PEREMPUAN MERAH JAMBU

By Senja_Rheaa30

2.7K 487 19

[FOLOW SEBELUM BACA] HAPPY READING ✔️✔️ "Aku yang memiliki rasa, aku yang mengejar, aku yang berkorban, dan p... More

START 🍙00.00
🍙01.00🍙
🍙02:00🍙
🍙03.00🍙
🍙04.00🍙
🍙05.00🍙
🍙06.00🍙
🍙07.00🍙
🍙08.00🍙
🍙09.00🍙
🍙10.00🍙
🍙11.00🍙
🍙12.00🍙
🍙13.00🍙
🍙14.00🍙
🍙15.00🍙
🍙16.00🍙
🍙17.00🍙
🍙18.00🍙
🍙19. 00🍙
🍙20:00🍙
🍙21:00🍙
🍙22:00🍙
🍙23:00🍙
🍙24:00🍙
🍙01/01:00🍙
🍙01/03:00🍙
🍙01/04:00🍙
🍙01/05:00🍙
BUKAN UP!!
🍙01/06:00🍙
🍙01/07:00🍙
🍙01/08:00🍙
🍙01/09:00🍙
ADA YANG BARU TAPI BUKAN KIKO 1000
hai

🍙01/02:00🍙

60 11 0
By Senja_Rheaa30

"kau seperti kupu-kupu ku, heroin yang candu, dan kokain yang memabukkan, selamanya cuma milikku."

BUMI MANUSIA🌍

____________________

HAPPY READING🥚



"Ri ayolah ... Gue nyidam beneran nih ... Kesana yah yah!" Riana benar benar dibuat kewalahan dengan tingkah Selvi belakangan ini. Seperti sekarang, Selvi tengah merengek seperti anak kecil didepan lobby apartment nya sendiri. Sekarang Riana bukan hanya sahabat Selvi tapi juga baby sitter dan supir 24 jam-nya Selvi pula, tak beda jauh Amel pun begitu. Bumil muda yang satu ini cukup membuat Amel dan Riana menjadi serba serba.

Contoh saja seperti 4 hari lalu, dimana tengah malam buta Selvi menelfon sebanyak 15 kali pada Riana Al hasil tidur cantik tengah malamnya pun terganggu, tidak hanya itu Selvi dengan santainya mengatakan bahwa dia nyidam ingin martabak super dengan toping mangga muda, anjib gk tuh! Awalnya Riana sudah membujuk, namun Selvi masih keukeuh menginginkan makanan satu itu dan dengan amat sangat terpaksa Riana berkeliling mencari tukang martabak yang buka jam setengah 12 malam, sebelumnya ia sudah membeli buah mangga terlebih dahulu di supermarket baru kemudian dia berkeliling hampir 1 jam dan ternyata usaha keras Riana membuahkan hasil, sekitar 10 km dari apartement Selvi Riana menemukan bongkahan berlian- warung kang martabak hampir tutup maksudnya. Dan jadilah dia begadang di apartement Selvi semalaman karena setelah sampai disana dengan dua bungkus martabak dengan 1 bungkus martabak toping mangga muda dan yang satu lagi toping keju selai strawberry kesukaannya, Riana begadang semalaman menemani Selvi yang tak bisa tidur, mereka memutuskan menonton film di laptop Selvi sampai pagi datang.

"Riii ... Pengen banget gue ...!"

"CK iya iya! Udah gausah ngerengek, pulang sekolah kita beli!" raut wajah bumil muda tersebut pun berubah menjadi binar, mudah sekali mengembalikan mood bumil satu ini.

"Yaudah ayok sekolah! Lo mau kita gak lulus trus ngulang satu tahun dan lo lahiran pas ujian pertengahan semester?" Sewot Riana dengan melirihkan kata 'lahiran'.

"Huh! Iya ayok sekolah ... Gak mau juga gue kalo harus ngulang  sekolah satu tahun lagi!" Riana hanya menanggapi dengan anggukan, lalu keduanya pergi berangkat sekolah. Huh 2 Minggu lagi mereka ujian Nasional!!

o0o

"Aduh!! ... Eneng Riri!!! Bang Onsep dateng! Teret tet tet tet tet ...."

