SAME PAGE [KOOKV VERSION] END

By rinjanikyu

94.3K 8.9K 1.1K

Lee Naeun yang menolak pernikahan dengan Jeon Jungkook karena telah miliki seorang kekasih bernama Kim Taehyu... More

Chapter 1
Chapter 3
Chapter 4 šŸ”ž
Chapter 5
Info
Chapter 6 šŸ”ž
Chapter 7
Chapter 8 šŸ”ž
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20 (END)

Chapter 2

4.3K 552 97
By rinjanikyu

Votement ya biar yang baca berkah dan yang nulis bahagia.

*Awas Typo*

***

Taehyung berjalan dengan gontai melewati lorong menuju meja kerjanya dengan pandangan menunduk. Dia tidak mengerti kenapa Manajer Lee tiba-tiba saja menyuruhnya untuk mengundurkan diri.

Yang benar saja! Dua hari lalu dia baru saja menyelesaikan desain arsitektur untuk proyek besar di pemerintahan. Bukankah dia seharusnya mendapatkan apresiasi, naik jabatan, atau naik gaji, setidaknya bonus. Tapi kenapa dia malah mendapat surat pengunduran diri. Kenapa?

Astaga! Semua ini tentu saja membuatnya sangat sedih.

Lamunannya membawa ingatan Taehyung pada kejadian beberapa saat lalu.

"S-Surat pengunduran diri? Aku harus membuat surat pengunduran diri dari perusahaan?" Taehyung bertanya pada sang manajer dengan raut kaget.

"M-Manajer? Maksudnya apa? Apa aku melakukan kesalahan? Tapi aku merasa sudah melakukan semuanya dengan baik, aku juga menyelesaikan proyekku tepat waktu, tapi kenapa--"

"Taehyung, maafkan aku. Ini juga di luar kehendak ku--"

"Maksudnya, di luar kehendak anda bagaimana? Manager tolong jelaskan yang sebenarnya."

Pria paruh baya itu menatap arsitek muda dan berbakat ini dengan pandangan sendu. Dia juga tidak ingin Taehyung ke luar dari perusahaan. Tapi....

"Maaf, Taehyung, aku tidak bisa membantumu. Ini sudah keputusan top manajemen, dan direksi memintanya secara langsung, tentu perusahaan menyetujuinya tanpa punya pilihan. Maaf, Taehyung."

Taehyung, tersadar dari lamunannya ketika ponsel pintar miliknya bergetar, dan menampilkan nama sang Ibu di layar.

Tiba-tiba saja pemuda menawan nan tampan itu merasa sedih, pasti Ibunya akan sangat kecewa. Sedih, saat tau Taehyung harus mengundurkan diri dari pekerjaan yang dia sukai. Ini impiannya.

Menjadi arsitek adalah impiannya, Ibunya bahkan berusaha mati-matian berkerja, agar dia bisa terus bersekolah demi mencapai mimpinya.

Tapi....

Taehyung dengan cepat menekan tombol hijau sambil berusaha menampilkan senyum.

"Ma? Aku disini--"

"Taehyung!"

Deg!

Taehyung seketika menegakkan tubuhnya waspada, dia bahkan mulai menekan tombol lift, masuk ke lift lalu menekan tombol lantai dasar, entah kenapa perasaannya tidak enak.

Apalagi setelah mendengar seruan dari ponsel ibunya ini. Sayup-sayup dia mendengar suara tangisan, teriakan, dan seruan, ada apa?

"Ma?! Mama, ada apa? Apa sesuatu terjadi? Mama di mana? Katakan padaku?! Ma, tolong jawab--"

"Taehyungie, pihak pemerintah kota tiba-tiba datang ke restoran kita, dan mengatakan akan menutup restoran. Mereka bilang restoran kita menjual barang ilegal, Taehyungie--"

Mendengar Ibunya menangis lirih seperti ini, pemuda itu ingin berlari menuju mobilnya. Menuju Ibunya yang kini tengah menangis lirih disambungan telepon.

"Ma, tenanglah. Aku sedang dalam perjalanan pulang. Tenanglah, semuanya akan baik-baik saja. Mama, jangan khawatir aku akan segera pulang. Jangan menangis, Ma," lirih Taehyung dengan pandangan berkaca.

