With U || Oneshoot

By taekieah

916 82 15

oneshot/twoshot All story bxb More

Sorry
Stewart [ Nomin & Markmin ]

Polaroid Love [ Sungjake ]

171 14 0
By taekieah

Selamat membaca, semoga suka:))
Btw ini lumayan panjang














Serius deh.

Jake tuh kesal banget hari ini, cowok manis itu sudah berkali-kali ngegerutu yang bikin Jay di sampingnya dengus keras buat ke sekian kalinya.

Muak dia lama-lama dengar gerutuan Jake yang gak ada habisnya itu, rasa-rasanya Jay mau ngelakban mulut sahabatnya itu saja nanti, agar tidak terus menggerutu di sepanjang koridor kampus.

"Diam bodoh, telingaku sakit mendengar gerutuanmu" rutuk Jay dengan tangan kanan yang menggeplak kepala sahabatnya itu.

Masa bodo dengan Jake yang sudah misuh-misuh di belakang sana, keselamatan telinganya lebih penting.

"Jay sialan" umpat Jake kesal.

Tangan kanannya sibuk mengusap kepalanya yang berdenyut, sahabat gilanya itu tidak main-main menggeplak kepalanya.

Awas saja nanti, bakal Jake balas cowok itu.

"Bagus sudah di rekam, tinggal kasih ke bunda nanti"

Jay matiin rekaman di ponselnya, ngabaiin begitu saja Jake yang sudah melotot horor dengan bibir yang sedikit terbuka.

Sahabatnya itu benar-benar mencari masalah dengannya.

"Ya!"

Jake berteriak kesal, membuat ancang-ancang melempar sneakers putih di tangannya yang sama sekali gak di sadari oleh Jay.

Cowok itu lebih milih ngelanjutin langkahnya dari pada masang telinga buat dengerin segala gerutuan serta umpatan sahabatnya itu.

Tidak tau saja kalau ada sneakers putih yang terlempar ke arahnya dari belakang.

Brukk

"ARGH"

"Yes! Tepat sasaran"

Si manis bersorak senang, gak peduli sama sekali sama Jay yang sudah meringisi nasib kepalanya yang berdenyut sakit.

Cowok yang lebih muda beberapa bulan itu lebih milih berlari pergi dengan sebelah sepatu yang dia ambil cepat.

Untung saja sahabatnya itu pintar menjurus bodoh, jadi Jake bisa kabur sekaligus ngambil ponsel dan sneakers putihnya yang tergeletak di lantai.

Salah sendiri kenapa membuatnya kesal.

"SHIM SIALAN JAKE!"

Teriakan Jay menggema di koridor kampus, membuat para mahasiswa yang melihatnya menatap kasihan cowok tampan itu.

Nasibnya jelek sekali hari ini. Mungkin besok bisa saja Jay Park di timpuk kamus tebal yang sering di bawa Jake itu.

Tingkah kedua sahabat itu benar-benar menghibur walau menjurus anarkis.

Mereka bisa melihat bagaimana bahagianya Jake yang sudah pergi dengan riang sembari membawa sepatu juga ponsel Jay di kanan dan kiri tangannya.

Si manis itu gak merasa bersalah sedikit pun atas tindakannya barusan.

Jika mereka jadi Jay, mungkin mereka sudah membuat cowok manis itu menjadi daging asap.

Kelakuannya benar-benar membuat pusing.

Sedang di pinggir pagar pembatas di lantai dua, terlihat seorang cowok berkulit putih yang menatap dalam diam interaksi keduanya.

Ia menggelengkan kepalanya melihat kelakuan keduanya yang tidak pernah jauh dari kata anarkis itu.

Benar-benar gak tau tempat dan bertindak semaunya.

"Sunghoon ayo, keburu kesorean nanti" panggil temannya itu.

Cowok yang di panggil Sunghoon itu mengangguk, berjalan mengikuti temannya yang sudah berjalan lebih dulu dengan temannya yang lain.

Mereka akan ke cafe untuk menyelesaikan tugas sekaligus menghabiskan waktu bersama.

Beberapa temannya yang lain sudah menunggu di cafe lebih dulu, sedang mereka baru saja selesai rapat bersama dengan anggota ekskul fotografi.

Mungkin mereka akan pulang sedikit malam hari ini, tugasnya tidak terlalu banyak, tapi ngobrolnya yang pasti panjang.

Sunghoon sudah menebak hal itu, dan benar saja apa yang ia pikirkan.

Mereka benar-benar pulang agak malam, gak bisa di bilang agak malam juga karna jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Sangat-sangat jauh dari apa yang Sunghoon perkirakan.

Ia pikir setidaknya mereka akan pulang pukul 7 malam tapi ternyata telat 2 jam, teman-temannya itu terlalu asik mengobrol sampai lupa waktu.

Sunghoon mau pulang duluan juga selalu saja di tahan-tahan, jadi dia benar-benar tidak bisa kabur dengan alasan apapun.

Teman-temannya itu tau saja kalau Sunghoon hanya berbohong agar bisa kabur dari mereka.

Cowok tampan itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, ia sedang ingin menikmati suasana malam yang jarang ia lakukan.

Hari-harinya hanya di isi dengan membaca buku atau pun bermain gitar jika ingin, itu pun hanya sekali dua kali ia lakukan.

Kebanyakan waktunya di habiskan dengan membaca buku di kamar atau pun perpustakaan yang ada rumahnya.

Membosankan memang, tapi mau bagaimana lagi.

"Jake?"

Sunghoon menyipitkan matanya saat mendapati Jake yang tengah berjalan di trotoar dengan sesekali melompat kecil.

