METAHUMAN [BL]

By its-babyejel

873 85 89

• ORIGINAL STORY BY EJEL(ME) • Seorang metahuman bernama Tara, pria penyendiri karena dirinya yg berbeda, mem... More

00.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.

01.

123 13 21
By its-babyejel

[Narator akan menyebut metahuman menjadi mutan dimulai dari bab ini.]



Suara ketukan antara kuku jari telunjuk bertemu dengan kemudi mobil terdengar mengikuti irama yg terdengar dari radio di dalam mobil.

Ketukan tersebut tidak berhenti bahkan setelah lagu berganti, dan juga tidak berhenti ketika lampu merah kedua sudah terlihat dari dalam kaca depan mobil sedan butut—karena mobil tersebut sudah berusia lebih dari empat puluh tahun. Meskipun terlihat butut dan kuno, mobil sedan tersebut masih dalam masa prima dan masih sangat kuat untuk membawa si pengemudi didalamnya melintasi jarak antara satu kota ke kota lainnya.

Mobil sedan butut tersebut berhenti sejenak di lampu merah dan menunggu hitungan mundur sampai berubah menjadi lampu hijau. Kendaraan lain terlihat ikut menunggu di sekitar mobil sedan tersebut. Dan ketika lampu berubah menjadi hijau, banyak kendaraan yg membunyikan klakson dengan tidak sabar karena dikejar oleh waktu.

Namun, si pengemudi mobil sedan bukanlah salah satu dari mereka yg tidak sabar.

Ia tetap santai dan seolah tidak peduli ketika hitungan mundur lampu hijau akan kembali menjadi lampu merah. Ia mengabaikan suara klakson yg bersahut-sahutan dan mulai menaikkan suara lagu yg diputar dalam radio. Mencoba untuk menangkap lagu apa yg sedang diputar dan mungkin akan ikut bernyayi, jika ia mengenali lagunya.

Namun bunyi berdesis justru terdengar dari radio menggantikan alunan lagu. Dan detik berikutnya hanya hening yg terdengar.

Ekspresi si pengemudi mengernyit atas perubahan yg mendadak pada radionya. Ini adalah situasi familiar, jika radio yg sedang memutar lagu kemudian berganti seolah radio tidak memiliki cukup sinyal yg bagus meskipun ia jelas-jelas masih berada di tengah kota. Berarti sesuatu kemungkinan sedang terjadi—

Dan melodi pembuka sebuah berita terdengar setelah hening pada radio. Lalu suara seorang wanita terdengar. "Breaking News! Telah terjadi ledakan baru yg disebabkan oleh metahuman atau mutan pada daerah—"

Seperti yg di duga si pengemudi. Hal ini sudah menjadi sesuatu yg biasa di planet bumi. Namun tiap ledakan dan kekacauan yg disebabkan oleh mutan akan selalu disiarkan di semua berita entah melalui televisi, radio, ponsel, dan bahkan layar raksasa yg berada pada gedung-gedung pencakar langit.

Hal ini jelas menambah opini buruk masyarakat tentang bagaimana seorang mutan. Meskipun kekacauan yg disebabkan oleh mutan tersebut sama sekali tidak memakan korban. Provokator, menurut pria pengemudi sedan butut yg akhirnya keluar dari lampu merah.

Si pengemudi menurunkan volume radio—hanya menurunkan karena ia masih ingin mendengar—dan kembali mengemudi ke arah tujuan yg telah ia rencanakan sebelumnya.

Ia berencana pergi ke distrik West Gale dari distrik North Anemoi. Kedua distrik ini masih berada di kota tempat kelahirannya, kota Hexeka, dari negara bagian Briggs. Jika beberapa orang bertanya bagaimana bentuk kota ini? Makanya jawabannya adalah, ini kota besar sibuk yg sama dengan kota New York pada ratusan tahun lalu.

Struktur benua, pulau, kota pada planet Bumi telah diregenerasi setelah terjadinya dua meteor jatuh ratusan tahun lalu. Dan struktur semakin berubah ketika Bumi membuat dinding perlindungan dari serangan insectizious.

Menurut informasi dari buku yg dipelajari di sekolah saat ini, Bumi menerima usul perubahan struktur planet ketika Bumi memulai hubungan aliansi simbiosis mutualisme dengan planet lain. Meskipun orang-orang Bumi masih memiliki dinding pembatas dari makhluk yg mereka percayai adalah alien.

Masih sangat sedikit makhluk Bumi yg rela untuk berpartisipasi dalam menjalin hubungan antar planet. Belum lagi hubungan antar galaksi. Dan orang-orang yg sudah menghangat terhadap aliansi antar galaksi adalah orang-orang yg jelas tergabung dalam kabinet pemerintah, orang-orang yg memiliki hubungan dengan mutan, dan tentu mutan itu sendiri. Makhluk Bumi masih percaya dengan teguh bahwa satu-satunya hal yg normal adalah mereka sendiri yg tidak bermutasi. Dan mereka terkadang masih merasa bingung, bagaimana dunia bisa berubah seperti ini? Kehidupan normal manusia segera berubah secepat kedipan mata.

Yg bisa orang-orang ini fikirkan hanyalah keegoisan mereka sendiri, si pengemudi sedan butut berfikir sambil memutar bolamatanya.

