Finally Meet You Again!

By Ciasaa

6.1K 219 36

ENGGAK BISA BIKIN DESK CUYY JADI LANGSUNG CUSS BACAA AJA!!! ★★★ "Pada akhirnya takdirku tetap kamu, terimaka... More

PROLOG
1. Aidan Aksa Aldebaran
3. Markas Alvaros

2. Faizha Nayyara Aneira

504 40 6
By Ciasaa

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Assalamualaikum semuanya

Pa kabar? masih setia baca sampai part ini?

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sobat
.
.
.
HAPPY READING

🌻🌻

Kelopak mata dengan bulu lentik itu mengerjap berulang kali, menyesuaikan cahaya lampu kamar yang mulai masuk ke dalam retina matanya. Tubuh mungil itu berguling-guling di atas kasur yang sedikit keras, membuat selimut tebal bermotif kelinci semakin membungkus tubuhnya. Mendengar suara azan subuh dari mushola komplek membuatnya mau tidak mau harus segera beranjak dari tidur nyamannya.

"Assalamualaikum hari Senin, hari yang bawaannya minta di hujat!" sambutnya seraya menggeliat kecil.

Setelah beberapa menit mengumpulkan nyawa dan niatnya, gadis dengan rambut panjang bergelombang itu akhirnya beranjak dari kasur. Mengikat asal rambutnya lalu segera membereskan kasur yang semua motif sprei-nya bergambar hewan imut berbulu.

Gadis SMA bernama lengkap 'Faizha Nayyara Aneira Al-Fath' atau yang kerap dipanggil dengan nama depannya, Faizha. Kini ia sudah mulai memasuki kelas Xll semester ganjil. Gadis penyuka kelinci sekaligus tokoh fiksi itu mematikan saklar lampu kamar, sebenarnya ini masih terlalu gelap untuk dirinya mematikan lampu. Namun, mau bagaimanapun dirinya harus tetap berhemat. Faizha merupakan golongan manusia yang tidur dengan keadaan lampu menyala, atau dengan kata lain ia takut akan kegelapan malam.

Usai dengan ritual mandinya, Faizha langsung melaksanakan ibadah sholat subuh dengan khusyuk. Melihat jarum jam masih menunjukkan pukul 5 pagi, Faizha menggunakannya untuk berzikir dan membaca Alquran, sekaligus sedikit Muroja'ah hafalannya.

Selang 30 menit, Faizha berdiri dari sajadahnya. Menyimpan Al-Qur'an ke tempatnya semula lalu memutuskan untuk segera bersiap ke sekolah, mengingat ini adalah hari senin. Gadis itu menatap pantulan dirinya di cermin dengan senyum lebar yang tercetak jelas di bibir merah muda alaminya. "Semangat memperbaiki diri Faizha, biar jodohnya spek gus-gus yang ada di wattpad!" gumamnya pelan.

Faizha akui bahwa dirinya bukanlah wanita sholehah, tetapi ia ingin sekali Istiqomah dalam tahap hijrahnya ini. Ia berharap suatu saat akan ada seorang gus muda yang datang mengkhitbahnya, lalu mampu menjadi imam yang siap membimbingnya menuju surga Allah. Ekhmm iya, itu adalah haluan Faizha hampir setiap hari.

Faizha masih setia menatap dirinya di cermin. Dimana ia mengenakan baju seragam yang tidak mencetak lekuk tubuhnya dan di padukan dengan hijab putih segi empat yang menutupi helaian rambut indahnya yang akan menimbulkan dosa jika tetap di biarkan terbuka. Sebagai seorang muslimah ia harus menaati aturan agamanya, yaitu menutup aurat.

Sebagaimana firman Allah yang terdapat pada Q.S. al-Ahzab/33:59

Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah SWT. Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Selain tingkat kehaluannya yang sudah mencapai stadium empat, Faizha juga anak yang ceria, ceroboh, bandel, dan terbilang cukup keras kepala. Tetapi di balik itu semua Faizha juga merupakan seorang perempuan yang mempunyai hati selembut sutra.

Tingg

Faizha menyudahi acara menatap dirinya di cermin mendengar suara notifikasi dari ponselnya. Segera ia raih benda pipih tersebut dan menekan room chat grup yang menampilkan beberapa pesan.