"Eneng Ririii iii bang onsep dateng! Teret tet tet tet tettt ...." Nyanyian sumbang dari makhluk bernama Oon membuat seisi kelas tertawa.

"Abang Onseppp!! Kemana aja! Teret tet tet tet tet teret tet tet tet tet ... Abang onseppp epp!! Kemana aja! Teret tet tet tet tet ...." Balas Riana sekenanya, Onsep pun tertawa berjalan kearah Riana yang sedang duduk dimeja dengan novelnya.

"Eh Ri lo tau kaga?"

"Kaga lah On ih Oon lu mah ngasih tau aja belum!" Sahut Riana yang masih fokus pada novelnya.

"Ye sih markonah! Bukan itu dikelasnya si Rama gue liat ada siswi lagi ribut rebutin dia katanya!" Riana langsung menutup bukunya dan menatap Oon.

"Buset tuh anak ... Kayak kaga ada cowok lain aja modelan monyet Kalimantan aja direbutin ...." Seru Riana dengan masih santai.

"Wehhh lo kaga cembokur?" Heran Oon.

"Ye si Malih! Ngapain gue cemburu Ama pantat panci? Mending halu jadi istrinya Om manurios lebih berfaedah!" Riana kembali memangku novelnya dan fokus membaca.

"Yah! Kaga cemburu ternyata! Eh tapi gue rasa nih mending lu kesana nonton seru tau!" Provokasi Oon.

"Boleh juga! Kapan lagi si topeng monyet direbutin cewek kan!!" Seru Riana kembali semangat.

"Buset! Speak kek Rama ae dia bilang pantat panci? Topeng monyet? Apakabar gua njir?" Gimam Oon.

"Ayok ngapa bengong Oon!" Ealah malah sekarang Riana yang meninggalkan ia.

"Tunggu markonah Weh!!"

o0o

"Mending lo jauh jauh deh dari Rama! Dia itu cowok gue!"

"Eh enak aja dia itu sama gue duluan! Lo gak tau kan orang tuanya aja sama gue udah deket!" Mein mentari (dibaca meyin mentari) anak XII IPS 1, teman ratu si biang onar di SMA PELITA BANGSA biasa disapa Mey, anak dari pengusaha pabrik tekstil terbesar di Indonesia.

"Bohong! Lo pasti nipu kan? Gue gak percaya!"

"Eh eh pada ngapain kalian?" Dari arah belakang muncul perempuan berpakaian modis dengan rok remple mini, seragam pres dan jas almamater yang hanya disampirkan di pundak, rambut coklat emas yang di Brodie.

"Cher tolongin gue, itu ada Mak lampir ngaku ngaku pacarnya Rama, padahal kan udah jelas jelas gue yang deket sama Rama!" Adu Mey pada perempuan itu. Cherry yang mudah memang memiliki sifat mudah tersulut api pun tanpa banyak kata langsung menarik rambut milik siswi yang tadi berdebad dengan Mey.

"Heh! Ngadi ngadi lo!!"

"Lo gak tau siapa gue?"

"Gak tau dan gak peduli!!"

"Lo!!"

"Rama milik gue!!"

"Rama pacar gue!!"

"Punya gue!!"

"Pacar gue!!"

"Lo-! Cher kasih pelajaran sama cewek gatel ini!" Rengek Mey pada Cherry.

"Dengan senang hati, mau pelajaran yang ringan apa langsung berat nih?" Tantang Cherry dengan mengeluarkan senyum smirk-nya.

Cherry menjentikkan jari tangan kanannya, muncul dari arah kerumunan 3 orang siswi berpenampilan brandal ala cewek. Cherry mengkode agar para antek anteknya mulai memainkan permainan klasik mereka.

"Lo yang nantangin gue!" Cherry maju dan menarik rambut perempuan yang berdebat dengan Mey, terlihat siswi tersebut meringis kesakitan.