"...Duke Lee masih mencari keberadaan puteranya yg menghilang sejak dua tahun yg lalu. Duke Lee mengatakan, bahwa ia dan isterinya tidak akan menyerah untuk membawa putera mereka pulang kerumah dan berkumpul bersama lagi. Duke Lee—"

Si pengemudi sedan butut tersebut melirik radio sedetik dan kembali menatap ke jalanan menuju North Anemoi. Berita menghilangnya putera semata wayang dari pemimpin negara bagian Briggs, Duke Lee, sudah cukup lama berlangsung dan tampaknya Rangers(berbeda dari Lethal Ranger—Rangers ini adalah kepolisian di masa sekarang)masih belum menemukan satu petunjuk pun tentang menghilangnya anak berusia sepuluh tahun tersebut. Kabar menghilang putera dari Duke Lee sudah terhitung selama dua tahun hingga saat ini, dengan artian, putera Duke Lee menghilang ketika ia berusia delapan tahun.

Agak sedikit aneh, sebenarnya. Bagaimana pun, ketika pertama kali si pengemudi mendengar berita hilangnya putera Duke Lee, ia selalu merasa ada sesuatu yg janggal. Sesuatu yg salah yg jelas-jelas dilewatkan orang lain, atau hanya diabaikan. Karena pertama, anak itu masih sangat muda. Anak yg jelas sangat dimanjakan dan disayangi, tentu Duke Lee akan memberi banyak penjaga dan pengasuh di sekitarnya. Tidak akan semudah itu penculik—spekulasi lain menurut beberapa sumber—akan menculik putera Duke Lee.

Dan yg kedua, anak itu dikabarkan adalah calon Marshal of Empire berikutnya, untuk menggantikan posisi paman dari sepupu Duke Lee di Empire State—[Empire State adalah ibukota utama di benua Tan yg menjadi titik tengah planet Bumi saat ini, ibukota yg tempat tinggal Emperor]. Jadi anak itu berpontensi dan cukup kuat untuk ukuran usianya. Dan ketiga, hingga saat ini tidak ada berita mengenai penculik apa pun yg menginginkan tebusan untuk kembalinya putera Duke Lee. Duke Lee pun dengan gamblang mengatakan bahwa kemungkinan puteranya tersesat di suatu tempat dan tidak diculik.

Jelas seseorang yg cukup pintar akan merasakan kejanggalan yg cukup besar untuk kasus ini. Namun, penduduk Bumi nampaknya lebih peduli dengan bagaimana Duke Lee mendonasikan sejumlah besar uang pada setiap sudut dan tempat yg sempat ia singgahi ketika mencari puteranya.

Right, exactly.

Jika tidak lebih mencurigakan lagi, si pengemudi sempat berpikir ini adalah konspirasi teori dari Duke Lee yg masih tetap ingin menjabat sebagai pemimpin Briggs. Ia sengaja membiarkan puteranya menghilang atau pergi dan bertingkah seolah ia belum mampu menemukannya dalam waktu dekat. Ia berusaha keras menarik perhatian Kaisar di ibukota dengan semua ke-dermawan-an dirinya dalam mencari sang putera. Cukup jelas kemungkinan rencana licik ini akan berakhir ketika pemilihan untuk pejabat baru dalam memimpin Briggs dimulai. Dan seratus persen kemungkinan ini adalah fakta ketika kampanye dimulai dan Duke Lee akan dengan sangat dramatisnya menemukan puteranya yg telah lama hilang, menyentuh hati masyarakan, membuat harapan kosong agar masyarakat kembali memilihnya.

Sungguh rencana bodoh. Namun lucunya masyarakat mempercayai kebodohan ini.

Si pengemudi mobil butut sudah mulai mempercayai teori di kepalanya sendiri setelah ia menelisik beberapa kejanggalan setelah menonton berita beberapa kali. Karena sebenarnya fakta yg sangat jelas terlihat adalah putera Duke Lee yg jelas masih sangat belia. Ini adalah abad ke dua puluh tiga dengan semua bentuk futuristik dan juga peningkatan dalam hal undang-undang dan pengamanan. Setiap anggota keluarga pejabat pemerintah memiliki microchip yg di tanam dalam tubuh masing-masing dengan tujuan untuk melindungi mereka dari ledakan mutan yg tidak terelakkan. Ya, mikrocip ini akan membentuk live-saving capsule di sekitar host yg memakai mikrocip, dan melindunginya. Selain bertujuan melindungi, mikrocip ini juga bisa di lacak dengan mudah. Dan Duke Lee sama sekali tidak mengumbar berita tentang mikrocip yg rusak atau apa. Putera Duke Lee hanya berusia delapan ketika dia menghilang, entah apakah mikrocip pada dirinya memang rusak—meskipun dikatakan mikrocip ini tidak akan bisa rusak, tapi masih menjadi perdebatan—atau anak lelaki ini sangat pandai dalam hal bersembunyi.

Yang sebenarnya opini kedua sangat meragukan. Bagaimana pun masyarakat akan menunggu akhir dari drama menghilang putera Duke Lee ini.