"Yes!! kagak upacara, merdeka banget Senin ini!" pekiknya girang dengan tangan kiri yang terangkat meninju angin, karena pesan yang ia baca barusan adalah pesan dari salah satu anggota OSIS di kelasnya.

Faizha meraih tas, lalu segera berjalan meninggalkan kamarnya menuju dapur. Ia harap masih ada sisa makanan di dalam kulkasnya. Senyum yang terpatri di wajahnya perlahan memudar begitu sampai di dapur, melihat tidak ada satu makanan pun yang tersisa, ia hanya menemukan sebotol air putih di dalam kulkasnya.

Faizha beralih menatap saku seragamnya, merogoh isinya dan hanya menemukan pecahan uang dua puluh ribu di sana. "Kalo ke sekolah pake ojeg pasti langsung abis," gumamnya dengan wajah cemberut. Itu adalah sisa uang yang ia punya.

Merasa tidak ada lagi hal yang harus di lakukan di rumah, Faizha memutuskan untuk tetap berangkat lebih awal. Tetapi mungkin nanti akan lama ketika menunggu angkutan umum.

Faizha menutup pintu rumah kontrakannya dengan satu helaan napas yang keluar. Faizha hanya tinggal seorang diri di kontrakan kecil ini sejak kelas dua SMP. Biasanya akan ada sang kakek yang melambaikan tangan ketika ia akan berangkat ke sekolah. Tetapi sekarang tidak ada lagi sosok ringkih yang mengantarnya sampai ambang pintu.

Kakek yang merawatnya sejak ia masih berumur 5 tahun sudah pergi menghadap Tuhan karena penyakit tua. Sedangkan orang tuanya, ia bahkan tidak tahu kabar keduanya. Mereka berpisah karena sebuah kecelakaan yang samar-samar masih terekam di otaknya yang minim itu.

Bahkan sampai sekarang ia tidak mengetahui bahwa kedua orangtuanya selamat atau tidak. Jikapun selamat ia tidak akan bisa mengenali wajah mereka, karena pahatan wajah kedua orang tuanya perlahan memudar dari ingatannya. Hanya saja, nama mereka masih bisa Faizha ingat dengan baik. Akan tetapi di dunia ini tidak hanya satu dua orang yang memiliki nama seperti orang tuanya, membuat gadis itu bertambah sulit untuk menemukan dua orang yang menghadirkan dirinya berada di dunia ini.

Faizha mengelap peluh yang keluar di pelipisnya, perjalanan antara komplek rumahnya dengan halte jalan raya cukup jauh.

"Mang lama banget si!" omel Faizha pada tukang angkot yang tentunya tidak memiliki salah. Ia duduk nelusup di antara jok pengemudi dan satu ibu-ibu di samping kirinya.

"Siang banget neng," tanya ibu-ibu berbadan besar yang duduk di sebelah Faizha.

"Masih pagi ini mah bu--" Faizha menyalakan layar ponselnya untuk melihat jam. Begitu menyala, seketika matanya melotot. "ALLAHUAKBAR UDAH JAM 7 KURANG LIMA MENIT?!"

Sepertiga penumpang angkot terperanjat kaget mendengar pekikan tadi.

"Mang cefatt mang! saya udah telat." Faizha menepuk pundak supir angkot.

"Angkot butut mana bisa cepet neng, kalo mau naik burok aja!"

"Emang masih ada?" Faizha malah menyahut ucapan supir angkot yang ngelantur tadi.

Tidak ada sahutan yang terdengar, Faizha bergerak gelisah dengan pandangan ke arah depan. Kenapa perjalannya terasa sangat lama sedangkan waktu terus berjalan.

"Mang kiri aelahh!!" Faizha hampir kembali memukul pundak sang sopir ketika sekolahnya hampir terlewat. Ia segera memberikan uang ongkos, seraya berucap. "Lain kali sambil teriak mang, biar gak ada yang keblabasan. Kalo perlu di setiap tempat, mau itu pasar, rumah makan, parkiran, kafe, seko--"

"Mau turun gak neng, atau mamang angkut ke tempat pembuangan sampah?" jera supir tadi.

Faizha menampilkan senyum kuda, menganggukkan kepalanya sopan kepada penumpang lain sebelum beranjak dari duduknya.

