Unless You

By Pandayusy

167K 3K 29

[ON EDITING] Aku kembali. Kembali untuk memenuhi janjiku. Kembali untuk menemui lukaku. Kembali untuk mel... More

Tingtong-
1. Come back
2. Welcome to Home.
3. Hi luka, aku kembali.
4. I am shocked
6. ROLLER COASTER & ICE CREAM
7. LONG TIME NO SEE
8. RASA DAN WAKTU
9. TERDALAMNYA SEBUAH LUKA
10. DIBALIK SEBUAH PERMINTAAN
11. BERTEMU UNTUK MERELAKAN
12. PELUKANMU

5. MENGHINDAR ASA

5.4K 231 1
By Pandayusy

"A..raa?" Perempuan yang begitu cantik itu tidak bisa menutupi rasa kagetnya begitu melihat sahabatnya yang sudah pergi bertahun-tahun ada di hadapannya.

"Ri..ani?" Ucap Ara terbata, masih tidak bisa mengerti mengapa Riani ada di sini.

Riani pun tersenyum dan langsung berlari kecil. Dia sangat begitu merindukan temannya yang kuat namun rapuh di dalam hatinya.

"Lo kenapa ga ngabarin gue datang Ra? Gue kan bisa jemput lo."

"Gue kemarin baru datang. Dan cuman Ori aja yang jemput. Gue belum kasih tahu siapa-siapa gue datang ri," jelas Ara.

"I miss you so much my bestfriend. You look so pretty."

Riani melepaskan pelukan dengan Ara. Dan mengusap air mata yang menetes di pipinya. Begitu rindu dengan sahabatnya yang ini. Sampai tidak tahu harus bagaimana.

"You too my bestfriend."

Ara hanya tersenyum.

"Duduk sini. Kok lo ada di sini ri?" Tanya Ara dengan seribu pertanyaan yang bergumul di kepalanya.

"Ori belum jelasin ke lo?" Tanya balik Riani.

Ara hanya menggeleng, tapi ia langsung mengerti.

"Lo pacaran sama kakak gue?"

Riani tidak menjawab hanya tersenyum. Dan Ara sudah bisa mngerti maksud dari senyuman Riani.

"Kenapa Ori ga bilang sama gue ya? Lihat aja. Nanti gue balas sih. Gue jambak sekalian rambutnya."

"Hahaha, lo masih aja begitu Ra. Boleh jambak aja, gue dukung kok. Emang kadang kakak lo itu bener-bener nyebelin sampai gue ga tahu lagi harus marah kaya gimana. Atau ngambek kaya gimana biar dia ga nyebelin."

Mereka berdua pun tertawa lepas. Dan membahas hal yang tidak saling mereka ketahuin selama beberapa tahun terakhir ini. Karena Ara memang memilih untuk melepaskan semua saat ia berada di Negeri orang. Meski ia tahu hanya akan menyakiti untuk orang yang ada di sekitarnya.

"Jadi sekarang lo ga bakal balik ke sana Ra?" Tanya Riani.

"Maybe, gue udah bakal stay di sini Ri. Kasian juga Ayah sama Bunda. Bukannya udah cukup gue berkelana?" Tanya Ara balik.

Riani hanya tersenyum dan mengusap rambut sahabatnya.

"Jadi kalau lo kabur-kaburan lagi. Gue jamin, gue sama Ori bakal jambak rambut lo ini. Terus rencana lo apa sekarang Ra?"

"Gue mau cari kerja di sini. Bagaimana sama kerjaan lo Ri?"

"Yah, lo tahu. Gue sekarang coba kerja di kantor bokap. Tapi gue ngerintis dari bawah. Gue gamau aja, nanti di kantor karena di pandang sebagai anak owner bisa langsung tiba-tiba di posisi yang you know lah." Jelas Riani.

Ara hanya mengangguk. Sebenarnya juga kalau dia berencana kerja di kantor Ayahnya bisa saja, tapi entah kenapa Ara juga tidak mau langsung. Ia mau mencoba mencari kerja yang lain sendiri.