Setelah dua jam dalam perjalanan, akhirnya si pengemudi melihat gerbang besar bertuliskan West Gale, District dan melihat dua Ranger yg berjaga, mengidentifikasi sejumlah kendaraan yg mengantri, ingin memasuki distrik tersebut.

Ketika giliran mobil sedan butut akan memasuki distrik, Ranger di sebelah kanan mengetuk kaca agar si pengemudi berbicara dari wajah ke wajah dengan Ranger tersebut. Tanpa ba-bi-bu si pengemudi memberikan kartu identitasnya.

"Gintara Semesta, dari distrik North Anemoi," Ranger tersebut membaca informasi di tangannya. Gintara, nama pengemudi mobil sedan butut tersebut, mengangguk.

"Anda ingin memasuki distrik West Gale, atau hanya ingin lewat menuju distrik berikutnya?" Ini adalah pertanyaan yg biasa. Karena untuk mencapai negara bagian lainnya, beberapa distrik memang harus di lewati satu-persatu.

"Saya memiliki urusan pada distrik West Gale," suara bariton Gintara terdengar menjawab—sedikit mengejutkan karena intonasi yg cukup dalam.

Ranger yg berjaga itu mengangguk, dan memberikan kartu identitas Gintara kembali setelah mengeceknya sekali lagi. Tanpa banyak bicara, Gintara mengemudikan mobilnya memasuki distrik West Gale.

Tidak ada perbedaan yg signifikan pada setiap distrik. Semuanya memiliki gedung pencakar langit, penuh hiruk pikuk dan benar-benar seperti kota yg maju jika dibandingkan dengan ratusan tahun lalu.

Gintara segera menuju ke tujuan utamanya, tanpa banyak mampir disana-sini. Ia melewati jalan utama distrik West Gale, kemudian berbelok ke kiri ketika ia bertemu perempatan pertama. Setelah lima belas menit mengemudi, Gintara akhirnya sampai pada tujuannya yaitu wilayah perumahan di sudut distrik.

Sekali lagi Gintara memberikan kartu identitasnya pada penjaga gerbang residen, dan kemudian ia masuk dengan santai. Rumah-rumah yg berjejer di samping kanan kiri Gintara adalah rumah-rumah yg memiliki harga cukup tinggi dalam pasar umum perumahan di semua distrik. Tentu saja karena residen yg Gintara masuki adalah salah satu residen dari kawasan menengah ke atas.

Gintara berbelok ke kanan memasuki barisan rumah pada sisi lain residen, dan kemudian ia mengehentikan mobilnya pada rumah di sebelah kiri nomor lima dari sudut. Rumah yg tadinya dipasang spanduk On Sale kini telah terisi. Sudut bibir Gintara tertarik ke atas tanpa sadar.

Gintara keluar dari mobil dan segera berjalan menuju pekarangan rumah tersebut. Sampai di depan pintu, ia memencet bel lalu suara ding dong yg cukup nyaring memasuki indera pendengar Gintara.

"Tara, boy, you're here!"

Segera setelah pintu terbuka, seorang wanita lansia berkulit gelap berdiri di hadapan Gintara. Wanita yg terlingat sangat mungil ketika berhadapan dengan Gintara itu berteriak senang dan segera menarik Gintara ke dalam pelukan erat.

Gintara tertawa lalu memeluk balik wanita tua tersebut, merasakan sedikit hangat melingkupi tubuhnya, dan Gintara merasa sedikit melankolis. Wanita tua ini selalu mengingatkan Gintara pada mendiang ibunya. "Hey, Khadija," balas Gintara, memanggil nama depan wanita tua tersebut.

"Oh, look at you! Ketika kau mampir, aku selalu merasa kau bertambah tampan dan bertambah tinggi setiap kalinya!" Khadija berjinjit dan menepuk pipi Gintara, yg membuat Gintara tertawa malu. Nyatanya, ia sama sekali tidak bertambah tinggi. Ia masih berdiri dengan tingginya, seratus delapan puluh dua sentimeter sejak ia remaja. Khadija adalah wanita tua bertubuh mungil, yg kemungkinan hanya mencapai seratus lima puluhan, jadi Gintara sedikit maklum jika Khadija mengatakan ia bertambah tinggi, meski nyatanya tidak.

Untuk ketampanan, well, Gintara bisa dibilang tidak buruk, tapi tidak mencapai tingkat dimana ia bisa disebut rupawan. But yeah, he's kind of handsome. Gintara terlalu pemalu untuk mengakui ini, sebenarnya.

"Kau selalu memujiku, Khadija. You are also very beautiful. Here, I brought you this flower," Gintara kemudian merogoh kantung jaket denimnya dan mengeluarka sebatang mawar kuning yg di bungkus cantik—jelas telah di persiapkan sebelumnya.

Khadija menerima bunga mawar tersebut dengan 'aw' dan menepuk pipi Gintara untuk ke sekian kali.

"Kid, jangan terlalu sering berbohong dengannya, lihatlah dia akan terus berbicara betapa cantiknya dia dan tidak akan tutup mulut hingga sore," terdengar suara tua dan serak lainnya di belakang Khadija.

"Kau hanya cemburu karena Tara membawakanku hadiah dan kau tidak!" Balas Khadija yg telah berbalik dan menunjuk ke dalam rumah.