Dia lantas menutup panggilan, berlari di area basement ketika pintu lift terbuka. Dia membuka pintu mobil dengan tergesa. Lalu mengendarainya dengan cepat. Segala macam kemungkinan muncul di kepalanya saat ini.

Apa yang terjadi pada hidupnya hari ini? Kenapa semua masalah ini tiba-tiba menimpanya? Bukankah selama ini dia hidup baik-baik saja? Tidak pernah merugikan siapa pun. Tapi kenapa--tunggu, apa ini ada hubungannya dengan, dia?

Taehyung, mengeraskan pegangannya pada setir kemudi, saat pemikiran itu tiba-tiba terlintas di benaknya.

Tidak butuh waktu lama Taehyung akhirnya sampai di restoran miliknya dan sang Ibu.

Dia langsung ke luar dari mobil dan menghampiri ibunya yang sedang menangis dipeluk oleh Luna salah seorang pelayan wanita di Restorannya.

"Ma!" Seru Taehyung.

"Taehyungie hiks..." Taehyung lantas memeluk tubuh sang ibu yang masih bergetar karena tangis.

Matanya yang dihiasi bulu mata panjang nan lentik menatap setiap area restoran yang kini disegel dengan cap pemerintah.

"Apa maksudnya ini?" Taehyung bertanya pelan.

Seorang petugas yang sepertinya pimpinan dari pemerintah menghampiri Taehyung dengan surat perintah di tangannya.

"Maaf, anda saudara Taehyung, kan? Kami di sini hanya menjalankan tugas. Restoran anda terbukti melanggar legalitas, dan kami harus menutupnya demi menegakkan aturan."

Taehyung melepaskan pelukan Ibunya dengan lembut, lalu menatap sang petugas dengan nyalang.

"Legalitas? Legalitas apa yang sudah kami langgar? Kami tidak menjual narkoba, atau pun menyelenggarakan perjudian. Bahkan kami membayar pajak secara teratur. Legalitas mana yang sudah kami langgar?" Tanya Taehyung menggebu.

Sang petugas terlihat santai menanggapi pertanyaan barusan.

"Maaf, Taehyung-si. Kami hanya menjalankan tugas, dan yang pasti pihak kepolisian punya bukti atas perintah ini. Maka, jika anda merasa keberatan, anda bisa membawanya ke jalur hukum. Karena kami di sini hanya menjalankan tugas, tidak untuk mendengar keluhan atau pembelaan anda. Permisi."

Setelah mengatakan itu mereka pergi tanpa memikirkan raut-raut sedih, dan air mata yang mengalir di antara segelintir para pekerja di restoran sederhana ini.

Taehyung mengepalkan tangannya erat. Lalu menghapus air mata sang Ibu dengan lembut.

"Ma, jangan khawatir. Aku akan menyewa pengacara. Kita akan membawanya ke pengadilan. Kita tidak perlu takut, karena kita tidak bersalah, jadi Mama jangan khawatir."

Ketika sang Ibu mengangguk dengan raut sendunya. Taehyung hanya mampu memeluk tubuh sang Ibu lebih erat.

***

Keesokan harinya, Taehyung benar-benar membuat surat pengunduran diri pada perusahaan tempatnya bekerja selama dua tahun ini. Dia juga mengembalikan fasilitas perusahaan yaitu sebuah mobil, yang selama ini menemaninya.

Sekarang dia tengah terduduk di sebuah bangku taman sambil menunggu bertemu Naeun. Kekasihnya bilang ingin bertemu dengannya. Sementara pikirannya sendiri sedang bingung.

Harus bagaimana dia sekarang?

Dia sudah mengundurkan diri. Bagaimana cara dia menjelaskan pada ibunya, saat pulang nanti malah diantar taxi. Sang Ibu pasti bertanya kemana mobilnya. Dan itu akan berujung, pada berita pengunduran dirinya.

Taehyung tidak ingin membebani pikiran sang ibu. Apalagi sekarang restoran yang selama ini dirintis ibunya harus ditutup, Taehyung tidak bisa menambah beban wanita itu. Dia tidak bisa melihat wanita yang dia cintai sepenuh hati menangis, tapi Taehyung juga tidak bisa berbohong selamanya.

Mungkin satu-satunya jalan adalah dia harus mendapatkan pekerjaan secepatnya. Iya, itulah yang harus menjadi fokusnya sekarang.

