Look at Me

By Tyranoskyy

11.6K 1.7K 420

Taeyong harus menikah dengan kekasih kakaknya sendiri setelah sebuah rahasia yang ia sembunyikan diketahui ol... More

Cast
LaM 1 : Ide Gila
LaM 2 : Keputusan
LaM 3 : Dia yang Berubah
LaM 4 : Surat Perjanjian
LaM 5 : Fitting
LaM 6 : D-1 (The Wedding)
LaM 7 : The Day (The Wedding)
LaM 8 : Kekhawatiran

LaM 9 : Mencari

519 82 42
By Tyranoskyy

Pagi ini, di sebuah apartemen yang bisa dikatakan mewah itu masih terlihat sepi. Waktupun sudah menunjukkan pukul sepuluh, namun tak ada tanda-tanda kehidupan dari sang pemilik.

Tentu saja, karena pemiliknya masih asik bergumul dalam kehangatan rengkuhan sang pujaan hati. Baekhyun dan Jaehyun, mereka terlihat sangat nyaman berpelukan menghangatkan satu sama lain.

Dengan Baekhyun yang menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik sang kekasih. Juga Jaehyun yang memeluk erat tubuh mungil Baekhyun, tak membiarkan sedikitpun jarak dapat menyela tubuh keduanya.

Keduanya terlihat masih sangat nyenyak mengarungi alam mimpi. Namun, itu tak berlangsung lama saat suara deringan ponsel yang berbunyi berkali-kali itu mengganggu salah satunya.

Jaehyun adalah yang merasa terganggu, ia mengerjap pelan menyesuaikan sinar cahaya yang masuk dalam indera penglihatannya. Ia menunduk dan tersenyum karena hal pertama yang dilihatnya saat membuka mata adalah wajah menggemaskan kekasihnya yang kini sedang mendusal(?) Pada dada bidangnya.

"Gemas sekali," katanya sebelum memberi kecupan akan kegemasan pada kekasihnya.

Ia sedikit melonggarkan pelukannya untuk meraih ponsel miliknya yang berada di nakas tepat di belakang tubuh Baekhyun. Berhati-hati dalam meraihnya karena tak ingin pergerakannya membuat si mungil kesayangannya itu terganggu.

Ponsel sudah berada di tangan, ia mendapati panggilan dari nomor asing. Ia mengernyit sejenak, berpikir siapakah yang menghubunginya dengan nomor baru. Panggilan itu terputus karena Jaehyun tidak kunjung mengangkatnya. Ia menaikkan satu alisnya begitu melihat ada dua puluh panggilan tak terjawab dari nomor yang sama.

"Ck, siapa orang kurang kerjaan yang mengangguku?!" gerutunya kesal.

Ia hendak meletakkan ponselnya kembali pada nakas, tapi benda canggih itu kembali berbunyi. Nomor yang sama lagi-lagi menghubunginya. Karena rasa penasaran yang cukup menggegorotinya, akhirnya Jaehyun mengangkat panggilan tersebut.

"Ya, halo? Siapa kau? Kenapa kau menggangguku dengan terus menghubungiku?" Pertanyaan bertubi-tubi adalah hal pertama yang ia lakukan sesaat setelah panggilan ia angkat.

"Kak, ini aku...."

Jaehyun hapal suara ini. Ini adalah suara yang akhir-akhir ini selalu terdengar olehnya. Suara yang entah kenapa selalu berhasil memancing rasa kesal dan marah muncul dalam benaknya setiap ia mendengarnya.

"Kau..." Jaehyun bangun dari posisi berbaringnya. Ia berjalan menuju dapur agar suaranya tidak mengganggu kekasihnya.

"Kenapa kau menggangguku?!" Desisnya kesal.

"Aku- aku khawatir padamu. Dari semalam aku terus memikirkanmu, jadi aku memutuskan untuk mengunjungimu ke kantor, tapi, aku tidak menemukanmu, kak. Sekretarismu berkata jika kau mengambil libur selama seminggu. Jadi... Kau dimana, kak? Apa kau baik-baik saja?"

Jaehyun bisa dengar, dari nada suara yang terlontar dari belah ranum milik lelaki manis di seberang sana bahwa si empu sedang khawatir. Jaehyun sadar dan mengetahuinya. Namun, itu tak berarti apa-apa untuknya. Ia hanyalah merasa kesal karena waktunya bersama kekasihnya terganggu karena pria cantik yang kini berstatus sebagai istrinya itu.

"Apa itu penting untukmu? Apa aku harus mengatakan kemana tujuanku setiap akan pergi kepadamu, huh?!"