"Ah, tidak, aku sebenarnya juga membawa hadiah untuk Will," ucap Gintara, lalu merogoh kantong jaketnya pada sisi yg lain. Mengeluarkan sebuah pemantik api perak berbahan kayu, terlihat sangat kuno dan unik.

"Ha, nyatanya aku masih selalu menjadi favorit anak ini," William—pria tua suami Khadija—mendorong Khadija ke samping dan tersenyum lembut pada Gintara. Kedua tangannya menerima pemantik api yg diberikan Gintara. "Ayo nak, lebih baik masuk sekarang. Kau lebih baik panggil yg lain karena Tara sudah disini," William menarik Gintara dan kemudian berbicara kepada Khadija. Khadija mengeluarkan suara hmp! lalu berbalik pergi.

William membawa Gintara menuju ruang keluarga yg bergabung dengan ruang tamu, suasana rumah yg masih terasa sangat familiar untuk Gintara. Ia menekan rasa tersendat pada tenggorokannya ketika kilas balik saat ia muda sering bermain di ruangan yg cukup besar ini.

"Bagaimana perjalananmu, nak?" William bertanya lembut, membuka beberapa toples berisi makanan ringan dan mendorongnya pada Gintara.

"Cukup baik, tidak ada hambatan selain macet yg seperti biasanya pada pintu keluar North Anemoi," jawab Gintara sopan. Ia mengambil segenggam kacang, kemudian membukanya satu-persatu, lalu membaginya dengan William. William melambaikan tangannya menolak.

"Bagaimana North Anemoi? Apa kau sudah cukup beradaptasi disana?" Tanya William lagi, ia memperhatikan Gintara dengan seksama. Gintara tersenyum lembut, ia tahu William khawatir padanya, dan itu cukup membuat dadanya menghangat. "North Anemoi tidak terlalu berbeda dari West Gale, sebenarnya. Hanya sedikit lebih panas dari cuaca berangin West Gale."

William mengangguk, ia akan kembali bertanya namun terhenti ketika Khadija menaruh nampan yg berisi teh, juga nampan lain yg berisi camilan lebih banyak dibawa oleh seorang gadis yg tersenyum menyapa Gintara, berjalan di belakang Khadija. Gintara membalas senyuman gadis itu.

"Hei, Alesha," Gintara menyapa gadis itu. "Hai, Tara," sapa gadis bernama Alesha balik, dengan rona merah merekah di pipinya yg berkulit sedikit gelap. Gintara berpura-pura tidak menyadarinya. Alesha adalah cucu perempuan pertama dari Khadija dan William.

"Tara, minumlah teh ini selagi hangat sembari menunggu Owen," ujar Khadija sembari menuangkan secangkir teh dan memberikannya kepada Gintara. "Terima kasih," Gintara menerima secangkir teh dan menyesapnya sedikit, manis.

"Apa Owen sedang memiliki pekerjaan? Jika Owen sibuk, aku bisa kem—"

"Oh, tidak. Owen tidak sibuk, ia tadi sedang mandi dan mungkin sekarang sudah berpakaian. Anak itu, aku sudah memberitahunya kau akan segera datang namun ia bermalas-malasan. Alesha, coba lihat apakah paman kecilmu sudah siap dan suruh ia cepat," Khadija melambaikan tangannya pada Alesha, dan Alesha berbalik patuh setelah ia melirik pada Gintara.

Owen adalah putera bungsu dari William dan Khadija. Dan Owen hanya tua beberapa tahun dari Alesha, yg merupakan cucu William dan Khadija. Owen dikatakan sebaya dengan Gintara. Yah, anggap saja Owen memang sebaya dengan Gintara meskipun faktanya sama sekali tidak benar.

Alasan Gintara mendatangi keluarga ini, karena keluarga inilah yg membeli rumah yg mereka tempati saat ini. Rumah ini adalah rumah masa kecil dari Gintara. Ia tumbuh dewasa disini dan pergi dalam waktu yg lama hingga orang tuanya meninggal dan tidak ada yg mengurus rumah ini.

Sebenarnya Gintara sama sekali tidak berniat menjual rumah yg penuh kenangan masa kecilnya ini. Ia baru mendaftarkan rumahnya dalam penjualan beberapa bulan yg lalu. Alasannya, Gintara menunggu adiknya untuk mengklaim rumah ini dan menempatinya. Namun adiknya tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali, dan Gintara tidak memiliki pilihan lain selain menjualnya meskipun ia enggan.

Rumah ini terjual dengan harga yg cukup tinggi, dan juga karena Gintara selalu membersihkan dan membenahi rumah ini setiap beberapa bulan sekali. Rumah ini benar-benar dalam keadaan yg bagus.

Awalnya, banyak orang-orang yg menawar harga rumah masa kecilnya ini dengan alasan rumah ini sudah cukup tua. Itu benar. Meskipun rumah ini masih sangat bagus, rumah ini tetaplah rumah tua berusia hampir seratus tahun, karena rumah ini sudah berdiri bahkan sebelum orang tua Gintara membelinya.

Gintara merasa ragu, sampai ia bertemu dengan Owen; putera bungsu Khadija dan William. Owen adalah bachelor muda yg sukses. Ia memiliki beberapa perusahaan game tersebar di beberapa distrik, dan sama sekali tidak menawar harga. Namun alasan Gintara menerima Owen sebagai pembeli bukanlah karena harga.

