Evil Sister In Novel BL(REVIS...

By lostIsland_17

319K 46.1K 2.2K

Emmalya de Lacrux si antagonis terkejam dalam sebuah novel bl, light in the night, sekaligus kakak angkat yan... More

S A T U ||• 1
D U A||• 2
pengumuman
T I G A||• 3
E M P A T||• 4
L I M A||• 5
E N A M||• 6
T U J U H||• 7
D E L A P A N||• 8
S E M B I L A N||•9
S E P U L U H||• 10
S E B E L A S ||• 11
D U A B E L A S||• 12
++++
T I G A B E L A S||•13
E M P A T B E L A S||•14
L I M A B E L A S||• 15
E N A M B E L A S||• 16
T U J U H B E L A S||• 17
D E L A P A N B E L A S•||18
S E M B I L A N B E L A S||• 19
D U A P U L U H S A T U||• 21

D U A P U L U H||•20

7.4K 1.1K 78
By lostIsland_17

Haii!

Akhirnya setelah sekian purnama aku bisa up, maaf buat kalian nunggu lama banget dan terimakasih tetap setia ❤️❤️❤️

Dan maaf kemungkinan gaya bahasaku bakal berubah... :")

Selamat membaca!!!

•••

Getir...

Gadis itu tertawa dengan indahnya, namun tak ada lagi kehangatan yang singgah dihati Ale, yang tersisa kini hanya ada rasa pahit yang menyumbat kerongkongannya.

Sosok Emmalya dihadapannya memang tak berubah. Wajah, garis mata dan bibir yang halus mencerminkan kecantikan lembut, serta Rambut steel pink yang khas Emmalya, tapi sepasang mata zamrud yang kini terasa asing bagi Ale, membuat pemuda bersurai perak itu tertegun saat rasa yang tak asing lagi menerpa panca inderanya. Ale mulai was-was saat langkah gadis itu yang mendekatinya.

"Kau tak pernah berubah ya, Aleandro," Emmalya tersenyum tipis, "tetap menjijikkan seperti dulu."

"kau juga tetap sama kak," jawab Ale berusaha setenang mungkin, samar senyum kecut tercipta dibibirnya.

Raga, senyum dan suara yang sama persis, tapi Ale tau gadis itu orang yang berbeda.

Tiba-tiba sebuah kilatan cahaya menyambar kearah Ale, namun dengan waktu seperkian detik tubuhnya berkelit, menghindari serangan tak terduga yang Emmalya berikan. Meskipun begitu, sebuah luka tipis terlukis dipipinya.

Netra pudar itu berubah menjadi kemerahan, butiran cahaya mulai berterbangan disekelilingnya, perlahan namun pasti luka gores dipipinya menghilang tanpa bekas. Tatapan Ale beralih ke sebuah lubang yang tercipta tak jauh darinya, bersyukur dalam hati serangan gadis itu tak mengenainya.

"Wow kau semakin hebat saja, Aleandro," puji Emmalya dengan tawa mengejek, "menyenangkan," ekspresi Emmalya mulai mendingin, "tapi sayangnya semua ini harus berakhir."

Boom!

Sebuah ledakan membuat Ale terpental jauh dan menabrak sebuah pohon hingga tumbang, kini seluruh tubuhnya terasa dicabuti, bahkan, Ale rasa dua tulang rusuknya patah.

Pemuda itu berdecih saat rasa hangat cairan pengar seperti logam memenuhi rongga mulutnya, kesadarannya mulai menurun, namun Ale berusaha untuk bangkit. Matanya menatap tajam kearah pelaku pelaku penyerangan, bukan Emmalya, tapi pemuda bersurai pirang khas yang menaungi sepasang netra sebiru lautan, Rafellio Del Cano.

"Apa kau menyukainya, Ely ku sayang?" Tanya Rafellio, tersenyum seperti anak anjing yang meminta pujian dari majikannya sembari menghirup surai halus milik Emmalya.

"Ya," jawaban singkat gadis itu membuat senyum Rafellio melebar, seperti orang gila dengan tatapan penuh obsesi, netra biru itu beralih menatap Ale yang kini terlihat mengenaskan.

Satu jentikan dan suara ledakan kembali terdengar, beruntung kali ini Ale bisa menghindar, namun tidak dengan selanjutnya, tubuh mungil itu lagi-lagi terlempar, jauh.

"Penghianat," desis Ale, lalu terbatuk, luka ditubuhnya kian parah membuat kesadarannya siap meninggalkannya, perlahan Ale mulai meluruh dan kegelapan menenggelamkan penglihatannya.

Hening...