"Tapi, kau sekarang adalah... suamiku. Aku takut terjadi sesuatu kepadamu, kak." Suara di seberang sana terdengar mencicit dan pelan.

Jaehyun yang mendengar kalimat pria cantik itu terkekeh remeh. Ia merasa lucu mendengar bagaimana sebutan suami itu meluncur dengan lancarnya dari pria yang kini tengah menghubunginya.

"Suami, eh?" ulangnya menyindir. "Aku baik-baik saja, Istriku." jawabnya dengan nada lembut.

Bahkan Taeyong di seberang sana terkejut mendengar jawaban Jaehyun. Merasa tidak percaya jika Jaehyun akan menjawab dengan lembut seperti itu, terlebih lagi sebutan istri dibelakangnya membuat Taeyong merasa senang?

"Itu 'kan yang ingin kau dengar sebagai jawaban?"

Baru saja ia akan menjawab namun telinganya sudah lebih dulu mendengar pertanyaan Jaehyun. Apa maksudnya? Taeyong dibuat bingung.

"Maksudmu apa, Kak?"

"Jawaban tadi adalah jawaban yang ingin kau dengar, bukan? Aku menjawab dengan nada lembut dan juga menyebutmu dengan embel-embel istri, benar begitu?"

"Kak..."

"Jangan terlalu banyak bermimpi, Lee Taeyong. Kau tidak akan pernah mendapatkan hal itu, karena aku tidak akan pernah melakukannya. Aku tidak akan pernah bersikap lembut kepada orang yang sudah menyakiti dan menghancurkanku!"

Tak ada jawaban. Jaehyun menyeringai, dapat ia pastikan pasti pria cantik itu sedang terkejut. Ia kembali melanjutkan kata-katanya.

"Kau tadi bertanya apakah aku baik-baik saja? Ya. Aku baik-baik saja sebelum mengangkat panggilanmu. Kau tahu, dengan kau menelponiku itu membuatku terganggu! Kau sudah merusak hariku! Bisakah kau untuk sebentar saja tidak mengganggu dan membuatku kesal?!"

Napas Jaehyun terdengar memburu. Dadanya naik turun karena ia baru saja berkata dengan nada tinggi dan tajam pada penelpon di seberang sana.

Jaehyun merasa kesal. Entah apapun itu yang berhubungan dengan pria di sana selalu membuatnya kesal.

"Ma-maafkan aku.... Hiks.."

Jaehyun memutar bola matanya malas. Isakan yang terdengar telinganya tidak membuat dirinya luluh sama sekali. Justru itu membuatnya semakin kesal dan emosi.

"Jangan menangis! Kau yang merusak hariku, kau juga yang menangis. Kau ingin mencari muka pada kedua orang tuaku, benar bukan?!" tuduh Jaehyun.

"Tidak, kak. Aku tidak pernah bermaksud begitu..."

"Ck, alasan! Aku membencimu asal kau tahu. Kau sudah membuat keadaan menjadi kacau seperti sekarang. Kau menyakitiku dan juga kekasihku, KAU MENYAKITI KAMI BERDUA DENGAN KEHAMILAN SIALANMU ITU, ASAL KAU TAHU, LEE TAEYONG!!

Kau sungguh jahat! Kau jahat sudah menyakiti kakakmu sendiri, kau menyakiti hatinya! Bagaimana bisa kau menikahi kekasihnya sendiri, huh?! Apa maumu?! Kau ingin membunuh kakakmu secara perlahan begitu? Iya?!"

"Tidak. Aku tidak seperti itu..."

"Kau itu manusia jahat, Taeyong! Aku tidak menyangka kau bisa melakukan hal sekeji ini terhadap kakakmu."

"Tapi... Kak Baekhyun sendiri yang menyuruhku untuk menerima usulannya."

"Dan kau harusnya menolak, sialan! Kenapa kau malah menerimanya?! Kau memang sengaja ingin menyakitinya!!"

Sungguh, pagi ini Jaehyun ingin mengeluarkan semua rasa yang ia tahan selama ini. Ia ingin menunjukkan rasa kesal juga sakit hati yang ia rasakan akhir-akhir ini.

"Aku membencimu, sampai kapanpun akan seperti itu, karena kau sudah menghancurkan hidupku dan Baekhyun. Camkan ini Lee Taeyong, aku tidak akan pernah memaafkanmu."

Pip

Panggilan berakhir. Jaehyun mencengkram ponsel di tangannya dengan kencangg. Emosi saat ini masih menyelimutinya. Berbicara kepada pria mungil tadi sungguh menyulut amarahnya.