Cowok itu tampak begitu riang dengan hoodie hitam yang membalut tubuhnya, padahal udara malam hari benar-benar dingin saat ini, tapi si manis itu tampak tidak terusik dan sibuk akan dunianya sendiri.

Sunghoon hanya memperhatikannya saja, ia ingin melihat akan pergi ke mana cowok itu, kalau bisa sih ia akan mengikuti dari jarak jauh saja, agar Jake gak curiga padanya nanti.

Dan benar saja, cowok itu gak curiga sama sekali, untung saja Sunghoon sudah mematikan lampu mobilnya tadi, bisa gawat kalau Jake sampai curiga.

"Minimarket?"

Sunghoon menghela nafas waktu lihat Jake yang sudah masuk ke dalam minimarket, ia lupa kalau rumah Jake gak jauh dari sini.

Mungkin cowok itu mau beli cemilan atau hal lain, Sunghoon juga gak terlalu peduli karna bukan urusan dia.

Lebih baik dia pulang dan tidur di rumahnya, tubuhnya benar-benar terasa lelah saat ini.

Mamanya pasti juga sudah nunggu dia pulang dari tadi.

[Polaroid Love]

Jake benar-benar di buat pusing dengan Jay yang sendari tadi mondar mandir di depannya, cowok itu gak bisa diam bahkan untuk 1 menit sekali pun.

"Jujur aja, kamu ambeyen kan?" tuduh Jake kesal.

Dia mau tidur, tapi entah dari mana manusia gak di undang ini masuk dan merusuh di kamarnya.

Jake kan jadi gak bisa tidur.

"Bantuin aku mikir Jake"

"Kayak punya otak aja" saut Jake ketus.

Sahabatnya itu memang suka ceplas-ceplos, Jay jadi gemes pengen pukul Jake pakai gelas kaca yang ada di atas nakas.

"Bercanda setan, sensi banget sih jadi cowok"

"Bodo"

Jay letakin lagi gelas yang sempat dia ambil di tempatnya semula. Cowok tampan itu mengambil tempat di samping Jake yang mendengus kasar.

Nih cowok kapan sih pulangnya, bosen Jake lama-lama liat muka ngeselinnya.

Mana tadi sok-sok an bawa gitar lagi, bajunya saja rapi banget kek habis pergi.

Kan Jake jadi gemes pengen gibahin Jay sama sepupunya.

"Kamu mau ngapain sih kesini? Ganggu orang mau tidur tau"

Jake lagi mode kesal sekarang, jadi gak heran ucapan jadi rada ketus kayak gini.

Kayaknya manusia jadi-jadian itu gak rela sekali lihat Jake tenang sehari saja, soalnya ada saja kelakuannya yang bikin Jake ngegerutu kesal.

"Bantuin mikir kado buat ulang tahun Jungwon"

Jay genggam tangan Jake yang buat cowok itu dengus malas, padahal yang punya pacar itu Jay tapi kenapa dia yang repot?

"Kamu yang punya pacar kenapa aku yang harus mikir"

"Ayolah Jake, nanti aku traktir deh, oke?"

"Ck, cepetan"

Jake cuma bisa pasrah saat tangannya di tarik Jay yang sudah senyum lebar.

Cowok tampan itu sama sekali gak peduli dengan umpatan Jake yang hampir jatuh karna kesandung kakinya sendiri.

































Jake nikmati makanannya dengan beberapa paperbag merek terkenal di kursi sampingnya, cowok manis ini lagi di cafe sembari nunggu Jay yang masih beli beberapa baju buat dirinya sendiri, katanya sih sekalian biar hemat waktu.

Kakinya sudah lelah di bawa jalan kesana-kemari ngikutin Jay yang keluar masuk tokoh berbeda, cowok itu lebih ribet dari pada bundanya kalau masalah belanja kaya gini.

Jake sendiri sudah beli kado buat pacar sahabatnya itu dari jauh-jauh hari, biar dia gak ribet kalau-kalau Jay ngajak dia belanja kayak gini.

Cowok manis itu mendelik waktu jus jeruknya di habisin sama Jay yang baru saja duduk di depannya dengan beberapa paperbag di tangannya, Jake sempat ngelirik sekilas beberapa paperbag merek terkenal yang di bawa Jay itu.

"Thanks Jake hehe"

Jake dengus malas dengar penuturan gak bersalah Jay barusan, sahabatnya itu kebiasaan banget suka main ambil tanpa permisi.

Kayak gak punya malu, tapikan Jay memang gak punya malu.

"Lama-lama aku kasih racun tikus biar mampus sekalian" gumam Jake pelan.

Sengaja biar Jay gak dengar ucapan dia karna malas memperpanjang masalah, yang ujung-ujungnya bakal di aduin ke bundanya, dan dia juga yang bakal kena semprot sang bunda tercinta.

"Udah belum? Ayo pulang, nanti perginya barengan saja biar bunda gak khawatir"

Jay ngusap-usap kepala Jake yang sudah natap bengis dirinya. Nada suaranya sengaja di lembut-lembutin biar Jake luluh terus gak ngadu macam-macam ke mamanya nanti.

Kan bisa gawat kalau Jake sampai ngadu ke mamanya, bisa-bisa kartu kreditnya disita karna sudah buat kesayangan mamanya kayak babu.

"Kamu duluan aja, biar aku yang bayar makanannya"

Jake cuma ngangguk patuh waktu Jay minta dia pergi duluan, lagi males juga kalau mau ribut di tempat umum kayak gini, moodnya lagi jelek entah karena apa.

Si manis Shim itu berjalan pergi dengan beberapa paperbag di tangan kanan, sebagian lagi di bawa oleh Jay yang lagi ngurusin pembayaran di cafe.