Mata ungu pudar itu mulai terbuka, pandangannya yang awalnya buram kini semakin jelas. Bibir mungilnya meringis saat nyeri merambati seluruh tubuhnya, susah payah ia menggerakkan tubuhnya, tiba-tiba tubuhnya membeku saat menyadari rantai yang melilit tangan, leher dan kakinya.

Ale tertegun, tetesan air samar terdengar, hawa lembab dan dinginnya lantai batu hitam yang menusuk dan aroma lumut yang tajam diantara remangnya ruang bawah tanah yang familiar, ingatan terputar kembali dikepala Ale, setiap sakit dan erangan, membangkitkan kembali rasa ngeri yang Ale pendam jauh dalam hatinya, jantungnya berdebar bersama tubuh mungilnya yang bergetar ketakutan.

"Mimpi indah, adikku tersayang?" Sepasang mata zamrud menatapnya dengan lembut, namun Ale tau ada kebencian yang besar tersirat didalamnya dan rasa jiwa yang selalu membuat tubuhnya bergetar dengan begitu hebatnya.

Dia...

...Emmalya yang asli.

Pemuda bersurai perak itu berusaha menenangkan diri. Ale tau, semakin dia ketakutan maka Emmalya akan semakin menggila, tapi sayangnya tubuhnya tak mau berkompromi, namun ia tetap berusaha memunguti rasionalitasnya, memendam rasa takut dan trauma sedalam-dalamnya jauh dalam pikirannya.

Ditatapnya gadis berambut steel pink itu, lalu tersenyum kecut, "bagaimana kabarmu, kak?"

"Sayangnya kabarku sangat buruk," ucap Emmalya dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat, "aku menonton adegan yang sangat menjijikkan antara si-Anak-haram dan jalang yang berpura-pura menjadi diriku."

Rahang Ale mengeras, menahan emosi, ia tak suka gadisnya dihina.

"Anak haram?" Tanya Ale, tertawa sinis, "aku sedih kau tak tau apa-apa sampai-sampai kau salah paham sendiri, kak."

"Kenyataan aku adalah sepupumu, anak dari Arthur de Lacrux, kakak ayahmu, jadi aku masih punya hak atas gelar Duke."

Mata Emmalya berkilat tajam, namun, Ale bisa melihat ada keterkejutan didalam netra zamrud itu, membuat sebuah seringai tipis muncul dibibirnya tanpa Ale sadari.

"Dan satu fakta..."

Kata-kata berikutnya yang meluncur dari bibir Ale membuat gadis bersurai steel pink itu membeku, Emmalya menatap Ale tajam dengan ekspresi datar dan aura membunuh.

Plak!

Sebuah tamparan mengenai pipi kanan Ale, membuat pemuda itu tersungkur menciumi dinginnya lantai, "lancang!" Emmalya terkikik sinis, jemarinya menarik rambut putih Ale hingga matanya yang pudar menatap kedua netranya, "sudah lama kita tidak bermain, bukan?"

Garis senyum Emmalya melebar penuh kengerian membuat netra Ale bergetar, "TIDAK!!" Pekik Ale berusaha memberontak, tapi sengatan listrik melumpuhkan tubuhnya hingga lemas tak berdaya.

Lecutan demi lecutan dan jeritan demi jeritan memenuhi ruangan lembab itu hingga tak terasa siang mulai tenggelam dalam gelapnya malam.

"sembilan puluh sembilan," desis Emmalya, tawanya terdengar mengerikan saat lecutan cambuk mengoyak daging di punggung Ale. Emmalya tak peduli, luka dan erangan kesakitan Ale kini menjadi pemuas dahaga kebencian dalam hatinya, amarah yang menggeremul benar-benar membuat gadis bernetra zamrud itu gila.

"Seratus."

Lecutan terakhir, Emmalya mengusap ujung pipinya yang terciprat darah Ale, lalu tersenyum puas saat melihat tubuh ringkih itu terkapar dengan nafas yang menderu dengan luka cambuk yang memenuhi punggungnya, matanya berwarna ungu pudar itu kini memerah karena air mata yang menjeritkan seluruh rasa sakit, entah fisik ataupun hatinya.

Sebuah ketukan terdengar, "masuklah," titah Emmalya.

Sosok Rafellio pun muncul membawa seteko limun, "apa kalian selesai bermain?"

"Kami sedang beristirahat, tadi permainan yang menyenangkan bukan, adikku?" Ucap Emmalya dengan suara riang yang hanya dibalas kebisuan Ale, lalu netra zamrud itu beralih ke teko yang dibawa Lio, senyum manisnya mulai mekar, membuat Ale merasa semakin was-was.