"Cih! Cewek kampung kayak lo ngarep jadi pacarnya Rama? Ngimpi!!" Tangan kanan Cherry yang bebas pun melayang ke udara, bersiap untuk mendarat di wajah siswi yang mengaku ngaku sebagai kekasih dari salah satu moswanted.

"Terima pelajaran dari gue!" Gadis itu pun memejamkan matanya bersiap menerima tamparan dari ketua geng bully di sekolahnya.

PLAK

Hening

"FUCK!! Riri sialan!!" Cherry mengerang kesakitan karena tangannya yang siap menampar siswi tadi malah tertameng oleh sebuah papan krani, alhasil papan kerani yang keras pun berkenalan dengan tangan Cherry yang sangat ringan diangkat.

"Apa? Kenapa sama gue?" Tantang Riana berkacak pinggang.

"Cih beraninya keroyokan lo?" Sambung Riana terkekeh. Kemudian ide gila muncul saat melihat seseorang tengah menatapnya diambang pintu, hanya bisa dilihat olehnya karena posisi geng Cherry membelakangi pintu masuk kelas.

"Bitch!! Gausah ikut campur masalah gue sama temen temen gue!!"

"Dan gue gak peduli karena kalian salah!!" Balas Riana santai.

"Cupu sialan lo! Berani sama gue?" Tantang Cherry dengan bangga karena dia yakin akan menang dengan para antek anteknya yang dibawa.

"Riri cuma takut ke Tuhan kali, apalagi karena ngelakuin dosa! Iiiiiihhhhh Atut!!" Ungkap Riana dramatis.

"Banyak bacot lo! Girls!" Cherry mengkode agar cekalan pada siswi yang tadi berpindah menyekal tangan Riana.

"Cih! SAMPAH! MENTAL PATUNGAN AJA BANGGA!" Ejek Riana dengan suara keras.

"Kalo mau jadi jagoan bukan disini tempatnya, lo masih kalah jauuuuhhh banget dibawah gue! Ngerti gak?!" Sambung Riana terkekeh yang membuat Cherry semakin mendidih.

"Tuh tuh tuh liat muka lo kenapa? Kayak makan bakso level 20 eh?" Ungkap Riana dibuat terkejut lalu terkekeh.

"Basi tau gak permainan kalian, kayak pengecut!! Udah penampilan kayak lon-Eh Riri sebagai siswi berpendidikan jadi ngerasa eww banget!" Cerocos Riana sengaja memprovokasi, dan yak Cherry berserta teman temannya terlihat sangat marah ditampat.

"Satu serangan lagi" batin Riana tersenyum miring.

"Kalian buat apa sih bikin geng geng kayak gini? Kek cabe cabean pasar yang udah dijual harga miring tau! Apa lagi lo Cher udah kay-"

PLAK

"ODI!!" Tiba-tiba datang seorang siswa dengan baju basketnya berlari kearah Riana saat mendapati Riana tergeletak dilantai dengan kacamata lepas.

"Hei! Lo gak papa kan? Ada yang sakit? Pipi lo perih? Atau mau ke UKS?" Pertanyaan beruntun tersebut dilontarkan oleh cowok berbanada hitam dikepalanya, nampak keadaan cowok tersebut sedikit berantakan karena baru saja dia selesai jam pelajaran olahraga.

"Di ... Jangan diem aja apa yang sakit?" Ujarnya cemas.

"Apa perlu gu-"

"Gak usah!" Perempuan yang tadi tertampar oleh Cherry pun menunduk, mencari letak kacamatanya yang jatuh akibat tamparan Cherry, sudah bisa dibayangkan bagaimana sakitnya bukan?

"Trus lo peng-"

"Usir aja tiga bocah tengik ini!!" Tunjuk Riana pada Cherry and the gang.

"Hah?! ... O-oke ... Heh lo lo dan juga lo! cabe cabean pasar Bogor!" Cherry, Mey dan siswi tadi pun mendongak menatap takut pada Rama yang tengah berkacak pinggang.

"Lo Cherry kan?" Tunjuk Rama mencekal lengan Cherry saat akan pergi dan dibalas anggukan oleh Cherry.