Mata bulat cowok itu ngelirik sekilas beberapa cowok yang terang-terangan natap penuh minat dirinya.

Ini nih yang kadang suka buat Jake malas kalau pergi keluar sendirian, mata cowok-cowok kurang belaian itu benar-benar jelalatan padahal udah ada gandengan.

"Hai manis"

Jake menatap malas beberapa cowok yang menghalangi jalannya, si manis Shim itu mencoba gak peduli dan mengambil arah lain, tapi para pengganggu itu justru menghalangi jalannya sambil tersenyum.

"Sendirian aja, pacarnya mana?"

Cowok yang memakai baju putih itu maju, membungkukkan sedikit badannya agar sejajar dengan Jake yang menatap datar padanya.

Tangannya terulur kedepan, mencoba menyentuh rambut cokelat Jake yang gak menjawab ucapannya barusan.

Tapi sebuah suara bernada dingin itu membuatnya menarik kembali tangannya yang tadi sempat menyentuh rambut Jake sebelumnya.

"Singkirin tangan kotormu dari pacarku"

Jake mendongak saat tangan seseorang ngerangkul lehernya, ia agak kaget dengan sentuhan tiba-tiba itu.

Jantungnya terasa berdetak cepat kala mendapati Sunghoon yang berada di sampingnya dalam jarak yang terlalu dekat.

Cowok itu menatap gak suka beberapa orang yang ada di depan mereka, Jake bisa ngerasain hawa yang mulai menggelap di sekitarnya.

"Makanya bro, kalau punya pacar modelan dia jangan di lepas, giliran di godain sama cowok lain marah" sindir cowok berambut coklat dengan muka songongnya.

Kayaknya cowok itu mau nyari ribut sama Sunghoon, soalnya dari mukanya saja keliatan ngeselin banget, Jake saja sampai kesel sendiri lihat muka tuh cowok.

Pengen banget dia timpuk sama panci punya bundanya di rumah.

"Udah jelek, ngeselin, untung hidup" gerutu Jake yang buat Sunghoon nahan ketawanya.

Cowok manis ini kalau sudah ceplas-ceplos ya gini, suka gak mikirin perasaan orang lain.

Tapi gimana orang mau marah kalau mukanya saja manisnya kayak gula, orang kan jadi mikir dua kali buat berbuat yang gak baik sama Jake, bisa-bisa mereka yang kena keroyok sama orang banyak nanti.

Karna Jake sudah kesal juga Jay yang sudah sampai, jadi cowok manis itu dengan tidak tau dirinya ngerangkul tangan Sunghoon dan Jay bersamaan buat pergi dari sana.

Empet dia lama-lama lihat muka jelek cowok itu, bisa mimpi buruk nanti anak manisnya bunda Eunha ini.

"Gak mau tau, pokoknya beliin es cream setruk!"

"Atau aku laporin mama kalau kamu buat aku jadi kayak babu, biar tuh kartu di sita sekalian" ancam Jake yang buat Jay melotot ke arah sahabatnya itu.

Enak saja buat kartu kreditnya di sita, nanti dia mau kencan sama pacarnya gimana? Masa bayar pakai daun, emang dikira dia lelembut apa.

"Dasar tukang ancam"

"Bodo"

Jake malingin muka manisnya ke arah Sunghoon yang geleng kepala lihat kelakuan dua sahabat itu.

Mau di kampus, atau mall sekali pun, dua manusia itu gak akan bersikap selayaknya manusia normal lainnya.

Ia jadi penasaran, kok bisa ya sepupunya itu mau sama cowok modelan Jay kayak gini, kelakuannya saja 11 12 sama monyet yang lepas dari penangkaran.

"Ayo pulang, nanti bunda nyariin aku juga yang di marahin sama mama"

Jujur saja, Sunghoon mau masa bodo tapi pikirannya gak mau di ajak kerja sama.

Ia bingung dengan perkataan Jay barusan, katanya nanti bunda nyariin tapi kenapa mama yang malah marah??

Apa Jake punya dua orang ibu? Tapi setahu Sunghoon, Jake cuma punya satu ibu dan satu ayah. Lalu mama itu siapa?

Apa iya mama yang di maksud adalah mamanya Jay? Tapi-ah sudah lah, Sunghoon gak mau memikirkan hal itu lebih jauh lagi, cowok itu gak mau pusing sendiri nanti.

"Sunghoon kita duluan ya, thanks juga buat tadi" ucap Jake tulus dengan senyum manis yang buat Jay natap jahil ke arah sahabatnya itu.

"Hm, hati-hati"

Jake ngangguk patuh, cowok manis itu ngelambaikan tangan ke arah Sunghoon sebelum berjalan pergi dengan menyeret Jay yang pasrah di belakangnya, sudah terlalu biasa sama sikap hyper Jake yang suka tiba-tiba.

"Nanti kalau sudah jadian sama Sunghoon jangan lupa traktirannya ya" goda Jay sambil kedipin salah satu matanya yang buat Jake natap sinis cowok itu.

Plakk

Dan ya, yang sudah Jay duga bakal terjadi akhirnya terjadi.

Cowok tampan itu ngusap-usap kepala belakangnya yang di geplak sama Jake yang malingin muka kesal, malas melihat muka nyebelin Jay yang buat dia misuh-misuh sendiri.

Sakit sih memang, tapi ngeliat bagaimana muka kesal Jake itu benar-benar buat dia suka buat jahilin Jake lagi dan lagi.

Walau pada akhirnya mereka pulang berdua juga sesuai dengan kesepakatan awal.

[Polaroid Love]

Jake yang biasanya sudah bangun di jam segini, sekarang masih betah tidur di atas ranjangnya sendiri sembari melukin boneka teddy bear yang besarnya selututnya.