"Taehyung?"

Yang dipanggil menoleh, Taehyung berusaha tersenyum manis pada kekasihnya ini. Naeun berdiri di depannya dengan mata berkaca-kaca. Melihat hal itu senyum Taehyung perlahan surut. Dia lantas berdiri menyongsong Naeun dengan pandangan lembut.

Apakah kekasihnya sudah tau mengenai semua peristiwa yang dia hadapi sekarang? Makannya dia bersedih.

Taehyung baru saja akan berucap, ketika Naeun sudah memeluknya dengan erat sambil menggumamkan permintaan maaf.

"Maafkan aku, karena aku kau jadi--"

"Idiot," balas Taehyung sambil mengeratkan pelukannya.

Taehyung tersenyum tipis di bahu Naeun. Jemarinya mengelus punggung sempit sang kekasih dengan lembut.

Jadi dugaannya benar? Karena dia? Makannya Naeun sampai menangis seperti ini? Semua hal yang terjadi padanya sekarang, juga karena dia kan?

"Maaf, Taehyung maafkan aku."

"Jangan bicara lagi. Jelas-jelas itu bukan salahmu. Sudah jangan menangis, kita sudah berjanji akan melewati ini bersama-sama, benar kan?" Tanya Taehyung lembut sambil melepaskan pelukannya.

"Maaf--"

"Hei, ayolah aku baru saja mengundurkan diri. Berjalan kaki, dari kantor ke taman ini. Bukankah lebih baik aku melihatmu tersenyum, itu akan membuat hatiku lebih baik, Naeun-ah."

Mendengar raut cerita itu Naeun lantas tertawa pelan, dia pun menghapus air matanya. Dia tau, Taehyung adalah orang yang tepat untuknya. Apapun yang terjadi Naeun berjanji akan selalu di sampingnya.

"Ayo, jangan menangis lagi. Temani aku makan di cafe sebrang jalan bagaimana?"

"Umm, ayo kita makan dulu, Taetae pasti sudah sangat lapar, kan?"

Mereka berbagi senyum di antara hari yang buruk ini. Tidak apa kan?

Namun baru saja hendak melangkah, Taehyung tiba-tiba merogoh ponsel pintarnya. Di sana ada nama salah satu pelayan di restorannya, tapi restoran sedang ditutup, kenapa dia menelpon?

"Naeun, sebentar ya. Aku angkat panggilan ini dulu?"

Melihat sang kekasih mengangguk Taehyung menekan tombol hijau, hingga panggilan tersambung. Dan senyum yang dia perlihatkan tadi ini menyurut secara perlahan, bahkan raut kaget dan terpukul kini menghiasi wajah menawannya.

"A-Apa? Apa maksudmu Ibuku masuk ke Rumah Sakit?! Apa yang terjadi?!" Bentak Taehyung dengan panik.

Naeun sendiri kini mulai menatap Taehyung semakin sendu. Dan tanpa bisa dicegah air matanya kembali mengalir. Apakah ini salahnya lagi? Karenanya lagi?

'Taehyung, kami menemukan Bibi Kim Sudah sudah tergeletak di bawah tangga dengan luka di kepala. Astaga! Kami sangat panik, dan langsung membawanya ke Rumah Sakit, cepatlah kemari Taehyung! Dokter bilang Bibi Kim butuh prosedur lebih lanjut--'

Tanpa menunggu lama, Taehyung langsung menutup panggilan, hendak berlari menuju Rumah Sakit dengan raut panik. Namun dengan cepat Naeun mencegahnya.

"Naeun maaf, aku harus ke Rumah Sakit sekarang. Ibuku ada di sana. Jadi tolong lepaskan--"

"Aku akan mengantarmu! Ayo naik mobilku, Taehyung. Itu akan lebih cepat."

Tanpa menunggu lama, keduanya berlari menuju mobil Naeun.

Semoga Ibunya baik-baik saja. Semoga.

***

Ketika sampai di Rumah Sakit, Taehyung menuju ke ruang UDG, Park Jimin bilang ibunya masih berada di sana.

Taehyung berlari terengah bahkan meninggalkan Naeun di belakang.