"Lo apain princess gue?!" Bentak Rama tepat didepan wajah Cherry.

"Gu-gue-"

"Lo nampar dia?!" Cherry semakin menunduk ketakutan mendengar intonasi tajam dari Rama dan tatapan elang yang tak lepas.

"JAWAB ANJING!!" Teriak Rama didepan wajah Cherry, dan berhasil membuat seisi kelas hening benar benar hening. Apalagi tadi ada banyak yang mengerumuni mereka. Perempuan yang ditampar oleh Cherry tak lain dan tak bukan yakni Riana, sungguh Cherry sebenarnya tak ingin berurusan dengan cewek kacamata kotak itu.

"Gu-gue ga-gak bermaksud Ra-Ram ...." Lirih Cherry ketakutan.

"GUE GAK PEDULI ALESAN LO NAMPAR DIA! SEKARANG JUGA LO SUJUD DIDEPAN PRINCESS GUE!!" Murka Rama, Cherry semakin bergetar ketakutan. Riana yang masih fokus dengan kacamatanya yang retak akibat terjatuh pun memilih abai, karena dari awal dia hanya ingin melerai tapi malah kena tampar sesaat dia tiba di TKP.

"Gu-gue gak mau! A-apa apaan su-suruh gue sujud di depan si cupu!" Ujar Cherry tak terima. Rama pun mengangguk mengerti.

Bugh

"AKHHH!!"

"UHHH sakit banget tuh pasti!"

"Njir tuh pala kaga remuk kan?"

"Gila si Rama!"

"The real cowok posesif ke ceweknya!"

"Mampus kan mamam tuh meja!!"

"Bangun! Gausah lebai lo!" Rama kembali meraih kepala Cherry yang terpuruk dimeja samping dirinya, benturan keras antara meja kayu berbahan jati dengan kepala cantik Cherry membuat sang empu limbung seketika.

Rama menarik rambut Cherry dan dihadapkan langsung dengan kaki kecil milik Riana.

"Sujud!!"

"Ga-gak!"

"SUJUD GUE BILANG!!"

"GU-GUE GAK MAU RA-RAMA!!"

BRAK

BUGH

BUGH

Rama menendang meja disebelahnya kemudian membenturkan badan dan kepala Cherry ke lantai dengan keras, sudah dipastikan bahwa pelipis gadis tersebut bukan hanya lecet.

"GU.WE BI.LANG SU.JUD BITCH!!" Suara itu mungkin tidak begitu besar, tapi sangat berat dan dalam sehingga siapapun yang mendengarnya. Nampaknya sang empu telah bergelap mata akibat melihat princess nya terluka dibagian pipi, yah sudut bibir Riana berdarah akibat tamparan tadi.

"Akhhh ... I-iya gu-gue su-su-sujud ...." Balas Cherry terbata-bata dan lemah, kepalanya kini sangat pusing dan dia merasakan pelipisnya mengalir sesuatu yang hangat.

"BAGUS!! Minta maaf sekalian!" Tuntut Rama dikalimat terakhir.

"A-apa!? Ga-gak!!" Tolak Cherry kembali.

Riana pun gemas dengan tingkah Cherry, apa susahnya minta maaf! Tidak tahukah dia bahwa sekarang satu kelas sedang menahan takut. Dirinya juga sebenarnya takut, bukan takut dengan kemarahan Rama, tapi takut nantinya Rama akan terbawa khasus karena ulah Riana sendiri pada awalnya.

"APA LO BILANG!!" Rama menekan punggung Cherry dengan sepatu Adidas mahal miliknya, kedua tangan Cherry ia genggam dengan erat.

"AKHHH ...!!'

"Rama udah ...!" Riana yang merasa situasi akan semakin runyam pun berusaha melepas cekalan laki-laki itu pada Cherry. Namun Rama tak bergeming.

"Ram ...."

"Hey liat gue ...." Riana meraih dagu Rama dan membuat Rama mau tak mau meliriknya.