Maklum anak bunda Eunha ini agak ekhm pendek, jadi boneka yang harusnya sepaha jadi selutut sama dia.

Untung saja Jay yang merupakan sahabatnya itu gak tinggi-tinggi banget, jadi Jake gak terlalu mendongak kalau mau ngomong sama tuh manusia satu.

Tapi memang yang namanya Jay Park itu gak akan bahagia kalau gak ganggu Jake buat sehari saja, contohnya saja sekarang, tuh cowok masuk ke dalam kamar Jake dan dengan seenak pantatnya nimpukin Jake pakai bantal sofa yang ada di kamar Jake itu.

Tentu saja hal itu buat Jake kebangun karna kaget bercampur kesal sewaktu ngelihat muka ngeselin Jay yang dia lihat waktu pertama kali buka mata.

Rasanya pengen banget Jake jual anaknya mama Hana itu ke pasar loak, siapa tau laku dan Jake bisa dapet uang jajan setelahnya.

Kan lumayan uangnya bisa buat beli mobil baru nanti.

"Untung sahabat, untung sayang, kalau gak sudah aku jadiin kamu daging giling buat makanan Layla nanti" omel Jake saat melihat Jay yang sudah berlari keluar kamar dengan tawa cowok itu yang menggema di pagi hari.

Dia punya salah apa sih sampai punya sahabat kelakuannya kayak setan gitu.

Lebih baik dia mandi dan turun ke bawah buat sarapan dari pada tidur lagi dan di ganggu oleh sahabatnya itu lagi.



























Sekarang Jake sudah ada di kampus karna ada kelas siang tanpa Jay yang menemani.

Cowok itu bilang cuma punya kelas pagi dan sekarang lagi nyantai di rumah bareng Layla yang dia culik dari rumah Jake sebelumnya.

Untung saja Layla sudah kenal sama Jay sebelumnya, coba kalau belum, bisa-bisa cowok itu di gigit sama Layla kayak sepupu Jake dulu.

Salahnya sih yang buat Layla kaget bercampur kesal yang berakhir di kejar-kejar sama Layla sampai tuh cowok kena gigit walau gak parah, cuma lumayan juga buat sepupunya itu jadi bermusuhan sama Layla setiap kali ketemu.

Coba saja yang kena gigit itu Jay, Jake bakal kasih Layla makanan enak selama 1 minggu penuh.

Biar tuh cowok dapat karma karna suka banget jahilin dia.

"Jake"

"Eh pak Heeseung, ada apa pak?"

Jake ngasih senyum sopannya ke salah satu dosen muda yang dia temui di koridor, cowok manis itu langsung berubah 180 derajat waktu berhadapan sama dosen salah satu matkul yang dia ambil.

"Kelasmu selesai jam berapa?"

"Ehm, sekitar jam 2an pak, kalau boleh tau memangnya kenapa ya pak?" Tanya Jake sopan.

Cowok manis itu gak mau nilainya jadi B cuma karna gak sopan sama dosen ini, kan kasihan orang tuanya yang sudah ngeluarin duit buatnya kuliah malah ngelihat nilai B di daftar nilainya nanti.

Gini-gini Jake selalu dapat nilai A di daftar nilainya, gak kayak Jay yang suka dapat nilai C di salah satu matkulnya.

"Saya mau ajak kamu pergi nemenin saya ke tokoh bunga"

"Tokoh bunga? Bapak mau ngelamar pacar bapak?"

"Pacar saya sudah di kubur di dalam tanah Jake"

Hm... kok dark ya.

Padahal niatnya Jake cuma mau nanya doang, tapi kok malah dia sendiri yang jadi gak enakan gini.

Dosennya satu ini bisa saja buat Jake mati kutu kayak sekarang.

"Duh, maaf ya pak, saya gak bermaksud"

"Iya gapapa, nanti jam 2 saya tunggu kamu di depan kelasmu" ucap Heeseung sebelum berlalu meninggalkan Jake yang menatap bingung punggung dosen mudanya itu.

Agak heran sih, kenapa dosen tampannya satu itu suka sekali mengajaknya pergi padahal ada banyak mahasiswa cantik nan manis yang mengantri untuk di ajak pergi olehnya.

Jake bukannya gak suka, cuma agak aneh saja gitu.

Nanti kalau ada anak kampus yang melihat mereka bersama terus mikir yang enggak-enggak kan repotnya di Jake juga.

Malas banget dia kalau di suruh ngurusin masalah kayak gitu.

Buang-buang waktu dan tenaga, mending dia cuddle sama Layla di rumah sekalian ngabisin es cream di kulkas yang tinggal 4 bungkus.

Lumayan, cemilan dingin di siang yang panas.

Jake yang sudah lihat dosennya jauh itu, ngehela nafas pelan.

Mending dia pergi ke kelasnya di lantai dua dari pada mikirin dosennya itu yang cuma buang-buang waktu saja.

Kuis dari Mr. Marfoy sudah menunggunya dengan tangan terbuka juga hati berbunga-bunga.

Memikirkannya saja membuat Jake ingin muntah.

[Polaroid Love]

Ini sudah seminggu semenjak Jake dan Heeseung pergi bersama terakhir kali ke tokoh bunga, dan sudah seminggu ini juga Jake jadi sedikit berubah.

Cowok manis itu lebih banyak diam atau merenungi sesuatu yang gak Jay ketahui sama sekali.

Jay bukannya gak peduli, cuma dia sudah maksa-maksa Jake buat cerita juga gak di hiraukan oleh cowok itu, mau di desak kayak gimana juga percuma kalau Jakenya sendiri gak mau cerita tentang masalah apa yang lagi dia hadapi.