Saat mereka bertemu di distrik North Anemoi—Owen memiliki urusan bisnis saat itu—Owen mengatakan bahwa ia ingin membelikan rumah itu untuk orang tuanya yg sudah berusia lanjut. Owen mengatakan bahwa rumah itu memiliki kehangatan yg sama dengan rumah lama orang tuanya sebelum hancur oleh serangan insectizious. Ia ingin orang tuanya menghabiskan sisa umur mereka dengan nyaman, dan tentu aman. Karena jelas posisi residen rumah tersebut adalah posisi yg terbilang aman, dan wilayah yg hampir tidak pernah ditemukannya serangan insectizious atau pun ledakan oleh mutan.

Bagaimana Gintara tidak tersentuh?

Seorang Gintara Semesta, yg menghabiskan separuh hidupnya menyesal karena tidak bisa menemani orang tuanya di masa tua mereka. Separuh hidupnya, Gintara pergi dari rumah dan hanya mengirimkan surat setiap kali ia merasa rindu. Ia tak pernah memberitahu orang tuanya dimana ia berada, dimana ia tinggal, dan apakah ia sendiri atau memiliki kompani.

Ia hanya kembali ketika ia menerima surat dari sang ibu yg mengatakan bahwa ayahnya kemungkinan sudah tidak akan bertahan. Saat ia kembali, sang ibunda sudah sangat renta dan memakai kursi roda, bahkan hanya ingin mengangkat tangan pun sang ibunda kesulitan.

Namun Gintara sama sekali tidak berubah meski puluhan tahun telah terlewat.

"Kau masih puteraku yg sangat tampan dan tinggi."

Dengan suara yg lirih, penuh kelembutan juga sarat rasa rindu, kalimat itu terlontar dari ibunya ketika ia kembali. Karena itu Gintara merasa hatinya tercubit ketika Khadija mengatakan kalimat yg mirip. Kalimat itu mengingatkan Gintara pada ibunya. Yg terpatri hingga saat ini di relung hati paling dalam milik Gintara.

Gintara menghentikan lamunannya ketika ia mendengar suara Owen memanggilnya. Gintara bangkit, lalu berpelukan dan saling menepuk bahu masing-masing bersama Owen. Gintara melihat pria lain yg lebih tua dari Owen di belakangnya; kakak tertua Owen, Leroy. Leroy adalah seorang pengacara yg diminta Owen untuk mengurus berkas yg dibawa Gintara saat ini.

"Tara, apa kabar?" Owen tersenyum cerah.

Gintara ikut tersenyum. "Masih seperti ini. Bagaimana denganmu? Kudengar kau sedang dekat dengan salah satu model dari ibukota?" Gintara menaik-turunkan alisnya menggoda Owen.

Owen merona dan tertawa canggung. "Ah, kau pasti menonton berita konyol itu. Aku dan model itu hanya teman lama tidak lebih," sanggahnya.

"Tapi kau mengajak makan malam model itu?" Suara William menyahut. Owen mengerang dan semua orang tertawa. "Sudah cukup membahas masalah percintaanku. Kita segera menyelesaikan tujuan Gintara datang kesini," Owen duduk di seberang Gintara, diikuti Leroy.

"Hey, Tara, apa kabar?" Leroy menyapa. Gintara mengangguk, "Cukup baik." Mereka berbicara singkat lalu mulai menyelesaikan perpindahan berkas dari Gintara kepada Owen, yg dimulai oleh Leroy.

Leroy menunjuk tempat dimana mereka harus tanda tangan, lalu memberikan berkas lain, cap jempol, tanda tangan lagi, dan setengah jam kemudian rumah telah resmi menjadi milik Owen.

"Tara, bagaimana keadaan restoranmu? Aku belum sempat mampir terakhir kali kita bertemu di distrik North Anemoi," ujar Owen sebelum ia menyesap tehnya.

"Restoranku baru saja selesai di renovasi menjadi tempat tinggal seorang bujangan seperti aku," mereka terkekeh mendengar jawaban Gintara. "Aku tidak merubah banyak, hanya cat dan beberapa kamar aku hilangkan," lanjut Gintara.

Selain rumah masa kecilnya, Gintara memiliki warisan yg diberikan langsung oleh orang tuanya; sebuah penginapan sekaligus restoran. Bisnis penginapan orang tuanya sangat maju hingga mereka membuka cabang di distrik North Anemoi. Penginapan ini sudah ada semenjak Gintara pergi dari rumah.

Kedua penginapan dibagi untuk Gintara dan adiknya. Penginapan di West Gale diberikan kepada adiknya, dan penginapan yg berada di North Anemoi menjadi milik Gintara. Namun ketika orang tuanya meninggal, penginapan di North Anemoi ikut ditutup. Gintara memecat semua karyawan serta petugas penginapan karena Gintara tidak ingin mengambil resiko apa pun yg dapat membahayakan.

Untuk beberapa saat, Gintara tinggal di lantai teratas penginapan sekaligus restoran tersebut, hingga suatu hari ia memutuskan untuk merenovasi gedung tersebut. Gintara hanya merubah struktur kamar-kamar di lantai atas dan membiarkan restoran di lantai paling bawah dan juga basement.