"Udah yah ... Gue gak papa, lepasin Cherry, gue juga yang salah tadi gangguin dia." Ungkap Riana berusaha menjelaskan agar Rama tidak salah faham.

"Udah okey ... Kendaliin emosi lo." Riana sedikit lega saat cengkraman tangan Rama pada Cherry terlepas, ia tersenyum menghadap Rama.

"Keluar yuk, tenangin diri kamu." Akhirnya Rama menurut, mendengar Riana memanggilnya 'kamu' membuat Rama menghangat.

"Mey lo urusin Cherry, bawa dia ke UKS, Rama biar jadi urusan gue." Riana menggandeng tangan Rama menuntunnya keluar dari kelas.

Didepan pintu rupanya ada Oon yang baru datang dengan sebungkus cimol ditangannya.

"Weh kok dah pada pergi? Udah kelar warnya? Ah gue kelewatan!" Decak Oon kesal, Riana hanya terkekeh dengan Rama yang menatapnya.

"Eh Ri pipi gemes lo kenapa?" Tanya Oon saat mendapati pipi chubby Riana sedikit memerah.

"Gak papa, gue duluan sama Rama ke kantin bye bye." Riana menyeret tubuh Rama untuk mengikutinya. Sedangkan Oon masih mencerna apa yang sedang terjadi saat dirinya tak ada disini.

"Yah ditinggal lagi gua!" Gerutu Oon.

o0o

BRAK

CEKLEK

"Pergi!"

"Pergi gue bilang!!"

"By dengerin gue dulu say-"

"Budeg yah lo!? Gue bilang pergi!!"

"Gak bisa!!"

"Kenapa?!!" Perempuan itu menatap tajam pada lawan bicaranya.

"Lo lupa ini apart siapa yang beli?" Ujar sang lelaki tersenyum remeh.

"Ta-tapi sekarang udah jadi milik gue! Lo sendiri yang nyerahin!" Protes sang perempuan.

"Really baby? Prasaan gue gak pernah nyerahin apart ini buat lo!" Elak laki-laki itu.

"Lo-!!"

"Pokoknya keluar sekarang!!" Teriak perempuan itu, dia menarik tangan sang lelaki menyeretnya menuju pintu keluar apartment. Namun sebelum itu si lelaki menyeretnya terlebih dahulu menuju dinding apart, mengukuhnya dengan kedua tangan lelaki itu.

"Ma-mau apa lo!" Tanya Sang perempuan.

Laki-laki itu tak menjawab, ia malah menatap wajah perempuan dihadapannya dengan sedikit menunduk karena perempuan itu tidak terlalu tinggi.

"Kenapa kamu ngehindar dari aku?" Tanya lelaki itu membuka suara dengan tatapan tak lepas dari gerak gerik si perempuan yang nampak tidak nyaman dengan posisi mereka.

"Apa perlu gue jawab? Sedangkan lo tau jawabannya ...." Perempuan itu balik menatap tajam. Keduanya pun diam, dengan masing-masing sibuk dengan fikiran mereka.

"Aku-"

"Gausah seakan-akan kita punya hubungan, gue udah capek sama permainan lo." Lirih perempuan itu dan si lelaki masih terdiam menatap.

"Lo tau gimana gue beberapa bulan ini kan?" Ujarnya.

"Aku-"

"LO JUGA TAU GUE RUSAK DAN JADI SAMPAH KARENA SIAPA?!!" Teriak Selvi tepat didepan wajah Erlan yang membeku.

"BAJIANGAN!" Umpat Selvi dengan raut wajah memerah menatan amarah.

FLASHBACK ON

Hujan turun dengan begitu deras, petir yang bersahutan dan awan hitam gelap yang menyelimuti sore kota Jakarta. Bagi sebagian orang mungkin waktu sial, karena sore hari adalah saat para pekerja kantoran maupun buruh yang pulang sehabis berkerja.

Tapi tidak dengan dua remaja yang satu ini, sore yang diguyur hujan, menikmati hujan diatas motor menjadi cara mereka bermesraan. Senyuman mengembangkan dari keduanya, ditambah jalanan yang sepi karena memang bukan jalur lalu lintas ramai.