Memang keras kepala tuh batu satu, giliran nanti masalahnya sudah benar-benar runyam, Jay juga yang bakal repot.

Mau marah tapi sayang.

Ntar gak ada lagi yang bisa Jay gangguin kalau dia lagi marah sama Jake.

Sunghoon?

Dih ogah, mana mau Jay gangguin tuh manusia es satu.

Ntar pacarnya marah, Jay juga yang kena imbasnya.

"Gini aja, kalau kamu masih mau nyimpen semuanya sendiri, boneka taddy dear kamu aku bakar ya? Gimana?"

"Enak aja, itu tuh hadiah dari mantan terindahku"

"Mantan terindah cuy, najis!"

"Dih"

Gini nih yang buat Jay kadang milih diam kayak ayam sakit.

Mereka tuh kalau salah satu ada masalah, bukannya jadi cerita malah jadinya ribut.

Mana si Jay mukanya minta di tonjok lagi.

Nyebelin banget.

Kalau bisa, si Jay tukaran muka saja sama Kim Taehyung bities, biar enak gitu di lihat.

Kan lumayan gitu, lihat cogan tiap hari.

Ehe.

"Ehm, Jake di cari sama Mr. Marfoy di ruangan" ucap seorang cewek berambut sebahu yang tampak malu-malu itu.

Padahal buat apa malu sama Jake, orangnya saja minim rasa malu.

"Eh, iya makasih Hari"

Jake senyum manis ke arah Hari-cewek yang nyamperin dia-yang tambah malu di tempatnya.

Di lihat-lihat, kayaknya cewek ini suka deh sama Jake. Itu sih kata Jay yang sudah merhatiin tingkah laku Hari dari dua bulan lalu sampai sekarang.

Ada saja gitu, alasannya buat deketin Jake padahal anaknya sendiri sama sekali gak sadar sama semua sikap lemah lembut nan gemulai Hari padanya.

Emang dasar gak peka tuan muda Shim Jake ini.

"Ntar pulang bareng, aku lupa bawa mobil" ucap Jake sebelum berjalan pergi ninggalin Jay yang sudah misuh-misuh di tempat.

Ada gitu orang lupa bawa mobil.

Memang dasarnya sahabatnya itu aneh, tapi lebih aneh lagi Jay yang mau sahabatan sama manusia aneh kayak Jake itu.






























Jake dorong pintu kelas yang buat suasana dalam kelas itu seketika jadi sunyi senyap gak kayak sebelumnya.

Ini keliatan banget ya gimana takutnya para mahasiswa sama Mr. Marfoy, baru buka pintu saja semuanya langsung pada diam di tempat kayak gitu.

Jake rasanya mau nangis saja waktu Mr. Marfoy minta dia buat gantiin beliau yang berhalangan hadir, katanya sih mau ada acara yang mengharusnya dosennya itu hadir.

Tapi masalahnya, Jake lagi malas yang namanya harus ngajarin mahasiswa lain di saat dia sendiri mau pulang terus nyantai di kamarnya.

Tau gini dia bilang saja tadi siang kalau dia ada acara keluarga.

Agak nyesel juga sih Jake dapet nilai A terus dari awal masuk kuliah, tau gitu Jake B in satu nilainya biar gak terjebak dalam situasi kayak gini lagi.

"Loh Jake, kami kira Mr. Marfoy" celetuk salah satu cowok yang duduk paling belakang.

"Beliau gak bisa hadir karna ada acara"

Jake letakin buku yang dia bawa di atas meja, cowok itu natap seluruh orang yang ada di kelas dengan tatapan datarnya.

"Berarti kita gak jadi ke-"

"Tapi beliau minta saya buat gantiin beliau"

"Las"

Sudah lah, pupus sudah harapan mereka dapat waktu senggang hari ini.

Jake yang sudah dalam mode seriusnya di depan itu rada nakutin soalnya.

Mereka yang ada di dalam kelas saja langsung diam begitu dengar ucapan Jake tadi, apalagi waktu ngerasain atmosfer kelas yang berubah total.

Rasa-rasanya lebih baik mereka nurut saja dari pada dapat nilai D di matkul Mr. Marfoy nanti.

"Buka buku paket halaman 271, saya hanya akan menjelaskan sekali, mengerti atau tidaknya kalian itu terserah kalian"

Kurang baik apa lagi Jake ngasih tau halaman buku yang bakal mereka pelajari, coba kalau Mr. Marfoy, boro-boro ngasih tau yang ada tiba-tiba ngejelasin gitu saja.

Mana suka nunjuk anak-anak uang ngadirin kelasnya secara tiba-tiba lagi, apa gak buat mereka jadi ketar-ketir di dalam kelas.

Untung Jake gak kayak gitu, cuma paling ngasih kuis di pengujung kelas:))

















































Jake hela nafas lega waktu kelas yang di ajarnya selesai 5 menit ya lalu, anak-anak kelas juga sudah pada keluar semua dengan raut muka lebih cerah di banding biasanya.

Iya gak salah kok, soalnya mereka pada ngerti semua sama penjelasan Jake di dalam kelas tadi, walau otak mereka agak berasap sih soalnya dapat kuis dadakan dari Jake yang emang sudah di titipin sama Mr. Marfoy tadi.

Kalau mau buat kuis sendiri, Jake pasti sudah di kabari dari 2 hari sebelumnya.

Mau belajar dulu lah dia, mana mungkin juga Jake bisa ngerti tanpa belajar, dikira dia robot apa.

Di kelas saat ini tinggal ada Jake sama Sunghoon yang belum juga keluar dari tadi, ntah tuh anak kenapa, dari tadi tatapannya tajam banget ke Jake padahal Jake gak punya salah apa pun sama Sunghoon.