Ia tarik napas dalam untuk meredakan sedikit rasa emosi dalam dada, hingga sebuah lengan ia rasakan melingkar di pinggangnya.

Jaehyun tersenyum merasakan eratnya pelukan itu. Ia sudah tahu siapa pelakunya, sudah pasti kekasih cantiknya. Ia mengusap lengan kekasihnya yang tengah memeluknya itu.

"Sudah bangun, hm?" tanyanya dengan lembut.

Jaehyun hanya mendengar gumaman dan usakan pada punggungnya. Hal itu membuatnya terkekeh karena tingkah gemas kekasihnya. Rasa-rasanya emosi yang tadi menyerang itu hilang seketika karena kekasihnya ini.

Jaehyun berbalik. Ia peluk kembali kekasihnya yang saat ini mendongak menatapnya dengan wajah kantuknya.

"Good morning," sapa Jaehyun dengan lembut. Ia berikan kecupan pada kening, kedua mata, pipi, hidung, dan tentunya bibir tipis milik kekasihnya. Hal yang selalu mereka lakukan saat baru saja terbangun dari tidur.

"Morning," jawab sang terkasih dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Tidurmu nyenyak?" Anggukan adalah jawab yang Jaehyun dapatkan.

"Pusing..." rengek Baekhyun. Memang benar adanya, saat ia baru saja terbangun tadi ia merasakan kepalanya pening luar biasa. Ia rasa semalam terlalu banyak minum hingga membuatnya pening seperti ini di pagi harinya.

"Pusing? Mau tidur lagi? Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan sup pereda pengar untukmu." Jaehyun hendak melepaskan pelukannya namun Baekhyun menolak. Ia malah mengeratkan pelukan pada tubuh kekasihnya.

"Mau peluk~"

"Sayang, tunggu sebentar, ya? Aku akan membuatkan sup supaya pusingmu sedikit berkurang," bujuk Jaehyun yang tetap mendapat gelengan sebagai penolakan.

"Sayangku, sebentar saja..."

"Peluk~"

Jaehyun pasrah. Ia akhirnya menuruti keinginan sang kekasih dengan memeluknya. Sebelum itu mereka memutuskan untuk berpindah ke kamar karena berpelukan sambil berdiri pasti membuat keduanya pegal.

Keduanya berpelukan dengan nyamannya. Jaehyun mengusap punggung halus sang kekasih hingga membuat si empu kembali tertidur dengan nyamannya.

Jaehyun terkekeh melihat hal itu, ia mengecup pelipis Baekhyun dan memutuskan untuk ikut terlelap. Hari ini ia akan menghabiskan waktu seharian bersama kekasihnya.

-o0o-

Pagi itu, Taeyong terbangun cukup pagi. Tepatnya pukul lima pagi ia sudah terbangun dari tidurnya. Tidak bisa dikatakan tidur nyenyak, karena memang ia tidak merasa nyaman sehingga membuatnya tidak nyenyak.

Semalaman ia selalu dilingkupi oleh rasa khawatir terhadap suaminya. Meskipun suaminya itu sudah mengatakan jika menginap karena masalah kantor, tetap saja itu tidak mengurangi kegelisahan dalam benaknya.

Ia bangun dari posisi berbaringnya dan duduk bersandar pada kepala ranjang, tangannya meraih bantal di sisinya untuk ia peluk. Wajahnya sangat gelisah, secara tak sadar ia gigiti kecil kuku pada ibu jarinya.

"Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Mengapa aku merasa segelisah ini? Kak Jaehyun, apa yang terjadi padamu? Aku tahu alasanmu, tetapi mengapa aku tetap merasa tidak tenang seperti ini." Pertanyaan bertubi ia lontarkan akan kefrustasian yang ia alami saat ini.

"Haruskah aku menghubunginya?" tanyanya sesaat setelah ia meraih ponselnya yang berada di atas ranjang tepat di sebelahnya.

"Tapi pasti aku akan menganggunya," lanjutnya dan kembali meletakkan ponselnya.

"Tapi aku khawatir...." katanya lagi sambil menenggelamkan wajah pada bantal yang ia peluk.

Punggung yang tengah telungkup itu terlihat bergetar, suara isakan mulai terdengar dibalik redaman benda empuk yang tengah dipeluknya.

Ya, Taeyong tengah menangis. Ia merasa frustasi sendiri saat ini. Ia sedang pusing, tidak tahu harus berbuat apa. "Aku sangat mengkhawatirkannya.. Hiks, aku ingin bertemu dengannya." Suaranya terdengar kecil karena ia masih menenggelamkan wajah pada bantal yang ia peluk.

