dan ke kiri dengan patah-patah "Nanging, wong sing ora salah uga kudu ngrasakake paukuman."
(Kesalahan kalian adalah datang kesini dan mengusik tempat ku, kalian tidak menjaga tatakrama, aku sudah menghukum yang bersalah. Tapi, yang tidak bersalah juga harus menikmati hukumannya)
"Kenapa kami juga harus di hukum? Kami tidak berbuat kesalahan yang sama!" Devano membantah dengan berani, ia maju mendekati tubuh Ridho yang sedang di kuasai oleh makhluk lain
Sosok yang sedang menguasai Ridho tersenyum miring, ia menepis tangan Yuda dari kepalanya, bacaan ayat suci yang Yuda lafalkan tidak mempan sama sekali.
Ridho merangkak ke arah Devano, kepalanya miring dengan patah-patah . Entah apa yang di lakukan nya sehingga Devano jatuh berlutut tepat di hadapan Ridho
“Aja nglawan, cah nakal. Siji urip ora cukup kanggo nebus siji kesalahan" sosok yang menguasai Ridho lagi-lagi menoleh, menatap pemuda-pemuda yang berdiri kaku ketakutan "Kowe kabeh tampa paukuman, cara apa wae, kowe kudu tanggung jawab marang kabodhoane kancamu.”
(Jangan melawan anak nakal. Satu nyawa tidak cukup untuk menebus satu kesalahan. Kalian semua harus mendapatkan hukuman, apapun caranya, kalian harus tanggung jawab atas kebodohan teman kalian itu)
Setelah itu, tubuh Ridho terjatuh lemas. Nafas pemuda itu memburu dengan keringat yang membanjiri pelipisnya. Yuda dan Wisnu langsung membalik badan Ridho, yang lain masih harus menetralkan nafas serta jantung mereka. Ini tidak normal dan terlalu menakutkan untuk di hadapi.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••