Terakhir kali saja mereka ngobrol itu 3 hari yang lalu, dan Jake gak ngerasa buat salah apa pun sama cowok itu.

Jake yang sudah ngerasa gak nyaman akhirnya cepat-cepat beresin barang-barangnya dan berjalan pergi ke luar kelas yang sekarang tinggal Sunghoon sendirian di dalam sana.

Mau pulang dia, ini juga sudah sore, mungkin nanti anak-anak kelas malam bakal datang ke kampus yang sudah keliatan lumayan sepi ini.

Kalau saja Jake punya kekuatan teleportasi, pasti dirinya sudah ada di rumahnya saat ini, gak perlu susah-susah nyari taksi karna Jay yang ninggalin dia tadi.

Memang durhaka sekali anak mama Hana itu, awas saja nanti bakal dia aduin ke mama Hana biar tuh cowok kena omel nanti.

Tapi kayaknya itu cuma angan-angan Jake saja soalnya saat ini entah angin dari mana yang buat dia kena tarik sama Sunghoon yang tiba-tiba muncul kayak setan gak di undang.

Kaget Jake tuh, mau ngumpat tapi takut soalnya Sunghoon keliatan serem banget saat ini.

Udah kayak setan, mana mukanya pucet lagi, kan Jake jadi tambah takut kalau yang narik dia sebenarnya bukan Sunghoon.

Dia coba-coba saja lihat ke bawah, eh kakinya napak, berarti bukan setan kan?

Jake diam-diam ngehela nafas lega di belakang.

Tapi cuma sesaat soalnya punggungnya terasa agak sakit karna ulah Sunghoon yang tiba-tiba dorong dia ke tembok di belakangnya.

Ini dia lagi kena bully atau apa sih? Ini juga kenapa coba si Sunghoon dekat banget sama dia, padahal tempat ini masih luas, mana mukanya dekat banget lagi.

Juga, nih manusia satu lagi ngejek dia apa gimana? Harus banget gitu nunduk buat nyetarain muka mereka, kan keliatan banget kalau Jake tuh gak tinggi.

Dia gak pendek ya, Sunghoon saja yang ketinggian.

"Kenapa?!" Tanya Jake ketus.

Masa bodo sama nafas Sunghoon yang terasa nerpa mukanya itu, si manis ini sudah kepalang kesal.

"How dare you" ucap Sunghoon dengan suara beratnya.

Cowok tampan itu ngeletakan kedua tangannya di masing-masing sisi kepala Jake yang buat cowok manis di depannya itu ngerutin dahinya bingung.

"Apa sih?"

"How dare you Shim"

Bukannya jawab pertanyaan Jake, Sunghoon justru kembali mengatakan hal yang sama yang buat Jake semakin bingung.

Nih cowok salah makan atau apa sih? Kok kayak orang mabuk gitu, mana matanya merah kayak orang lagi nahan marah.

Tapi masalahnya tuh, dia marah karna apa?

"How dare you Shim Jake"

Kali ini suaranya terdengar lebih dalam, Jake yang dengarnya sampai merinding di buatnya, dia mau pulang tapi kenapa jadinya malah kayak gini sih.

Oleh karna rasa kesal sudah melambung tinggi, buat Jake ngedorong tubuh Sunghoon sekuat yang ia bisa sampai buat cowok tampan itu nahan kedua tangan Jake di samping kepala empunya.

"Sunghoon lepas"

Jake berusaha berontak, tangannya gerak-gerak berusaha lepasin diri dari gengaman tangan Sunghoon yang menahannya.

Tapi anehnya itu gak terasa sakit sama sekali, cowok itu kayak cuma nahan kedua tangannya tanpa adanya tekanan berlebih.

Dan hal itu di manfaatin sama Jake buat lepas dari kungkungan Sunghoon walau dengan susah payah.

Cowok itu gak ngucapin apa pun lagi, cuma diam dengan kepala yang bersandar di bahu Jake yang buat cowok manis itu merinding waktu nafas hangat Sunghoon nerpa lehernya.

"Sung-"

"How dare you make me fall in love with you Jake"

Ucapan lirih itu sukses buat Jake berhenti dari acara berontaknya.

Cowok manis itu terdiam membeku, masih mencoba memproses apa yang tengah terjadi dengan otak cerdasnya.

Tapi ntah kemana otak cerdasnya itu pergi, Jake benar-benar gak bisa memproses ucapan Sunghoon dengan mudah saat ini.

Putra manis bunda Eunha itu ngerjapin matanya beberapa kali, masih linglung dengan ucapan Sunghoon barusan.

"Sunghoon a-apa?"

Jake natap lurus kedepan dengan raut muka linglungnya, yang buat cowok tampan itu ngedengus dan ngecup leher Jake sebelum ngesejajarkan muka mereka berdua.

Tentu hal itu buat Jake terlonjak kaget dan reflek nginjak kaki Sunghoon yang ngeringis pelan.

"Eh, sorry, refleks hehe"

"Apa ucapanku tadi belum jelas Jake?"

Sunghoon mencoba buat ngejelasin semuanya dengan sabar, ngomong sama Jake tuh kalau pakai emosi yang ada gak akan selesai.

Cowok manis itu juga bakal emosi dan berakhir adu mulut, kayak yang sering terjadi antara Jake dan Jay.

"Tapi bagaimana bisa?"

"Apa jatuh cinta membutuhkan alasan Jake?"

"Tidak, tapi-Bagaimana bisa kamu jatuh cinta sama cowok kayak aku Sunghoon"

Jake menundukkan kepalanya, cowok yang biasa selalu bersikap seenaknya itu kini menunduk tak berani menatap Sunghoon yang menghela nafas di depannya.