"Apa yang terjadi? Bagaimana keadaan Ibuku? Dia tidak apa-apa kan? Bagaimana?!" Panik Taehyung bertanya.

"Tenanglah Taehyung, aku akan membawamu ke ruangan Dokter, tadi dia mencarimu. Kau akan mendapat informasi darinya."

Setelahnya, mereka berjalan cepat menuju ruangan Dokter yang menangani Ibu Taehyung. Park Jimin, menunggu Taehyung yang langsung masuk ke ruangan Dokter yang bernama Dokter Jungseo.

"Ibuku harus di operasi, Dokter? Tapi dia akan sembuhkan?" Tanya Taehyung penuh harap.

Dokter muda itu tersenyum sendu. Dia kembali menjelaskan kondisi Ibu Taehyung yang sebenarnya.

"Iya, kami akan berusaha untuk kesembuhan pasien. Ibu anda menderita tekanan darah tinggi juga, dan jatuh dari tangga sangat berisiko bagi kondisi tubuhnya. Tadi ini kami baru melakukan pemeriksaan dan menemukan tulang suruk Ibu anda patah, dan hampir mengganggu daerah pernapasannya. Kita akan lihat kondisinya besok, jika Ibu anda tidak kunjung membaik, maka prosedur operasi harus segera dilakukan."

Perkataan Dokter itu seolah menjadi pukulan telak bagi Taehyung. Dia benar-benar tidak tau harus bagaimana.

Setelah mendengar segala prosedur lanjutan untuk kesehatan kondisi ibunya, dia lantas pamit untuk mengurus segala macam administrasi.

Ketika membuka pintu, Taehyung kemudian dihadapkan pada dua wajah penuh tanya.

"Bagaimana?" Park Jimin bertanya ingin tau.

"Ibuku harus membaik besok, jika tidak tim Dokter akan melakukan prosedur operasi. Mereka bilang tulang rusuk Ibuku patah dan--"

Taehyung mengepalkan tangannya erat. Dia menggigit bibirnya kuat, menahan air mata yang siap meluncur dari matanya.

"Taehyung--"

"Naeun, kau pulanglah dulu. Aku harus melakukan sesuatu. Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja."

Naeun hendak bersuara, sebelum Taehyung sendiri memotong. "Dan Park Jimin tolong jaga Ibuku sebentar, aku akan segera kembali."

Setelah mengatakan itu, Taehyung setengah berlari untuk mengambil uang tabungan yang masih ia miliki. Dia harap itu cukup untuk biaya perawatan ibunya. Kalau pun tidak, Taehyung akan berusaha untuk mencukupinya. Apapun caranya, mungkin dia juga harus bersiap menawarkan rumah sederhananya untuk dijual. Iya, itu bukan masalah. Ibunya lebih penting dari itu semua.


***

Taehyung tiba-tiba menghentikan langkahnya, tepat di depan pintu pagar rumahnya, sebuah mobil mewah terparkir.

Dan yang membuat emosi Taehyung membeludak adalah, saat sosok pria muda dengan setelan mahalnya terlihat tersenyum lebar, seolah mengejeknya.

Taehyung melangkah cepat, dan tanpa basa-basi dia pun memberikan Jeon Jungkook pukulan kuat di rahangnya.

Duakh!

"Tuan Muda!" Yugyeom hendak bergerak dari posisinya, ketika Jungkook dengan gestur tenang menyuruhnya diam.

"Yugyeom, kau cukup menonton dari sana. Lihatlah, beruang manis Lee Naeun sudah berani memukulku, eh?" Senyum Jeon Jungkook santai.

"Brengsek! Jeon Jungkook, kau!"

Duakh!

Taehyung kembali memukul Jungkook dengan keras. Jungkook bahkan sampai mundur bersandar pada mobilnya. Kini Taehyung mengukung Jungkook, sambil mencengkram kerah setelan kerja sang pewaris Jeon Grup itu--dengan raut penuh rasa benci.

Sementara sopir Jungkook masih tenang di dalam mobil. Pun dengan Yugyeom, pria kepercayaan Jeon Jungkook itu hanya berdiri mengawasi sesuai permintaan sang tuan.

Taehyung sangat muak melihat senyum yang masih bisa orang ini tampilkan.

"Apa kau benar-benar manusia?" Taehyung bertanya dengan raut nanar.