"Gimana kalau lusa lo ikut gue aja? Gue rencana mau ke kantor kakak gue. Dia kerja di Firma hukum gitu. Siapa tahu ada kenalan. Gue juga yakin, kakak gue senang ketemu sama lo. Udah lama juga kan?"

"Oke, nanti lo kabarin aja. Gue juga belum ada janji atau acara apa-apa."

Dan sambil menunggu Ori yang kembali, mereka berdua pun mengobrol kembali. Dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Begitu banyak rindu yang mereka rasakan.

*

Di tempat lain, Ori yang sudah selesai dengan memeriksa pasiennya berjalan menuju ke ruangannya kembali. Dalam hatinya, ia sudah menebak bahwa kekasihnya sudah bertemu dengan adiknya. Yah, kekasihnya yang sekaligus adalah sahabat dari adiknya. Perempuan yang berhasil buat dia menjadi 'apa adanya'.

"Hei!" Tepukkan pada pundaknya membuat Ori menoleh dan tersenyum. Laki-laki yang buat adiknya harus merintih dengan luka kini ada di hadapannya.

"Eh lo kay, kenapa?"

"Gapapa, lo abis check pasien?"

"Iya. Lo mau kemana? Kelihatannya mau balik." Tanya balik Ori saat melihat Ori tidak mengenakan jas putih khas dokter yang biasanya digunakan.

"Iya, ini gue mau balik. Kakak gue hari ini baru datang dari Australia. Rencana gue sama Vera mau jemput."

"Oh, yaudah sana. Vera udah nunggu lo kan?"

Kay pun mengangguk dan berjalan duluan. Ori hanya tersenyum dan melambaikan tangannya. Ori hanya tersenyum dengan bayangan Kay yang semakin menjauh.

Laki-laki dihadapannya tadi, adalah laki-laki yang buat adiknya terluka. Seharusnya ia marah, namun dia tidak bisa. Karena dia tidak akan pernah bisa memaksakan hati Kay untuk memilih adiknya. Dia juga tahu, bahwa sebenarnya Kay sayang dengan adiknya. Bahkan sangat sayang. Hanya bukan sebagai wanita, melainkan sahabat.

Semenjak kepergian Ara beberapa tahun lalu, ia tahu bagaimana Kay selalu menunggu kabar dari adiknya. Dan mengerti juga, bahwa Kay sangat merasa bersalah. Untung ada Vera, wanita yang dipilih oleh Kay yang sampai saat ini setia menemani.

Kay selalu menanyakan kabar adiknya. Yang selalu dirinya jawab apa adanya. Dia hanya tidak mau menyakiti siapapun. Ori mengerti keadaan Kay. Hanya saja dia juga tidak bisa membela bahwa Kay benar. Dan juga tidak bisa menyalahkan Kay. Karena hati tidak akan mengerti kemana akan berlabuh pada akhirnya.

Saat tiba di depan pintu, Ori mendengar 2 suara perempuan yang ia sayangi bercengkrama. Ori pun tersenyum dan membuka pintu.

"Duh yang udah asik kumpul. Yang baru datang mah dianggap angin," canda Ori.

"Hahahaha, baru sadar kak cuman angin?" balas Ara.

"Oh jadi gitu nih sama kakak? Oke, pulang sendiri."

"Dih, laporin Bunda sama Ayah nih." Ara berpura-pura cemberut dengan kakaknya.

Ori tertawa kecil dan menghampiri mereka. Memilih untuk duduk di sebelah Riani, tidak ketinggalan dengan ritualnya. Mengecup kening Riani.

"Oi, di sini ada orang. Bukan berdua doang."

Ara semakin kesal dengan tingkah sok romantis kakanya tersebut.

"Sirik cie, sirik," ledek Ori.

"Bodo. Ga peduli wek," balas Ara.

"Udah sih kalian. Ribut terus, nanti kalau ga ada salah satunya aja ada yang nangis." Sela Riani. Ara sedikit melotot, siapa yang nangis?