Perlahan namun pasti, Sunghoon ngelepasi kedua tangannya yang genggam kedua tangan Jake dan beralih meluk pinggang cowok itu dengan satu tangan, sedang satunya lagi ngeraih dagu Jake buat cowok itu ngedongak menatapnya.

"Cowok kayak aku gimana maksud kamu Jake? Cowok yang gak peduli dengan kehadiranku, atau cowok yang berani nendang kakiku cuma karna sebuah permen susu?"

"Sunghoon aku-"

"Jake, stop oke?"

"Tapi-"

"Jake"

"Sunghoon, Sunoo-"

Cup

Ucapan Jake terhenti kala Sunghoon mengecup lembut bibir cowok manis itu membuat Jake membulatkan matanya kaget akan serangan tiba-tiba yang sunghoon lakukan.

"Jake, listen to me, aku gak peduli dengan apa pun, perasaan Sunoo dan sebagainya, aku cuma anggap dia sebagai temanku dan gak lebih, mau dia suka sama aku juga aku gak bisa larang, tapi satu hal yang harus kamu tau kalau hatiku cuma buat kamu, cinta dan kasih sayangku cuma buat kamu bukan Sunoo atau yang lain, aku cuma mau kamu Jake dan bukan yang lain"

Sunghoon ngecup kedua kelopak mata Jake yang tertutup rapat, dia merasa tersentuh akan ucapan Sunghoon yang berusaha meyakinkannya itu.

"Jadi, mari mulai semuanya pelan-pelan, dan mulai sekarang kamu milikku, pacarku, perioritasku, dan aku gak nerima penolakan Jake" tekan Sunghoon di akhir kalimatnya kala melihat Jake yang ingin protes.

Cowok manis mengerucutkan bibirnya kesal, merasa sebal akan ucapan Sunghoon yang menghakmilikki dirinya secara sepihak.

"Dasar pemaksa"

Jake memalingkan mukanya sebal, enggan menatap sunghoon yang tersenyum gemas akan tingkah pacar mungilnya yang menggemaskan.

Cowok tampan itu menarik dagu Jake agar menghadap ke arahnya lagi, dan tanpa peringatan seperti sebelumnya, Sunghoon membawa Jake dalam sebuah ciuman manis, membuat cowok manis itu melingkarkan kedua tangannya di leher Sunghoon dan membalas ciuman cowok berstatus pacarnya itu.

Tanpa menyadari adanya sebuah hati yang tengah hancur melihat momen keduanya.

[Polaroid Love]

Sebenarnya, Jake tuh gak ekspek kalau dirinya bakal disukai sama orang kayak Sunghoon.

Ya gimana dia gak syok coba, kalau orang kayak Sunghoon tiba-tiba bilang suka sama dia.

Maunya sih berpositif thinking kalau Sunghoon cuma main-main atau lagi taruhan sama teman-temannya, tapi setelah di usut punya usut, gak ada satu pun dari pikiran jahatnya yang terbukti benar.

Kan Jake jadi uring-uringan kalau kayak gini.

Mana statusnya sekarang pacarnya Sunghoon lagi, dan lebih parahnya, ntah bagaimana caranya tapi seluruh kampus sudah tau akan kabar itu.

Mau gak mau buat Jake jadi makin pusing karna di kejar-kejar sama fans-fansnya Sunghoon yang mau nyerca dia dengan berbagai pertanyaan gak berbobot, untung saja tadi ada Jay jadi Jake bisa kabur berkat bantuan sahabatnya itu, kalau enggak udah gak tau lagi Jake gimana dia saat ini.

"Kamu jadian sama Sunghoon kok gak bilang-bilang sih?"

"Jadiannya aja mendadak, gimana mau bilang, itu aja kemarin sore di kampus! Kamu tau sendiri aku baru selesai ngajar dan lelah, mana kepikiran mau ngabarin kamu saat itu Jay!" Omel Jake yang buat Jay diam gak berkutik.

Dia cuma cari aman saja, gak mau dengar ocehan Jake yang bakal panjang lebar kayak ibu-ibu komplek yang ngomel karna harga cabai naik.

Keduanya sekarang lagi duduk di rooftops kampus, nikmati semilir angin yang berhembus sembari lihat gumpalan awan yang bergerak pelan di atas sana.

Suasana kayak gini yang sudah lama gak mereka rasakan, tenang nan damai, tanpa perdebatan atau pun teriakan histeris cewek-cewek yang melihat cowok tampan.

"Minggu depan ke pantai gak nih?"

"Ayo lah, sudah lama juga gak ke pantai, sekalian buat status instagram biar aesthetic"

"Makan noh aesthetic" sewot Jake pada Jay yang dengus malas.

Iri saja nih boti satu.

Coba saja kalau Jake dengar, di jamin Jay sudah di kejar-kejar sambil bawa sapu yang ada di pojok sana.

Sudah jadi pacar orang juga, Jake gak akan berubah kok.

Bentukkannya masih sama, manis ganteng punyanya Sunghoon.

Yakali punya kamu:))

"Jake"

"Hm?"

"Jangan mati dulu dong"

"Tidur bego"

Kan, kepalanya di geplak.

Memang gak ada akhlaknya pacar bapak Park Sunghoon ini, asal geplak saja tuh tangan.

"Shh, mentang-mentang pacar ketua BEM, geplak orang sembarangan, ngajak ribut?"