Faizha bangkit dari duduknya dengan setengah badan membungkuk. Melihat satpam sekolah yang akan menutup gerbang membuat Faizha ingin segera turun dari angkot. Sampai-sampai ia tidak memperhatikan bahwa ada kursi kecil terbuat dari kayu yang berada di dekat ambang pintu angkot.

Gedubrakk

Faizha nyusruk ke luar angkot dengan posisi tengkurap, keningnya berhasil di cium oleh aspal dengan romantisnya. Beberapa detik, Faizha tidak merubah posisinya membuat penumpang yang lain ikut meringis pelan.

"Pingsan aja kali ya," ucap Faizha dalam hati, masih dalam posisi tengkurap.

DIA MALU WOYY!!

★★★

"Al-fatihah......" final Faizha setelah menyelesaikan sesi curhatnya.

Kedua gadis dengan otak yang sama rata itu memejamkan mata, menuruti instruksi dari gadis yang sudah lebih dulu menutup mata. Mulai membaca surat Alfatihah dalam hati.

"Kok gue gak hapal?" gadis dengan rambut sebahu itu membuka sebelah matanya, menyeletuk heran. Tertulis name tag yang tepasang di seragamnya Alica Kristiani, panggil saja dia Ica. 'A'- nya lima juga tidak apa-apa.

Satu tangan mendarat tepat di bagian belakang kepala Ica dengan mulus. "Lo Nonis, ogeb!"

Ica menatap horor Anya yang melakukan tindak kekerasan barusan.

"Terus rencana Lo gimana?" tanya Anya beralih menatap Faizha yang nampak lesu. Seperti orang tipes.

"Nikah sama Gus muda!" jawab Faizha sekenanya.

Anya maupun Ica memutar bola matanya jengah. "Gue serius nanya ya, Zha! jangan sampe gue punya pikiran ceburin lo ke jembatan ungu!" sungut Anya sedikit bercanda.

Faizha tertawa pelan, jujur saja ia tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan sekarang. Masalahnya sudah banyak, ekonominya sudah sulit dan sekarang ia malah di pecat dari restoran tempatnya berkerja satu minggu yang lalu. Sudah di pastikan, seminggu kemudian pasti ia akan di usir dari kontrakan.

"Malah nyengir lo!" Ica ikut dibuat frustasi dengan sahabatnya ini. "Ya patut aja si lo sering di pecat, yaa gimana ya. Sebenarnya gue pengin boong, tapi kata bapa, boong itu tidak baik. Jadi izinkan saya disini untuk berbicara jujur dari hati yang paling dalam."

Alis Faizha menukik, mencium bau-bau asam.

"Ya gimana nggak di pecat orang lo cerobohnya minta ampun dah! mana tahan bos-bos lo itu,"

Tuh kan, Faizha sudah membatin. Ia menatap tak minat ke arah Ica yang mengeluarkan kata-kata nyelekit barusan. Meskipun itu sudah seratus persen benar.

"Udah berapa kali coba lo kerja terus di pecat?"

Meskipun tak ingin mengingat, tetapi secara otomatis otaknya kembali memutar kejadian-kejadian pada saat itu.

"Nggak inget lo?" Anya kembali membuka suara. "Sini gue ingetin,"

"Pertama, saat Lo kerja di toko bunga. Ada mas-mas yang mau beli bunga buat nembak ceweknya malah lo kasih bunga kantil. Mana mas-mas satu server lagi sama lo, jadi main percaya-percaya aja. Waktu udah di tolak sama ceweknya malah dia komplain ke tokonya kalo lo kerja gak becus."

"Kedua, waktu lo jadi kurir. Sok-sokan mau bawa motor, padahal Lo belum katam udah main bawa barang banyak aja. Nyunsruk dah tu ke got sampai-sampai badan lo kayak abis mandi kembang bidadari."

"Ketiga, waktu lo jadi penyedot W-"

Faizha menutup telinganya seraya menggeleng keras. "Cukup miskah, Jangan kau ungkit-ungkit masa lalu itu lagehhh!"

Memang ya, dua sahabatnya itu 11 60 dengan guru sejarah. Masa lalu saja harus di ungkit-ungkit!

Masih dengan mulut yang menganga akibat menggantung Kalimatnya tadi. Anya dengan kaku menutup paksa mulutnya kembali.