"Ah, ya, kau pasti lelah, adikku sayang," langkah Emmalya mendekati tubuh Ale yang terkapar tak berdaya, lalu menuangkan cairan asam itu ke tubuh Ale, "minumlah..."

Netra pudar itu terpejam, menahan erangan saat punggungnya terasa seperti dikuliti, namun seolah tak cukup, Emmalya menginjak punggung Ale membuat sang empunya mengerang parau, "sampai bertemu lagi, adikku sayang," bisiknya penuh tekanan sekaligus rasa puas, sebelum ia pergi meninggalkan ruangan lembab itu.

Hening sesaat.

Tanpa aba-aba Rafellio berjalan mendekat, lalu berjongkok tepat didepan Ale.

"Sialan," desis Ale,menatap pemuda didepannya sinis yang dibalas dengan senyuman tanpa dosa milik Lio.

"Aku tak punya waktu untuk menjelaskan lebih rinci lagi," ucap Rafellio, lalu membisikkan sesuatu pada Ale. Netra ungu pudar itu bergetar, terkejut, sesaat Ale bisa melihat rasa getir didalam netra samudera itu, lalu sebuah botol kaca berukuran jari kelingking orang dewasa dengan cairan kebiruan diletakkan tepat didepannya.

"BAJINGAN!" Maki Ale, entah apa yang diucapkan Rafellio hingga pemuda itu geram.

"Semoga kau beruntung," ucap Rafellio sebelum berbalik dan berjalan menyusul Emmalya, meninggalkan Ale yang menatapnya tajam dari balik punggungnya.

•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
"El-" kata-kata Lio terpenggal.

Plak!!

Sebuah tamparan telak mengenai pipi Rafellio, "bajingan," desis gadis itu dengan nafas terputus-putus, sedangkan mata Orchidnya menatap Rafellio dengan ekspresi penuh kekecewaan membuat senyum masam pemuda itu mekar, hari ini ia mendapatkan pujian berupa kata 'bajingan' dua kali dari orang yang berbeda, ini sebuah pencapaian baru.

"Kenapa..." Kata-kata Emmalya menghilang saat netra Orchidnya berubah kembali menjadi zamrud, lalu tubuh mungilnya meluruh, namun dengan sigap Rafellio menangkap gadis itu.

"Jalang gila," maki Emmalya dengan suara lemah, mengelus pipi Rafellio yang kini mulai memerah dengan tatapan khawatir, juga terluka.

"Aku tak apa-apa lady-ku," ucap Rafellio lembut, mengusap keringat dikening Emmalya dengan lembut, lalu menciumnya, menenangkan perasaan gadisnya yang kini sedang gundah. Rafellio tau kata-kata Ale mengguncang Emmalya, meskipun gadisnya ini tak mengatakan sepatah kata pun, "beristirahatlah," bisik lio, lalu menggendong Emmalya layaknya bayi.

Perlahan Emmalya mulia terlelap, membiarkan Rafellio membawanya entah kemana, ia tak peduli, selama itu Rafellio, gadis itu akan selalu merasa aman.

-
-
-

Bersambung...

Bonus-

...disebuah pojok ruangan yang hingar-bingar itu sesosok gadis bersurai steel pink menatap keduanya dengan tajam, terlebih pada sosok Ale yang tersenyum lebar diantara pelukan Derrick dan musik waltz yang mengalun lembut.

Emmalya hafal dengan lekukan wajah itu, seraut wajah yang ia kira telah lama mati membusuk ditengah hutan. Kini wajah itu muncul dengan kondisi yang amat berbeda, asing namun terasa begitu familiar. Genggamannya kian erat hingga tanpa sadar gelas ditangannya mulai retak, rasa sesak akan kebencian di dadanya membuat Emmalya lupa caranya bernafas, rasanya ia ingin menghancurkan semuanya, termasuk senyuman itu....

-Light in the night (chap 39)

Nah ini dia salah satu bagian fav ku, karena light in the night gak bisa aku publish jadi bagian ini aku jadiin bonus:)

Thanks buat vote dan komentar nya, sampai jumpa di next chapter😘️❤️❤️

Bye bye

Continue Reading

You'll Also Like

683K 41.6K 68
Serena memiliki hobi yang aneh, gadis itu senang menghancurkan rumah tangga orang lain. Bagi Serena, menghancurkan rumah tangga orang lain adalah sua...
605K 23K 30
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
10M 1.2M 61
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...
2.9M 372K 64
[SILAHKAN FOLLOW SEBELUM BACA] *** Agnesia Aliandra Gadis yatim piatu yang sudah terbiasa hidup dalam kemandirian. Agnes hidup dan dibesarkan dipanti...