Sementara Jeon Jungkook justru tertawa pelan dan menyebabkan Taehyung semakin jijik pada orang ini.

Untung saja Naeun tidak menikah dengan orang gila ini. Taehyung bersyukur dalam hati. Setidaknya, jika Naeun tidak bersamanya, maka dia pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari seorang Jeon Jungkook.

"Kata-katamu sama saja dengan Naeun. Mengatakan apa aku manusia atau bukan? Aku yakin itu bukan pujian, jadi pertanyaan ku, apakah aku seburuk itu? Ck, kalian memang sepasang kekasih yang saling mencintai rupanya."

Taehyung semakin mengeratkan cengkramannya pada kerah Jungkook, yang membuat sosok tampan itu sedikit terganggu.

"Kau, kau yang memaksa dewan direksi di perusahaan ku untuk memecat ku, kan? Kau juga yang membuat bukti palsu pada pemerintah sehingga mereka menutup restoran ku? Dan pasti kau juga yang mencelakai Ibuku?! Kau yang melakukannya, kan? Brengsek!"

Duakh!

Taehyung kali ini memukul perut Jungkook dengan kuat, lalu hendak menempatkan pukulannya lagi, namun kali ini Jungkook dengan sigap menangkap kepalan tangan itu. Dengan kekuatan penuh dia membalikan posisi hingga sekarang Taehyung lah yang terkungkung oleh tubuhnya.

Brak!

"Brengsek! Bajingan! Jeon Jungkook! Lepaskan!!"

Taehyung memaki sambil berusaha menendang kakinya, namun dengan sigap pula Jungkook mengunci kaki Taehyung dengan kakinya.

Kini Taehyung sepenuhnya bersandar pada kap mobil dengan Jungkook yang mengukung pergerakannya dari atas.

Darah segar terlihat mengalir dari sudut bibir Jungkook. Namun seolah biasa, dia hanya tertawa sambil mengernyit saat merasakan rasa karat besi mampir di lidahnya.

"Lihat, bukankah aku begitu baik karena membiarkan kau memukul sesukamu?" ujarnya sambil tersenyum. Di bawahnya kungkungannya Taehyung hanya berdecih.

"Oh, aku harus menghitung berapa banyak pukulan yang kau berikan tadi, nanti aku akan membalas mu dengan caraku saja, bagaimana?"

"Jangan menyentuh Ibuku, bajingan!!! Jika kau memang ingin balas dendam maka lakukan itu, jangan jadi pengecut dengan melukai Ibuku!"

"Siapa yang melukai Ibumu? Oh, sepertinya kau salah paham. Aku memang dibalik dua permasalahan yang kau sebutkan tadi. Tapi untuk yang ketiga, soal kecelakaan Ibumu? Bukan aku dalangnya."

Ujaran tersebut hanya membuat Taehyung berdecih dalam hati. Mengumpati pria ini semoga dia menderita sepanjang hidupnya.

"Semoga kau menderita sepanjang hidupmu--"

Senyum pongah Jungkook tiba-tiba luntur, dan--

Chup!

Taehyung hanya membeku di tempat dengan rasa panas di bibirnya yang tiba-tiba datang.

Bukan hanya itu saja, kini bibirnya seolah diserbu kecupan-kecupan brutal dari pria gila yang tengah mengulum bibirnya ini. Taehyung hanya terdiam karena syok.

Sementara Jungkook tampak acuh dengan keterdiaman Taehyung. Tangannya yang tadi mengukung jemari Taehyung kini berpindah menangkup wajah Taehyung dengan kasar. Berusaha mencium pemuda itu sedalam yang dia bisa.

Jeon Jungkook tiba-tiba ingin mengecap rasa itu. Rasa dari bibir yang telah berani mengutuknya dengan penderitaan seumur hidup.

Ck, dan dia harus merasakannya.

Sementara Yugyeom, dia tidak menyangka bahwa Tuan Mudanya akan mencium Taehyung seperti itu.

Yang benar saja?!

Taehyung semakin membulat kaget saat lidahnya kini mengecap amis darah dari tautan bibirnya dengan Jeon Jungkook--

Tiba-tiba Taehyung tersadar.

Duakh!

Taehyung berhasil mendorong Jungkook, dan kembali menonjok rahang itu dengan kuat.