"Sayang kamu kalo nikah pengen punya anak berapa?" Teriak sang gadis pada kekasihnya.

"8!" jawabnya singkat. Sang gadis pun tertawa mendengar jawaban itu.

"Banyak banget, itu sih enak dikamu!!" Dengus gadis itu lalu terkekeh.

"Kata siapa? Kamu juga bakal enak," balasnya tersenyum dari balik helm full face.

"Lah lahiran 8 bayi dikira enak kali! Kamu iya enak karena cuma buat doang gak ngerasain hamil apalagi ngelahirin!" Jawab jengkel sang gadis. Kekasihnya pun tertawa kembali.

"Kamu tau ...." Ucap sang pacar menggantung.

"Apa?!" Balas si gadis sedikit berteriak karena hujan.

Belum sempat mendapatkan jawaban dari sang kekasih, tiba-tiba motor yang mereka kendarai berhenti ternyata tujuan mereka sudah sampai. Sang gadis masih menanti jawaban dari pacarnya hingga selesai membuka helm dan masuk kedalam bangunan yang merupakan sebuah apartment.

"Pas buat anak pun kamu bakal enak ...." Bisik sang kekasih tepat ditengkuk basah milik gadis itu dan selanjutnya ditengah terpakunya si gadis karena perkataan kekasihnya, tiba-tiba tubuhnya terasa melayang ternyata ia diangkat ala bridal style oleh pacarnya.

Selama beberapa saat mereka bertatapan saat berada didalam lift hingga entah siapa yang memulai kedua bibir mereka sudah menyatu. Kegiatan itu terus berlanjut hingga sampai didepan apartment milik mereka.

"Ih kamu! Kalo ada yang liat gimana." Gerutu sang gadis saat menyadari situasi. Kekasihnya hanya tersenyum lalu tanpa kata membuka kunci otomatis apartment dan saat pintu terbuka mereka masuk masih dengan si gadis yang berada dalam dekapan kekasihnya.

Malam itu, saat dimana seorang perempuan dengan harapan lebih terhadap sebuah rasa. Katakanlah dia bodoh yah memang. Kehidupan yang tak pernah mendapatkan sebuah kehangatan pelukan membuatnya bergantung pada sesuatu yang tiba-tiba membuatnya nyaman.

Jika kalian menyalahkan sang gadis karena begitu mudah menyerahkan semua apa yang ia punya pada seseorang yang sudah ia gantungkan hidupnya, kalian salah. Pada dasarnya tidak ada perempuan yang ingin rusak, tidak ada perempuan yang murahan, mereka punya latar belakang dan alasan masing-masing melakukan itu. Ada yang karena alasan ekonomi, kekurangan kasih sayang dan terakhir 'cinta'. Seorang perempuan jika sudah jatuh cinta akan lebih gila dari orang tak waras, dan seorang yang membutuhkan kasih sayang akan sangat menggantungkan hidup mereka pada orang yang menurut mereka adalah sumber kasih sayangnya.

Begitu juga Selvi, dia hanya gadis yang tumbuh tanpa kasih sayang. Masa kecil Selvi tidak mudah, disaat orang tua lain berusaha membuat anaknya bahagia maka yang Selvi dapat hanya pukulan, cambukan dan tekanan. Dia harus dituntut menjadi sosok kakak yang selalu 'Perfect'. Ayah Selvi sudah meninggalkan saat dia berusia 3 tahun, dan mamanya menikah dengan seorang bujang saat dia berusia 5 tahun dan setahun setelahnya mamanya melahirkan adik kecil sekaligus sumber bencana untuk hidup. Seiring dengan berjalannya waktu orang tua Selvi mulai berubah, dia selalu dituntut menjadi pelindung yang sempurna sekaligus contoh sempurna untuk adiknya, hidupnya perlahan menghitam dan suram. Kesendirian sudah menjadi kebiasaannya, sampai hadir dimana seorang gadis cerewet berbando biru masuk kedalam hidupnya, dan kemudian seorang laki-laki yang ia anggap bisa menjadi penyelamat hidupnya, tapi sepertinya ia keliru dengan itu.

