Unless You

By Pandayusy

167K 3K 29

[ON EDITING] Aku kembali. Kembali untuk memenuhi janjiku. Kembali untuk menemui lukaku. Kembali untuk mel... More

Tingtong-
1. Come back
2. Welcome to Home.
3. Hi luka, aku kembali.
5. MENGHINDAR ASA
6. ROLLER COASTER & ICE CREAM
7. LONG TIME NO SEE
8. RASA DAN WAKTU
9. TERDALAMNYA SEBUAH LUKA
10. DIBALIK SEBUAH PERMINTAAN
11. BERTEMU UNTUK MERELAKAN
12. PELUKANMU

4. I am shocked

6K 217 1
By Pandayusy


Ara yang sudah menyelesaikan ritual mandi paginya pun segera keluar dari kamar mandi. Hari ini dia mencoba untuk memakai kaos dengan tulisan "Hurt" yang di padu padankan dengan flare skirt berwarna hitam yang senada dengan kaosnya. Tidak ketinggalan dengan outer kemeja flannel yang di tekuk pada bagian lengan.

Dengan polesan sedikit bedak dan liptint, Ara memilih untuk menggulung rambutnya dan mengikat sedikit ke atas. Tidak ketinggalan Ara memilih sneakers yang sudah bersamanya dalam 1 tahun terakhir.

"Ara, udah belum? Ayo kakak udah mau berangkat." Teriak Bunda nya dari bawah. Ara pun bergegas untuk keluar kamar dan sedikit berlari kecil ke meja makan.

"Morning Yah," sapa Ara dan mengecup pipi Ayahnya.

"Morning too Ara. Ayo sarapan dulu, nanti ikut sama kakakmu ke rumah sakit," ujar Ayahnya.

Tidak begitu nafsu makan, Ara pun hanya memilih untuk makan roti dengan selai kacanag serta segelas susu putih.

"Ara ayo buruan. Gue ada jadwal pagi ini." Teriakkan Ori buat Ara terburu-buru menghabiskan rotinya. Lalu berpamitan dengan sang Bunda dan Ayahnya, ia pun menuju ke parkiran tempat Ori ada.

Ori terbengong melihat gaya pakaian adiknya.

"Sejak kapan lo pakai rok gitu ra?" Tanya Ori. Dia tidak menyangka adiknya, yang ajrang atau bahkan tidak pernah mau pakai rok. Tiba-tiba memilh pakai rok. Kesambet apa Ara?

"Dih, gue lagi suka pakai begini. Kece kan? Yaudah ayo jalan. Katanya lo ada jadwal." Jawab Ara sekilas dan langsung buka pintu depan tempat ia akan duduk.

Ori hanya geleng kepala, dengan tingkah adiknya. Saking rindunya dia masih idak percaya bahwa saat ini adiknya sudah mulai berubah. Ke arah lebih baik.

Mereka pun akhirnya berangkat menuju Rumah sakit tempat Ori saat ini berkerja. Di tengah perjalanan mereka terjebak dengan lalu lintas yang sangat padat. Tidak ada suara yang ada di antara mereka berdua.

"Ka, gue nyalain musik yah," ujar Ara.

"Nyalain aja Ra, tahu caranya kan?" Tanya balik Ori tanpa mengalihkan pandangannya dari depan.

"Iya gue paham." Balas Ara. Dia pun mengambil dvd dan memasukkan ke dalam dvd room yang ada di dalam mobil Ori. Dan lagu kesayangannya pun berputar.

Untouchable like a distant diomand sky

I'm reaching out and I just can't tell you why

I'm caught up in you, I'm caught up in you

Untouchable, burning brighter than the sun

And when you're close, i feel like coming undone

Ara pun ikut bernyanyi, mengikuti irama lagu. Ori bersenandung kecil, dan sesekali mencoba melirik adiknya. Dia mengerti, lagu ini punya kesedihan yang sama dengan Ara. Bahkan sudah ia pahami sejak dulu adiknya suka dengan lagu ini. Hati kecil Ori hanya berharap bahwa adiknya akan kuat untuk menerima segala kenyataan dan luka apapun itu yang terjadi atau mungkin akan terjadi.

In the middle of the night when i'm in this dream

It's like a milion little star spelling out your name

You gotta, come on come little taste of heaven

(Taylor swift-Untouchable)

*

Akhirnya setelah melalui perjalanan sekitar satu jam mereka berdua pun sudah tiba di rumah sakit. Mereka pun berjalan ke arah pintu masuk rumah sakit. Saat Ara memilih untuk menggandeng tangan Ori tidak disangka ia mendapatkan tatapan iri oleh beberapa suster yang berada di depan sebuah meja.

"Kamu kenapa senyum begitu?". Tanya Ori tiba-tiba. Ara pun yang memiliki sifat jahil semakin ingin memanaskan para suster yang kini sudah bergerombol sambil membisikan tentang mereka. Dengan sedikit berjinjit Ara pun berbisik.

"Kakak liat deh, masa dari tadi susternya mupeng gitu.!

Cup!

Ara pun mengecup pipi kakaknya yang tiba tiba diteriaki dengan jeritan histeris para suster dan orang disekitar karena.

"Yaa.. dokter Ori udah ada yang punya."

"Ya ampun serasi banget".

"Bahagia banget keliatan ya".

Dan masih banyak ucapan yang Ara dengar dari para suster tersebut namun semakin menghilang karena mereka semakin menuju ke dalam rumah sakit. Hingga akhirnya Ara berhenti di depan sebuah pintu yang dengan nama "Dr. Giori Frauliterhin L,. Sp.B"

Seorang suster yang berada di depan meja yang terletak di depan ruangan Ori berdiri dan menyambut Arad an Ori.