Napasnya terengah-engah, bibirnya memerah, mungkin sebentar lagi akan bengkak. Malahan Taehyung merasakan bibir bawahnya sedikit sobek.

Orang itu?! Dia memang bukan manusia!

Taehyung mengusap bibirnya dengan kasar, berusaha menghilangkan bekas cumbuan Jungkook yang seolah menginginkannya itu.

Sementara sang tersangka sendiri hanya tertawa pelan, dia menatap Taehyung dengan lebih meneliti. Melihat tampilan pria yang sudah membuat Naeun berpaling darinya. Jungkook menatapnya dari bawah sampai ke atas. Dan matanya berhenti pada bibir merah yang kini tengah digosok kasar oleh sang pemilik, tiba-tiba Jungkook menyeringai penuh arti.

Dia tau, apa balasan yang cocok untuk singa kecil di depannya ini.

"Bagaimana? Berciuman denganku tidak buruk, kan? Ku tebak, Naeun tidak pernah mencium mu dengan cara seperti itu, benar?"

"Bajingan! Jangan samakan Naeun dengan orang brengsek sepertimu!! Dan aku bahkan tidak menyesal dengan keputusan Naeun meninggalkanmu. Karena dia memang pantas mendapatkan pria yang jauh lebih baik darimu, bahkan jika itu bukan aku. Maka aku akan merasa senang, asalkan itu bukan dirimu," ujar Taehyung sarkas.

Kali ini Jeon Jungkook mengangguk seolah setuju dengan perkataan Taehyung barusan.

"Benar, karena aku tidak bisa mendapatkannya. Dan kau juga tidak membiarkan aku mendapatkannya, maka aku bisa apa? Aku hanya bisa menghancurkan orang yang mendapatkannya, kan? Bukan kah itu adil, Taehyung."

Taehyung menatap tajam Jungkook.

"Aku tidak perduli apapun yang ingin kau lakukan padaku. Tapi jangan berani kau menyentuh Ibu, atau keluargaku. Masalahmu denganku. Jeon Jungkook, jadilah pria sejati jangan melibatkan orang lain dalam masalah kita."

"Tidak akan lagi. Aku punya penawaran untukmu." Jungkook mendekat dengan senyum santainya.

"Karena kau tidak berniat menyerahkan Naeun, tidak ingin aku menyentuh keluargamu. Maka aku tidak punya pilihan lain selain menghancurkan mu, kan?" Tanya Jungkook sinis.

"Maka, Taehyung, datanglah padaku. Berikan aku kepuasan dengan segala hal yang melekat pada dirimu, yang bahkan Naeun sendiri belum pernah merasakannya. Puaskan aku hingga aku lupa bagaimana cara membencimu. Lagi pula, ternyata rasa bibirmu tidak buruk juga. Itu adalah bibir yang sangat manis--"

Duakh!

"BAJINGAN!" Umpat Taehyung marah. "Kau benar-benar menjijikan."

Jungkook kembali tertawa kecil, sambil melewati tubuh Taehyung yang masih membeku di tempat.

"Tujuh kali, aku akan selalu mengingat pukulan mu ini. Ku pastikan bahwa suatu saat nanti kau akan memohon, merendahkan diri pada bajingan menjijikan ini. Maka lihatlah siapa yang paling menjijikan di antara kita."

Setelah itu Jungkook benar-benar berlalu dari hadapan Taehyung.


.

.

.

TBC.

Kookie udah keliatan brengsek belom guys?

Wkwkwk

Continue Reading

You'll Also Like

29.5K 3.7K 30
"Kalo mau hidup, jangan suka mati-in orang" -The Seventh Soul ā€¢ ā€¢ ā€¢ ā€¢ ā€¢ ā€¢ A nct thriller fanfiction Happy reading!! Ā©lonjwinwaipe
323K 34.2K 38
[COMPLETE] Kim Taehyung lelaki berusia 21 tahun yang belum pernah mengecap bagaimana rasanya menyukai seseorang, tiba-tiba diminta untuk tinggal bers...
158K 13.9K 26
ā€¢JJKTHā€¢ Hidup Jungkook terlalu monoton, tidak ada yang menarik baginya selain senjata dan semacamnya. Sampai suatu ketika, dirinya menemukan seseoran...
817K 59.6K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...