"Hayu sini, yang kalah beli pembalut"

"Dih setres"

"Setres mana sama kamu yang mau sahabatan sama orang setres"

"Ngaku buketu"

"Bilang gitu lagi aku bilangin ya ke Jungwon kalau kamu suka ngemilin garam dapur" ancam Jake yang buat Jay misuh-misuh sendiri.

Sahabatnya ini selain suka ceplas-ceplos juga tukang ancam dan ngadu, kadang Jay berpikir buat tukar tambah Jake di pasar gelap supaya bunda Eunha punya anak baru yang agak waras.

Ngomongin orang enggak waras, dia sendiri suka ngemilin garam sambil nonton tayo.

Kalau kata Jay tuh hidupnya terlalu manis, jadi dia nyemilin garam biar hidupnya ada asinnya dikit.

Gak tau teori dari mana, suka-suka Jay saja lah.

"Jadi, terbalas nih ya"

Jay naik turunin alisnya sambil masang raut muka nyebelin yang buat Jake pengen nampar muka sahabatnya itu pakai uang dollar, siapa tau ntar sadar terus agak normal jadi Jake bisa tenang lahir batin setelah ini.

Percobaan dulu, kalau bagus ntar di rutinin, siapa tau nanti mukanya berubah jadi Kim Mingyu sebenten.

Kan Jake jadi punya temen cogan hehehe.

"Tau dari mana?"

"Jake" panggil Jay dengan nada lelah.

"Sudah berapa lama sih kita sahabatan sampai aku gak tau kalau kamu suka sama manusia kutub itu"

"Kok bisa sih?"

"Salah siapa mudah jatuh cinta"

Jake ngerebahin tubuhnya di lantai rooftops yang bersih, disusul oleh Jay yang ikut rebahin tubuhnya di samping Jake yang lagi ngamatin pergerakan awan di atas.

"Nanti kalau ada masalah sama Sunghoon, di bicarain baik-baik dulu, jangan langsung ngegas"

"Iya tau"

Jay miringin tubuhnya ngehadap Jake yang lagi anteng rebahan yang buat Jake noleh waktu ngerasa di perhatiin sama makhluk astral itu.

Sedang sang pelaku penatapan gak ngeluarin suara apa pun sampai akhirnya ngedengus malas lihat Jake yang natap dia dengan pandangan ngeselin.

"Mukamu Jake, ngeselin banget" sewot Jay yang buat Jake nendang cowok itu pakai satu kakinya.

Nih cowok sehari gak ngajak dia ribut keknya gak tenang deh, capek Jake lama-lama ngadepin Jay yang tingkat ngeselinnya udah di atas rata-rata orang normal.

Jadi curiga Jake kalau Jay pakai dukun buat dapetin Jungwon.

"Kasar banget sih dek"

"Jijik" sinis Jake.

Cowok manis itu ngelirik Jay yang kembali ke posisi sebelumnya dengan senyum menyebalkan yang sukses buat Jake natap sahabat gilanya itu penuh curiga.

"Jake kalau misalnya Sunghoon ngajak ngelakui hal aneh-aneh, kamu harus mau ya!"

"Aneh-aneh apa?"

"Yang kaya gini loh" Jay ngebentuk lingkaran dari jari telunjuk dan jempolnya, lalu menggunakan jari telunjuknya yang kemudian ia gerakkan keluar masuk.

Spontan saja hal itu membuat Jake memerah dan berniat memukul Jay yang lebih dulu bangkit dan kabur menghindari amukan Jake di belakang sana.

"JAY SIALAN PARK" teriak Jake yang berlari mengejar Jay yang tertawa puas di depan sana, puas menggoda sang sahabat yang kini tengah mengejarnya itu.

Pada dasarnya kedua orang itu memang sama saja, jadi anak kampus yang kebetulan melihat tingkah keduanya hanya menggeleng melihat betapa bahagiannya Jay itu.

Bisa mereka tebak jika Jay habis menjahili Jake yang kini mengejarnya seakan mengejar maling itu. Entah kapan sepatu Jake akan melayang kembali ke kepala Jay nanti, hanya tinggal menunggu waktu sana sampai Jake lelah dan berakhir melempar sneakers putihnya ke Jay yang tengah menuruni eskalator itu.

Anak kampus yang melihatnya sudah harap-harap cemas dengan nasib Jay yang akan kembali berciuman dengan sneakers putih Jake itu, sedang Jay sendiri sudah akan tersenyum puas saat lemparannya sedikit lagi akan mengenai Jay itu.

"TIDAK KENAAA" teriak Jay mengejek Jake yang mengumpat kala Jay menghindar di detik-detik terakhir sneakersnya akan bersalam sapa dengan kepala Jay itu.

Dan yah, pada akhirnya keduanya tetap saling mengejar hingga keluar gedung kampus dengan Jake yang menenteng sebelah sneakersnya, sedang di taman kampus terdapat Sunghoon yang menggeleng melihat kelakuan pacarnya dan sahabat pacarnya itu.

Ia tidak ingin ikut campur karna tak ingin membuat kepalanya pusing, lebih baik ia tetap disini bersama Jungwon seraya memakan cemilan mereka.

Sekali-kali menikmati tontonan gratis tidak masalah bukan?

Tbc.

Gtw pokoknya, yang ada di otak di tulis, yang terakhir itu tetiba tecetus di pikiran saja jadi yang ku tulis.

Maaf kalau misalnya gak jelas hehehe

Sorry for typo

Salam manis T.

Continue Reading

You'll Also Like

302K 25.3K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
35.4K 5.3K 34
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
49.8K 5.4K 20
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
232K 25.3K 17
[Brothership] [Re-birth] [Not bl] Singkatnya tentang Ersya dan kehidupan keduanya. Terdengar mustahil tapi ini lah yang dialami oleh Ersya. Hidup kem...