"Dan yang kali ini, bisa-bisanya lo nabrak orang dan buat hp mehongnya rusak?" Ica menggelengkan kepalanya tidak menyangka. "Ck ck ck,"

Faizha mendengus mengingat kejadian seminggu yang lalu. "Padahal cowok itu nyuruh pak Aryo buat nggak mecat gue. Biar gue sendiri yang tanggung jawab, tapi emang omongan laki gak bisa di pegang! contohnya pak Aryo, dia udah nge-iyain malah waktu gue izin pulang dia nyuruh buat gue nggak balik lagi!"

"Terus lo udah tanggung jawab sama cowok yang Lo tabrak?" tanya Ica.

"Lo pikir? duit dari mana gue!" sahut Faizha.

Anya dan Ica menatap melas ke arah sahabatnya, seluk beluk gadis itu sudah keduanya ketahui. Dari yang tidak mengetahui kabar kedua orangtuanya, kematian kakek yang merawatnya, sampai-sampai perjuangan gadis itu untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya dari jaman SMP.

"Zha," Faizha menaikkan sebelah alisnya mendengar panggilan dari Anya

"Kali ini kita aminin doa lo yang pengin nikah sama gus muda kaya raya!"

Mata Faizha berbinar dengan lengkungan indah yang tercipta di bibirnya. "Aamiin Ya Allah, aaaa maacih cayang cayangnya Izha!!" Faizha memeluk kedua sahabatnya, mengacuhkan suasana kelas yang kaduh karena jamkos.

"Sama si itu kagak aamiin, Zha?"

Tukk!

★★★

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dua menit yang lalu. Faizha bersama kedua sahabatnya berjalan kearah gerbang sekolah, ketiganya tertawa lepas akibat dari cerita random Ica.

Langkah ketiganya terhenti ketika ada seorang laki-laki yang menghalangi jalan mereka, lebih tepatnya menghalangi Faizha yang berjalan di posisi tengah. Perlahan laki-laki itu berjongkok di depan Faizha dengan satu lutut yang bertumpu pada tanah.

"Faizha, lo mau nggak jadi pacar gue?"

Laki-laki dengan seragam SMA itu mengulurkan setangkai bunga mawar dan boneka panda, karena suasana pulang sekolah yang tentunya menjadi waktu paling ramai membuat ke empat orang tadi menjadi pusat perhatian.

Banyak dari siswa siswi yang menyoraki dan mendukung untuk Faizha menerima pernyataan cinta dari laki-laki yang masih setia berjongkok di hadapan gadis itu.

Terima

Terima

Bakal jadi pasangan terfavorit sih ini mah

Yang satu badboy dan yang satunya imut girl.

Terimaaaa

Aelahh paling di tonjok si kayak sebelum-sebelumnya

Nyawanya ada simpenan makannya berani nembak cewek itu

Faizha tak menggubris celotehan yang terdengar di sekelilingnya, gadis itu tersenyum sinis. Ia menatap laki-laki yang kini tersenyum lebar ke arahnya. Tanpa ba-bi-bu, Faizha menarik kerah seragam cowok itu.

"Berani lo ngajak gue pacaran?"

BUGHH!

.
.

.
TBC

Salam dari Jateng
23 Mei 2023

Continue Reading

You'll Also Like

788K 51.9K 45
(SEBAGIAN CAPTER DI FRIVAT FOLLOW DULU AGAR BISA MEMBACA!) Kodrat seorang perempuan adalah dikejar bukan mengejar. Tapi berbeda dengan Thiya ia meng...
4.1K 382 49
Follow dulu author nya! PLAGIAT DI HARAP MENJAUH‼⚠❗❗ _________________________________ Athena Senja Maharani nama indah orang nya pun indah. Senyum y...
15K 1K 17
"Gerbangnya sudah ditutup ya?" "Iya, Tan, sudah. Kalau Tante mau masuk dari meja piket aja." "Yaudah. Makasih ya, Nak. Kalau begitu Tante duluan, ass...
69.3K 2.1K 35
Bagaimana jadinya jika gadis bercadar menjadi istri seorang King Mafia bernama Arvind Alden Jourell atas dasar pembalasan dendam sang mafia? Arumi N...