Gintara memang memiliki rencana membuka kembali restoran lantai bawah, namun tidak dengan penginapannya. Gedung tersebut memiliki empat lantai termasuk basement—atau bawah tanah.

Bawah tanah dan lantai pertama Gintara biarkan tanpa perubahan apa pun. Bawah tanah masih berfungsi sebatai garasi dan juga gudang penyimpanan, sedangkan lantai pertama adalah restoran sekaligus dapur. Gintara merombak lantai kedua yg tadinya adalah penginapan dengan delapan kamar berisi dua tempat tidur dan satu kamar mandi di setiap ruangan. Ia merombak dan menghancurkan semua kamar beserta isinya dan menyisakan dua kamar yg digabung menjadi satu, namun tanpa perabotan karena Gintara berencana menjadikan ruangan tersebut sebagai perpustakaan pribadinya.

Ruangan lain yg dihancurkan menjadi ruang keluarga yg cukup besar. Gintara sudah menyusun perabotan, memasang televisi layar datar ukuran raksasa serta ayunan gantung dan karpet yg sangat tebal, beberapa beanbags, serta meja bulat di sudut. Gintara juga merubah bentuk jendela menjadi jendela kaca sepenuhnya, menghilangkan beranda pada lantai tersebut.

Lantai ketiga juga adalah penginapan, namun di lantai ini kamar-kamar memiliki tempat tunggal yg sangat besar serta kamar mandi di setiap ruang. Gintara hanya menggabungkan satu kamar menjadi satu(yg kemudian menjadi kamar pribadinya), lalu merombak satu kamar tepat di sebelah kamarnya(menghilangkan kamar mandi serta perabotan) dan merubahnya menjadi walk-in-closet. Untuk sisa enam kamar lainnya Gintara masih membiarkannya seperti awal, kamar tersebut bisa digunakan jika ada temannya yg ingin mampir dan menginap.

Lalu rooftop atau atap terbuka yg awalnya digunakan sebagai tempat mencuci(biasanya seprai dan sarung bantal penginapan) dan juga menjemur. Gintara juga memutuskan untuk tidak merubahnya terlalu banyak. Ia tetap akan memakai atap ini untuk kebutuhan mencucinya, dan hanya menambahkan satu ruang berukuran sedang tanpa pintu sebagai pelindung peralatan mencuci. Gintara mengganti mesin cuci dan pengering yg baru. Lalu memasang pagar di pinggiran atap terbuka tersebut agar lebih aman.

Gintara menyesap tehnya lagi saat pikirannya kembali.

"Tapi aku tetap berencana untuk membuka kembali restoran suatu saat. Aku menghilangkan penginapannya karena aku ingin repot bolak-balik dari rumah pribadi ke restoran. Jika aku tinggal di gedung yg sama tentu itu akan menghemat waktu dan biaya," tambah Gintara.

"Kau membuat keputusan yg cukup matang," Khadija menyentuh pundak Gintara. "Seandainya kau adalah cucuku, betapa menyenangkannya itu?" Khadija mengatakan dengan bersemangat. Gintara terkekeh canggung, ia melirik wajah Alesha yg semakin seperti tomat, namun masih berpura-pura tidak melihat.

"Ibu, jangan membahas topik ini lagi," Owen menggeleng kepada Khadija.

Khadija menaikkan alisnya tidak setuju. "Apa yg salah? Aku hanya mengatakan bahwa akan sangat baik apabila Gintara adalah cucuku, aku tidak memiliki maksud lain!"

"Tapi itulah maksudmu, ibu. Dan kita semua tahu itu. Tidakkah ibu menyadari bahwa Gintara merasa canggung?" Owen menatap Gintara dengan pandangan meminta maaf. Gintara menggeleng pelan namun ia tidak membantah bahwa ia merasa canggung. Karena sebanyak apa pun Gintara menyukai Khadija, terkadang Khadija membuatnya tidak nyaman dengan mengangkat topik tentang dirinya yg bergabung dalam keluarga. Dan maksud dari bergabung dengan keluarga adalah Gintara yg menikahi Alesha.

Suasana di dalam ruangan hening seketika.

Gintara masih tidak bisa menghilangkan rasa canggungnya, karena memang, sejak ia berangkat untuk menyelesaikan urusan berkas-berkas pemindahan kepemilikan rumah, Gintara tahu pasti cepat atau lembat topik ini akan di angkat oleh Khadija. Sejak awal wanita tua itu begitu antusias untuk menjodohkannya dengan cucunya.

Gintara melirik isi teh di dalam gelas keramiknya yg sudah hampir habis, dengan satu tegukan terakhir Gintara menghabiskannya lalu bangkit.

"Karena urusan telah selesai, maka aku ingin pamit undur diri," Gintara berpura-pura mengecek arlojinya untuk melihat waktu, masih pukul sebelas.

Owen ikut bangkit dan menepuk celananya, dan Gintara tidak melewatkan lirikan tajam Owen kepada Khadija meski hanya sekilas. "Aku akan mengantarmu," Owen mempersilahkan Gintara berjalan terlebih dahulu.