6 bulan kemudian
1 Minggu sebelum terkuaknya kehamilan Selvi

"Lan ini gimana? A-aku po-si-tif  ...." Selvi seketika lemas terduduk dilantai kamar mandi.

"Minta tanggung jawab ke selingkuhan lo lah!" Balas Erlan ketus. Kepala Selvi rasanya ingin pecah saat itu.

"Astaga Lan!! Berapa kali sih aku bilang! Aku sama dia tuh cuma temen SD dulu! Bahkan kita itu cuma ketemu karena dia pindah rumah jadi tetangga ku!!" Ungkap Selvi frustasi.

"Cih! Gue cabut." Selvi langsung mencekal kaki Erlan saat hendak pergi.

"Lan ... Kamu gak percaya sama aku? Mana? Mana katanya kamu cinta sama aku?" Selvi bangkit dari duduknya, meremas jaket berlambangkan BLACK EUGLE kebanggaan Erlan.

"Gak ada temen ciuman ....!" Tatap Erlan lurus ke depan dengan dingin.

"Plis by harus berapa kali aku bilang! Aku gak ada apa apa sama Denis! Bahkan dia udah punya tunangan!" Ujar Selvi berusaha menjelaskan.

"Cih basi!" Sarkas Erlan.

Masing masing kembali terdiam, dengan Erlan yang menatap lurus kedepan dan Selvi yang menelisik lirik mata Erlan yang nampak meragukan.

"Fine!! GUE PAHAM!" Selvi angkat bicara menjada kalimatnya.

"Yang lo permasalahin bukan siapa anak dari bayi ini! Tapi lo yang pengecut! Lo takut buat tanggung jawab kan?!" Erlan langsung beralih menatap tajam ke dalam bola mata Selvi.

"Benar kan?" Kekeh Selvi dengan miris. Erlan masih bungkam.

"Dengan lo diem aja berarti benar ... Dugaan gue bener!!" Erlan mulai muak dengan situasi, dengan sekali hentak cekalan pada jaketnya pun terlepas. Dia berjalan keluar pintu apartement tanpa melirik keadaan Selvi dibalakangnya. Selvi yang melihat itu pun menampilkan wajah pias.

"ERLANGGA BANGSAT LO!!!!!"

FLASHBACK OFF

Tatapan nyalang Selvi layangkan untuk Erlan, bayang bayang tentang tuduhan perselingkuhan tak berdasar dari kekasih-ralat mantan kekasihnya membuat emosinya mendidih.

"Kita bukan siapa siapa Erlan ...." Gumam Selvi.

"Oh berarti lo kesini mau ambil apartment lo balik? Yaudah gue bakal pindah thanks udah numpangin gue sama anak gue ." Setelah mengatakan itu Selvi mendorong keras tubuh Erlan dan berhasil melepaskan kukuhan laki-laki tersebut.

Selvi berjalan pergi kearah kamar, mengambil koper miliknya dan mulai mengemasi barang barangnya. Erlan yang melihat kejadian itu hanya bersandar tenang didepan pintu kamar. Dengan tergesa-gesa Selvi memasukan semua barang-barangnya, tak banyak memang setelah selesai dia pun menyeret koper terebut melewati Erlan, tepat saat berpapasan lengan Selvi dicekal Erlan.

"Mau kemana?" Tanya Erlan. Selvi tak menjawab, dengan tenaganya dia menyentakan cekalan Erlan hingga terlepas.

"Bukan urusan lo!" Ketua Selvi, dia kembali berjalan keluar apartment dengan langkah sedikit berlari, kehamilannya yang sudah menginjak 12 Minggu membuat dia selalu berpergian mengunakan baju-baju longgar Hoodie atau jaket.

Erlan tak berniat untuk mengejarnya, beberapa menit setelah kepergian Selvi kesadaran Erlan mulai kembali, emosinya muncul dan dia butuh pelepasan.