"Jadi kakak gue nangis Ri? Pas gue ga ada? Tuh kan benar feeling gue. Ga mungkin kalau dia ga nangis. Kan cengeng, orang dia aja sampai berantem sama Renan gara-gara mau ikut gue. Wuu cengeng wuu. Ori cengeng."

Ara semakin meledek Ori dan tertawa.

AW!

"Dih curang. Mainnya jambakan. Payah." Ara mengaduh, rambutnya yang sedikit ditarik kakaknya. Dia pun memikirkan balasan dengan melepas sepatu nya. Lalu melempar ke ara Ori.

"Hahahha syukurin!"

Ara pun berlari begitu tahu sepatunya dengan mulus mengotori celana Ori.

"Heh Ara! Sini, awas lu ya!" Ori sedikit berteriak. Dan Ara tidak mau kalah, memilih untuk bangkit dan berlari.

Akhirnya terjadinya mereka berdua saling balas di dalam ruangan itu. Riani hanya geleng-geleng dan tersenyum. Bahagia juga akhirnya kekasihnya bisa merasa bahagia tanpa rindu kembali dengan sang adik.

"Ra," panggil Riani.

Ara pun berhenti mengejar kakaknya termasuk dengan Ori. Ia mengerutkan keningnya.

"Kenapa ri?" Tanya balik Ara.

"Lo ga mau ketemu sama Kay? Dia selama ini nunggu lo. Kayaknya dia ngerasa bersalah gitu sama lo."

Tubuh Ara kembali menegang. Lukanya kembali terbuka. Bayang-bayangan indah yang ada di kepalanya kembali meluap.

"Ra? Lo fine?" Riani merasa bersalah dengan menanyakan itu. Tapi dia tidak mau sahabatnya ini terus menghindar.

"Kay kerja di rumah sakit ini Ra. Gue pikir lo udah waktunya buat ketemu sama Ori. Jangan selalu menghindar ra, coba untuk hadapi. Gue tahu lo kuat." Jelas Riani. Ia pun bangkit dari sofa dan berusaha menghampiri Ara.

Tapi tangan Ori melambai, menandakan untuk tidak menghampiri Ara. Riani sudah paham, Ara akan kembali tumbang. Ia tahu luka itu terbuka, tapi ia harus bisa membiasakan Ara untuk merasakan luka.

Ori memilih menghampiri Ara, namun hanya tinggal 1 langkah lagi.

"Stop di sana kak. Jangan ke sini dan jangan samperin gue."

Hanya 2 kalimat itu yang terucap dari Ara. Dia pun berjalan ke arah meja di mana handphone dan tas kecilnya ada.

"Gue pergi dulu Ri, see you lusa."

Ara tersenyum dan memilih langsung pergi. Ori tidak lagi menahan adiknya. ia tahu adiknya perlu waktu untuk membiasakan ini. Ia juga merasa bersalah mengajak adiknya ke sini dengan tujuan untuk bertemu Kay.

"Ra.." Panggil Riani. Namun tubuh Ara sudah menghilang di balik pintu.

"Sst.. udah bairin aja dulu Ara sendiri. Kita ga bisa maksain dia. Hanya kita bisa buat dia pelan-pelan belajar Ri." Jelas Ori dan memeluk tubuh Riani. Riani hanya mengangguk.

Sementara di lorong rumah sakit, Ara sesekali mengusap air mata yang keluar dari matanya. Dia tidak tahu kenapa. Tapi pertanyaan Riani tadi benar-benar menusuk. Apalagi ia mendengar dengan sangat jelas bahwa Kay berkerja di rumah sakit ini. Yang berarti itu ada kesempatan bukan untuk bertemu Kay?

Dia tahu bahwa untuk selalu menghindar tidak ada gunanya. Tapi saat ini hatinya benar-benar merasa belum siap untuk bertemu. Juga, masih terlalu rentan dengan luka yang begitu dalam ada di hatinya.

Hanya sebuah pilihan yang menurutnya, menghindar Asa yang ada di mimpinya. 

Continue Reading

You'll Also Like

6M 311K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
448K 49.5K 46
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
879K 2.8K 14
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
2.9M 23.1K 45
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...