"Apa kau tidak akan tinggal makan siang, nak?" Suara Khadija yg sedikit bergetar terdengar. Gintara kembali berbalik dan ia membungkuk sembilan puluh derajat, gestur yg ia pelajari dari beberapa buku kuno yg ia temukan ketika ia jauh dari rumah—Tata krama dalam bersikap dari berbagai Negara. Dan ini adalah gestur yg Gintara pikir mampu menunjukkan betapa menyesalnya dia.

"Aku benar-benar minta maaf," Gintara masih membungkuk. "Aku mengerti maksud baik keluarga ini dan aku sangat berterima kasih untuk itu. Namun aku masih memiliki beberapa pekerjaan yg harus aku selesaikan. Jadi aku tidak akan tinggal makan siang."

Gintara menegakkan kembali tubuhnya ketika ia selesai berbicara, dan Owen mengangguk sembari menepuk pundaknya. Owen mengantar Gintara keluar rumah. Gintara mampu mendengar suara William yg menegur Khadija.

"I told you to cut it off! Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak memaksa dan mengangkat topik ini lagi. Jelas bahwa anak itu tidak tertarik pada cucu kita!"

"Tapi aku hanya berharap ia sedikit mengenal Alesha lebih dalam sebelum memutuskan—"

"Keputusan bukan berada di tanganmu. Jangan membuat posisi semua orang sulit, Dijah. Sudah cukup bagus anak itu masih mau datang kesini hari ini setelah apa yg kau lakukan terakhir kali dia datang. Aku benar-benar tidak mengerti dirimu! Lihatlah, bahkan putera bungsu kita pun marah!"

Lalu Gintara mendengar suara hentakan kaki lalu tidak ada lagi yg bicara. Gintara menggelengkan kepalanya pelan dan menghela nafas.

"Maafkan ibuku, aku tahu kau sejak awal tidak tertarik pada Alesha dan ia kerap memaksamu untuk itu," Suara Owen terdengar lalu helaan nafas berat. Gintara menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, sedikit banyak aku sudah menduga ini akan terjadi."

"Lalu, kenapa kau masih datang kesini kalau begitu? Bukankah lebih baik kau menghindar?" Tanya Owen.

"Karena ini terakhir kalinya aku kesini," Gintara menatap pria berambut ikal tersebut. "Maksudku, terakhir ke distrik West Gale."

Owen ber-ah dan mengangguk mengerti. "Kalau begitu semoga beruntung untuk semuanya, dude." Gintara menjabat tangan Owen terakhir kali dan berpelukan sekilas dengan Owen. "Terima kasih banyak."

Owen sudah masuk kembali ke dalam rumahnya, dan Gintara sudah berada di dalam mobil sedan bututnya. Gintara telah memasang sabuk pengaman, namun ia belum beranjak karena ia mengecek ponselnya.

Terdengar suara ketukan di jendala kaca mobilnya.

Gintara mengangkat pandangannya dan cukup terkejut untuk melihat Alesha berdiri di samping mobilnya. Gintara menurunkan kaca mobilnya dan mengerjap. "Ada apa?"

"Um..." Alesha berdeham dan pipinya terbakar merah. "Aku ingin meminta tolong padamu. Jika ini terlalu merepotkan kau bisa menolak," ujar gadis itu.

Gintara menaikkan sebelah alisnya. "Apa?"

"Um...begini..." Alesha menunduk dan memainkan pita dari gaunnya, pipinya semakin merona gelap. "Kau akan kembali ke distrik North Anemoi, kan? Bisakah... bisakah aku menumpang padamu? Aku memiliki sesuatu untuk dilakukan minggu depan di distrik North Anemoi. Tidak masalah untuk pergi sedikit...lebih awal..."

Gintara segera mengerti maksud kalimat Alesha, mendadak rasa pusing menyerang kepala Gintara. Gintara hanya menghembuskan nafasnya perlahan.

"Um... Tara...?" Alesha melirik Gintara karena dilihat pria yg tidak keluar dari mobilnya tersebut belum menjawab selama beberapa menit.

"Maafkan aku, Alesha, aku rasa aku tidak bisa memberimu tumpangan," tolak Gintara secara halus. Namun nampaknya penolakan tersebut membuat Alesha tersinggung, karena wajahnya segera memberengut dan bibirnya tertekuk kebawah.

"Kenapa...?" Tanya Alesha.

Gintara meliriknya malas lalu menatap kaca depan mobilnya. "Bukankah kau bilang aku bisa menolak jika aku merasa keberatan? Dan jujur saja, aku cukup keberatan. Jadi maafkan aku."

Wajah Alesha sedikit memucat, kemungkinan gadis itu tidak menyangka Gintara akan segera menolaknya. "T—tapi... aku hanya akan menumpang sampai pada distrik North Anemoi! Setelah itu aku—"

"Alesha," potong Gintara, suaranya tegas. "Jika kukatakan aku tidak bisa, maka aku tidak bisa. Aku memiliki hak sepenuhnya untuk menolak." Gintara memijat pelan pelipisnya. Sebenarnya, ia awalnya tidak berniat untuk datang ke distrik ini dan cukup mengirimkan berkas lewat pos. Namun Gintara ingin melihat rumah ini untuk terakhir kali sebelum ia benar-benar pergi. Gintara bahkan tidak akan kembali lagi pada distrik ini jika bukan sesuatu yg benar-benar penting.