Brak

Bruk

Bugh

Prang

Prang

Semua barang yang ada disekitarnya habis menjadi sasaran kemarahan Erlan, seperti kesetanan tak peduli tubuhnya sudah terluka akibat pecahan kaca vas bunga yang ia lempar tadi.

Prang

Prang

"BANGSAT!!"

"PENGECUT LO ERLAN!!"

"MATI AJA LO!!!"

BUGH

BUGH

BUGH

Sampai diakhir dia menutup mata karena darah keluar dari tangan dan kepalanya.

o0o

Sementara itu seorang gadis mungil yang berada diatas ranjang dengan sang suami yang berada dipangkuannya.

"Clau ...." Panggil si suami.

"Hm?" Balasanya jengah, sebab dia tak suka dipanggil seperti itu.

"Aku mau bicara." Sang suami mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang menghadap wajah istrinya.

"Dari tadi emang ngapain kalo bukan ngomong?" Aren hanya tersenyum mendengarnya.

"Aku putus sama Amel ..." Riana hanya mengangguk-angguk ber-O ria.

"Oh doang?" Heran Aren karena penasaran.

"Ya trus harus gimana? Kan cuma pu-"

"APA PUTUS?!!" Aren mengerlingkan matanya lalu mengangguk saat melihat respon telat dari sang istri. Tiba-tiba Riana mencubit perut Aren dan rambut suaminya itu dengan brutal.

"Awww ...! Awsss ...!"

"Clau hey! hey! stop baby! Awsss ...."

"Dasar bego! Suami gak berguna! Suka nyakitin hati cewek!! Playboy! Fuckboy! Boboyboy!!" Teriak Riana sesudah puas mencubit dan menjambaki rambut sang suami.

"Lah kok kamu marah sih?" Heran Aren.

"Ya lo aja bego! Kasian Amel dasar gula Aren!!" Geram Riana menatap sosok pria dibawah sana.

"Makanya dengerin dulu penjelasan aku!"

"Gak ngapain dengerin elo!" Ketus Riana seperti bocah TK. Aren terkekeh geli melihat tingkah istrinya, sepertinya seseorang yang dulu pernah mengatai Riana perempuan gatel dan centil ini menjilat ludah sendiri hahaha.

"Sttt dengerin aku dulu ... Bukan aku yang mutusin dia, tapi dia yang mutusin aku." Jelas Aren menanti reaksi Riana.

"Heh kok bisa?!! Jelasin jelasin sejelas mungkin semua harus dijabarin seperti matematika!!" Tuntut Riana dengan rasa penasaran semakin menjadi, Aren terkekeh lalu mengangguk.


BERSAMBUNG....

#chulhatchulhatauthor

Acie cie gantung😢🤣

Maaf yah dah capek ngetik soalnya 😃

3450 world untuk part ini panjang ye wak😍

Gak nyangka udah part segini euy😢

Oh yah cerita ini bakal direvisi kok jadi tenang aja, semua part part ke gj an yang ada bakal dirombak jadi kalian juga bisa menikmati 2 versi🤗

Papay dipart selanjutnya,😽

SekianterimacintaLevi 🌚🖤

@Dadargulungijo

Continue Reading

You'll Also Like

27.1K 1.3K 37
Pergi, kembali, dan pergi selamanya. Takdir hanya mempertemukan, tanpa kebersamaan. Hanya ada kata maaf, yang lelaki itu ucapkan, sebelum pergi. Ha...
2.4K 244 60
Bagaimana bisa aku menyampaikan segala rasaku? Jika aksara telah menjadi teman sehari-hariku? Maka dari itu; Selamat datang ditulisanku, yang ku tat...
2.9K 1.1K 36
Saat hujan datang dan kamu terjebak di antara derasnya, hujan memberimu dua pilihan. Berteduh atau tetap Bersamanya. ----- Jatuh Cinta milik gadis b...
14.4K 3K 53
Syafika dituntut untuk menjadi seperti kakaknya yang sukses di dunia kerja. Dia harus meraih nilai sempurna, peringkat satu setiap semester, dan memp...