"Selamat pagi Dok, dan.." Ucapnya.

"Ara". Potong Ara mendengar kebingungan sang suster itu. Susternya pun langsung kembali duduk setelah membukakan pintu untuk mereka. Lalu dengan santainya Ara duduk di sofa dengan kaki bersila sambil memainkan gadget miliknya.

"De! Kaki! Inget pakai rok!" Tegur Ori sambil matanya masih memperhatikan jadwal yang baru saja diberitahu oleh asistennya.

Ara yang mendapat teguran hanya tersenyum dan menurunkan kakinya.

"Kakak jadi dokter apa si?". Tanya Ara penasaran, karena yang ia tahu kakaknya hanya mengambil jurusan kedokteran tapi kenapa gelarnya Sp.B?

"Kakak dokter spesialis bedah parah nih kamu ga tau tentang kakaknya," Ujar Ori. Ara yang mendengar jawaban Ori hanya memanyunkan bibirnya dan menggerutu tidak jelas.

Ia memilih untuk memainkan handphone nya, dan memilih untuk me-spam­ chat dengan Renan. Dia piker Renan masih tidur. Mungkin semalam Renan sudah pulang ke rumah nya sendiri dengan keluarga nya.

Tidak di sangka sudah hampir 3 jam di antara Ori dan Ara tidak ada suara. Ara memerhatikan kakaknya yang masih sibuk dengan berkas-berkas dan sesekali memgetik sesuatu di komputernya. Meski ia tidak tahu itu apa. Dia kira kakanya akan berkeliling untuk memeriksa pasien. Namun sampai saat ini tidak ada.

Dan kebosanan pun mulai melanda Ara.

"Masih lama ga kak?" Tanya Ara dari sofa yang sedari tadi dia tempati.

"Ga, sebentar lagi. Kakak mau check keliling pasien dan nanti baru pergi makan siang." Jawab Ori.

Ia pun mengalihkan sedikit pandangannya dari berkas pasien yang sedari tadi ia pelajari. Ara yang tahu bahwa ia begitu diperhatikan oleh kakaknya sedikit risih.

"Kenapa kak? Lihat aku begitu." Tanya Ara dengan nadkka suara yang sedikit jutek. Karena tidak biasa Ori akan melihat dia seperti itu.

"Kamu ga mau ketemu Kay?" Tanya Ori yang langsung membuat tubuh Ara menegang walau detak itu tak terlalu ada.

"Ga."

Ori hanya tersenyum mendengar jawaban singkat dari Ara. Dia pun memilih bangkit dari kursinya dan berjalan menuju adik kecilnya. Mencoba untuk duduk di sebalah Ara, dan sekilas melihat adiknya saat ini sedang chatting dengan Renan.

"Kenapa ga?" Tanya Ori, dan merangkul adiknya. Ia tahu bahwa pertanyaannya berat. Tapi jika tidak maka Ara akan terus merasa terluka dengan semuanya. Dan di sisi lain, ia sangat mengerti bahwa Kay ingin sekali bertemu dengan adiknya ini. Kay menyayangi adiknya meski bukan dalam arti "laki=laki dan perempuan".

"Aku belum mau untuk saat ini kak. Itu aja. Ga ada alasan lain yang ahrus aku jelasin saat ini. Dan aku harap kakak mengerti." Jelas Ara.

Ori mengusap lembut pundak adiknya, ia tahu bahwa tubuh adiknya sedikit bergetar saat menjelaskan jawaban akan pertanyaannya. Ia tahu, bahwa ia membuka kembali luka yang masih adiknya rasakan saat ini.

"Tapi.. kamu kan juga sudah janji akan bertemu dengan Kay kembali saat tiba. Kay selalu menunggu kamu ra, dia mau kamu kembali lagi menjadi sahabtnya seperti yang lalu. Sebelum kamu pergi dan menyadari perasaan yang kamu punya." Ori menjelaskan segala gejolak yang ia rasakan.

Ara tidak menjawab dan memilih untuk menyandarkan kepalanya di pundak kakaknya. Dalam pikirannya berputar-putar mau sapai kapan ia akan menghindari Kay, sampai kapan ia harus bersembunyi untuk membuat lukanya tak terlihat. Tapi tidak ia pungkiri hal yang begitu buat ia takut adalah melihat Kay bisa bahagia tanpa dirinya. Padahal ia juga tidak akan bias bahagia tanpa Kay. Bahkan sampai saat ini.

Keheningan pun melanda mereka. Ori melihat sekilas jam tangannya. Dan sudah waktunya ia harus berkeliling memeriksa pasiennya.

"Ra, kakak tinggal dulu ya. Kamu di sini aja. Tunggu kakak, sebentar," ujar Ori dan melepaskan rangkulannya. Ara hanya mengangguk.

Tubuh Ori pun menghilang di balik pintu. Membuat Ara kembali terdiam, sampai kapan ia harus menerima semua ini? Sampai kapan ia akan menahan luka ini? Sampai kapan ia harus bahagia dengan kepalsuan? Banyak pertanyaan yang bertubi-tubi menghampiri di kepalanya.

Ceklek.

Suara pintu yang terbuka membuat Ara mengangkat kepalanya yang tertunduk. Hal pertama yang ia lihat adalah sesuatu yang membuat nya tidak mengerti bagaimana dan kenapa dia ada di sini..

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 291K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
525K 55.8K 24
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
2.5M 180K 33
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
857K 2.8K 14
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...