Gintara sempat melakukan perdebatan batin, dan akhirnya memutuskan untuk pergi. Ia tahu Khadija akan kembali masalah Gintara yg bergabung dalam keluarganya dengan menikahi Alesha, dan ia tahu Khadija adalah orang yg keras kepala. Namun Gintara sama sekali tidak menyangka bahwa Alesha pun keras kepala.

Ada dua hal mengapa Gintara tidak menggubris perihal Khadija yg ingin menjodohkannya dengan Alesha, mempertimbangkannya pun tidak.

Pertama, karena Gintara sejujurnya belum berpikir untuk memulai relasi kepada orang lain, alih-alih memiliki keluarga—terlepas dari berapa lama ia telah membujang. Terlalu banyak hal berbahaya di dunia ini dan Gintara tidak yakin ia mampu melindungi semua yg berada di dekatnya. Berkeluarga bersama sesama mutan pun adalah resiko yg tinggi, apalagi berkeluarga dengan manusia?

Dan poin kedua karena—

"Oh, Gintara? Alesha, nak? Apa yg kalian lakukan disini?" Suara bass pria menginterupsi Gintara dan Alesha.

"Ah, Ahmed, hey," Gintara menoleh ke belakang punggung Alesha dan mengangguk pada pria yg baru keluar dari mobil di seberang mobil Gintara.

Ahmed menatap kearah Gintara dan Alesha bergantian beberapa kali. "Gintara, apa kau akan segera pergi? Urusanmu sudah selesai bersama Owen?" Ahmed berjalan mendekat dan berdiri disamping Alesha, yg secara otomatis bergeser.

"Ya, semua sudah selesai dan aku akan segera pulang," Gintara tersenyum canggung dan matanya melirik pada Alesha yg menunduk. Lirikannya adalah petunjuk kepada Ahmed, Gintara memohon pertolongannya. Ahmed mengangguk mengerti.

"Ah, kalau begitu kami tidak boleh menahanmu. Alesha, apa yg kau lakukan disini? Cepatlah kembali dan katakan pada ibumu bahwa aku sudah pulang dan ingin mandi air panas," Ahmed mengusir Alesha.

Alesha tersentak. "T—tapi ayah..."

Ahmed menatap Alesha tajam yg segera membuat Alesha tutup mulut, dan segera berlari memasuki rumah. Ahmed menghela nafasnya. "Kuharap puteriku dan ibuku tidak menyusahkanmu lagi, Tara." Ahmed menatap Gintara dengan penuh penyesalan.

Gintara menggeleng. "Tidak apa-apa, Ahmed, aku sudah cukup menduganya."

Ahmed menggelengkan kepalanya dan menghela nafasnya lagi. "Kalau begitu pergilah sebelum salah satu dari mereka mencoba untuk mencegatmu lagi."

Gintara mengangguk dan mengucap terima kasih. Ia mengemudikan mobilnya perlahan dan melambai pada Ahmed yg menatapnya dengan senyum. Ahmed jelas adalah orang baik seperti saudara-saudaranya yg lain.

"Alesha, Yulian, dimana kalian? Yulian, aku ingin mandi air panas sekarang juga, tidak bisa ditunda. Para makhluk sampah tersebut membuat ledakan lagi di dekat kantorku, dan katanya distrik North Anemoi pun memiliki ledakan. Aku benar-benar tidak mengerti kepada pemerintah, kenapa mereka tidak menjatuhkan hukuman mati kepada para makhluk itu tiap mereka melakukan ledakan. Atau musnahkan sekalian sehingga manusia seperti kita tidak akan selalu merasa terancam—"

Ya, itu adalah alasan keduanya.

Sebaik apa pun Ahmed, ia adalah salah satu manusia yg termasuk dalam anti-metahuman, dan salah satu yg sangat aktif. Sering melakukan perjalanan kesana kemari hanya untuk membuat petisi untuk memusnahkan mutan. Sempat menjadi salah satu tersangka kebakaran sebuah panti asuhan yg berisi anak-anak mutan namun di lepaskan karena tidak memiliki bukti yg cukup kuat untuk menggugatnya.

Dan Ahmed adalah ayah Alesha.

Bayangkan jika Gintara yg merupakan metahuman level omega menikahi puterinya dan bergabung dalam keluarga?

Oh, hell fucking no.


ejelna.

Continue Reading

You'll Also Like

SAMA AKU AJA By Ry

Science Fiction

1.2M 54.1K 25
🌹 🌹 🌹 🌹 Oya. Cerita ini aku private! So, yang mau baca, bisa follow terlebih dahulu 😄 Muachhhh...
2.3M 201K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
4.2M 296K 47
"gue gak akan nyari masalah, kalau bukan dia mulai duluan!"-S *** Apakah kalian percaya perpindahan jiwa? Ya, hal itu yang dialami oleh Safara! Safar...
5.2K 464 45
"Sampai hari dimana umat manusia jatuh." Pada tahun 2020, kutub magnet bumi lenyap dan umat manusia hampir musnah akibat radiasi kosmik. Dalam kurun...