-o0o-

Dan di sinilah ia; di lobi kantor milik suaminya. Ia nekat datang hanya untuk mengetahui keadaan sang suami. Rasa gundah nan gelisah mengalahkan rasa takut akan respon sang suami jikala melihatnya berada di sana.

Sebenarnyan sang ibu mertua tidak mengijinkan ia untuk pergi, namun memang pada dasarnya Taeyong akan menjadi keras kepala jika sedang khawatir maka dari itu ia tetap bersikeras memaksa ibu mertua untuk mengijinkan.

Dengan berat hati juga, akhirnya ia mendapat ijin dari mertuanya. Dengan syarat ia diantar oleh supir keluarga dan tidak boleh sampai kelelahan yang langsung disetujui oleh Taeyong.

"Permisi," sapanya pertama kali pada resepsionis di sana.

Wanita di balik meja itu tersenyum dengan sangat manis, "Ya, ada yang bisa saya bantu?" balasnya dengan ramah.

"Aku, Jung Taeyong, bisakah aku bertemu dengan Tuan Jaehyun?" tanyanya dengan suara pelan sarat akan keraguan.

"Oh, suami dari presdir, selamat datang, Tuan. Sebenarnya kami belum melihat presdir sama sekali sejak kemarin tepatnya sejak hari pernikahan kalian. Tapi tunggu, saya akan menghubungi sekretarisnya untuk menanyakan hal ini. Tuan Taeyong silakan duduk dulu agar tidak lelah."

Jawaban dari resepsionis itu bukannya membawa kelegaan justru makin menambah kegundahan dirinya. Suaminya semalam sudah berbohong, sebenarnya kemana suaminya itu pergi? Apa yang sudah di lakukannya sampai membuatnya berbohong bahkan dengan ibunya sendiri.

"Maaf, Tuan, tadi sekretaris beliau berkata jika presdir mengambil cuti untuk seminggu kedepan. Oleh karena itu, semua pekerjaan diambil alih sementara oleh sekretarisnya."

Lagi, jawaban itu sungguh tak terbayang oleh Taeyong akan ia dengar. Cuti seminggu? Apa Jaehyun ada keperluan yang sangat penting sampai harus mengambil cuti selama itu?

Taeyong berusaha tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada wanita cantik yang sudah memberinya informasi itu. Setelah itu ia pergi meninggalkan kantor itu dan masuk ke dalam mobil.

"Kau dimana, Kak?" monolognya penuh kekhawatiran.

Ia meraih ponsel miliknya dan menghubungi sang suami. Telepon tersambung, Taeyong menunggu hingga panggilannya diterima oleh si empu.

Ia menggigit ujung kukunya kala menunggu Jaehyun menjawab panggilannya, kebiasaannya dikala khawatir sedang melanda. Panggilan darinya masih tak terjawab, ia sudah tau akan seperti ini.

Tak menyerah. Ia terus menghubungi sang suami hingga akhirnya panggilannya diterima. Bisa ia dengar nada suara suaminya terdengar kesal, namun, ia merasa lega bisa mendengar suara sang suami.

"Kak, ini aku..." kalimat pertama yang Taeyong ucapkan dengan takut akan respon sang suami.

Air mata itu mengalir deras tatkala sambungan itu terputus. Taeyong menangkup wajah basahnya dengan kedua tangannya.

"Aku... Jahat." gumaman itu ia lontarkan berulang kali ditengah isakannya.

Seharusnya ia tidak usah menghubungi Jaehyun, seharusnya ia tidak perlu sekhawatir itu pada Jaehyun, dan seharusnya ia tidak boleh dan pantas merasa tersakiti oleh Jaehyun, karena di sini, ialah yang jahat dan menyakiti.

To be Continued

It's been a long time yaa

January 8, 2023

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 20.1K 44
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...
218K 4.6K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
80.6K 3.6K 20
Grosvenor Square, 1813 Dearest reader, the time has come to place our bets for the upcoming social season. Consider the household of the Baron Feathe...
191K 19K 24
"๐™๐™ค๐™ช๐™˜๐™ ๐™ฎ๐™ค๐™ช๐™ง๐™จ๐™š๐™ก๐™›, ๐™œ๐™ž๐™ง๐™ก. ๐™„ ๐™ฌ๐™–๐™ฃ๐™ฃ๐™– ๐™จ๐™š๐™š ๐™ž๐™ฉ" Mr Jeon's word lingered on my skin and ignited me. The feeling that comes when yo...