Unjuk Rasa ✔️

By sindinur_

1K 536 336

[TERBIT] ✔️ Akan kuunjukkan rasa yang menggelora dalam hati ini agar kamu tahu seberapa besar rasa ini, Wahai... More

Prolog
Bab 1 || Gramedia
Bab 2 || Mengintit
Bab 3 || Pagi Di Koridor
Bab 4 || Salah Lihat?
Bab 5 || Merasa Aneh
Bab 6 || Dia, Bidadari Hati Gie
Bab 7 || Tertunda
Bab 8 || Kenapa?
Bab 9 || Pupus Cinta
Bab 11 || Salah Orang
Bab 12 || Pangeran Hati Katanya
Bab 13 || Upah
Bab 14 || Bukan Aku!
Bab 15 || Rencana
Bab 16 || Terkabulkan
Bab 17 || Dalam Tiga Bait
Bab 18 || Makna Tersirat
Bab 19 || Di Bawah Naungan Senja
Bab 20 || Kejar Terus
Bab 21 || Ada Apa Dengan Afiqa?
Bab 22 || Mimpi Buruk
Bab 23 || Mencari Tahu
Bab 24 || Jadi Tukang Pantau BMKG
Bab 25 || Usaha Membantu
Bab 26 || Memulai
Bab 27 || Ketahuan
Bab 28 || Dua Opsi
Bab 29 || Tanya Hati
Bab 30 || Dengan Sederhana
Bab 31 || Pemuda Agen Modus
Bab 32 || Malam Perpisahan
Bab 33 || Kembali Unjuk Rasa
Bab 34 || Sebelum Itu ...
INFO PRE ORDER

Bab 10 || Lho, Kok, Ada Dua?

22 17 14
By sindinur_

Menghindari sosok pengacau hidupnya, Akmal berangkat lebih pagi dari biasanya. Pukul enam lebih delapan belas menit ia sampai di parkiran sekolah. Hal ini, dilakukan untuk menjalankan agenda yang sempat tertenda, yaitu mengunjungi Afiqa.

Memperhatikan wajah dari pantulan spion motor, pemuda itu merapikan raambut yang sedikit acak-acakan akibat memakai helm.

Sesuai tips dari Dafa kemarin, Akmal mengikutinya untuk menggunakan motor Vespa milik papanya dulu. "Mungkin si Afiqa gak mau karena elo pake motor gede. Kan, susah naiknya." Itulah yang dikatakan oleh Dafa.

Pagi ini, Akmal sudah sarapan di rumah. Mamanya sampai kaget karena ia yang sarapan lebih dulu dan berangkat cepat, mungkin merasa aneh.

Menyampirkan ransel di pundak kanan, pemuda itu berjalan santai sambil sesekali  bersiul-siul, kedua tangan masuk ke dalam saku celana.

Baru ada beberapa saja murid yang datang, membuat suasana koridor terlihat lengang. Seorang Bapak petugas kebersihan sekolah tengah memungut sampah di koridor, langkahnya membawa mendekat pada Pak oji, begitu beliau disapa.

"Saya bantu angkut ke belakang, ya, Pak." Akmal mengangkat tempat sampah berukuran cukup besar untuk dibawa ke belakang sekolah.

"Eh, Nak Akmal, gak usah. Nanti bajunya kotor," cegah Pak Oji. Akmal hanya balas tersenyum lalu berjalan membawa tempat sampah yang terisi hampir setengahnya.

Saat berbalik badan usai menaruh tempat sampah tersebut, Akmal mendapati Pak Oji tengah menyapu.

"Pak, saya gak bantu nyapu, ya. Males kalo nyapu daun gitu, kapok," katanya. Ia jadi teringat kejadian tempo hari saat menyapu di taman belakang. "Saya duluan, Pak."

"Terima kasih, Nak."

Sebelum menuju kelas, Akmal lebih dulu memasuki kamar mandi untuk mencuci tangan di wastafel sambil memperhatikan wajahnya lagi di cermin.

"Heran, kenapa takut sama yang ganteng?"

***

Sampai di kelas, Alfira langsung ditarik oleh Amel agar menemani perempuan  berambut panjang itu sarapan di kantin lantai dua.

"Fiqa ... aku dipaksa ini," adunya pada Afiqa membuat Amel berdecak.

"Ayolah, bentaran, Fir." Mau tak mau, Alfira pun menurut saja apalagi Afiqa juga menangguk.

Sepeninggal dua temannya, Afiqa membuka novel yang belum selesai dibacanya. Tak memperdulikan teman-teman yang masuk, perempuan itu asik dalam lautan fiksi. Bahkan kehadiran seseorang di sisinya, tak membuat perempuan berpipi chubby itu menoleh.

"Hai Afiqa?" Sapaan itu sama sekali tak mendapat respon. Namun, si penyapa tak akan menyerah. "Selamat pagi, Afiqa."

Kali ini, kepala yang berbalut kerudung instan warna putih itu bergerak ke kiri di mana suara itu berasal. Afiqa tertegun melihat sosok Akmal berdiri di sisi mejanya lengkap dengan senyum andalan.

"Pagi yang cerah, saya bawakan cokelat untuk menemanimu hari ini." Tangan kanan yang dilingkari jam hitam terulur menaruh satu batang cokelat di atas meja Afiqa.

"Afiqa?" Akmal memanggil, tetapi Afiqa malah menunduk. "Saya manggil kamu, lho. Masa dikacangin terus?"

Akmal berdiri dengan satu tangan bertumpu pada meja dan satunya lagi masuk ke dalam saku celana. Manik mata hazelnya terfokus pada Afiqa. Haduh, harus dengan cara apa agar Afiqa mau mengucapkan satu kalimat saja? Yang tahu, tolong bisikan pada Akmal. Sungguh ia ingin kembali mendengar suara lembut milik sang bidadari hati.

"Assalamu'alaikum, Afiqa. Perempuan cantik nan baik hati, saya Akmal Syahril Mutazan datang ingin bertemu dan berbincang denganmu. Apakah bisa dilakukan sesi berbincangnya? Tolong dijawab, ya, Nona."

Mulut Afiqa terbuka membuat Akmal berharap akan ada satu kalimat indah yang lolos dari sana. Namun ekspetasi hanya berujung ilusi semata. Harapan itu pupus saat mendengar suara itu.

"Wa'alaikumsalam."

Rupanya perempuan itu hanya menjawab salam, kepala Akmal rasanya berdenyut. Ya Allah ... susah sekali memancing perempuan tambatan hati untuk berbicara banyak.

Mengedarkan pandang, menelisik ke semua sudut kelas yang mulai ramai murid. Mencari topik apa yang bisa membuat perbincangan mereka terjalin indah sesuai angan.

"Oh ya, kalo boleh tau, cowok yang kemarin di toko itu siapa?" Afiqa mengangkat dua pundak menanggapi pertanyaan itu tanpa mau menatap lawan bicara. Fokusnya tertuju pada cokelat di atas meja.

"Niat banget." Afiqa membatin. "Siapapun, tolong aku ... suruh dia keluar ."

Tak ada jawaban setelah menunggu beberapa saat. Akhirnya Akmal hanya mampu mengembuskan napas pasrah, bahunya merosot lesu.

"Wey, pagi-pagi udah ada tamu."

Dafa datang dan langsung mendekat. "Gimana berhasil?" bisiknya.

"Stuck, gak respon. Cuma jawab salam doang," keluhnya yang dibalas ledekan oleh Dafa.

"Lo salah ngomong kali, makanya dia diemin." Dafa merangkul bahu temannya agar sedikit menjauh dari meja Afiqa.

"Mana ada? Gue udah ngomong bener tadi," sanggah Akmal yang memang dia merasa tak ada yang salah dari ucapannya.

"Ya, berarti dia males ngomong sama elo!" Satu tinjuan mendarat di lengan Dafa.

"Heh, ngapain pagi-pagi masuk ke orang?" tegur Amel sekembalinya dari kantin. Perempuan itu memandang Akmal yang berdiri menghalangi jalannya menunju tempat duduk.

"Mengunjungi calon bidadari hati gue lah," sahut Akmal cepat. Sontak Amel tertawa.

"Haha ... ini kelas bukan kayangan! Udah minum obat belum?" ejeknya membuat Akmal menggeram. Ingin rasanya menjahit mulut ceplas-ceplos itu agar diam.

Mata Akmal menangkap keberadaan seseorang di belakang Amel lalu menoleh ke samping di mana ada Afiqa duduk. Mengerjapkan mata beberapa kali kemudian menatap dua objek itu bergantian. Demi memastikan penglihatannya salah, Akmal sampai mengucek mata.

"Bentar, dia siapa?" Tunjuknya pada Alfira dengan raut wajah heran yang tak bisa ditutupi. "Kok, mirip Afiqa?"

Kontan pertanyaan Akmal membuat semua mata tertuju pada dua orang yang dimaksud. Kemudian tatapan mereka tertuju pada Akmal.

"Ya jelas miriplah!" sahut Amel.

"Jadi?" Akmal masih bingung, otaknya mendadak lemot mencerna apa yang dilihatnya sekarang.

"Lho, kok, ada dua?"

"Bentar-bentar, ini gimana, sih?" Nampaknya pemuda itu mulai frustrasi. "Gue yang salah atau gimana?"

"Emang kamu gak tau? Ini, kan, Alfira, kembaran Afiqa." Pernyataan dari Naya memberi titik terang di otak Akmal. Naya merangkul lengan sosok yang bernama Alfira.

"Hah, kembar?"

***

Malam Minggu ini, double up, dong. 🤩  Nemenin kalian yang malam Minggu rebahan di kamar wkwk.

Jadi gimana? Alfira sama Afiqa itu kembar tauuuu haha. Pegangin Akmal, takut pingsan karena terkaget-kaget. 🤣🤣

Jangan lupa setor vote, yaaa.

Jumpa lagi kaoan-kapan. 👋

Udah liat video di tiktok sama Ig Sinsin? Kalo belum, yuk, liat. Jangan lupa di like dan follow, ya. ✨

Papay! 👋

Planet Bumi, 05 Februari 2022

Continue Reading

You'll Also Like

4.2M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
2.6M 143K 63
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
1.1M 45.6K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
646K 25.1K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...